Si Joint
Si Joint
PEMBAHASAN
Sendi sakroiliaka / sacroiliac joint (SIJ) terdiri dari artikulasi antara sakrum dan bagian
sacrum dari tulang coxa yang terletak bilateral. Sakrum merupakan tulang yang berbentuk
doublewdge yang merupakan fusi dari 5 vertebrae sakral, yang menipis dari anterior
hingga ke bagian posterior dan dari sepalik ke caudal. SIJ diklasifikasikan sebagai SIJnovial
dengan permukaan datar dimana terdapat tonjolan dan depresi sehingga permukaannya menjadi
kasar pada permukaan sendi, yang meningkatkan friksi dan membatasi pergerakan. Beberapa
penulis percaya bahwa hanya 1/3 bagian anterior merupakan SIJnovial sejati, dengan sistem
keseimbangan yang terdiri dari koneksi ligamen. Permukaan sendi ini dijelaskan sebagai ukuran,
bentuk, dan arah yang asimetris, dan variabilitas ini berkontribusi dalam stabilisasi sendi.
Permukaan SIJ yang ireguler dengan tonjolan dan bagian yang terdepresi bervariasi antara 2
hingga 10 mm tingginya atau kedalamannya.
Bentuk umum dari topografi permukaan sendi pada saat lahir hingga pubertas bersifat
datar. Setelah pubertas, terjadi perubahan kontur menjadi tonjolan seperti bulan sabit yang
berkembang di sepanjang permukaan iliaka, dan depresi pada sisisakrum. Topografi ini
bervariasidan berkembang pada pria. Artikulasi SIJ membantu untuk membentuk arkus posterior
pelvis, yang termasuk 3 bagian atas vertebra sakral dan bagian iliaka yang terbentuk dari SIJ
hingga asetabulum. Berat batang tubuh dan ekstremitasatas ditransmisikan melalui arkus ini.
Arkus anterior terdiri dari ramus pubis superior dan simfisis pubis.
1. Ligamen sakroiliaka interoseus, merupakan ligamen yang lebar yang menyangga celah
ireguler pada bagian posterior dan superior dari celah sendi. Ligamen ini terdiri dari
bagian dalam dan superfisial. Bagian superfisial bergabung dengan ligamen sakroiliaka
dorsalis. Ligamen ini merupaka sindemosis terbesar dalam tubuh dan terkuat yang
menyangga regio ini. Ligamen ini mencegah terjadinya separasi vertikal dan translasi
anteroposterior dan menjaga stabilitas sendi secara keseluruhan.
2. Ligamen sakroiliaka anterior, merupakan penebalan bagian anterior dan inferior dari
kapsul sendi. Ligamen ini lebih berkembang dekat spina iliaka posterior superior dan
garis arkuata. Ligamen ini melawan translasi inferior superior, separasi permukaan
sendi, dan pergerakan anterior promontorium sakral.
6. Ligamen iliolumbar memiliki arah dari prosesus transversus L4 dan L5 hingga ke krista
iliaka dan bergabung dengan ligamen interoseus. Fungsi ligamen ini adalah mengurangi
pergerakan antara bagian distal lumbar dan sakrum serta mencegah separasi sakrum dari
ilia.
Walaupun kenyataannya bahwa tidak ada satu otot yang spesifik bertindak sebagai agonis
atau penggerak utama SIJ, tetapi merupakan kumpulan beberapa otot dan fascia yang bertindak
secara tidak langsung pada stabilitas sendi. Ligamen SIJ dan lumbar bertautan dengan fascia
torakolumbar. Ligamen-ligamen ini dan fascia berada dalam posisi yang memungkinkan
pergerakan dan stabilitas tulang belakang dan ekstremitas bawah. Hal ini menunjukkan adanya
mekanisme yang kompleks dan bersifat tiga dimensi yang memungkinkan adanya stabilitas
sekaligus mentrasfer dan meredam tekanan berat tubuh. Otot-otot dan fascia berikut secara
langsung dan tidak langsung mempengaruhi pelvis dan fungsi SIJ:
2. Tensor fascia lata dan gluteus medius dan minimus berperan dalam tabilitas pelvis dalam
arah frontal dan mempengaruhi gerakan ilial secara langsung.
