Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Era globalisasi saat ini akan mendorong para praktisi keperawatan berbenah diri untuk
melakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan adalah salah satu
sub system pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan komponen sentral untuk
terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, berbagai pihak tel;ah


melakukan berbagai upaya seperti: pengembangan institusi pendidikan perawat, perbaikan
kurikulum, peningkatan sarana dan fasilitas yang memadai dan perombakan system
manajemen asuhan keperawatan kepada pasien. Namun, pada pada kenyataannya hasil yang
dicapai belum bisa di katakana memuaskan. Hal ini dapat diketahui dalam keluhan yang di
sampaikan oleh pasien dan keluarganya ketika sedang di rawat di Rs. Kondisi yang demikian
sesungguhnya banyak factor yang menyebabkan, antara lain: kurangnya kesistematisan kerja
perawat, kurangnya dasar yang digunakan oleh perawat dalam menjalankan tugas dan
perannya. Serta kurangnya pemahaman dan penghayatan akan konsep-konsep keperawatan
yang melandasi pelayanan keperawatan .(Departemen Kesehatan Republic Indonesia, 1991).

Oleh sebab itu mengingat keperawat suatu profesi yang mandiri dan dilandasi ilmu
pengetahuan keperawatan, maka sudah seharusnya tenaga keperawatan dapat memberikan
pelayanan keperawatan secara professional. Setelah bertahun-tahun pelayanan keperawatn di
RS menggunakan metode pemberian asuhan keperawatan dengan metode fungsional. Maka
beberapa pimpinan keperawatan telah sebut lambat laun sudah ditinggalkan dan mulai tahun
1950 di berbagai Negara telah dikembangkan metode penugasan tim dalam pembarian
asuhan keperawatan professional.

Dalam pembarian asuahan keperawatn professional, salah satu perubahan yang


dilakukan adalah penataan manajemen pembarian asuahan keperawatan melalui penerapan
model praktik keperatan pfofesional (MPKP). Pengembangan model ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu asuahan keperawatan melalui penataan system pemberian asuahan
keperawatan baik struktur, proses maupun nilai-nilai yang diyakini dapat mendukung
pemberian asuahan keperatan kepada pasien.(sitorus, 1998). Pada aspek struktur dilakukan
penataan tengan keperawatan dan sarana untuk melakukan pendokumentasian asuahan
keperawatan. Sedangkan pada aspek proses harus dilakukan perombakan metode pemberian
asuahan keperawatan, diamana kepada MPKP metode yang digunakana adalah kombinasi
dari metode keperawatn tim dengan metode keperawatan primer. Demikian jugta tentang
nilai-nilai profesional mengandung bahwa seorang perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat serta berkewajiban untuk selalu menghargai pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan berdasarkan ilimu keperawatan.

Pada pelaksanaan MPKP focus utama adalah CARING, yaitu adanya perhatian
kepada pasien dengan menjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien melalui
komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakn efektif apabila gagasan atau pesan yang
disampaikan kepada orang lain berhasil diterima dengan baik. Seorang perawat professional
harus mampu berkomunikasi secar efektif dengan pasien, keluarga pasien, sesame perawat,
dokter, dan dengan semua petugas lain yang terkait dengan tugas keperawatan pasien.
Penerapan MPKP memang telah terbukti dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada
pasien dan berdampak pada peningkatan kepuasan pasien selama dirawat di rumah sakit.
(manurung, 2003).

Disamping itu, dalam praktik keperawatan professional pendekatan yang di gunakan


perawat dalam pemberian asuhan keperawatan adalah proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir untu mengatasi
masalah kesehatan pasien. Proses keperawatan digunakian perawat sebagai kerangka berfikir
untuk menkaji respon pasien, menentukan masalah keperawatan, menyusun rencana dan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan masalah keperawatan pasien serta melakukan
evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang diberiakn. Pemberian asuhan kepearawatan
dengan mengguanakan proses keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat
untuk mencapai asuhan kepewaratan yang berkualitas. Seluruh aktivitas keperawatan tersebut
mulai dari pengkajian samapai dengan evaluasi harus di dokumentasikan, maka dari aspek
hokum berarti seluruh aktivitas yang telah dilakukan dinyatakan tidak ada atau tidak pernah
dilakukan. Dokumentasi keperawatan merupakan penulisan atau pencatatan terhadap asuhan
keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien sebagai bagian dari praktik professional.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pentingnya peratuaran perunfangan di bidang kesehatan ?
b. Bagaimana yang dimaksud dengan praktik perawat dan hukumnya?
c. Apa yang dimaksud malpraktik ?
d. Bagaimana dengan liabilitas seorang perawat ?
e. Apa saja peuang dan ancaman bagi perawat menurut Undang Undang nomer 34
tahun 2009 ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pentingnya peratuaran perunfangan di bidang kesehatan
b. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan praktik perawat dan hukumnya
c. Untuk mengetahui yang dimaksud malpraktik
d. Untuk mengetahui liabilitas seorang perawat
e. Untuk mengetahui apa saja peuang dan ancaman bagi perawat menurut
Undang Undang nomer 34 tahun 2009

