Daerah
Carita-carita Dalam
Bahasa Melayu Maluku Utara
Gambar-gambar dalam cerita-cerita satu, dua, empat, lima, enam, tujuh dan delapan
digambarkan oleh Slamet Prayitno.
Cetakan Pertama
2007
SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN PROVINSI
Maluku Utara bukan saja sebagai provinsi kepualuan, tetapi juga merupakan provinsi
yang memiliki banyak suku, budaya, dan bahasa. Kemajemukan ini setidaknya tergambar dalam
banyaknya bahasa di Maluku Utara. Menurut catatan para ahli, terdapat kurang-lebih 30 bahasa
di Maluku Utara. Bahasa-bahasa ini digunakan oleh sukunya masing-masing dalam komunikasi
sehari-hari dan menjadi alat pengungkap dan penanda budaya masing-masing. Dalam 30
bahasa itu, ada dua bahasa yang pada masanya memainkan peran sebagai lingua-franca,
bahasa perantara, bahasa lintas-suku di Maluku Utara. Dua bahasa itu adalah bahasa Temate
dan bahasa Melayu Ternate (atau penulis buku ini menyebutnya bahasa Melayu Maluku Utara).
Pada masa Kesultanan Temate, bahasa Temate merupakan lingua-franca bagi daerah
kekuasaan Kesultanan Temate. Sebab itu, selain digunakan di Temate, bahasa Temate juga
merupakan bahasa kedua bagi masyarakat dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Temate,
misalnya di Jailolo, Ibu, Sahu, Loloda, Kao, dan sejumlah wilayah di Halmahera Utara dan
Barat.
Pada masa yang sama, atau setidaknya dimulai sejak bahasa Melayu menjadi lingua-
franca bagi masyarakat di berbagai titik kegiatan perdagangan di Nusantara pada masa lalu,
bahasa Melayu Temate (atu bahasa Melayu Maluku Utara) juga telah memainkan peran sebagai
bahasa penguhubung antar suku di Maluku Utara. Jangkauan atau wilayah pemakainnya
mencakupi seluruh wilayah Propinsi Maluku Utara.
Sebab itu, pembelajaran berbasis muatan lokal dangan menggunakan Bahasa Melayu
Temate bagi Sekolah-sekolah di Maluku Utara dipandang sangat penting, masuk akal, dan
strategis. Sangat penting. oleh karena bahasa Melayau Temate semakin memantapkan dirinya
sebagai lingua-franca bagi komunikasi lintas-suku di Maluku Utara. Masuk akal karena Bahasa
Melayu Temate telah dikenal dan digunakan secara luas dan sudah sejak lama menjadi bahasa
kedua. bagi seluruh keluarga di seantero wilayah Maluku Utara. Strategis oleh karena dengan
digunakan sebagai media pengungkap dan penerjemah cerita-cerita di Maluku Utara, Bahasa
Melayu Temate dapat memainkan peran pemersatu warga Maluku Utarayang tidak saja
majemuk tetapi juga majemuk yang berpisahan (segregated pluralism).
Dengan memilih Bahasa Melayu Temate sebagai media pengungkap, tradisi dan
kearifan lokal yang dikandung dalam berbagai khasanah budya di Maluku Utara dapat
disebarkan dan dikomunikasikan secara lintas-komunitas, melalui pebelajaran di sekolah,
terutama di sekolah Dasar. Dengan strategi seperti ini, diharapkan, anak-anak Maluku Utara
akan mengenal kekayaan budaya tidak saja pada warga (atau sukunya) sendiri, tetapi juga
dapat memahami budaya suku atau komunitas lain di Maluku Utara. Dengan demikian, bahan-
bahan pembelajaran muatan lokal yang ditulis dalam Bahasa Melayu Ternate dapat menjadi
jebatan budaya (culture bridge) bagi warga Maluku Utara.
Dengan memahami adanya kebiasaan dan tradisi yang terangkum dalam buku ini,
penghargaan akan keragaman maluku Utara mulai ditanamkan sejak usia dini bagi warga
Maluku Utara melalui pendidikan.
Kepala sekolah, para guru, murid, terutama yang mengelola pembelajaran yang
berbasis muatan lokal, dapat memanfaatkan buku yang kaya akan kearifan lokal ini sebagai
sarana pembangunan pemahaman dan pengertian bagi sesama warga agar Maluku Utara ke
depan masyarakatnya akan lebih cerdas, maju, damai, mandiri, dan sejahtera berlandaskan
prinsip-prinsip kerjasama dalam semangat keragaman Indonesia dan Maluku Utara khususnya.
Atas nama pelaku pendidikan, pemerhati pendidikan dan peduli pendidikan di Propinsi
Maluku Utara, kami menyambut baik dan memberi perhatian pada penerbitan buku Muatan
Lokal Bahasa Daerah yang memuat Cerita-cerita dalam Bahasa Melayu Maluku Utara.
Penjelasan Singkat Tentang
Beberapa Huruf dalam Bahasa Melayu
Maluku Utara
Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan mengenai cara membaca dan menulis bahasa
Melayu Maluku Utara. Di bawah ini akan diuraikan secara singkat mengenai cara mem-
baca dan menulis dalam bahasa Melayu Maluku Utara.
Salah satu kekayaan bahasa Melayu Maluku Utara adalah penyingkatan kata yang
antara lain berlaku pada kata ganti orang. Kata ganti orang dapat disingkat apabila
berada pada anak kalimat atau sebagai kata ganti milik yang tidak berada pada awal kali-
mat. Contoh: Dorang lari ka sana, pa dong pe papa pe ruma. Kitorang tara dapa lia
torang pe papa di situ. Penyingkatan kata berlaku juga pada kata-kata lain yang tidak
termasuk pada kata ganti orang, seperti: pigi – pi, itu – tu dan punya – pe. Kata-kata ini
digunakan berdasarkan konteks kalimat.
Kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berakhir dengan bunyi –m dan –n, seringkali
dalam bahasa Melayu Maluku Utara kata-kata ini berakhir dengan bunyi –ng. Contoh:
sirang, asang, ikang dan makang. Namun untuk daerah-daerah yang kurang mengguna-
kan bunyi –ng seperti contoh di atas, dapat membacanya sesuai dengan dialek setempat.
Dalam bahasa Melayu Maluku Utara kata baku ditulis secara terpisah dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: baku laeng, baku sayang dan baku sipat.
Setiap awalan dalam bahasa Melayu Maluku Utara ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Contoh: bagaram, tafiaro, pambae, mangkage. Ada beberapa awalah diatas
yang mengalami proses pengulangan, dan juga ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: babacarita, tatafiaro dan mamalakat.
Dalam bahasa Melayu Maluku Utara ada beberapa kata berimbuhan yang diserap dari
bahasa Indonesia. Kata-kata ini tetap menggunakan imbuhan dari bahasa Indonesia, den-
gan perubahan pada vokalnya. Contoh: kalaparan, kajahatan dan kabaratan. Ada juga
beberapa kata serapan yang baru digunakan dalam bahasa Melayu Maluku Utara, dan
kata-kata ini tidak mengalami perubahan vokal. Contoh: keslamatan, keperluan dan
pedagang.
Ada kata-kata dalam bahasa Indonesia yang diakhiri dengan konsonan h, k, dan t, tetapi
dalam bahasa Melayu Maluku Utara konsonan tersebut tidak ada. Contoh: ruma, kaka
dan tampa.
Bahasa Indonesia mengenal bunyi glotal diantara dua vokal yang sama atau di akhir
kata. Contoh: maaf, tidak dan kakak. Bahasa Melayu Maluku Utara juga mengenal bunyi
glotal, tetapi hanya pada akhir kata dan tidak ditulis. Contoh: gode, bangka dan tampa.
Demikianlah uraian singkat tentang cara membaca dan menulis dalam bahasa Melayu
Maluku Utara. Untuk memperoleh pedoman yang lebih lengkap, dapat dilihat dalam Pe-
doman Membaca dan Menulis Bahasa Melayu Maluku Utara, yang diterbitkan oleh
Pusat Penerjemahan Bahasa UKIT.
iv
DAFTAR ISI
Bab Judul Halaman
IV Parampuang patong
22
Gadis Patung
IX Bahasa Inggris 57
v
Bab I
Tina so tau rekeng
Tina bisa berhitung
Bab I
1
Tina lia dia pe tamang
Hasan, ada kase nae
layang-layang. Kong Tina
1
bilang, “Adu, laying-layang
sana pe bagus.”
Tina melihat
temannya yang bernama
Ade sedang menaikkan
sebuah layang-layang.
"Layang-layang itu indah
sekali!" katanya.
2 Bab I
Tina lia ada
3 ana tiga orang
barmaing speda.
Kong Tina rekeng
“Ada tiga speda,”
Bab I 3
Tina lia ada tanta lima
orang bacuci baju
pinggir parigi. Kong Tina
di
5
batogor pa dorang,
“Slamat pagi, tanta-tanta.”
4 Bab I
Tina lia ada burung
tuju ekor cari makanang.
Bab I 5
Tina lia ada sambilang
orang barongge di atas
panggung. Kong Tina
9
rekeng, “Yang barongge
sana ada sambilang
orang.”
6 Bab I
Skarang, ngoni bisa rekeng Dapatkah kamu
samua yang Tina lia ka tarada? menghitung semua benda
yang dilihat Tina? Sebuah
Falinggir satu, sapi dua ekor,
layang-layang, dua ekor sapi,
speda tiga bua, lemong ampa
tiga sepeda, empat buah
bua, tanta lima orang, balon jeruk, lima orang ibu, enam
anam bua, burung tuju ekor, balon, tujuh ekor burung,
akar kuning lapan bua, delapan wortel, sembilan
penari, dan sepuluh
sambilang orang barongge
ikan.Jikalau kamu bias seperti
deng ikang spulu ekor. Kalu
Tina berarti kamupun sudah
ngoni bisa sama deng Tina, tau menghitung.
berarti ngoni so tau rekeng.
Bab I 7
Bab II
Kodok mo pigi ka Tarnate
Katak hendak ke Ternate
8 Bab II
Bagitu dia sampe di pinggir
jalang, ada trek satu langgar di
tampa itu. Kodok coba
balumpa ka atas di trek, tapi
dia balumpa talalu tinggi kong
dia lewat, Kong oto trek itu
bajalang trus. Kodok itu tara
dapa nae.
Bab II 9
Dia pe tamang tanya,
“Skarang ngana mo pigi ka Baru saja dia tiba di pinggir
jalan, satu truk melewati
kota deng apa lagi?” Dia
tempat itu. Katak coba
manyao, “Kita mo basambunyi
melompat ke belakang truk,
pa om itu pe dalam tas.” Abis tetapi dia melompat terlalu
bilang bagitu, kodok itu maso jauh. Truk berjalan terus tanpa
basambunyi pa om pe dalam katak.
tas. Dia pe beso pagi, waktu
om itu pigi ka kota, dia lupa
bawa dia pe tas. Kong kodok
itu tara dapa pigi.
10 Bab II
Dia pe tamang tanya ulang,
“Kong, skarang ngana mo pigi
ka kota deng apa?” kodok itu
manyao, “Kita mo maso ka
dalam karong kalapa yang
dorang mo bawa ka kota itu.”
Abis itu dia maso ba sambunyi
dalam karong.
Tapi karna oto trek itu so
fol, jadi tara bisa muat samua.