3. Hip extensor berperan dalam stabilitas sagitaldan mempengaruhi pergerakan
sakral karena melekat pada ligamen sakrotuberous.
6. Illiopsoas, karena perlekatannya pada ilium, sakrum, dan dan segmen bawah lumbar,
dan ligamentum sakroiliaka anterior dapat secara langsung mempengaruhi fungsi
lumbopelvis.
Meskipun SIJ diketahui terlibat dalam nyeri lumbopelvis, beberapa penelitian telah
meneliti inervasi dari SIJ. Inervasi oleh cabang dari ramus lumbopelvis ventral telah dilaporkan
namun belum diverifikasi. Sebaliknya, inervasi SIJ oleh cabang kecil dari ramus posterior telah
dilaporkan oleh beberapa penulis. Bradley menemukan bahwa serat tipis yang menginervasi
sendi dari L5 hingga S3, sedangkan Grob melaporkan cabang yang menuju sendi tersebut berasal
dari ramus posterior S1- S4. Patel pada tahun 2012 melaporkan keberhasilan dalam meredam
nyeri SIJ dengan menggunakan neurotomi pada ramus primer dorsal L5 dan cabang lateral ramus
sakral dorsal dari S1 hingga S3.
Serat saraf bermielin dan tidak bermielin ditemukan pada SIJ. Banyak akson dari saraf
yang menginervasi SIJ kurang lebih berdiameter 0,2-2,5 mm, menempati daerah grup IV (C-
fibers) dan mungkin di dalam ujung kecil dari grup III (A-delta). Area ini kaya akan persarafan
dan mekanoreseptor yang mirip dengan Golgi tendon organ telah diidentifikasi pada sistem
ligamentum sakroiliaka. Kapsul fibrosa SIJ juga diinervasi oleh sistem reseptor
nosiseptik. Sistem ini terdapat pada keseluruhan lapisan kapsul sendi, termasuk
ligamentum sakroiliaka. Bukti adanya propioseptor pada persendian lumbar juga terdapat
pada manusia. Penelitian McLain dan Pickar pada 23 kapsul faset lumbar manusia menemukan
adanya serat akhir dari grup I,II, dan III pada kapsul sendi faset lumbar. Propioseptor ini
berperan dalam informasi yang berkaitan dengan pergerakan dan ptroteksi pergerakan
pada sistem saraf pusat bergantung pada posisi sendi dan fungsi.
Bukti mekanoreseptor pada diskus intervertebralis pada manusia juga telah ada.
Robert meneliti diskus intervertebralis pada 67 manusia dan menemukan struktur menyerupai
korpuskel Pacini, Rufini, dan Golgi tendon organ. Struktur ini ditemukan pada lamela 2-3 diskus
dan ligamen longitudinal anterior. Reseptor ini dianggap berperan dalam sensasi dari postur dan
pergerakan, sama seperti nosisepsi. Fungsi dari sistem yang kompleks dari otot, ligamen, dan
fascia, pada akhirnya berperan bukan untuk mencetuskan terjadinya pergerakan pada SIJ tetapi
stabilisasi dan efek menguatkan dalam efisiensi transfer beban atau tenaga.
2.2. Biomekanis SIJ
Konsep bahwa SIJ merupakan pusat dari LBP didasarkan bahwa SIJ
memiliki pergerakan. SIJ merupakan SIJnovial tipikal pada separuh bagian anterior, sehingga ide
bahwa adanya pergerakan dapat saja muncul. Beberapa penelitian telah dilakukan secara in vivo
dan in vitro. Satu hal yang menjadi kesimpulan bahwa adanya konsep pergerakan SIJ bukan
merupakan pergerakan yang sederhana, melibatkan hanya 1 axis. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Reynold menemukan bahwa rotasi sacral yang terjadi dalam bidang sagital saat fleksi
panggul, aksis longitudinal selama abduksi panggul dan aksis frontal saat kombinasi
abduksi panggul dan fleksi. Beberapa peneliti menemukan bahwa translasi dan ritasi sakrum
pada bidang sagittal merupakan gerakan yang paling dominan. Beberapa peneliti lain meyakini
bahwa kombinasi simultan translasi dan pergerakan dalam bidang median (fleksi/ekstensi, ke
atas/ke bawah, dan rotasi). Tiga aksis terpisah dari rotasi yang melalui simphisis pubis telah
didemonstrasikan dengan 1 tulang panggul yang ditempatkan dalam posisi fleksi dan 1 bagian
lain dalam keadaan ekstensi.