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Peraturan Perundang- undangan
Peraturan perundang-undang dibedang kesehatan, merupakan salah satu dari hukum
atau peraturan perundang-undang lainnya, yang berlaku di Negara tercinta ini. Dengan
demikian segala peraturan, yang diberlakukan sudah barang tentu harus bersumberkan pada
undang-undang dasar Negara. (UUD 1945). Tidak terkecuali termasuk undang-undang no. 23
1992, tentang kesehatan.
Sekaligus menempatkan diri keberadaannya merupakan bagian dari tata hukum yang
syah sampai dengan saat ini (kurun waktu tertentu), yang ada kemungkinan kedepan diganti
dengan undang-undang baru, yang disesuaikan dengan tuntutan zaman, dan berlaku di
wilayah Negara Republik Indonesia (di dalam wilayah negara), dengan demikian merupakan
salah satu hukum positif (ius constitutum) saat ini, dibedang kesehatan di dalam Negara kita.
Didalam melaksanakan suatu undang-undang dibutuhkan adanya peraturan
pemerintah, untuk melaksanakan undang-undang bersangkutan, yang selanjutnya yang perlu
ditindak lanjuti dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya (juk. Lak dan juk. Nis
nya), yang secara umum dapat berupa surat keputusan menteri, surat keputusan bersama
menteri-menteri berkaitan, ataupun instruksi menteri, dan selanjutnya.
Sering dijumpai bahwa undang-undangnya telah ada tetapi, didalam praktik
pelaksanaannya masih saja mengacu pada peraturan perundang-undang yang lama. Hal ini
wajar kalau saja memang seperti yang disebutkan diatas, masih belum ada perangkat
lunaknya untuk dapat melaksanakannya. Sebuah undang-undang, untuk dapat
dioperasionalkan , tidak sedikit dibutuhkan peraturan pemerintah yang harus diterbitkan, dan
peraturan menteri yang berkaitan, untuk dapat mengoperasionalkan dan sebagai petunjuk
tekbis pelaksanaan u ndang-undang yang bersangkutan.
Sebagai gambaran, pada UU 23/1992, cuplikan salah satunya untuk cotoh saja pada
pasal 15 ayat (1), “Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu”, dan ayat (2), “tindakan
mesis tertentu sebagaimana dimaksut dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan;
a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut .
b) Dan hanya dapat dilakukan manakala, berdasar indikasi medis, yang mengharuskan
diambinya tindakan tersebut. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keakhlian dan kewenangan untuk itu, dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab
profesi serta berdasarkan pertimbangan tim akhli.
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
d) Pada sarana kesehatan twertentu.”
Sekilas tampak sudah jelas, tentang apa bagaimananya, untuk melakukan tindakan medis
tertentu tersebut, didalam memberikan pertolongan kepada ibu hamil dan janinnya, dalam
keadaan darurat. Namun kita untuk memperoleh kejelasan tentang: keadaan darurat yang
mengancam jiwa ibu dan janin, yang bagaimana yang dimaksut, hal ini belum rinci jelas;
(indikasi medis yang mana saja yang dibolehkan); tentang yang memiliki keakhlian, jelas ini
berdasarkan dari suatu pendidikan tertentu, kewenagna, diperoleh berdasar izin yang
dikeluarkan oleh pejabat pemerintah yang berwenag untuk itu, bagaimana syarat dan
prosedur memperolehnya, dls; persetujuan, bagaimana bentuknya format, siapa yang
mengeluarkan, perlu meterai atau bagaimana, dls, perlu penjelasan lanjut; prasaran kesehatan
tertentu, yang maksut, apakah harus rumah sakit, apakah pusdkesmas, apakah rumah bersalin,
ataukah ynag mana, tidak jelas.
Dengan demikian kita memperoleh suatu gambaran bahwa, untuk melasanakan pasal 15,
saja dibutuhkan bnayak peraturan lain yang mendukungnya, lebih-lebih didalam ayat (3),
pasal bersdangkutan jelas dan tegas disebutkan, “ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan
medis tertentu sebagaimana dimkasut dalam ayat (1). Dan ayat (2). Ditetapkan dengan
peraturan pemerintah”. Jelaskan selama belum ada peraturan pemerintah untuk hal tersebut,
dan diikuti dengan juklas dan juknis nya, maka undang-undang yang mengatur tindakan
medis tertentu untuk menyelamatakan jiwa ibu hamil dengan bayinya, tetap masih belum
bisa dilaksanakan sesuai dengan undang-undang 23/1992, tentang kesehatan ynag dimaksut.
Keadaan lain, misalnya pada undang-undang no. 5 tahun 1997, tentang psikotropika.
Dimana lingkup penganturannya tentang, sebagai kegiatan yang berhubungan dengan
psikotropika,yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Pada undang-undang
ini diatur pula pengelompokan psikotropika menjadi 4 kelompok, dimana disebutkan antara
lain, golongan I, terdiri dari 26 jenispsikotropika diantaranya ekstasi & LSD, yang keduanya
tersebut bukan termasuk golongan obat, karena potensi menyebabkan ketergantungan yang
sangat kuat, dan hanya kasus untuk kepentinagan penelitian dengan izin yang sangat amat
ketat. Golongan II, terdiri dari 14 jenis, diantarnya, amphetamine, dexaphetamine,
metamphetamine dls. Golongan III, terdapat sebanyak 9 jenisyang salah satunya sering kita
dengar yakni rohypnol, bahan ini tidak terdaftar pada departemen kesehatan, sedangkan
golongan IV, sebanyak 6 jenis, diantaranya banyak digunakan pada pelayanan kesehatn
antara lain, diazepam, Phenobarbital atau luminal, meprobemat, chlordiaz-epoxide,dls.
Untuk dapat dioperasionalkan undang-undang ini dengan efektif, maka perlu ada semacam
petunjuk pelaksanaannya dan petunjuk tekniknya, berupa peraturan menteri kesehatan nomor
688/menkes/per/VII/1997 tentang peredarannya, dan obat keras yang termasuk didalam obat
wajib apotik, sepanjang tidak mengandun diazepam atau chlodiazepomide, yang dapat
dilayani oleh apotik hanya dengan berdasar resep dokter saja, yang halusnya disempurnakan
dengan keputusan menteri kesehatan no. 347/menkes/SK/VII/1990, tentang obat wajib
apotik.
Dengan demikian, menjadi jelas barang siapa yang berbuat tidak sesuai dengan undang-
undang dimaksut, dan peraturan menteri kesehatan tersebut. Dapat dikenakan sagsi
yang’’sesuai denagn tingkat kesehatan.
2.2 Praktik Keperawatan Dan Hukumnya