Kong oto trek yang muat
kalapa itu pigi kodok tara dapa
pigi.
Bab II 11
Dia pe tamang tanya "Sekarang bagaimana
ulang. “Skarang ngana mo pigi kamu bisa pergi ke kota?"
tanya temannya. Jawabnya
ka kota deng apa lagi?” Kong
"Saya akan bersembunyi di
dia bilang bagini, “Kita mo nae
dalam tas paman itu," dan dia
pa burung elang pe sayap.” pergi bersembunyi di dalam tas
Kong dia pi cari burung elang. paman.
Kodok itu nae di burung Keesokan harinya ketika
paman itu pergi ke kota, dia
elang pe sayap, bagitu dorang
lupa membawa tasnya. Paman
di tengah perjalanan, dorang
itu pergi tanpa katak.
baku dapa anging ribut. Kong
kodok itu jatuh. Burung elang
itu tarbang turus, kodok itu me
pulang.
12 Bab II
Dia pe tamang tanya,
“Skarang ngana mo pigi di
kota deng apa lagi?” Turus
dia manyao, “Kita mo pigi
sandiri saja.” Kong dia pigi di
kota itu babalumpa.
Bab II 13
dia balumpa turus sampe "Dengan apa lagi engkau
di kota. Turus dia tanya pa bisa pergi ke kota sekarang?"
kodok yang tinggal di kota itu. tanya temannya. "Saya akan
masuk di dalam karung kopra
”Lalar-lalar yang basar deng
yang akan dibawa ke kota,"
gode-gode itu dong pe tampa sesuda itu dia masuk, dan
dimana e?” bersembunyi di dalam karung.
Akan tetapi, truk terlalu
penuh jadi semua karung tidak
14 Bab II
Kodok yang tinggal dikota
itu manyao, “Lalar-lalar yang bisa diangkut. Truk yang
basar-basar deng gode-gode angkut kopra itu berjalan terus
itu, dorang tara tinggal di sini. tanpa katak.
Bab II 15
Pe sampe di utang, kodok
baku dapa ulang deng dia pe
tamang. Samantara dorang
bajumur, kodok dari kota bilang
pa dia pe tamang, ”Kita kira di
tampa laeng bagus, padahal
tara talalu bagus.”
16 Bab II
Bab III
Ade deng dia pe tamang-tamang
Ade dan teman-temannya
Bab III 17
Ade Tanya pa Hasan, "Hasan Hasan itu kupu-kupu.
ngana tara lia Yunus deng Ani?"
Hasan manyao, "Ado, kita tara Hasan si Kupu-kupu
lia pa dorang! Tapi Tanya pa tikus
yang nama Andi itu, sapa tau dia
dapa lia pa dorang, sebab dia
paling suka batamang deng samua
binatang."
18 Bab III
Dani itu Kuda Ade tanya pa Dani, " Dani
ngana tara lia Yunus deng Ani ?"
Dani manyao, "Kita tara lia
pa dorang. Tapi coba ngana
tanya dulu pa burung yang dia
pe nama Nita itu, Barangkali dia
tau pa dorang. Sebab dia biasa
terbang di udara jadi bisa dapa
lia samua binatang yang ada di
utang."
Andi si Tikus
"Kamu melihat Yunus dan
Ani?" tanya Ade kepada Andi.
Ade tanya pa Nita, "Nita
"Tidak, tetapi kamu bisa
ngana tara lia Yunus deng
bertanya kepada kuda yang
Ani ?"
bernama Dani. Dia selalu
Nita manyao, "Tarada
mengikuti kami ke mana-mana,"
tamang. Kita pe sayap ini saki
jawab Andi.
kong tara batarbang. Coba
ngana kasana tanya pa rusa
yang dia pe nama Tina
itu?.Sapa tau dia dapa lia pa
dorang."
Dani si Kuda
Bab III 19
Ade tanya pa Tina, "Ngana tara Rusa itu Tina
lia Yunus deng Ani?"
Tina manyao pa dia, "Ya, kita tara "Kamu melihat
lia pa dorang. Kita cuma urus kita pe
ana-ana kong tara dapa lia binatang
yang laeng. Coba ngana kasana
tanya kodok yang dia pe nama Santi
itu. Dia paling suka babalumpa
dalam utang, kong sapa tau dia dapa
lia pa dorang."
Bab III 21
Bab IV
Parampuang Patong
Gadis patung
22 Bab IV
Lama-lama Nita so
basar, kong so nona-nona,
Baru dia bagus skali. Tapi
yang salah sadiki dia
sombong.
Bab IV 23
Sampe di kota, Nita
tinggal di keluarga satu. Om
deng tanta itu orang kaya,
dorang pe hati bae skali.
Kong dong biking Nita sama
deng dong pe ana sunggu.
dong paling sayang pa dia,
dong kase pa dia baju yang
bagus-bagus.
Suatu hari Nita minta ijin kepada ibunya untuk bekerja di kota.
Semula ibunya keberatan, tetapi Nita terus memaksa. Akhirnya
Nita diijinkan pergi juga.
24 Bab IV
Satu hari, tanta
yang yang Nita
tinggal pa dorang
itu, bilang pa Nita,
“Pulang lia ngana pe
mama dulu, ngana
pe mama akan so
inga skali pa ngana.”
Sampe di tenga
jalang, Nita baku dapa
deng dia pe mama, dia
pe mama pake baju so
tatarobe, kong Nita malu
dapa lia dia pe mama,
kong dia capat-capat bale
ulang ke kota.
Bab IV 25
Pe lewat satu bulan,
tanta itu suru Nita lia dia pe
mama lagi. Nita pigi yang ke
dua kali ini dorang kase
bakal pa dia roti yang sadap.
