Anda di halaman 1dari 5

Siti Maimunah, Ratna Dewi Puspita Sari, Arif Yudho Prabowo|Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres

Dingin sebagai Terapi Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja

Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin sebagai Terapi


Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja
Siti Maimunah1, Ratna Dewi Puspita Sari2, Arif Yudho Prabowo3
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menjadi dewasa. Pada masa ini, seorang wanita mulai memasuki fase
pubertas, dimana seorang anak mengalami perubahan secara fisik, hormonal, dan seksual. Salah satu tanda seseorang telah
memasuki fase pubertas adalah dengan adanya menstruasi. Sebagian besar wanita mengalami dismenore saat menstruasi,
dismenore didefinisikan sebagai nyeri saat haid. Dismenore terjadi akibat adanya peningkatan dari prostaglandi yang terjadi
usai ovulasi. Prostaglandin akan menyebabkan hipertonus miometrium dan vasokonstriksi sehingga menyebabkan iskemik
dan nyeri. Dismenore dapat diatasi dengan terapi secara farmakologis dan nonfarmakologis. Obat-obatan golongan
nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seringkali dijadikan pilihan utama untuk meredakan nyeri. Namun,
penggunaan obat tersebut meningkatkan risiko gangguan saluran cerna dan efek samping lain. Sehingga terapi non
farmakologi banyak dianjurkan karena lebih aman dan cukup efektif meredakan nyeri secara fisiologis. Kompres hangat dan
kompres dingin merupakan teknik untuk meredakan nyeri secara non farmakologis. Menurut bebrapa penelitian, kompres
dingin memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibanding kompres hangat dalam meredakan nyeri pada dismenore. Hal ini
karena pada kompres dingin, pengalihan persepsi nyeri menjadi rasa dingin lebih dominan, sedangkan pada kompres
hangat tidak mempunyai efek tersebut.

Kata kunci: Dismenore, kompres dingin, kompres hangat

Effectiveness Comparison Between Warm And Cold Compress As Non-


Pharmacologic Therapy for Dysmenorrhea in Adolescens
Abstract
Adolescence is a transition period from childhood to adulthood. At this time, a woman begins to enter the phase of
puberty, where a child experiences physical, hormonal, and sexual changes. One sign a person has entered the puberty
phase is by the presence of menstruation. Most women experience dysmenorrhoea during menstruation, dysmenorrhea is
defined as pain during menstruation. Dysmenorrhea is happened due to increased of prostaglandin that occurs after
ovulation. Prostaglandin will cause myometrial hypertonus and vasoconstriction causing ischemia and pain. Dysmenorrhea
can be treated with pharmacological and nonpharmacological therapy. Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) are
often the primary choice for pain relief. However, the use of such drugs increases the risk of gastrointestinal disorders and
other side effects. So that non-pharmacological therapy is recommended because it is more secure and effective enough to
relieve pain physiologically. Warm compresses and cold compresses are techniques for non-pharmacological pain relief.
According to some studies, cold compresses have a higher effectiveness than warm compresses in relieving pain in
dysmenorrhea. This is because in cold compresses, the transfer of pain perception becomes more dominant cold taste,
whereas in warm compress does not have that effect.

Keywords: Cold compress, dismenorrhea, warm compress

Korespondensi: Siti Maimunah, alamat Perum Palem Permai III No C4 Bandarlampung 35144, HP 085279980429, e-mail
maesuramuth.sm@gmail.com

Pendahuluan pembentukan hormon seksual. Peningkatan


Masa remaja adalah periode transisi kadar hormon tersebut menyebabkan
seseorang dari masa anak-anak ke masa pematangan payudara, ovarium, rahim, dan
dewasa. Masa awal pematangan seksual pada vagina, serta dimulainya siklus menstruasi.1
remaja disebut pubertas, yakni suatu periode Menstruasi merupakan proses
dimana seorang anak mengalami perubahan pelepasan endometrium yang disertai dengan
secara fisik, hormonal, dan seksual sehingga perdarahan dan terjadi secara berulang setiap
mampu mengadakan proses reproduksi. Pada bulan. Hal ini terjadi karena wanita memiliki
remaja putri, kadar Luteinizing Hormone (LH) dua buah ovarium yang masing-masing
dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) akan memiliki 200.000-400.000 sel telur yang belum
meningkat pada fase ini sehingga merangsang matang (folikel). Normalnya, hanya satu atau