Tidak ada isu hokum yang menimbulkan kecemasan di antara perawat sebesar isu liabilitas
malpraktik. Perkara malpraktik secara emosional dapat menyiksa, secara professional
menghancurkan, dan secara financial membawa malapetaka. Patut disayangkan, semakin
banyak perawat terjerat perkara hokum dan tidak ada tanda-tanda tren ini akan berubah.
Beberapa alas an yang mendasari fenomena ini adalah:

 Pengetahuan klien tentang perawatan kesehatan semakin meningkat dan ekspetasi


merekanlebih tinggi.
 Untuk membantu untuk menekan biaya, system pelayanan kesehatan semakin giat
mengganti tenaga perawat dengan teknisi atau pembantu perawat, yang biasanya
disupervisi perawat. Perawat kemudian bertanggung jawab terhadap tindakannya
juga tindakan bawahannya.
 Otonomi perawat dalam praktik semakin bertambah. Hal ini membuat tanggung
jawab mereka terhadap kesalahan yang terjadi menjadi lebih besar dan meningkatkan
kemungkinan mereka di tuntut.
 Pengadilan diperluas definisi liabilitas, menghimbau semua professional semua
berbagai bidang menerapkan standar akuntabilitas yang lebih tinggi.

Kekalahan anda dalam suatu perkara hokum malpralpraktik dapat membahayakan


karir sebagai perawat. Calon majikan dn perusahaan asuransi akan menyelidiki apakah anda
pernah terbukti bertanggung jawab terhadadap malpraktik keperawatan atau pernah menjadi
tergugat dalam suatu perkara hokum. Apabila pernah, maka akan sulit bagi anda
mendapatkan pekerjaan. Dan juga akan membayar premiyang lebih mahal untuk ansuransi
liabilitas professional dan beberapa perusahan asuransi mungkin menolak member
perlindungan ansuransi. Lebih parah lagi, suatu keputusan yang menentang akan melibatkan
pembayaran sejumlah besar uang. Menurut asosiasi perawat amerika(American nurses
association, ANA) biaya rata-rata akan dikenakan untuk setiapa klaim kurang lebih 145.000
dolar AS. Denda denda yang paling tinggi yang pernah di bebankan kepada seorang perawat
ialah 5 juta dolar, di tetapkan setelah perawat gagal membaca label obat dan member pasien
lidokain 10 kali dosis yang diprogramkan.

Untungnya, anda dapat membatasi kerentana terhadap perkara perkara malpraktik.