Tanta itu bilang pa Nita, “Roti
ini kase pa ngana pe mama
dia pasti suka.”
26 Bab IV
Nita bajalang diatas roti
yang sadap itu. Pe sampe
di roti yang paling ujung,
dia jatu kong dia pe baju
ponong pece. Untung ada
nene satu sementara bawa
aer.
Bab IV 27
Turus Nita badekat
kasana pa nene itu,
kage-kage nene angka
ember kong siram pa
Nita. Deng dia bilang,
“Ini aer untuk ngana
ana durhaka!
28 Bab IV
Saat itu juga Nita pe badan
jadi kaku deng tara bisa bagara.
Kage-kage dia pe badan beruba
jadi patong. Sabang hari patong
itu kase kaluar aer mata karna
dia sedi.
Bab IV 29
Bab V
Bebe batolor mas
Angsa bertelur emas
30 Bab V
Satu malam, om Yakob
mimpi. Kata: Ada tete satu
datang pa dia kong bilang,
“Kita mo kase pa ngana
bebe pe ana satu ekor.
Jadi urus bae-bae, sebab
kasana-kasana bebe itu
yang akan biking ngana
pe hidup sanang.
De pe beso, om
Yakob dapa lia bebe pe
ana satu ekor maso di
dorang pe kintal, Turus
dia capat-capat kasana
tangka bebe itu.
Bab V 31
Turus om Yakob
bawa maso bebe pe
ana itu dalam ruma.
Kong dia deng de pe
bini piara bebe itu.
hidupmu akan
sejahtera."
32 Bab V
Turus om Yakob
usul bagini, “Bagimana
kalo tolor ini torang
jual.” Kong dia pe bini
manyao , “Iyo, baru dia
pe doi biking torang pe
ongkos hari-hari.”
Bab V 33
Dorang pe mau,
tiap hari bebe itu batolor
mas. Tapi bebe ajaib itu
nanti batolor, kalu dong
pe doi so abis.
34 Bab V
Om Yakub bilang bagini, “Kalu
torang ambe tolor itu samua, To-
rang akan capat kaya.” Turus dia
pe bini bilang, “Deng torang tara
perlu tungngu lama-lama.”
Suatu hari angsa itu bertelur. Telur itu bukan telur biasa,
melainkan telur emas. Maka senanglah Pak Yakob dan istrinya.
Bab V 35
"Sebaiknya kita jual saja
Abis itu dorang manyasal telur ini," usul Pak Yakob.
kong dudu kabawa. Ttapi mo bik-
"Ya. Uangnya untuk
ing bagimana, bebe itu so mati,
memenuhi kebutuhan hidup
deng so tara mungkin mo batolor
kita," jawab istrinya.
lagi. Dia pe ahir dorang pe hidup
susa sama deng dulu ulang.
36 Bab V
Bab VI
Tuturuga yang makangpuji
Bab VI 37
Satu kali, pas tenga hari
burung sueko dua ekor ada
bacari ikan di rawa. Sueko
yang laki-laki dia pe nama
Koko, yang parampuang dia
pe nama Tiko. Pion lia pa
dorang kong dia maraya
kasana badekat pa dorang,
kong Pion kase hormat pa
dorang, “Slamat siang koko
deng Tiko. “ Kong dong dua
balas sama-sama, “Slamat
siang Pion.” Pion bilang pa
dong dua, “Kita suka kalo bisa
tarbang sama deng ngoni.”
Turus Koko manyao pa dia,
“Kita pikir bagus lagi, kalo
torang pe kuli me kuat deng
bagus sama deng ngana.”
Pion bilang pa dorang, “Tapi
yang paling bagus itu ngoni,
bisa tarbang-tarbang.“
38 Bab VI
Turus Koko bilang pa dia, Suatu siang Pion mendekati
“Tuhan pe berkat yang kase pa Koko dan Tiko, sepasang
torang itu tara sama. Ada bangau, yang sedang mencari
yang bisa tarbang, ada yang ikan di rawa.
barnang, deng ada yang "Selamat siang, Koko dan
maraya kasana kamari.” Pion Tiko," Pion menyapa ramah.
manyao pa dia, “Tapi yang "Selamat siang, Pion,"
dapa lebe bagus itu, yang jawab mereka bersama-sama.
terbang-terbang.” Koko "Aku senang bila bisa
manyao, “Bukang bagitu terbang seperti kamu," kata
tamang, Kitorang samua, satu- Pion.
satu ada torang pe lebe sandiri "Kupikir menyenangkan
-sandiri. Deng itu torang musti juga kalau kami juga punya
bersukur.” Pion bilang pa Koko pelindung badan yang indah
deng Tiko, “Bole ka tarada? dan kuat sepertimu," jawab
Ngoni kase ajar pa kita Koko.
tarbang!” Koko rupa herang "Tetapi tentu lebih hebat
kong tanya pa Pion “ Ha, yang bisa terbang seperti
ngana mo balajar tarbang?” kamu," kata Pion.
dia manyao, “Iyo, kalo ngoni
mau?” Koko deng Tiko rupa
herang kong baku haga.
Bab VI 39
Abis itu Tiko bilang pa Pion,
“Ngana akan tara bisa tarbang,
sebab ngana tarada sayap.”
Turus Pion bilang pa Tiko,
“Kalo bagitu, bole ka tarada
kita pinjam ngana pe sayap?”
Pe dengar bagitu dong dua
tatawa. Kong dong bilang pa
dia, “Itu tara bisa tamang,”
Pion dengar Tiko bilang bagitu,
dia rasa kecewa. Turus Koko
bilang pa Pion, “Bagini saja,
kalo butul-butul ngana mo
ingin rasa tarbang, nanti torang
baku tulung kase terbang pa
ngana. Pion dengar bagitu,
turus dia tanya, “ A, butul
Koko? Kong dia pe cara
bagimana?”