Sejumlah pergerakan dapat terjadi pada SIJ juga telah diteliti dengan berbagai metode in
vivo dan in vitro. Penelitian yang dilakukan selama 10 tahun pada gerakan rotasi menemukan
range of movement (ROM) sebesar 1 o hingga 3o. Penelitian ini mengukur pergerakan translasi
yang menunjukkan bahwa ROM kurang dari 3 mm. Vleeming menemukan bahwa pada 83%
sujek penelitian, total ROM tidak pernahn melewati 2o dengan hanya satu subjek yang memiliki
ROM 2,7o. Untuk mendukung penelitian ini, mereka mengukur maksimal pergerakan pada sunjek
pria yaitu sebesar 1,20 dan 2,8o pada wanita. Selama fleksi sakrum, ilia bergeser ke arah depan
satu dengan yang lainnya maksimal 1-1,5 mm. Perubahan gerakan SIJ juga nampak pada
peningkatan usia. Penurunan gerakan telah ditemukan. Bukti kuat adanya pergerakan pada SIJ
telah dibuktikan tetapi sejumlah pergerakan minimal menambah hipermobilitas yang
menyebabkan terjadinya nyeri pada sakroiliaka. Pada orang dengan patologi sendi yang berat
atau instabilitas traumatik, wanita multipara, atau orang dengan atrofi otot akibat tirah baring
yang lama atau cedera neuron motor bawah memiliki hipermobilitas yang signifikan
sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri SIJ.
Selama proses mengayunkan kaki saat berjalan, ilium akan berotasi posterior, lalu
berubah menjadi rotasi anterior setelah berespon terhadap beban dan menerima posisi maksimal
pada langkah terjauh. Sakrum akan berotasi ke depan yaitu dalam aksis diagonal selama respon
terhadap beban, mencapai posisi maksimal pada setengah langkah, lalu akan kembali ke posisi
semula saat langkah terjauh. Toraks akan berotasi 180 o relatif terhadap pelvis saat fase
berjalan sedangkan lumbar berotasi terhadapnya. Pergerakan intrapelvis juga terjadi untuk
membantu mengurangi stress aksial, torsional, dan shear stress. Selama berjalan, terdapat momen
inersia dari tubuh bagian atas, dan deselerasi pada innominate menyebarkan beban yang diredam
oleh SIJ. Konterrotasi tubuh bagian atas berperan dalam rotasi sakrum ke arah posterior, sehingga
mengurangi deselerasi SIJ.
Ada banyak istilah yang digunakan untuk masalah sendi sakroiliaka, termasuk
disfungsi sendi sakroiliaka, sindrom SIJ, ketegangan SIJ, dan peradangan SIJ.
Masing-masing istilah mengacu pada suatu kondisi yang mana menyebabkan nyeri pada SIJ.
Disfungsi SIJ biasanya disebabkan oleh multi faktor.
Seperti sendi lain dalam badan, SIJ memiliki lapisan tulang rawan yang menutupi tulang.
Tulang rawan memungkinkan untuk terjadinya beberapa gerakan dan bertindak sebagai
peredam syok antara tulang. Ketika tulang rawan ini rusak atau menipis, tulang mulai
bergesekan satu sama lain, dan menyebabkan terjadinya arthritis degenerative
(osteoarthritis). Ini adalah penyebab paling umum dari disfungsi SIJ . Artritis degeneratif terjadi
umumnya pada SIJ, seperti yang terjadi pada sendi-sendi lain di dalam tubuh.