Strategi yang paling penting member pasien asuhan keperawat sebaik mungkin, menurut
standar professional tertinggi. Standar asuahan yang dimaksud adalah batasan yang di
tetapkan pada setiap UU praktik kepearawat bagian, kebijakan prosedur yang ditetapkan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan, standar yang didapati oleh assosiasi perawat Amerika (ANA),
dan standar yang ditetapkan organisasi keperawatan klinis spesialisasi. Setiap perawat harus
memahami dengan baik UU praktik perawat di negaranya masing-masing dan standar lain
yang dapat diterapkan dalam praktiknya,

Lebih lanjut lagi, anda dapat lagi melindungi diri dengan memahami UU malpraktik.
Menjelaskan isu-isu malpraktik dan definisi istilah-istilah kunci dalam hokum, dan
menjelaskan doktrin hukum yang dapat digunakn sebagai pembelaan selama proses
pengadilan suatu perkara malpraktik.

2.3 Memahami Hukum Malpraktik

Cara pandang system hokum tentang, malpraktik berkembang dari pemikiran bahwa
setiap orang bertanggung jawab terhadap konsekuensi tindakannya. Hokum malpraktik
mengatur tentang tanggung jawab professional terhadap penalataran/ pelalaian (negligence),
kealpaan ( omossion), bahaya disengaja (intentional harm)

2.4 Liabilitas Keperawatan

Tingkat pendidikan dan lisensi yang disyaratkan bagi perwat untuk melakukan praktik
meningkat setelah perang ke II lantaran tugas-tugas keperawatan menjadi semakin kompleks
sehingga perawatan di tuntut untuk menguasai spesialisasi tertentu, berbagai perubahan ini
memungkinkan perawat mulai melakukan penilaian seacara mandiri. Peningkatan tanggung
jawab ini memang membuat perawat meneriam imbalan yang lebih besar, tetapi sekaligus
juga membuat pearawat memiliki liabilitas lebih besar terhadap kesalahan yang mungkin
terjadi. Dengan demikian, kemungkinan mereka dituntut juga meningkat

2.5 Penyebab Tuntutan Hukum Terhadap Perawat


Pasien jatuh dalam kesalahn pengobatan adalah dua penyebab utama tuntutan hokum
terhadap perawat masalah lain yang menyetuskan hukum meliputi:

 Kesalahan di kamar operasi, misal kassa/kapas atau instrument tertinggal di dalam


tubuh pasien karena perawat tidak menghitung atau akurat menghitung jumlah jarum
atau tampon (kain penyerap)
 Komunikasi tidak efektif antara perawat dan dokter atau antara shift perawat yang
satu dan berikutnya.
 Observasi yang tidak adekuat terhadap pasien sehingga menimbulkan salah diagnose
atau cedera.

Selain itu perawat yang bekeraja area praktik khusus sangat rentan terhadap perkara hukum.

2.6 Peluang dan Ancaman Bagi Tenaga Kesehatan Menurut Undang – Undang Nomor 34 tahun 2009

Pasal Ayat Bunyi Ayat Analisa Kategori


Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang Dari kata kata

Ancaman
44 menjalankan praktik wajib memiliki dalam undang
STR. undang ini sangat
jelas ,bahwasanya
setiap tenaga
4 STR berlaku selama 5 (lima) tahun kesehatan yang
dan dapat diregistrasi ulang setelah akan melakukan
memenuhi persyaratan praktik kesehatan
harus dan di
wajibkan untuk
memiliki surat izin
sebagiai bukti ke
legalan di dalam
memberikan
pelayanan yakni
STR dimana STR
ini memeiliki masa
berlaku selama 5
tahun dan harus
diadakan regristrasi
ulang setelahnya ,
barang siapa yang
tidak memiliki STR
dilarang untuk
memberikan
pelayanan
kesehatan
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang Setiap tenaga
ancaman
dan
Peluang

46 menjalankan praktik di bidang kesehatan yang


pelayanan kesehatan wajib memiliki akan melakukan
izin raktik jelas dan
2 Izin sebagaimana dimaksud pada diwajibkan harus
ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP memiliki izin
4 Untuk mendapatkan SIP ,barang siapa yang
sebagaimana dimaksud pada ayat melakukan praktik
(2), Tenaga Kesehatan harus tanpa izin akan
memiliki: dikenakan sanksi
a. STR yang masih berlaku; yang diatur dalam
b. Rekomendasi dari Organisasi pasal 84 , surat izin
Profesi; dan yang dimaksud
c. tempat praktik adalah SIP yang
5 SIP sebagaimana dimaksud pada berlaku di 1 tempat
ayat (2) masing-masing berlaku sesuai dengan
hanya untuk 1 (satu) tempat. ketentuan undang-
undang ini
Pasal 47 Tenaga Kesehatan yang menjalankan Dalam menjalankan

Peluang
praktik mandiri harus memasang praktik mandiri ,
papan nama praktik. perawat diharuskan
memasang papan
nama , tujuan selain
untuk menunjukkan
keberadaannya juga
supaya mudah
dikenali oleh
masyarakat luas
Pasal 1 Untuk menegakkan disiplin Tenaga Ini sangat jelas