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|79


Siti Maimunah, Ratna Dewi Puspita Sari, Arif Yudho Prabowo|Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres
Dingin sebagai Terapi Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja

beberapa sel telur saja yang mengalami Isi


pematangan setiap bulannya, jika sel telur Dismenore adalah keluhan yang sering
tersebut tidak dibuahi maka lapisan dialami perempuan pada bagian perut bawah.
endometrium dari rahim yang telah Nyeri haid merupakan penyakit yang sudah
dipersiapkan untuk tempat melekatnya hasil cukup lama dikenal. Nyeri yang dirasakan tidak
pembuahan akan meluruh dan disertai hanya terjadi pada bagian perut bawah saja.
perdarahan.1,2 Beberapa remaja perempuan kerap
Berbagai macam gangguan dapat merasakannya pada punggung bagian bawah,
muncul bahkan mulai beberapa hari menjelang pinggang, panggul, otot paha atas, hingga
menstruasi. Salah satunya adalah gangguan betis. Rasa nyeri dapat disebabkan oleh
fisik berupa nyeri/kram perut yang disebut kontraksi otot perut yang terjadi secara terus
dengan istilah dismenore.3 Dismenore menerus saat mengeluarkan darah. Kontraksi
biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum yang sangat sering ini kemudian menyebabkan
terjadinya menstruasi dan dapat terasa hingga otot menegang.8
24-36 jam. Kram tersebut terutama dirasakan Dismenore atau nyeri pada saat
di derah perut bagian bawah menjalar ke menstruasi terjadi karena adanya peningkatan
punggung atau permukaan dalam paha. Pada kadar prostaglandin. Sebagai respon terhadap
kasus dismenore berat nyeri kram dapat produksi progesteron setelah ovulasi, asam
disertai muntah dan diare.4 lemak di dalam fosfolipid membran sel akan
Dismenore menyebabkan ketidak- meningkat. Asam arakidonat dilepaskan dan
nyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. memulai kaskade prostaglandin dalam uterus.
Keluhan ini berhubungan dengan Prostaglandin F2α akan menyebabkan
ketidakhadiran berulang di sekolah ataupun di hipertonus miometrium dan vasokontriksi
tempat kerja, sehingga dapat mengganggu sehingga akan menyebabkan iskemia dan
produktivitas. 40-70% wanita pada masa nyeri. Kadar prostaglandin F2α, lebih tinggi
reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar selama dua hari pertama menstruasi pada
10 persen mengalaminya hingga mengganggu perempuan dengan dismenore primer.
aktivitas sehari-hari.5 Konsentrasi vasopresin dan leukotrien juga
Berdasarkan penelitian pada tahun 2017 ditemukan lebih tinggi pada perempuan
di Universitas Gondar, Euthopia didapatkan dengan nyeri menstruasi yang berat
bahwa lebih dari 63% wanita yang mengalami dibandingkan pada perempuan dengan nyeri
dismenore menarik diri dari lingkungan ringan.9
sosialnya dan mengalami penurunan Dismenore dapat diatasi secara
akademik. Lebih dari 40,9% mengurangi jam farmakologis dan non farmakologis. Terapi
aktivitasnya selama periode menstruasinya, secara farmakologis dapat dilakukan dengan
31,1% mengaku absen dari sekolah dan pemberian obat golongan nonsteroid anti-
memiliki konsentrasi yang rendah. 42,7% dari inflammatory drugs (NSAIDs) diantaranya ada
responden merasakan penurunan nafsu makan ibuprofen, naproxen, diclofenac, hydrocodone
serta peningkatan lama jam tidur.6 dan acetaminophen, ketoprofen,
Dismenore dapat ditangani melalui meclofenamate sodium. Namun, obat-obat
tindakan manajemen nyeri, baik secara tersebut tidak dianjurkan untuk dikonsumsi
farmakologis maupun non farmakologis. dalam jangka waktu yang lama dan dosis yang
Wanita di Indonesia yang mengalami tinggi karena dapat menyebabkan
dismenore lebih banyak mengatasi secara ketergantungan dan memiliki kontraindikasi
farmakologis dengan mengonsumsi obat yaitu hipersensitifitas, ulkus peptik (tukak
penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran.4 lambung), perdarahan atau perforasi
Manajemen nyeri non farmakologis gastrointestinal, insufisiensi ginjal, dan resiko
lebih aman digunakan karena tidak tinggi perdarahan.10,11
menimbulkan efek samping seperti obat- Secara nonfarmakologis terapi
obatan karena terapi non farmakologis dismenore dapat dilakukan dengan relaksasi,
menggunakan proses fisiologis sehingga dalam kompres air hangat, kompres dingin, senam
hal ini metode menarik perhatian yang atau olahraga teratur dan distraksi.
digunakan untuk mengatasi nyeri yaitu
kompres hangat dan kompres dingin.7