Penyebab umum lainnya dari disfungsi SIJ adalah kehamilan. Selama kehamilan, hormon
dilepaskan dalam tubuh wanita yang memungkinkan ligamen untuk meregang. Ini
mempersiapkan tubuh untuk melahirkan. Relaksasi dari ligamen yang menjaga SIJ
memungkinkan untuk terjadinya peningkatan gerakan dalam sendi dan boleh memicu kepada
meningkatnya tekanan dan penipisan tulang rawan yang abnormal. Peningkatan berat badan
dan cara berjalan sewaktu sedang hamil juga menyumbang kepada tambahan beban kepada SIJ.
Setiap kondisi yang menganggu cara berjalan yang normal akan menyebabkan
terjadinya peningkatan beban pada SIJ. Ini dapat mencakup perbedaan panjang kaki (satu kaki
lebih panjang dari yang lain), atau nyeri di pinggul, lutut, pergelangan kaki, atau kaki. Pasien
dengan sakit di ekstremitas bawah sering berkembang menjadi masalah pada punggung bawah
(lumbar spine) atau SIJ. Dalam kebanyakan kasus jika masalah yang mendasari penyakit ini
diobati, secara langsung disfungsi SIJ dan nyeri punggung bawah akan membaik.
Ada banyak penyebab yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh yang juga bisa
menyumbang kepada peradangan pada SIJ. Ini termasuk gout, rheumatoid arthritis, psoriasis,
dan spondilitis. Ini semua adalah berbagai bentuk arthritis yang dapat mempengaruhi semua
sendi yang ada di dalam tubuh.
1. Panjang kaki yang tidak sama yang sering terlihat pada penderita polio dapat
menyebabkan tekanan asimetris pada panggul yang mengakibatkan rasa sakit,
biasanya di tungkai lebih pendek. Ketidakseimbangan otot di kaki atau
kelemahan sebelah otot ekstremitas bawah dapat menyebabkan perpindahan
abnormal tekanan dan beban melalui tubuh dalam postur asimetris,
meningkatkan tekanan pada satu atau sisi lain dari panggul.
2. Penjagaan ekstrimitas bawah dan otot abdomen yang tidak baik dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan pada ligamen, yang menyumbang kepada
kelemahan dan kekakuan serta disfungsi SIJ.
6. Potur dan kebiasaan duduk, berdiri, dan kegiatan sehari-hari yang buruk dapat
menyebabkan peletakan tulang sacrum yang tidak benar.
7. Trauma atau cedera karena jatuh secara langsung di tulang panggul, pukulan ke
sisi panggul, atau kecelakaan kendaraan bermotor dapat meningkatkan
regangan ligamen di sekitar SIJ, menyebabkan gangguan dan trauma pada SIJ.
Wanita mempunyaia risiko yang lebih besar untuk terjadinya disfungsi SIJ. Secara
anatomi juga, perempuan mempunyai tulang panggul yang lebih besar dari lelaki dan efek dari
hormon yang dilepaskan untuk memberi relaksiasi kepada tulang pelvis sewaktu proses
persalinan (relaxin) berperan dalam terjadinya hipermobilisasi SIJ.
2.5. Patofisiologi Disfungsi SIJ
Disfungsi SIJ diidentifikasikan menjadi 2 tipe dasar : anterior dan posterior. Tanpa
memandang tipe disfungsi, beberapa mekanisme umum atau rantai kejadian
diidentifikasikan sebagai penyebab disfungsi SIJ. Disfungsi anterior diidentifikasikan memiliki 2
mekanisme. Mekanisme pertama yaitu selama fleksi tubuh ke depan di mana rotasi anterior
innominate dan pergerakan ke bawah dan terfiksasi di sakrum. Apabila hanya sedikit penopang
tersedia dari otot abdominal selama pengembalian posisi ke posisi tegak, berat tambahan
menyebabkan sakrum terletak lurus ke bawah secara vertikal dan mengunci SIJ. Pergerakan
anterior ini akan mengunci ligament sakroiliaka posterior sehingga menyebabkan penekanan
pada ligamen anterior yang tipis.