Peluang
49 Kesehatan dalam penyelenggaraan ,dimana masing
praktik, konsil masing-masing masing
Tenaga Kesehatan menerima keorganisasian
pengaduan, memeriksa, dan tenaga kesehatan di
memutuskan kasus pelanggaran berikan
disiplin Tenaga Kesehatan. kewenanngan untuk
2 Dalam melaksanakan tugas menerima
sebagaimana dimaksud pada ayat pengaduan ,
(1), konsil masing-masing Tenaga memeriksa sampai
Kesehatan dapat memberikan sanksi dengan
disiplin berupa: memutuskan suatu
a. pemberian peringatan tertulis; kasus guna
b. rekomendasi pencabutan STR menegakkan
atau SIP; dan/atau disiplin
c. kewajiban mengikuti pendidikan kepraktikan.Guna
atau pelatihan di institusi pendidikan menegakkan ini
kesehatan. maka masing
masing konsil dapat
memeberikan
sanksi sebagaiman
tersebut dalam ayat
2 yang sekaligus
menetapkan pasal
ini menjadi peluang
bagi tenaga
kesehatan sekaligus
ancaman
3 Tenaga Kesehatan dapat mengajukan Tenaga kesehatan
keberatan atas putusan sanksi yang merasakan
disiplin sebagaimana dimaksud pada keberatan atas
ayat (2) kepada Menteri. keputusan sanksi
konsil dapat
mengajukan
pemebelaan kepada
menteri, yakni
menteri kesehatan
Pasal 1 Tenaga Kesehatan Warga Negara Untuk Peluang
52 Indonesia lulusan luar negeri yang meningkatkan daya
akan melakukan praktik di saing dan daya
Indonesia harus mengikuti proses jual , maka setiap
evaluasi kompetensi. tenaga kesehatan
lulusan luar negeri
yang akan
menjalankan
praktik di Indonesia
harus mengikuti
evaluasi kompetensi
yang disesuaikan
dengan standart
kompetensi di
Indonesia guna
menyetarakan
tenaga kesehatan
Pasal 57 Tenaga Kesehatan dalam Sangat jelas

Peluang
menjalankan praktik berhak: menurut undang
a. memperoleh pelindungan hukum undang ini bahwa
sepanjang melaksanakan tugas setiap tenaga
sesuai dengan Standar Profesi, kesehatan yang
Standar Pelayanan Profesi, dan melakukan praktik
Standar Prosedur Operasional; berhak untuk
b. memperoleh informasi yang mendapatkan
lengkap dan benar dari Penerima perlindungan
Pelayanan Kesehatan atau hukum ,
keluarganya; memperoleh
c. menerima imbalan jasa; informasi secara
d. memperoleh pelindungan atas benar , mendapat
keselamatan dan kesehatan kerja, imbalan jasa yang
perlakuan yang sesuai dengan harkat sesuai dengan
dan martabat manusia, moral, kemampuannya ,
kesusilaan, serta nilai-nilai agama; perlindungan
e. mendapatkan kesempatan untuk keselamatan dan
mengembangkan profesinya; kesehatan kerja .
f. menolak keinginan Penerima
Pelayanan Kesehatan atau pihak lain
yang bertentangan dengan Standar
Profesi, kode etik, standar
pelayanan, Standar Prosedur
Operasional, atau ketentuan
Peraturan Perundang-undangan; dan
g. memperoleh hak lain sesuai
dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan
Pasal 1 Tenaga Kesehatan dalam Jelas dan sangat

Ancaman
58 menjalankan praktik wajib: jelas di teramgkan
a. memberikan pelayanan kesehatan dalam bunyi pasal
sesuai dengan Standar Profesi, ini bahwa setiap
Standar Pelayanan Profesi, Standar tenaga kesehatan
Prosedur Operasional, dan etika yang melakukan
profesi serta kebutuhan kesehatan praktik wajib untuk
Penerima Pelayanan menerikan
Kesehatan; pelayanan
b. memperoleh persetujuan dari kesehatan sesuai
Penerima Pelayanan Kesehatan atau dengan standart
keluarganya atas tindakan yang akan profesi , menjaga
diberikan; status kerahasiaan
c. menjaga kerahasiaan kesehatan setaiap orang yang
Penerima Pelayanan Kesehatan; melakukan
d. membuat dan menyimpan catatan pengobatan , dan
dan/atau dokumen tentang barang siapa tenaga
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan kesehatan yang
yang dilakukan; dan melakukan praktik
e. merujuk Penerima Pelayanan dibawah standart
Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang telah
yang mempunyai Kompetensi dan ditetapkan akan
kewenangan yang sesuai. dikenakan sanksi
2 Kewajiban sebagaimana dimaksud yang akan di atur
pada ayat (1) huruf b dan huruf d dalam pasal lebih
hanya berlaku bagi Tenaga lanjut.
Kesehatan yang melakukan
pelayanan kesehatan perseorangan
Pasal 1 Tenaga Kesehatan yang menjalankan Menurutkan pasal
59 praktik pada Fasilitas Pelayanan ini setiap orang Ancaman
Kesehatan wajib memberikan ( tenaga kesehatan )
pertolongan pertama kepada waib untuk
Penerima Pelayanan Kesehatan melakukan
dalam keadaan gawat darurat pertolongan
dan/atau pada bencana untuk pertama guna
penyelamatan nyawa dan penyelamatan
pencegahan kecacatan nyawa dan dilarang
2 Tenaga Kesehatan sebagaimana untuk meminta
dimaksud pada ayat (1) dilarang uang muka terlebih
menolak Penerima Pelayanan dahulu dan apabila
Kesehatan dan/atau dilarang terjadi maka dapat
meminta uang muka terlebih dahulu. dikenakan sanksi
berupa sanksi
administrative
sebagaimana yang
tercantum dalam
pasal 82
Pasal Tenaga Kesehatan bertanggung Pasal ini megatur