40 Bab VI
Turus Koko bilang pa Pion, "Karunia Tuhan memang
“Nanti kita deng kita pe bini berbeda-beda. Ada yang bisa
ambe kayu sapanggal, kong terbang, ada yang bisa
kitong dua pegang di ujung- berenang, ada yang bisa
ujung. Abis itu ngana gigi kuat- merayap, dan sebagainya."
kuat kayu itu pe tenga-tenga. "Tetapi yang paling
Jadi kalo torang tarbang, istimewa adalah yang bisa
ngana me dapa bawa terbang," sahut Pion.
tarbang.” Pion dengar bagitu, "Ah, tidak juga. Kita punya
dia sanang skali kong dia kelebihan sendiri-sendiri yang harus
bataria, “iyo..iyo..iyo. kita mau disyukuri."
Koko.” Abis itu dong dua cari "Koko dan Tiko, maukah
kayu sapanggal, kong Koko kalian mengajariku terbang?"
pegang di ujung sabla kanan, "Kamu mau belajar
Tiko pegang di ujung sabla kiri, terbang?" Koko bertanya
kong Pion gigi di tenga. Waktu heran.
dorang so mo tarbang, Tiko "Ya. Kalian tidak keberatan,
bilang pa Pion, “Inga, kalo bukan?"
torang so tarbang, ngana tara Koko dan Tiko saling
bole buka mulu!” Turus Pion berpandangan dengan penuh
manyao, “Iyo.” heran.
Bab VI 41
Waktu dorang so mo
tarbang, Koko rekeng, “Satu,
dua, tiga!” Turus dong tarbang. "Kamu tidak mungkin bisa
Pertama dong masi terbang terbang, karena kamu tidak
dekat-dekat. Lama-lama so punya sayap, Pion," kata Tiko
tinggi sampe tailing-ilang. menjelaskan.
Dorang pe tamang-tamang "Kalau begitu boleh aku
yang di tana herang, dapa lia meminjam sayapmu?" tanya
Tiko deng Koko pe cara kase Pion.
tarbang pa Pion. Pion sanang "Ha...ha...ha! Itu juga tidak
skali koko deng tiko kase mungkin, Pion."
terbang pa dia. Cuma itu, dia Pion tampak kecewa
pe sala sadiki, Pion ini makang mendengar jawaban itu.
puji. Kong bagitu dia tau "Kalau kamu memang
binatang yang di bawa bauni benar-benar ingin merasakan
pa dia, dia tara badiang, kong nikmatnya terbang, kami bisa
dia bataria kabawa, “E, menolongmu," kata Koko.
tamang-tamang, lia kia so bisa "Benarkah itu, Koko?
tarbang.” Bagaimana caranya?"
42 Bab VI
Pion so lupa, kalo sampe
dia bataria, dia talapas dari
kayu yang dia gigi itu, tara
lama deng dia jatu malayang
dari atas sampe kabawa di
tana. Koko deng Tiko dusu ka
bawa mo lia pa Pion, tapi
untung Pion tara mati. Dong
dua si more kong tarbang
ulang ka atas. Pion bersukur
karena dia pe kuli tabal. Mulai
dari situ, Pion so tara mau
makangpuji lagi.
Bab VI 43
Bab VII
Tikus pe pande
44 Bab VII
Satu hari Ani baramaeng
sandiri, dia pigi baramaeng jao
sadiki dari dia pe ruma. Waktu
dia mo pulang, dia so lupa
jalang pulang, kong dia ilang
jalang. Dia tara tau kalu Meong
ada lur-lur mo makang pa dia.
Untung Ani dapa lia pa dia,
kong dia capat-capat cari akal
la Meong tara makang pa dia.
Bab VII 45
Ani biking diri sama deng Pada suatu hari si Ani
tara tako. Dia bilang pa Meong bermain agak jauh dari
bagini, “Tamang ngana mo pi rumahnya. Ketika mau kembali,
mana? Ngana bajalang kamari ternyata dia tersesat dan tidak
mo makang pa kita to?” Turus menemukan jalan pulang.
Meong manyao pa dia, “Iyo, Si Meong melihatnya
kita ini so lapar skali. Jadi segera mengendap-endap siap
skarang kita mo makang menerkam si Ani. Untung si Ani
ngana pe isi yang sadap itu.” melihatnya sehingga dia cepat-
Ani tako kong foya pa Meong, cepat mencari akal untuk
dia biking diri hati susa, kong menyelamatkan diri.
dia bilang bagini, ”Kita datang
kamari ini, mo kase kita pe diri
pa ngana, sebab kita pe mama
bawa tara bae pa kita. Jadi kita
pikir lebe bae kita mati.”
46 Bab VII
Turus Meong bilang pa
dia, “Kalu bagitu, kita makang
pa ngana suda.” Kong Ani
bilang pa dia, “Tunggu dulu
Meong, sebelum kita mati, kita
mo minta satu barang.” Turus
Meong tanya pa dia, “Apa
yang ngana mo minta?” Turus
Ani bilang pa dia, “Bole ka
tarada, kita manyanyi kita pe
lagu yang kita suka?” Meong
mau. Deng Ani manyanyi.
la..la...la…... Meong tunggu
kong bapalaka di tana. Dia kira
Ani butul-butul manyanyi,
padahal Ani bafoya. Dia
bukang manyanyi, tapi bataria
pangge dia pe mama.
Bab VII 47
Ani so rasa tako skali, "Halo, Meong yang baik.
waktu dia lia Meong so tara Kamu suka dagingku, bukan?"
sabar lagi. Sadang dia pe tanya si Ani kepada si Meong,
mama bolong datang. seakan-akan tanpa rasa takut.