Mekanisme kedua adalah saat jatuh akibat salah langkah yang cukup keras dan tiba-tiba
atau saat jatuh yang bertumpu pada bokong. Deselerasi tiba-tiba, dikombinasikan dengan momen
inersia sakrum, menekan sakrum secara vertikal ke arah bawah. Beberapa peneliti lain
menyatakan bahwa disfungsi posterior atau penguncian sisi posterior innominate terhadap
sakrum lebih sering terjadi. DinTigny menyatakan bahwa hal ini secara alamiah terjadi yaitu
akibat ligamentum sakroiliaka yang tebal dan kuat dan mekanisme penguncian normal yang
terjadi dengan rotasi innominate posterior. Mekanisme yang mungkin terjadi saat berjalan yaitu
bila SIJ terfiksasi atau hipomobilisasi sebagai akibat cedera atau disfungsi, tegangan antara
momen inersia tubuh dan deselarsi pelvis tidak diredam tetapi ditransfer ke jaringan sekitarnya,
termasuk diskus L5-S1. SIJ dapat mengalami strained pada postur kifosis, duduk yang tidak
ditopang, translasi posterior toraks, ekstensi toraks, dan pembebanan asimetris pada ekstremitas
bawah. Duduk dalam waktu lama juga dinyatakan sebagai stressor terhadap SIJ.
Kehamilan juga merupakan bukti bahwa disfungsi SIJ secara signifikan menyebabkan LBP.
Akibat pelepasan relaxin saat kehamilan sehingga SIJ menjadi lebih mobile dan disfungsi gaya
berjalan, nyeri, serta nyeri tekan pernah dilaporkan. Hal ini terjadi akibat beban dari bagian
anterior pelvis meningkat dan melemahnya otot penyangga pelvis, rotasi anterior dapat terjadi.
Relaxin juga melemahkan ligamen sehingga lebih rentan terhadap cedera.
1. Hipermobilisasi
Pada beberapa orang, terjadinya misligamen rotasi pada SIJ disebabkan oleh
terjadinya kebalikan hubungan normal penguncian ligament yang cekung-
cembung. Variasi dalam hasil konfigurasi gabungan pada beberapa-beberapa
sendi sakroiliaka menjadi lemah atau lebih rentan untuk membentuk misligamen.
Beberapa ketidakseimbangan biomekanis atau panjang otot pada akhirnya bisa
mempengaruhi seseorang untuk membentuk disfungsi SIJ. Ini mungkin
disebabkan oleh cara jalan yang abnormal atau stress berulang kepada SIJ dan jaringan-
jaringan yang bersangkutan. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dengan panjang
kaki yang tidak sama, skoliosis, riwayat polio, kualitas alas kaki yang buruk, dan
osteoarthritis panggul.
2. Hipomobilitas
Hipomobilitas dari SIJ adalah gangguan intra-artikular kerana pertambahan usia
atau proses degeneratif sendi di mana sendi menjadi susah digerakkan atau
menjadi terkunci. Hipomobilitas seperti ini juga dapat terjadi pada penyakit- penyakit
paradangan sendi seperti ankilosis spondilitis, rheumatoid arthritis, atau infeksi.
- Sciatic-like pain,
Nyeri yang berjalan dari saraf skiatik pada region lumbar hingga ke daerah
bokong, bagian posterior paha, dan terkadang hingga ke betis dan kaki. Nyeri disebabkan
oleh iritasi ujung saraf yang bergabung pada tulang belakang untuk membentuk nervus
isiadika. Akan terasa kesemutan, tingling, atau sensasi terbakar pada kaki.
- Sindrom piriformis
Posisi duduk terkadang sangat susah dan sangat nyeri, terutama saat mengendarai
mobil. Nyeri ini terkadang meiliki pola yang membigungkan dengan nyeri akibat tulang
punggung atau nyeri pelvis sehingga menjadi masalah dalam membuat diagnosis
disfungsi SIJ.
A. Anamnesis
Kunci dalam diagnosis disfungsi sendi sakroiliaka adalah rasa nyeri. Banyak
penulis telah berusaha untuk mendefinisikan pola nyeri yang khas terkait dengan
disfungsi SIJ. Beberapa laporan menyebutkan pasien mengatakan rasa nyeri
dirasakan pada salah satu atau kedua pinggul di atau dekat tulang belakang posterior
superior iliaka. Namun, rasa sakit menjalar ke pinggul, paha posterior, atau bahkan betis
telah ditemukan.
- Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan sebagai nyeri tumpul atau tajam, menusu,
atau nyeri-knife like
- Nyeri yang lebih buruk di pagi hari (kekakuan pagi) dan hilang dengan olahraga.
Keluhan seperti ini biasanya dihubungkan dengan penyakit inflamasi
B. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi sering menemukan panjang panggul yang tidak sama. Temuan ini
dapat menjadi indikasi untuk disfungsi SIJ salah satu atau kedua-dua
sakroiliaka.
- Palpasi mungkin merupakan indikasi yang paling tepat dari nyeri SIJ.
Pasien biasanya menempatkan ibu jari langsung ke satu tempat tertentu
dimana nyeri dirasakan. Pasien biasanya dapat mengetahui dengan tepat
dimana sakit dirasakan (sign Fortin Finger).
Langkah berikutnya dalam mendiagnosis disfungsi SIJ adalah photo polos (X-
ray). Pasien mungkin harus melakukan foto X-ray panggul, pinggul, atau tulang lumbal
tergantung dari temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Computed tomography
(CAT atau CT) scan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. CT
scan memberikan tampilan yang lebih jelas pada sendi dan tulang. X-ray dan CT scan
dapat membantu mengidentifikasi sakroiliitis. Hal ini ditunjukkan dengan
gambaran sklerosis pada sendi. Difungsi yang lebih berat dapat dilihat sebagai erosi
tulang disekitar sendi. Tes ini juga dapat mencari fusi SIJ. Tes CT scan dan X-Ray juga
dapat memberikan gambaran ada nya penyatuan di SIJ.
Seringkali metode yang paling akurat mendiagnosis disfungsi SIJ adalah dengan
melakukan suntikan yang dapat mematikan rasa pada area yang bermasalah, dengan
demikian dapat menunjukkan sumber nyeri. Bahan anestesi seperti lidokain
dapat disuntikkan bersama dengan streroid (cortisone) secara langsung ke dalam SIJ.
Hal ini biasanya dilakukan dengan bantuan mesin X-ray untuk memverifikasi
suntikan dalam SIJ. Anestesi dan steroid dapat membantu meringankan rasa
sakit dari peradangan yang umum dengan disfungsi SIJ.
1. Fase Akut
a. Program Rehabilitas
Sepuluh hari pertama dianggap fase akut. Jika gejala tidak hilang dalam
10-18 hari maka masalah ini diangap sudah memasuki fase subakut. Nyeri
berlangsung lebih dari 6 bulan dianggap sebagai fase kronis.
b. Terapi Fisik
c. Operasi
d. Konsultasi
Jika rasa sakit tidak teratasi dengan baik dalam 2-3 minggu pertama,
suntikan intra-artikular dengan mengunakan fluoroscopic sebagai marking harus
dipertimbangkan. Injeksi SIJ sering dilakukan dengan campuran anestesi dan
steroid, seperti yang dijelaskan oleh Fortin pada tahun 1994. Ketika sumber yang
sebenarnya dari ketidaknyamanan pasien tidak jelas, pengurangan rasa nyeri
dari post injeksi dapat memberikan informasi diagnostik yang signifikan.
Penggunaan fluoroscopic sebagai marking penting karena, meskipun suntikan
lokal ke daerah yang paling dirasakan nyeri dapat memberikan kesan
sementara yang efektif, namun jarum jarang memasuki sendi yang dirasakan
sakit tersebut. CT scan atau MRI juga dapat digunakan untuk memandu suntikan
ke SIJ.
2. Fase Penyembuhan
a. Program Rehabilitasi