Peluang / ancaman
60 jawab untuk: masalah tanggung
a. mengabdikan diri sesuai dengan jawab tenaga
bidang keilmuan yang dimiliki; kesehatan dimana
b. meningkatkan Kompetensi; tenaga keehatan
c. bersikap dan berperilaku sesuai harus mengabdikan
dengan etika profesi; diri kepada
d. mendahulukan kepentingan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan masyarakat sesuai
pribadi atau kelompok; dan dengan bidang
e. melakukan kendali mutu kelimuan dan
pelayanan dan kendali biaya dalam kompetensi yang
menyelenggarakan upaya kesehatan. dimiliki dan sesuai
dengan pakem serta
wewenangnya ,
mendahulukan
kepentingan
masyarakat atas
pribadi serta
melakukan kendali
mutu kesehatan
serta tenaga
kesehatan dapat
berperan dalam
pengendali biaya
sekaligus pengawas
anggaran dalam
uapaya kesehatan
Pasal 61 Dalam menjalankan praktik, Tenaga Dalam melakukan
Kesehatan yang memberikan suatu pelayanan Ancaman
pelayanan langsung kepada seorang tenaga
Penerima kesehatan harus
Pelayanan Kesehatan harus melakukan upaya
melaksanakan upaya terbaik untuk terbaik dan
kepentingan Penerima Pelayanan diharuskan untuk
Kesehatan dengan tidak menjanjikan tidak menjanjikan
hasil sebuah hasil atas
tindakan yang
dilakukan
Pasal 1 Tenaga Kesehatan dalam Dalam pasal ini
Ancaman

62 menjalankan praktik harus dilakukan jelas bahwa setiap


sesuai dengan kewenangan yang tenaga kesehatan di
didasarkan pada Kompetensi yang haruskan untuk
dimilikinya melakukan
2 Jenis Tenaga Kesehatan tertentu pelayanan sesuai
yang memiliki lebih dari satu dengan kompetensi
jenjang pendidikan memiliki yang dimiliki ,
kewenangan profesi sesuai dengan wewenang dan
lingkup dan tingkat Kompetensi wilayahnya.
Pasal 64 Setiap orang yang bukan Tenaga Telah jelas bahwa

Ancaman
Kesehatan dilarang melakukan setiap orang
praktik seolah-olah sebagai Tenaga terutama tenaga
Kesehatan yang telah memiliki izin kesehatan harus
memiliki surat izin
untuk meberikan
pelayanan
kesehatan, dan jelas
bahwa yang bukan
tenaga kesehatan
dilarang keras
untuk memebrkan
pelayanan
kesehatan walau
dianngap benar
sekalipun,.Bila
mana melanggar
pasal ini akan di
kenakan sanksi
yang akan di
terangan dalam
pasal berikutnya
Pasal 1 Tenaga Kesehatan dalam Tenaga kesehatan

Peluang
67 menjalankan praktik dapat selain dapat
melakukan penelitian dan melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan pelayangan bidang
dan teknologi kesehatan kesehatan juga
2 Penelitian dan pengembangan dapat melakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peneliataan dan
ditujukan untuk menghasilkan pengembangan ilmu
informasi kesehatan, teknologi, kesehatan
produk teknologi, dan teknologi
informasi kesehatan untuk
mendukung pembangunan kesehatan
Pasal 1 Setiap tindakan pelayanan kesehatan Dalam melakukan
Ancaman