Kong dia bilang pa Meong, "Ya, karena dagingmu sangat
“Sabar tamang. Masi ada kita lezat," jawab si Meong.
pe lagu satu lagi yang kita mo "Hari ini aku memang
manyanyi.” sengaja datang untuk
Meong dengar apa yang menyerahkan diri kepadamu.
Ani bilang. Turus Ani bataria Ibuku begitu kejam terhadapku
ulang. Kali ini dia bataria lebe sehingga kupikir lebih baik mati
kuat, sampe dia pe mama saja aku," kata si Ani
yang jao me dapa dengar dia berbohong dan pura-pura
pe suara. bersedih.
48 Bab VII
Waktu Ani pe mama den-
gar Ani pe suara, turus dia lari
cari pa Ani. Dia tau Ani dalam
bahaya. Pe sampe kong dia lia
Meong mo makang pa Ani,
Ani pe mama mara skali.
Deng, dia bakuat kong tubruk
pa Meong, sampe Meong
talempar kong taguling-guling.
Meong tako skali kong lari
sampe tara tau diri. Ani sanang
skali bisa bakumpul deng dia
pe mama lagi.
Bab VII 49
Bab VIII
Balanga Ajaib
Belanga ajaib
50 Bab VIII
lagi.” kata nenek lagi ketika nasi
Abdul deng dia pe nene sudah masak.
dorang hidup sanang skali di Abdul dan neneknya hidup
kampong itu. Biar dorang tara dengan bahagia di desa itu.
kaya, sabang hari dorang bisa Walaupun mereka tidak kaya,
makang nasi yang sadap dari setiap hari mereka bisa makan
balanga ajaib itu. Satu hari, nasi lezat dari belanga ajaib itu.
nene pigi di kampong laeng Pada suatu hari, nenek
kong dia bilang pa Abdul harus pergi ke desa lain.
bagini, “Abdul, kalo nene "Abdul," kata nenek, "selama
tarada, ngana tara bole pake aku pergi, engkau tidak boleh
balanga ajaib itu. Jadi ngana memakai belanga ajaib itu.
tinggal deng ngana pe tanta Kamu nanti tinggal dengan
dulu.” Abis itu turus nene pigi. bibimu." Lalu nenek pun pergi.
Bab VIII 51
Sabang hari Abdul deng
dia pe tamang jaga singga di
ruma, mo lia dia pe nene so
pulang ka bolong. Satu hari,
Abdul bilang pa dia pe tamang,
“Ngana mo lia kita pe nene pe
balanga ajaib ka tarada? Kalu
ngana baca-baca dia pe lima
kata itu, turus balanga itu bisa
mamasa nasi yang sadap
skali.”
Turus Abdul pe tamang bi-
lang, “Coba kase tunju pa kita!”
Turus Abdul ambe balanga
itu, dia isi aer kong bilang pa
balanga itu, “Balanga, momasa
nasi suda.” Deng dia pe aer
mandidi kong ponong deng
nasi panas yang babauap.
52 Bab VIII
Ana-ana itu bajongko di Setiap hari Abdul dan
penggir balanga kong lia-lia temannya mampir di rumah
balanga yang so ponong deng neneknya untuk melihat apakah
nasi. Turus Abdul pe tamang nenek sudah kembali atau
bilang pa dia, “suru balanga belum. Suatu hari, Abdul berkata
berenti mandidi, la torang dua kepada temannya, "Kamu mau
makang suda.” Tapi bagitu Ab- lihat belanga ajaib nenekku atau
dul mo bilang balanga itu pe tidak? Jika kamu mengucapkan
baca-baca, la balanga itu ber- lima kata mantera, belanga itu
enti mamasa, dia so lupa. langsung memasak nasi yang
Kong dia cuma bilang, “Berenti lezat sekali."
mamasa suda!” Tapi balanga "Coba tunjukkan belanga itu
ajaib itu dia kase kaluar nasi kepada saya," usul temannya.
turus, sampe tabuang ka Abdul lalu mengambil
bawa di lante kong ponong. belanga itu, menuangkan air ke
Ana-ana itu dorang cari akal dalamnya dan berkata, "Ayo,
kong isi nasi-nasi itu masaklah belanga,
di bokor-bokor. masaklah nasi."
Seketika itu, belanga
mulai bergolak dan
Bab VIII 53
Tapi balanga itu mamasa mendidih serta penuh dengan
nasi turus. nasi panas yang mengepul-
Waktu nasi yangtabuang ngepul.
kong su mo kaluar kasana di Anak-anak itu berjongkok di
pintu, Abdul bataria bilang samping belanga dan
bagini, “Berenti, berenti sudah! melihatnya penuh dengan nasi.
nasi itu boleh sudah!” "Sekarang suruhlah
Orang-orang di sabla ruma belanga berhenti supaya kita
dapa lia nasi yang tabuang ka- bisa makan nasi," kata
sana di jalang kong so maso temannya. Tetapi ketika
dalam kampong, dorang bawa hendak mengucapkan kata-
balanga deng bokor kong ka- kata mantera, Abdul tidak bisa
sana falo nasi itu. mengingatnya lagi. "Berhenti
Pertama dorang sanang masak!" katanya, tetapi
bisa dapa nasi banya mo belanga ajaib itu terus saja
makang. Tapi dorang mulai ha- mendidi.
water dapa lia nasi itu tara ber- Dengan segera tumpahlah
enti tabuang sampe ponong di nasi dari belanga dan menutupi
jalang kong so mo lantai. Anak-anak itu
maso di ruma-ruma. berusaha mengisi nasi
ke dalam mangkuk-
mangkuk.
54 Bab VIII
Tetapi belanga itu tetap saja
Turus kapala kampung bilang
memasak nasi lagi.
pa Abdul, “Abdul, ngana musti
"Berhenti, berhenti! Nasinya
kase berenti balanga itu, la dia
cukup!" Abdul berteriak-teriak
jang mamasa lagi. Torang pe
kepada belanga ketika nasi
kampung ini akan mo ancor.”
tumpah keluar pintu.
Turus Abdul batiki mo inga-
Tetangga-tetangga segera
inga balanga itu pe baca-baca,
datang berlari dengan membawa
tapi dia tara bisa dapa inga.
mangkuk dan belanga. Mereka
Bagitu Abdul mo bala balanga itu
berusaha mengambil nasi karena
deng tamako, dia dapa lia dia pe
sudah tumpah ke jalan dan masuk
nene ada di gunung bajalang
ke dalam desa.
kamari. Turus dia bataria, “Nene.
Pada mulanya setiap orang
ado bahaya. Kita minta balanga
sangat senang karena mendapat
itu mamasa nasi, tapi kita so lupa
banyak nasi untuk dimakan, tetapi
dia pe baca-baca mo kase ber-
segera semuanya mulai merasa
enti.”
cemas ketika nasi terus-menerus
mengalir. Nasi mulai
membanjiri jalan dan
masuk ke rumah-rumah.
Kepala desa berkata,
"Abdul, kamu harus
Bab VIII 55
Turus nene pigi di dapur, menghentikan belanga agar ia
kong badiri dimuka balanga tidak memasak nasi lagi. Desa
ajaib yang masi mandidi itu, kita bisa hancur."
kong nene bilang bagini, Semampunya Abdul
”Balanga barenti suda jang mencoba, tetapi tetap saja ia
momasa lagi.” Deng balanga tidak bisa mengingat kata-
itu me berenti momasa. Orang- kata manteranya. Tepat
orang yang ada disitu tagal ketika Abdul hendak
sanang, dorang babataria.
menghancurkan saja
Abis itu, nene bilang pa Abdul,
belanga itu dengan kapak,
”Tagal ngana tara mau dengar
dia melihat neneknya muncul
nene pe pasang, amper sadiki
dari gunung. "Nenek," dia
torang pe kampong tinggalam
deng nasi. Jadi skarang ngana berteriak, "gawat sekali.
deng ngana pe tamang musti Saya minta belanga ajaib
dapa hukum. Ngoni dua musti memasak nasi tapi saya lupa
makang nasi ini sampe abis.” cara menghentikannya.
Dari situ Abdul so tara mau mo Bagaimana kata-kata
pake balanga ajaib itu lagi. manteranya?"
Dia so janji pa dia pe nene, dia
akan dengar nene pe nasehat.
56 Bab VIII
Tina can count (Tina bisa berhitung)
p. 1 One day Tina told her mother she was going for a walk. As
she started walking she began to count the things she saw.
p. 2 Tina saw her friend Ade flying a kite. "What a beautiful kite,"
she said.
Tina saw four lemons hanging from the tree. "Four ripe
lemons," she said while pointing.
p. 4 Tina saw five ladies washing their clothes at the well. "Good
morning ladies," she said.
Tina saw her friend playing with six balloons. "Six balloons,"
she said.
p. 5 Tina saw seven birds looking for some food. "Seven birds,"
she counted.
p. 7 Can you count all the things that Tina saw? One kite, two
cows, three bicycles, four lemons, five women, six balloons,
seven birds, eight carrots, nine dancers, and ten fish.
Bahasa Inggris 57
Froggie goes to Ternate (Katak hendak ke Ternate)
p.9 "But how will you go to town?" asked his friend. "I will hop on
a truck," he replied, and off he went to find one.
p.10 "Now how will you go to town?" asked his friend. "I will hide in
the man’s bag," he replied, and off he went to do so.
The next morning when the man went to town, he forgot his
bag. Away went the man without Froggie.
p.11 "Now how will you go to town?" asked his friend. "I will ride in
the coconut bags that are going to town," he replied, and off
he went to hide in them.
But the truck was so full that all the bags would not fit. Away
went the bags of coconut without Froggie.
p.12 "Now how will you go to town?" asked his friend. "I will ride
on the wings of a hawk" he replied, and off he went to find
one.
Froggie rode on the hawk's wings till the wind blew him off.
Away flew the hawk without Froggie.
p.13 "Now how will you go to town?" asked his friend. "I will go to
town by myself," he replied, and so off to town he hopped.
Finally he got to town. "Where are the big fat town flies?"
Froggie asked the town frog.
58 Bahasa Inggris
p.15 "Big fat flies? Why the big fat flies are not in the town,"
replied the town frog. "We only have small flies in town. The
big fat ones are in the forest."
Then the town frog hopped to his house. And the frog from
the forest hopped away by himself.
p16 When Froggie went home to the forest he saw his friend.
While they were sunning themselves Froggie said to his
friend, "Things aren't always better in another place."
Bahasa Inggris 59
Ade and her friends (Ade dan temannya)
One day Ade felt lonely and wanted to talk to his friends,
Yunus and Ani. Yunus was a little dog and Ani was a small
cat. Ade could not find them anywhere, so he asked all the
animals in the forest if they knew where his friends were.
"Have you seen Yunus and Ani?" Ade asked Hasan. "No, I
have not, but why don’t you ask Andi the mouse? He visits
with a lot of the animals," said Hasan.
"Have you seen Yunus and Ani?" Ade asked Andi. "No, but
you could ask Dani the horse. He is always following us
around," answered Andi.
"Have you seen Yunus and Ani?" Ade asked Dani. "No,"
answered Dani, "but why don’t you ask Nita the bird. She can
see all the animals from the sky."
"Have you seen Yunus and Ani?" Ade asked Nita. "No,"
answered Nita. "My wing is hurt and I can not fly. Maybe you
can ask Tina the deer."
"Have you seen Yunus and Ani?" Ade asked Tina. "I have
been very busy watching my children and have not seen
anyone," answered Tina. "Ask Santi the frog. He likes to hop
all over the forest. Maybe he has seen them."
60 Bahasa Inggris
p. 20 Santi the Frog
When she found them she said to them, "I have been looking
for you everywhere! I asked Santi the frog, Tina the deer,
Nita the bird, Dani the horse, Andi the mouse, and Hasan
the butterfly. We were looking f or you too!" said Yunus and
Ani together. "We are glad to be together now."
Bahasa Inggris 61
The girl that became a statue (Gadis patung)
p. 24 In the city Nita lived with a generous, rich family. Nita was
considered like their own child. She was given beautiful
clothes and constantly spoiled.
p. 25 One day Nita was told to go home to see how her mother
was doing. "Please go home Nita. Your mother certainly
misses you very much," said her adopted mother.
In the middle of her trip home Nita met her mother dressed
in rags. Nita was embarrassed and quickly returned to the
city.
This time it was the rainy season and the road was very
muddy. Nita did not want her dress and shoes to get
muddy. She therefore threw the bread on the ground and
stepped on it so her shoes would not get dirty.
62 Bahasa Inggris
p. 27 Nita walked on the delicious bread. When she stepped on
the last slice of bread she fell and her clothes became
muddy. Luckily for her there was an old woman carrying
some water.
Bahasa Inggris 63
The goose who laid golden eggs (Angsa bertelur emas)
p. 30 Once upon a time there was a man named Mr. Yakob and
his wife. They were very poor. They were so poor that
sometimes they only ate once a day.
p. 31 One day Mr. Yakob met a an old man in his dream. "I will
give you a gosling," said the man. "Take good care of him
and your life will prosper."
The next day Mr. Yakob saw a gosling enter the yard of his
house. Quickly he chased after it and caught it.
p. 32 Mr. Yakob quickly carried the gosling into his house. Then,
with his wife, he took good care of it.
Mrs. Yakob quickly left for the city. When she came home,
she was carrying lots of money, and many things that they
needed for their everyday life.
p. 34 Every day they hoped to get another golden egg. But the
miracle goose only laid golden eggs when their money was
all gone.
64 Bahasa Inggris
p. 35 The miracle goose was quickly cut open. But they did not
find any golden eggs inside it. In fact the last golden egg that
was laid miraculously disappeared.
Bahasa Inggris 65
The proud turtle (Kura-kura yang sombong)
p. 37 There once was a turtle named Pion who lived at the edge
of a swamp. Pion was famous as an arrogant animal who
was always jealous of other animals and their abilities.
p.39 "The gifts of God are indeed different. Some animals can
fly, some can swim, some can crawl, and so forth."
"But the best are those who can fly," replied Pion.
"Oh no. We all have our own gifts for which we have to be
thankful," said Tiko.
p. 40 "You can’t possibly fly because you don’t have wings, Pion,"
explained Tiko.
"If that’s the case, may I borrow your wings?" asked Pion.
"Ha...ha...ha! That’s also impossible, Pion."
66 Bahasa Inggris
p. 41 "My wife and I will hold a piece of wood at each end. You will
be in the middle firmly biting the wood. When we fly, you will
hang on and fly with us as we carry you along."
"Yes...yes...yes! I want that, Koko," cried Pion happily.
Pion really enjoyed being able to fly together with Koko and
Tiko. However, Pion was still basically proud, so when he
knew that many other animals were looking at him from the
ground, he could not keep quiet.
"Friends, friends, look at me. I can fly!" he cried.
Koko and Tiko were very glad when they realized that Pion
was actually still alive. They quickly flew back to the
heavens. Since that time, Pion has felt blessed he has a
very hard shell. He also promised himself never to be
proud again.
Bahasa Inggris 67
Ani the cunning mouse (Si Ani tikus cerdik)
p. 44 There once was a mother rat who had a small child named
Ani. Ani’s mother always warned Ani to watch out for
Meong, the cat that lived near their home.
p. 45 One day Ani played a long distance from his home. When
he started to go home he lost his way and couldn’t find the
right path.
Meong the cat quickly saw that Ani was lost and quietly
moved up to leap on him. Fortunately Ani saw Meong,
giving himself time to think of a way to save himself.
p. 46 "Hello, Meong. You like to eat rats, don’t you?" asked Ani
to Meong as if he wasn’t afraid.
"Yes, and you will taste very delicious!" replied Meong.
68 Bahasa Inggris
p. 48 Ani began to worry when he saw that Meong was losing his
patience and his mother still had not arrived. "Patience,
friend. There is still one more song I will sing," said Ani,
when Meong was ready to pounce on him.
p. 49 The big mother rat quickly ran to find Ani. She knew that her
child was in great danger.
Bahasa Inggris
69
The Magic Pot (Belanga ajaib)
This pot was not an ordinary pot, but a magic pot. While
putting water in the pot, the grandmother always cried out,
"Hey, cook pot, cook some rice!" After that the pot would
quickly shake and the water would boil and the pot would fill
with rice. When she wanted the pot to stop cooking she said,
"Stop pot! Cook no more!"
Quickly rice spilled out of the pot and covered the ground.
They were busy putting the rice in bowls, but the pot just kept
on cooking.
70 Bahasa Inggris
p. 54 "Stop! Stop! Enough rice," yelled Abdul to the magic pot.
But the pot just kept cooking until the rice spilled out the
door.
At first all the people were happy with all the rice. But then
they got worried when the the rice kept coming and
threatened to cover the village. "You have to stop the pot
Abdul," said the leader of the village.
Since that time Abdul has never again used the magic pot.
He
promised to always obey the advise of his grandmother.
Bahasa Inggris 71