Anda di halaman 1dari 4

4.

2 Pembahasan(Dedy)
4.2.1 Analisa Kadar Ester
Berikut adalah grafi yang menunjukkan hubungan antara waktu dengan kadar
ester yang diperoleh.

45
40
35
Kadar Ester (%)

30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (Menit)

Gambar 4.1 Hubungan Waktu terhadap Kadar Ester yang Dihasilkan


Pada gambar di atas, terlihat kurva mengalami peningkatan pada kadar ester
terhadap waktu, dimana pada menit ke 5, 10, 15, 20 diperoleh kadar ester masing-
masing sebesar 3,152; 6,303; 15,758; dan 40,972%.
 .10. %
M (Bigelow, 2010)
BM

Dari persamaan di atas ditunjukkan bahwa M (molaritas berbanding lurus


dengan kadar (%).
mol
M (Wohlfarth, dkk. 1997)
volume

Dari persamaan di atas ditunjukkan bahwa M (molaritas sebanding dengan n


(mol). Sehingga, jika kedua persamaan di atas dihubungkan bahwa n (mol)
berbanding lurus dengan kadar (%). Secara teori, kecepatan reaksi suatu komponen
anggap saja A didefinisikan sebagai,
𝑑𝐶𝐴 𝐴 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
−𝑟𝐴 = = (Indra, 2010)
𝑑𝑡 (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
Seperti diketahui, Na = CA x e, CA sebanding dengan NA maka mol (NA/n)
berbanding lurus dengan laju reaksi akant tetapi berbanding terbalik dengan waktu.
Mol berbanding lurus dengan kadar, sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar (%)
berbanding terbalik dengan waktu. Semakin besar waktu dari reaksi, maka kaar dari
suatu larutan akan semakin kecil.
Oleh karena itu, semakin lama waktu akan diperoleh kadar ester yang sedikit
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan teori. Hasil
percobaan belum sesuai dengan teori ini disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Kurangnya ketepatan dalam pengukuran volume distilat
2. Kondisi operasi yang kurang memadai sehingga konversi reaksi yang terjadi
tidak terlalu besar.
3. Reaksi berjalan tidak sempurna karena pencampuran zat tidak merata.

4.2.2 Hubungan log (-rA) dengan log (CA)

0.6

0.5

0.4

0.3
Log -ra

0.2

0.1

0.0
-1.6 -1.4 -1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0
-0.1

-0.2
y = -0.5713x - 0.3162
LogR²Ca
= 0.8533 -0.3

Gambar 4.2 Hubungan log (CA) dengan log (-rA)

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa grafik mengalami penurunan secara


menyeluruh, namun bersifat fluktuatif.. Grafik di atas mempunyai determinasi (R2)
yang bernilai 0,8532. Dari grafik diperoleh slope (n) = -0,5712 dan intercept (log k)
= -0,3112.
Untuk mencari persamaan kecepatan reaksi dari suatu reaksi yang ordenya
tidak diketahui atau orde n, didapat suatu hubungan antara log (–rA) dengan log CA.
Secara teori, plot hubungan log (-rA) dengan log CA akan membentuk garis lurus,
dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
log (-rA) = log k + n log CA (Indra, 2010)
dengan slope adalah orde reaksi (n) dan intercept adalah log konstanta reaksi (log k).
Pada suatu garis lurus tentunya diperoleh determinasi (R)2 = 1.
Dari percobaan yang dilakukan terjadi penyimpangan dari teori yang ada
dimana nilai determinasi (R2) = 1. Sedangkan dari percobaan diperoleh nilai
determinasi (R2) = 0,8532. Adapun penyebab terjadinya penyimpangan ini adalah :
1. Tidak adanya destilat yang keluar lagi pada waktu tertentu.
2. Suhu yang terlalu tinggi pada saat dipanaskan

4.2.3 Analisa Densitas


Densitas ester (etil asetat) ditentukan dengan menggunakan piknometer. Dari
hasil percobaan diperoleh densitas ester sebesar 0,84794 gr/ml.
Berdasarkan teori, diketahui bahwa densitas ester pada 30 C adalah 0,89 gr/ml
(Perry, 2008).
Dengan demikian, bila dibandingkan antara teori dengan hasil percobaan, maka
diperoleh persen ralat sebesar 4,726 %. Adapun penyebab terjadinya penyimpangan,
antara lain:
1. Adanya kontaminan pada larutan seperti etanol, asam asetat dan air, yang dapat
mempengaruhi densitas ester..

4.2.4 Analisa Viskositas


Viskositas etil asetat diukur dengan menggunakan Viskosimeter Ostwald, yang
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan air untuk menentukan harga k.
Viskositas ester yang diperoleh dari percobaan adalah 0,59273 cP.
Berdasarkan teori, diketahui bahwa viskositas etil asetat pada 30 C adalah
0,44 cP (Geankoplis, 2003). Dengan demikian, bila dibandingkan antara teori dengan
hasil percobaan, maka diperoleh persen ralat sebesar 34,71%. Adapun penyebab
terjadinya penyimpangan antara lain:
1. Selama pengukuran viskosimeter, karena tidak konstannya suhu yang dianalisa
pada ester, dimana suhu yang dianalisa adalah 30 oC, akan tetapi suhu ester
terus turun selama ester dihisap ke batas dari viskosimeter, oleh karena itu
larutan semakin kental yang mengakibatkan viskositas yang dihasilkan berbeda
dari teori yang ada.
2. Selama pengukuran viskositas etil ester yang dihasilkan mengandung air atau
kontaminan yang lain.

Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu


fluida Viskositas terdapat pada zat cair maupun gas, dan pada intinya merupakan
gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida saat lapisan-lapisan
tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat cair, viskositas terutama
disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul. Pada gas, viskositas muncul dari
tumbukan antar molekul. Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas yang
berbeda, dan zat cair pada umumnya jauh lebih kental dari gas (Maulida dan Erika,
2010).
Sifat yang disebut viskositas fluida ini merupakan ukuran ketahanan sebuah
fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas suatu gas bertambah
dengan naiknya temperatur, karena makin besarnya aktivitas molekuler ketika
temperatur meningkat. Sedangkan pada zat cair, jarak antar molekul jauh lebih kecil
dibanding pada gas, sehingga kohesi molekuler disitu kuat sekali. Peningkatan
temperatur mengurangi kohesi molekuler dan ini diwujudkan berupa berkurangnya
viskositas fluida (Maulida dan Erika, 2010).

Anda mungkin juga menyukai