68 perseorangan yang dilakukan oleh pelayanan


Tenaga Kesehatan harus mendapat kesehatan seorang
persetujuan tenaga kesehatan
2 Persetujuan sebagaimana dimaksud harus mendapatkan
pada ayat (1) diberikan setelah persetujuan dari
mendapat penjelasan secara cukup pihak yang akan di
dan patut berikan pelayanan
3 Penjelasan sebagaimana dimaksud kesehatan ,hal yang
pada ayat (2) sekurang-kurangnya hars diterankan
mencakup: tertuang dalam ayat
a. tata cara tindakan pelayanan; 3 dan setiap
b. tujuan tindakan pelayanan yang tindakan harus
dilakukan; mendapat tanda
c. alternatif tindakan lain; tangan sebagai
d. risiko dan komplikasi yang bukti legal suatu
mungkin terjadi; dan persetujuan .
e. prognosis terhadap tindakan yang Persetujuan ini
dilakukan. dalam dunia
5 Setiap tindakan Tenaga Kesehatan pelayanan dikenal
yang mengandung risiko tinggi dengan informed
harus diberikan dengan persetujuan concent
tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan
persetujuan.
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang Setaip tenaga

Ancaman dan peluang


70 melaksanakan pelayanan kesehatan kesehatan yang
perseorangan wajib membuat rekam melakukan praktik
medis Penerima Pelayanan mandiri dalam pasal
Kesehatan ini harus melakukan
2 Rekam medis Penerima Pelayanan dokumentasi berupa
Kesehatan sebagaimana dimaksud rekam medis dan
pada ayat (1) harus segera disimpan atas sifat
dilengkapi setelah Penerima kerahasiaan
Pelayanan Kesehatan selesai
menerima pelayanan kesehatan.
3 Setiap rekam medis Penerima
Pelayanan Kesehatan harus dibubuhi
nama, waktu, dan tanda tangan atau
paraf Tenaga Kesehatan yang
memberikan pelayanan atau
tindakan
4 Rekam medis Penerima Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) harus disimpan dan
dijaga kerahasiaannya oleh Tenaga
Kesehatan dan pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan dalam Dalam pasal ini
n
Ancama

73 melaksanakan pelayanan kesehatan jelas , setaip tenaga


wajib menyimpan rahasia kesehatan kesehtan harus
Penerima Pelayanan Kesehatan mampu dan wajib
2 Rahasia kesehatan Penerima untuk menjaga
Pelayanan Kesehatan dapat dibuka kerasiaan klien
hanya untuk kepentingan kesehatan mulai dari diagnosis
Penerima Pelayanan Kesehatan, dan dokumentasi
pemenuhan permintaan aparatur dan barang siapa
penegak hukum bagi kepentingan yang melanggar
penegakan hukum, permintaan pasal ini dapat
Penerima Pelayanan Kesehatan dikenakan sanksi
sendiri, atau pemenuhan ketentuan administrative baik
Peraturan Perundang-undangan itu secara sengaja
maupun tidak
sengaja
Pasal Pimpinan Fasilitas Pelayanan Sangat jelas dalam

Ancaman
74 Kesehatan dilarang mengizinkan pasal ini , setiap
Tenaga Kesehatan yang tidak pelayanan harus
memiliki STR dan izin untuk mempekerjakan
menjalankan praktik di Fasilitas tenaga
Pelayanan Kesehatan kesehatanyang telah
meiliki bukti legal
kekompetensinya
yang di buktikan
dengan adanya
surat izin (STR
&SIP ), dan apabila
ada fasilitas
kesehatan yang
memperkerjakan
tenaga kesehatan
tanpa surat izin
tersebut dapat
dikenakan sanksi
administrati sesuai
pasal 82 ayat 2
Pasal Tenaga Kesehatan dalam Jelas , setiap tenaga
Peluang

75 menjalankan praktik berhak kesehatan yang


mendapatkan pelindungan hukum melakukan praktik
sesuai dengan ketentuan Peraturan wajib hukumnya
Perundang-undangan mendapat
perlindungan
hukum dan
perlakuan yang
sama di depan
hukum
Pasal Setiap Penerima Pelayanan Jelas bahwa setiap

Ancaman
77 Kesehatan yang dirugikan akibat tenaga kesehatan
kesalahan atau kelalaian Tenaga yang melakukan
Kesehatan dapat meminta ganti rugi kelalaian dalam
sesuai dengan ketentuan Peraturan melakuakn suatu
Perundang-undangan. pelayan kesehatan
dapat dituntut
dimuka hukum dan
si penerima
peayanan kesehatan
yang merasa
digukian dapat
menuntut ganti rugi
sesuai ketentuan
perundangan
Pasal Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga Sambungan dari

Peluang
78 melakukan kelalaian dalam pasal 77, jika ada
menjalankan profesinya yang suatu kejadian yang
menyebabkan kerugian kepada diduga sebagai
penerima pelayanan kesehatan, kelalaian , tenaga
perselisihan yang timbul akibat kesehatan dapat
kelalaian tersebut harus diselesaikan melakukan
terlebih dahulu melalui penyelesaian penyelasaian
sengketa di luar pengadilan sesuai masalah di luar
dengan ketentuan pengadian terlebih
Peraturan Perundang-undangan dahulu secara
kekeluargaan , dan
jika tidak ada hasil
maka dapat dibawa
ke jalur hukum
sesuai ketentuan
undang undang
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak Sudah sangat jelas ,
Kesehatan
Ancaman bagi tenaga kesehatan dan Fasilitas

