1 Drainase-2btatacarapembuatanrencanaindukdrainase-120227194214-Phpapp02 PDF
1 Drainase-2btatacarapembuatanrencanaindukdrainase-120227194214-Phpapp02 PDF
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase
perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya penanganan drainase di banyak kota di
Indonesia masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan
genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh,
dimulai tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan
peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman
mengenai drainase kepada pihak yang terlibat baik bagi pelaksana maupun masyarakat perlu
dilakukan secara berkesinambungan agar penanganan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Bagian dari Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan adalah Rencana Induk Drainase Perkotaan
yang merupakan payung dari tahapan berikutnya sampai ke pelaksanaan fisik.
1.2. Pengertian
Yang dimaksud dengan:
1) drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima
air dan atau ke bangunan resapan buatan;
2) drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air
permukaan, sehingga tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu masyarakat,
serta dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia;
3) rencana induk sistem drainase perkotaan adalah perencanaan dasar yang menyeluruh pada
suatu daerah perkotaan untuk jangka panjang;
4) badan penerima air adalah sumber air dipermukaan tanah berupa laut, sungai, danau, dan
di bawah permukaan tanah berupa air tanah di dalam akifer;
5) bangunan pelengkap adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem
aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan, dan daerah curam,
bangunan tersebut seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan,
jembatan, street inlet, pompa, pintu air;
1
6) daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak berfungsinya sistem
drainase;
7) daerah pengaliran adalah daerah tangkapan air yang mengalirkan air ke dalam saluran;
8) kala ulang adalah selang waktu pengulangan kejadian hujan atau debit banjir rencana
yang mungkin terjadi;
9) saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan
menyalurkan ke badan penerima air;
10) saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan
menyalurkannya ke saluran primer;
11) saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari sistem drainase lokal dan
menyalurkannya ke saluran sekunder;
12) sistem drainase utama adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat;
13) sistem drainase lokal adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian kecil warga masyarakat;
14) studi terkait adalah studi lain yang terkait dengan kegiatan drainase kota yang memuat
data, seperti : hidrologi, topografi, geologi, geografi;
15) tinggi jagaan adalah ketinggian yang diukur dari permukaan air maksimum sampai
permukaan tanggul saluran;
16) waktu pengaliran permukaan adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh
ke permukaan tanah dan mengalir ke titik saluran drainase yang diamati;
17) waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang mengalir dari satu
titik ke titik lain dalam saluran drainase yang diamati;
18) waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh pada
permukaan tanah mengalir sampai di suatu titik di saluran drainase yang terdekat;
19) zona adalah sub sistem pelayanan satu aliran saluran drainase;
20) kota metropolian adalah kota yang mempunyai penduduk lebih dari 1.000.000 jiwa;
21) kota besar adalah kota yang mempunyai penduduk antara 500.000 jiwa – 1.000.000 jiwa;
22) kota sedang adalah kota yang mempunyai penduduk antara 100.000 jiwa – 500.000 jiwa;
23) kota kecil adalah kota yang mempunyai penduduk antara 20.000 jiwa – 100.000 jiwa.
2. KETENTUAN-KETENTUAN
2.1. Umum
Ketentuan ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1) rencana induk disusun dengan memperhatikan rencana pengembangan kota dan rencana
prasarana dan sarana kota lainnya;
2
2) rencana induk disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya dengan
prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya
operasional dan pemeliharaan;
3) rencana induk disusun untuk arahan pembangunan sistem drainase di daerah perkotaan
selama 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan dengan keperluan;
4) rencana induk disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang
2.2. Teknis
Kala Ulang
Kala ulang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran saluran, dan jenis kota yang
akan direncanakan;
Tabel 1 - Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota
Daerah Tangkapan Air (Ha)
TIPOLOGI KOTA
< 10 10 – 100 100 – 500 > 500
• KOTA 2 Th 2 – 5 Th 5 – 10 Th 10 – 25 Th
METROPOLITAN
• KOTA BESAR 2 Th 2 – 5 Th 2 – 5 Th 5 – 20 Th
• KOTA SEDANG 2 Th 2 – 5 Th 2 – 5 Th 5 – 10 Th
• KOTA KECIL 2 Th 2 Th 2 Th 2 – 5 Th
2) untuk bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan sistem saluran di mana
bangunan pelengkap ini berada;
3
3) perhitungan curah hujan berdasarkan data hidrologi minimal 10 tahun terakhir (mengacu
pada tata cara analisis curah hujan drainase perkotaan).
2) Debit banjir
(1) debit rencana dihitung dengan metode rasional yang telah dimodifikasi (lihat pada
Tabel 1.);
(2) koefisien limpasan (run-off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan.
(3) waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan dan waktu
drainase;
(4) koefisien penyimpangan dihitung dari waktu rumus konsentrasi dan waktu drainase.
4
2) parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya,
3) parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi yang ada, seperti:
kawasan industri, fasum, fasos, perkantoran, perumahan, daerah pertanian dan pertamanan,
4) parameter gangguan sosial, seperti: kesehatan masyarakat, keresahan sosial dan kerusakan
lingkungan.
3. CARA PENGERJAAN
3.1. Mengumpulkan Data
Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1) kumpulkan studi-studi terkait;
2) kumpulkan data hidrologi, hidrolika dan bangunan pelengkap;
3) kumpulkan data sosial ekonomi, penduduk dan data lainnya yang ada hubungan dengan
studi terkait;
4) kumpulkan data keadaan saluran drainase dan badan air penerima yang ada, sistem,
geometri dan dimensi saluran;
5) kumpulkan data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, morfologi, sifat
tanah dan tata guna lahan;
6) kumpulkan data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan;
7) kumpulkan data rencana pengembangan kota, foto udara, pembiayaan, institusi dan
kelembagaan dan peran serta masyarakat.
5
1) petakan lokasi genangan yang berada dalam area studi,
2) catat luas, tinggi, dan lamanya genangan, serta frekuensi dan waktu kejadian dalam satu
tahun, untuk setiap daerah genangan,
3) catat penyebab genangan,
4) taksir dan catat besaran kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan dalam bentuk biaya.
3.4. Analisis
Analisis yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Analisis kondisi yaitu :
(1) analisis kapasitas saluran dan genangan,
(2) analisis kapasitas bangunan pelengkap,
(3) analisis struktur saluran dan bangunan pelengkap.
2) Analisis kebutuhan :
(1) tentukan rencana alur saluran sesuai topografi dan tata guna lahan,
(2) tentukan kala ulang pada masing-masing saluran,
(3) analisis intensitas hujan sesuai dengan kala ulang,
(4) hitung debit rencana masing-masing saluran,
(5) analisis perbedaan antara kebutuhan dan kondisi yang ada.
6
4) rencanakan bentuk-bentuk penampang dan bangunan pelengkapnya pada masing-masing
saluran,
5) tentukan luas yang akan dibebaskan,
6) perkirakan besar biaya ganti rugi lahan.