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|80


Siti Maimunah, Ratna Dewi Puspita Sari, Arif Yudho Prabowo|Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres
Dingin sebagai Terapi Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja

Mekanisme untuk meredakan nyeri dingin bertolak belakang (gambar 1) dan


menggunakan kompres hangat dan kompres memiliki efektivitas yang berbeda.7,10,12

Cold therapy Heat therapy

↓temperature of skin ↑temperature of skin


and muscle and muscle

↓blood flow ↓metabolism ↑blood flow ↑metabolism

↓ Inflammation
↓ Edema ↓Pain
↓Pain ↑Healing
↓ Muscle spasm ↑ Elasticity
↓ Elasticity

Gambar 1. Efek fisiologi terapi panas dan dingin13

Kompres hangat adalah suatu metode daerah simpisis pubis yang bisa membuka
penggunaan suhu hangat setempat untuk aliran darah dan membuat sirkulasi darah
menimbulkan efek fisiologis. Kompres hangat lancar kembali sehingga terjadi relaksasi pada
dilakukan dengan mempergunakan buli-buli otot. Peningkatan suhu yang disalurkan melalui
panas atau kantong air panas secara konduksi kompres hangat dapat meredakan nyeri
dimana terjadi pemindahan panas dari buli- dengan menyingkirkan produk-produk
buli ke dalam tubuh. Suhu yang digunakan inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan
berkisar antara 500C hingga 600C. Suhu prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
tersebut cukup menginduksi vasodilatasi di nyeri lokal.10,12

Gambar 2. Pathway vasodilatasi akibat kompres hangat.14

Hal tersebut didukung oleh penelitian kompres hangat terhadap penurunan nyeri
Ermala (2010) tentang pengaruh penggunaan persalinan kala I fase aktif.15
kompres hangat dalam pengurangan nyeri Penelitian Vonny dan Aries (2013) juga
persalinan kala I fase aktif. Hasil penelitian menunjukkan hasil serupa, yakni terdapat
tersebut menunjukkan bahwa kompres hangat penurunan intensitas nyeri dismenore pada
merupakan salah satu metode yang dapat mahasiswa yang dikompres menggunakan
digunakan untuk menurunkan atau kompres hangat. Sebelum dilakukan kompres
mengurangi rasa sakit (nyeri) pada ibu inpartu. hangat, mahasiswi yang mengalami dismenore
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu adanya adalah intensitas nyeri berat (53,3%) dan
pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah sedang (46,67 %). Sesudah dilakukan kompres
intervensi (p<0,0001) dari penggunaan hangat terjadi penurunan intensitas nyeri

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|81


Siti Maimunah, Ratna Dewi Puspita Sari, Arif Yudho Prabowo|Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres
Dingin sebagai Terapi Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja

menjadi nyeri ringan (63,3%) dan sedang mempunyai efek anestesi lokal yang dapat
(36,67 %).10 mengurangi nyeri lokal. Kompres dingin juga
Menurut Muttaqin (2011) tidak hanya dipercaya dapat mengurangi ketegangan otot
kompres hangat saja yang efektif menurunkan (lebih lama dibandingkan dengan kompres
nyeri, kompres dingin juga efektif menurunkan hangat). Oleh karena itu berdasarkan atas teori
nyeri secara fisiologis. Terapi dengan kompres dan fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa
dingin selama 15 menit menunjukkan efek kompres dingin lebih efektif dalam
penurunan aliran darah pada area lokal, menurunkan persepsi nyeri dan meningkatkan
menurunkan kebutuhan oksigen di jaringan kenyamanan dari pada kompres hangat.12,18
dan mengurangi nyeri. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa kompres dingin dapat Ringkasan
menstimulasi pengeluaran dari endorpin untuk Menstruasi merupakan salah satu tanda
memblok stimulus nyeri. Selain itu, efek yang muncul saat seorang wanita memasuki
endorpin dapat menghasilkan perasaan masa pubertas. Menstruasi biasanya diiringi
nyaman dan perhatian yang terfokus.7,16 dengan beberapa gangguan. Gangguan yang
Hal tersebut sejalan dengan penelitian paling sering dihadapi oleh wanita adalah
Khodijah (2011) mengenai efektivitas kompres dismenore.
dingin terhadap penurunan intensitas nyeri Dismenore dapat menyebabkan
pasien fraktur. Penelitian tersebut ketidaknyamanan dalam beraktivitas sehari-
menunjukkan bahwa kompres dingin hari. Sebagian besar wanita yang mengalami
merupakan salah satu intervensi yang dipilih dismenore mengaku pernah absen sekolah,
untuk mengurangi nyeri fraktur. Setelah penurunan konsentrasi, peningkatan jam tidur
intervensi dilakukan, intensitas nyeri pada setiap harinya saat memasuki periode
kelompok percobaan mengalami penurunan menstruasi.
yang signifikan dari pada kelompok kontrol. Upaya penanggulangan nyeri pada
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kompres dismenore dapat dilakukan secara
dingin efektif dalam menurunkan nyeri pasien farmakologis dan non farmakologis. Obat-
fraktur.17 obatan golongan NSAID adalah pilihan obat
Kompres hangat dan dingin sama-sama yang paling sering dikonsumsi untuk
merupakan terapi non farmakologis yang meredakan dismenore. Namun, penggunaan
efektif, mudah, dan murah. Namun, menurut obat tersebut meningkatkan risiko gangguan
penelitian sebelumnya (2014) didapatkan hasil saluran cerna dan efek samping lain.
bahwa terdapat perbedaan efektifitas Kompres hangat dan kompres dingin
penggunaan kompres hangat dan kompres merupakan teknik untuk meredakan nyeri
dingin terhadap penurunan dismenore pada secara non farmakologis. Keduanya mudah
remaja putri. Rata-rata perubahan intensitas dilakukan dan cukup aman karena dapat
nyeri pada kelompok kompres hangat adalah meredakan nyeri secara fisiologis.
sebesar 16,56 sedangkan pada kelompok
kompres dingin sebesar 34,44, dapat Simpulan
disimpulkan bahwa perubahan rata-rata Kompres dingin memiliki efektivitas yang
intensitas nyeri pada kelompok kompres dingin lebih tinggi dibanding kompres hangat dalam
lebih efektif untuk menurunkan dismenorea meredakan nyeri pada dismenore. Hal ini
dibanding pada kelompok kompres hangat.12 karena pada kompres dingin, pengalihan
Pada kompres dingin, pengalihan persepsi nyeri menjadi rasa dingin lebih
persepsi nyeri menjadi rasa dingin yang lebih dominan. Sedangkan pada kompres hangat
dominan adalah salah satu tipe transendensi tidak mempunyai efek yang sama dengan
yang telah tercapai sehingga responden kompres dingin.
merasa lebih nyaman. Sedangkan pada
kompres hangat tidak mempunyai efek yang Daftar Pustaka
sama dengan kompres dingin. Kompres hangat 1. Mansur H. Psikologi ibu dan anak. Jakarta:
hanya meredakan nyeri dengan menyingkirkan Salemba Medika; 2009.
produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, 2. Anurogo D, Wulandari S. Cara jitu
histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan menangani nyeri haid. Yogyakarta: ANDI;
nyeri lokal. Kompres hangat juga tidak 2011.

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|82


Siti Maimunah, Ratna Dewi Puspita Sari, Arif Yudho Prabowo|Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres
Dingin sebagai Terapi Non-Farmakologis Dismenore pada Remaja

3. Okoro RN, Malgwi H, Pharm B, Okoro GO. 2013;6(1):1-10.


Evaluation of factors that increase the 11. Gunawan SG. Farmakologi dan terapi.
severity of dysmenorrhoea among Edisi Ke-5. Jakarta: Jakarta UI Press; 2009.
university female students in Maiduguri , 12. Oktasari G, Misrawati, Utami GT.
North Eastern Nigeria. IJAHSP. Perbandingan efektivitas kompres hangat
2013;11(4):1-10. dan kompres dingin terhadap penurunan
4. Andira D. Seluk beluk kesehatan dismenorea pada remaja putri. JOM.
reproduksi wanita. Yogyakarta: A*Plush 2014;1(1):1-8.
Books; 2010. 13. Malanga GA, Yan N, Stark J, Yan N, Stark J.
5. Puji I. Efektivitas senam dismenore dalam Mechanisms and efficacy of heat and cold
mengurangi dismenore pada remaja putri therapies for musculoskeletal injury.
di SMU N 5 Semarang [skripsi]. Semarang: Postgrad Med. 2015;127(1):57-65.
Universitas Diponegoro; 2009. 14. James W, Bellew, Susan L, Michlovitz, P
6. Gebeyehu MB, Mekuria AB, Tefera YG, Thomas, Jr N. Modalities for Therapeutic
Andarge DA, Debay YB, Bejiga GS, dkk. Intervension. Edisi Ke-6. Philadelphia: F.A.
Prevalence, impact, and management Davis Co; 2012.
practice of dysmenorrhea among 15. Ermala. Pengaruh penggunaan kompres
University of Gondar Students, hangat dalam pengurangan nyeri
Northwestern Ethiopia: A Cross-Sectional persalinan kala I fase aktif di Klinik Hj.
Study. Int J Reprod Med.2017;1(1):1-8. Hamidah Nasution Medan tahun 2010
7. Mutaqqin A. Buku ajar asuhan [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera
keperawatan klien dengan gangguan Utara; 2010.
sistem persyarafan. Jakarta: Salemba 16. Ayu D, Rosyida C, Suwandono A, Ariyanti I,
Medika; 2011. Mashoedi ID, Fatmasari D. Comparison of
8. Laila NN. Buku pintar menstruasi. effects of abdominal stretching exercise
Yogyakarta: Buku Biru; 2011. and cold compress therapy on menstrual
9. Gumanga SK. Prevalence and severity of pain intensity in teenage girls. Belitung J
dysmenorrhoea among some adolescent Nurs 2017;3(3):221-8.
girls in a secondary school in Accra, 17. Khodijah S. Efektifitas kompres dingin
Ghana. Postgrad Med J of Ghana. terhadap penurunan intensitas nyeri
2012;1(1):1-6. pasien fraktur di Rindu B RSUP. H. Adam
10. Anugraheni VMD, Wahyuningsuh A. Malik, Medan [skripsi]. Medan: Universitas
efektifitas kompres hangat dalam Sumatera Utara; 2011.
menurunkan intensitas nyeri 18. Kozier. Buku ajar fundamental
dysmenorrhoea pada mahasiswi STIKES keperawatan, konsep, proses & praktik
RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES. volume 1 dan 2. Jakarta: EGC; 2010.

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|83

Anda mungkin juga menyukai