82 melaksanakan ketentuan Pasal 47, bagi siapa saja


Pasal 52 ayat (1), Pasal 54 ayat (1), tenaga kesehatan
Pasal 58 ayat (1), Pasal 59 ayat (1), yang tidak
Pasal 62 ayat (1), Pasal 66 ayat (1), melakukan
Pasal 68 ayat (1), Pasal 70 ayat (1), ketentuan yang
Pasal 70 ayat (2), Pasal 70 ayat (3) tertuang dalam paal
dan Pasal 73 ayat (1) dikenai sanksi pasal tersebut dapat
administrative dikenakan sanksi
admisnistratif tanpa
memandang
pangkat ,jabatan,
lulusan atau apapun
2 Setiap Fasilitas Pelayanan Ini meruapan
Kesehatan yang tidak melaksanakan ketetuan bagi
ketentuan Pasal 26 ayat (2), Pasal 53 pelayanan peyedia
ayat (1), Pasal 70 ayat (4), dan Pasal jasa kesehatan baik
74 dikenai sanksi administratif rumah sakit ,
4 Sanksi administratif sebagaimana puskesmas ,
dimaksud pada ayat (3) dapat puskesmas
berupa: pembantu , klinik
a. teguran lisan; mandiri yang tiak
b. peringatan tertulis; melakukan
c. denda administratif; dan/atau ketentuan yang
d. pencabutan izin tertuang dalam
pasal tersebut dapat
dikenakan sanksi
administrative dari
yang ringan sampai
yang berat
Pasal Setiap orang yang bukan Tenaga Sangat jelas

Ancaman
83 Kesehatan melakukan praktik menurut pasal ini ,
seolah-olah sebagai Tenaga bahwa sanya barang
Kesehatan yang telah memiliki izin siapa bukan tenaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal kesehatan yang
64 dipidana dengan pidana penjara melakukan praktik
paling lama 5 (lima) tahun seolah tenaga
kesehatan berizin
akan dikenakan
pidana penjara
paling lama 5 tahun
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang Sudah sangat jelas

Ancaman
84 melakukan kelalaian berat yang menurut pasal ini ,
mengakibatkan Penerima Pelayanan setiap teaga
Kesehatan luka berat dipidana kesehatan yang
dengan pidana penjara paling lama 3 melakukan suatu
(tiga) tahun pelayan kesehatan
2 Jika kelalaian berat sebagaimana yang berakibat si
dimaksud pada ayat (1) peneriam menderiat
mengakibatkan kematian, setiap luka berat (cidera
Tenaga Kesehatan dipidana dengan tambahan ) baik
pidana penjara paling lama 5 (lima) disengaja maupun
tahun. tidak disengaja
dapat dipidanakan
paling lam 3 tahun .
Sedangkan tindakan
yang berujung pada
kematian dan
terbukti sebagai
kelalaian tenaga
kesehatan dapat
dipenjarakan paling
lama 5 tahun
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang Sudah jelas bagi

Ancaman
85 dengan sengaja menjalankan praktik tenaga kesehatan
tanpa memiliki STR sebagaimana yang melakukan
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) praktik tanpa di
dipidana dengan pidana denda sertai STR dapat
paling banyak Rp100.000.000,00 dikenakan denda
(seratus juta rupiah) sesuai dengan
2 Setiap Tenaga Kesehatan warga ketentuan pasal ini ,
negara asing yang dengan sengaja yaitu denda sebesar
memberikan pelayanan kesehatan 100 juta rupiah
tanpa memiliki STR Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)
Pasal 1 Setiap Tenaga Kesehatan yang Sudah sangat jelas ,

Ancaman
86 menjalankan praktik tanpa memiliki tenaga kesehatan
izin sebagaimana dimaksud dalam yang melakukan
Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan praktik tanpa surat
pidana denda paling banyak izin berupa SIP
Rp100.000.000,00 (seratus juta akan dikenakan
rupiah) sanksi penjara dan
2 Setiap Tenaga Kesehatan warga denda paling
negara asing yang dengan sengaja banyak 100 juta
memberikan pelayanan kesehatan rupiah
tanpa memiliki SIP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)
Pasal 1 Tenaga Kesehatan lulusan Setai tenaga
Peluang bagi d3 kesehatan

88 pendidikan di bawah Diploma Tiga kesehatan lulusan


yang telah melakukan praktik d3 dapayt melaukan
sebelum ditetapkan Undang-Undang praktik setelah
ini, tetap diberikan kewenangan mengajukan
untuk menjalankan praktik sebagai permohonan untuk
Tenaga Kesehatan untuk jangka mendapatkan STR
waktu 6 (enam) tahun setelah tenaga kesehatan
Undang-Undang ini diundangkan
2 Kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diperoleh dengan
mengajukan permohonan
mendapatkan STR Tenaga
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai