Anda di halaman 1dari 18

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Cabai

2.1.1 Cabai

Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan

subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus

menyebar ke Amerika Latin. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-

negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis

(Dermawan, 2010).

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang

memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya

daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia

termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin,

vitamin (A,C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin,

kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi,

kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai

stimulan. Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin yang berkhasiat

memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan.

Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi

pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-gatal.

2.1.2 Teknik budidaya cabai

Teknik budidaya cabai adalah dengan GAP (good agriculture practice)

yaitu cara melakukan budidaya tanaman degan baik dan benar sebagai pedoman

8
9

pelaksana untuk petani agar menghasilkan mutu cabai yang sama. Adapun teknik

budidaya cabai adalah sebagai berikut.

1. Pengadaan Benih

Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau

membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara menbeli akan

lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan

pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu,

mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Keberhasilan produksi cabai

merah sangat dipengaruhi oleh kualitas benih yang dapat dicerminkan oleh

tingginya produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi

iklim. Biji benih lebih baik membeli dari distributor atau kios yang sudah

dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurnian dan daya kecambahnya

(Tjahjadi, 1991).

2. Pengolahan Tanah

Sebelum menanam cabai hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya

tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran udara di dalam

tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang

meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah.

Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan

bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (Anonim, 1992). (Rismunandar,

1983).

3. Penanaman

Adapun tahapan-tahapan dari penanaman adalah sebagai berikut.

a. Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman.


10

b. Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya

benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu.

c. Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih

disebarkan menurut deretan secara merata.

d. Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk

kandang yang halus.

e. Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan

benih adalah pagi atau sore hari. (Anonim, 1992). Penanaman cabai dilakukan

dengan teknik sebagai berikut: (a) Cabai ditanam dengan pola segitiga, jarak

tanamnya adalah 50 s.d 60 cm dari lubang satu ke lubang lainnya. Jarak antar

barisan 60 s.d 70 cm dibudidaya secara monokultur tidak dicampur dengan

tanaman lain; (b) Lubang dibuat dengan kedalaman 8 s.d 10 cm, dilakukan

dengan cara menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran

diameter lubang sesuai dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang

mulsa lebih lebar sedikit daripada lubang tanam; (c) Polibag dibuka kemudian

media bersama tanaman yang tumbuh disemai, dipindahkan, bongkahan tanah

media dipertahankan utuh tidak pecah, kedalaman pembuatan bibit sebatas

leher akar media semai, tidak terlalu dalam terkubur (Hewindati, 2006).

4. Pemeliharaan Tanaman

Hewindati(2006) menyatakan tanaman cabai yang telah ditanam harus

selalu dipelihara dengan teknik sebagai berikut.

a. Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau diganti dengan sisa bibit yang

ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari, sebaiknya minggu pertama dan

minggu kedua setelah tanam.


11

b. Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan dari lahan bedengan

tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air atau longsor dari

bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan kembali).

c. Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak diperlukan dapat

dilakukan sekitar 17 s.d 21 HST di dataran rendah atau sedang, 25 s.d 30 HST

di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas bunga

pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan daun-

daun yang telah tua kira-kira 75 HST.

d. Pemupukan diberikan 10 s.d 14 hari sekali. Pupuk daun yang sesuai misalnya

Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan pupuk kemiral

red pada umur 35 HST.

e. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran 24, urea, TSP, KCL dengan

perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman. Pemupukan dilakukan

dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman dalam satu baris.

Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50 s.d 65 HST dan pada umur 90

s.d 115 HST.

f. Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat musim kering.

Penyiraman dengan kocoran diterapkan jika tanaman sudah kuat. Sistem

terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air dapat

meresap ke perakaran.

g. Penyemprotan tanaman cabai sebaiknya dikerjakan dalam satu hari yakni pada

pagi hari jika belum selesai dilanjutkan pada sore hari.

h. Pertumbuhan tanaman cabai perlu ditopang dengan ajir. Ajir dipasang 4 cm

dibatas terluar tajuk tanaman. Ajir dipasang pada saat tanaman mulai berdaun
12

atau maksimal 1 bulan setelah penanaman. Ajir bambu biasanya dipasang

tegak atau miring.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Harpenas (2010), salah satu faktor penghambat peningkatan

produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan

hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp),

bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5 s.d

30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan

penerapan pengendalian secara terpadu. Beberapa hama yang paling sering

menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar pada produksi cabai sebagai

berikut: Ulat Grayak (Spodoptera litura), Kutu Daun (Myzus persicae Sulz), Lalat

Buah (Bactrocera dorsalis), dan Trips (Thrips sp).

Menurut (Hewindati, 2006) selain hama, musuh tanaman cabai adalah

penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur/cendawan ataupun bakteri.

Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang tanaman cabai yaitu:

Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf), Busuk Phytoptora (Phytoptora

capsici Leonian), Antraknosa/Patek, Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum

(E.F) Sm), Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht), dan

Rebah Semai (Phytium debarianum Hesse dan Rhizoctonia soloni Kuhu).

6. Panen dan Pasca Panen

Anonim (2010) menyatakan pemanenan tanaman cabai adalah pada saat

tanaman cabai berumur 75 s.d 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat

dan warna merah menyala, buah cabai siap dilakukan pemanenan pertama. Umur

panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi
13

pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat

dipanen setiap 2 s.d 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi

pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang

bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama.

Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen

agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah

cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan

pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat

pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

Anonim (2009) menyatakan penanganan pasca panen tanaman cabai

adalah hasil panen yang telah dipisahkan antara cabai yang sehat dan yang rusak,

selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabai tetap

segar.Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan

berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar

lokal maupun pasar eksport.

Setelah buah cabai dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka

pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabai dari kerusakan selama

dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan

memberikan ventilasi. Dengan penerapan teknologi budidaya, penanganan pasca

panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama

penyakit dapat meningkatkan produksi cabai yang saat ini banyak dibutuhkan.

2.1.3 Syarat tumbuh

Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah

sebagai berikut.
14

1. Iklim

Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian juga terhadap

tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24 s.d 28ºC. Pada

suhu tertentu seperti 15ºC dan lebih dari 32ºC akan menghasilkan buah cabai yang

kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya

terlalu dingin. (Tjahjadi, 1991) mengatakan bahwa tanaman cabai dapat tumbuh

pada musim kemarau apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim

yang dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain.

a. Sinar Matahari

Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila

penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.

b. Curah Hujan

Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga

memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu

800 s.d 2000 mm/tahun.

c. Suhu dan Kelembaban

Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21ºC s.d 28ºC,

malam hari 13ºC s.d 16ºC, untuk kelembaban tanaman 80%.

d. Angin

Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin

berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.


15

2. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400

m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi

(1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak

mampu berproduksi secara maksimal.

3. Tanah

Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam

pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan 11 tanah untuk

cabai adalah antara 0 s.d 100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi

dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat

(Harpenas, 2010). Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada

tanah dengan pH 6 s.d 7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung

humus (bahan organik) sangat disukai (Sunaryono dan Rismunandar, 1984).

Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman cabai dapat tumbuh di segala

macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung

unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air

yang menggenang.

2.2 Struktur Pasar

2.2.1 Pengertian struktur pasar

Struktur pasar yaitu suatu pandangan yang menjelaskan tentang definisi

industri dan perusahaan mengenai jumlah yang ada dalam satu pasar, distribusi

perusahaan dengan berbagai ukuran dan diferensiasi produk, serta syarat-syarat

keluar masuk pasar (Azzaino, 1983 dalam Melania, 2007). Struktur pasar

merupakan pendekatan deskriptif yang menjelaskan dimensi fisik dari industri dan
16

pasar yang meliputi: (1) Jumlah lembaga tataniaga dalam suatu pasar; (2)

Distribusi lembaga tataniaga dalam berbagai ukuran dan konsentrasi; (3)

Deskripsi produk dan diferensiasi produk; (4) Kebebasan lembaga lain untuk

masuk dalam pasar (Bresssler dan King, 1970).Struktur pasar adalah karakteristik

organisasi pasar yang memengaruhi sifat kompetisi dan harga di dalam pasar

(BAIN, 1952).Unsur-unsur struktur pasar meliputi: (a) Konsentrasi; (b)

Differensiasi produk; (c) Ukuran perusahaan; (d) Hambatan masuk; (e) Integrasi

vertikal; dan (f) Diversifikasi.

2.2.2 Jenis-jenis struktur pasar dan karakteristik pasar

Struktur pasar yang menjelaskan dimensi fisik dari industri dan pasar itu

sendiri memiliki berbagai bentuk atau tipe ditinjau dari beberapa aspek seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya. Salah satu karakteristik komoditas pertanian

yang sangat penting dalam memelajari struktur pasar adalah sifat homogen dan

massal. Sifat homogen mengindikasikan bahwa konsumen tidak bisa

mengindikasi sumber-sumber penawaran disubstitusi secara sempurna oleh

produsen lainnya. Sifat massal memberikan indikasi bahwa jumlah komoditas

total yang dipasarkan, sehingga produsen pertanian secara individu tidak dapat

memengaruhi harga yang berlaku di pasar dan bertindak sebagai penerima harga

(price taker).

Menurut Dahl dan Hammond (1972) terdapat 4 karakteristik untuk

menentukan struktur pasar yaitu: (1) Jumlah perusahaan yang terdapat pada suatu

pasar; (2) Diferensiasi produk; (3) Kemudahan memasuki pasar; (4) Status

pengetahuan tentang biaya, harga dan kondisi pasar diantara pelaku pemasaran
17

(Melania, 2007).Pembagian jenis-jenis pasar tersebut yang lebih rinci disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2.Tipe-tipe Struktur Pasar dan Karakteristiknya

Pengendalian
Jumlah Diferensiasi
Struktur Contoh Penjual
Penjual Produk
terhadap Harga
Produk
Persaingan
Banyak Produk identik pertanian dasar Tidak ada
Sempurna
seperti padi
Pedagang
Persaingan Banyak produk eceran
Banyak Sedikit
Monopolistik diferensiasi makanan atau
minuman
Sedikit
diferensiasi
Oligopoli Sedikit Pasar semen Sedikit
atau tidak ada
sama sekali
Sedikit
diferensiasi Pasar cabai
Duopoli Dua Sedikit
atau tidak ada merah
sama sekali
Telepon,
Monopoli Tunggal Close subtitute Sangat besar
listrik, BBM
Pengendalian
Jumlah Diferensiasi
Struktur Contoh Pembeli
Pembeli Produk
terhadap Harga
Produk
Persaingan
Banyak Produk identik pertanian dasar Tidak ada
Sempurna
seperti padi
Sedikit
diferensiasi
Oligopsoni Sedikit Pasar wortel Sedikit
atau tidak ada
sama sekali
Perangkat
Monopsoni Tunggal Close subtitute Sangat besar
kereta api
Sumber: Bahan Ajar Pengantar Ilmu Ekonomi

2.2.3 Saluran Pemasaran

Djaslim Saladin (2006:153) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah

serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk
18

menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Philip

Kotler (2007:122) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah organisasi-

organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat

produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Berdasarakan

bentuknya, saluran pemasaran dapat dibedakan menjadi dua macam seperti

berikut.

1. Saluran pemasaran langsung yaitu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari

produsen ke konsumen akhir tidak melalui perantara lembaga pemasaran,

melainkan konsumen datang langsung ke tempat produsen tersebut.

2. Saluran pemasaran tidak langsung yaitu kegiatan penyaluran dari produsen ke

konsumen akhir melalui jasa perantara lembaga pemasaran seperti agen dan

pedagang.

Lembaga pemasaran merupakan suatu organisasi atau individu yang

menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir. Kotler (1997)

menyatakan bahwa lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan

konsumen untuk memeroleh komoditas yang sesuai waktu, tempat, dan bentuk

yang diinginkan konsumen. Sedangkan Sudiyono (2001) menjelaskan lembaga

pemasaran sebagai badan usa atau individu yang menyelenggarakan pemasaran,

menyalurkanjasa dankomoditas dari produsen kepada konsumen akhir serta

mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain.


19

2.3 Perilaku Pasar

2.3.1 Pengertian perilaku pasar

Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses (mental)

pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional

terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan-

kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memeroleh, pola

penggunaan, maupun penolakan suatu produk. Pemahaman terhadap profil dan

perilaku pasar akan menjelaskan tentang: (1) Siapa, apa, berapa, kapan, di mana

pembelian dilakukan; (2) Mengapa suatu produk dibeli; dan (3) Bagaimana proses

pembelian terjadi.

Profil dan perilaku pasar tidaklah selamanya konstan, akan selalu

mengalami perubahan. Perilaku pasar kemarin berbeda dengan perilaku pasar

sekarang. Dan akan berbeda perilakunya di masa mendatang. Oleh karena itu,

pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya perlu dipertanyakan untuk masa

sekarang saja, tetapi perlu diberikan juga untuk menjelaskan profil dan perilaku

pasar di masa-masa mendatang. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Informasi statistik

Informasi statistk mampu menjawab siapa,apa, berapa, kapan, dan di mana

pembelian dilakukan. Jenis, luas, dan peranan individu dalam pasar (pasar

potensial, pasar tersedia, atau pasar dilayani) yang memerlukan produk tertentu

(jenis, jumlah, frekuensi, saat, tempat pembelian) baik masa sekarang maupun

masa mendatang.

2. Informasi psikologi
20

Informasi psikologi mampu menjelaskan mengapa seseorang membeli atau

menolak suatu produk. Peranan motivasi, persepsi, pemahaman, sikap,

kepercayaan, dan kepribadian seseorang yang mendasari tindakan pengambilan

keputusan atau tindakan melakukan kegiatan tertentu seperti tindakan membeli

atau tidak membeli.

3. Informasi dinamis

Informasi dinamik mampu menjelaskan bagaimana proses pembelian

terjadi. Proses pembelian merupakan proses indivdu untuk mengatasi persoalan

yang dihadapi konsumen dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Model proses pembelian mendasarkan pada model pengambilan keputusan

(decision making process) atau pemecahan masalah (problem solving process).

2.3.2 Fungsi pemasaran

Downey dan Erikson (1987) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi

pemasaran. Tiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Fungsi pertukaran (exchange function),yaitu produk harus dijual dan dibeli

sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran.

b. Fungsi fisik (physical function)tertentu harus dilaksanakan seperti,

pengangkutan, penggudangan,dan pemprosesan produk.

c. Fungsi fasiltas (facilitating function), Berbagai fungsi penyediaan sarana harus

ada dan dilakukan dalam proses pemasaran sekurang-kurangnya ada informasi

pasar yang tersedia, harus menerima risiko kerugian yang mungkin terjadi,

produk sesekali harus distandarisasi atau dikelompokan menurut mutunya

untuk mempermudah penjualan produk tertentu dan serta memiliki dan

menyediakan pembiayaan selama proses pemasaran berlangsung.


21

2.4 KinerjaPasar

Kinerja pasar merupakan hasil akhir yang dicapai akibat dari penyesuaian

yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada struktur pasar tertentu,

didefinisikan sebagai seberapa baik sistem pemasaran bisa memenuhi harapan

masyarakat dan pelaku pasar. Secara teoritis kinerja suatu industri ditentukan oleh

2 faktor yaitu: (1)Struktur industri (jumlah dan ukuran perusahaan, derajat

diferensiasi produk, dan kemudahan keluar masuk pasar); dan (2)Marketconduct

(harga di tingkat produsen, produk dan strategi promosi) (Kohl dan Uhl, 1990

dalamMelania, 2007).Kinerja pasar dapat diteliti dengan menggunakan margin

pemasaran, farmer’s share, dan efisiensi pemasaran.

2.4.1 Margin pemasaran

Limbong dan Sitorus (1987) dalam Sari (2006) menyatakan bahwa

margin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen

dengan harga yang diterima produsen yang terdiri dari biaya pemasaran dan

keuntungan pemasaran.

2.4.2 Farmer’s share

Sari (2006) menyatakan bahwa farmer’s share merupakan bagian harga

yang diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir. Bagian

yang diterima oleh petani menunjukkan hasil adil atau tidaknya pembagian hasil

yang dilakukan lembaga pemasaran terhadap petani.

2.4.3 Efisiensi pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses

pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap


22

keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran (Downey dan

Steven, 1992). Soekartawi (1989:29), menyatakan bahwa efisiensi pemasaran

akan terjadi jika: (1) Biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan; (2)

Pemasaran dapat lebih tinggi; (3) Persentase pembedaan harga yang dibayarkan

konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; dan (4) Tersedianya fasilitas fisik

pemasaran.

Seluruh pihak terlibat dalam efisensi pemasaran baik produsen,

pedagang, maupun konsumen. Semakin tinggi margin pemasaran, maka tingkat

efisiensinya semakin rendah. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang

dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.

Perhitungan margin pemasaran digunakan untuk melihat setiap saluran pemasaran

aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan

fungsi-fungsi pemasaran yang mengakibatkan adanya perbedaan harga ditingkat

produsen dan di tingkat konsumen. Komponen margin pemasaran terdiri dari

biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan

fungsi-fungsi pemasaran yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya

fungsional dan keuntungan lembaga pemasaran (Sudiyono, 2004).

Terdapat jenis-jenis penentuan harga yaitu sebagai berikut.

a. Penetapan harga fleksibel adalah kelenturan atas kesediaan untuk memotong

harga demi mempertahankan bagian pasar.

b. Penetapan harga diferensial adalah perhitungan harga pokok untuk sejenis

produk yang diperhitungkan atas dasar biaya-biaya yang berbeda.


23

c. Penetapan harga mark-up adalah dengan menetapkan harga jual dilakukan

dengan cara menambah suatu persentase tertentu dari total biaya variabel atau

harga beli dari seorang pedagang.

d. Penetapan harga cost plus adalah penetapan harga jual dengan cara menambah

persentase tertentu dari total biaya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian serupa sudah pernah dilakukan sebelumnya di beberapa

daerahpada komoditas berbeda. Hasil dari penelitian tersebut tercantum pada

Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Judul dan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Judul Hasil


1 Analisis Tataniaga Kentang di Struktur pasar tidak oligopsoni,
Propinsi Sumatera Utara harga yang diterima petani masih
(Luhut Sihombing, 2005) rendah, hubungan pasar kurang
terintegrasi secara vertikal.
2 Analisis Pemasaran dan Struktur pasar anggur berbentuk
Tataniaga Anggur di Bali monopsoni, margin pemasaran
(Suharyanto, 2005) tertinggi terdapat pada pola
pemasaran 1, share tertinggi
diterima petani pada pola pemasaran
3.
3 Analisis Tataniaga Cabai Struktur pasar persaingan sempurna,
Merah Keriting di Kota Padang terdapat empat saluran pemasaran
(Studi Kasus: Pasar Raya dan dua diantaranya efisien.
Padang)
(Angela Fizriza, 2012)
4 Analisis Struktur Pasar Kedelai Struktur pasar oligopsoni, posisi
Sebagai Alternatif Peningkatan tawar petani lemah, saluran
Posisi Tawar Petani pemasaran dimulai dari petani
(Evi Yulia Parwanti dan sampai dengan pengecer/KOPTI.
Banatul Hayati, 2008)
Berdasarkan tabel di atas, terdapat kesamaan struktur pasar pada tiga

penelitian yaitu struktur pasar oligopsoni/monopsoni dan satu penelitian dengan

struktur pasar persaingan sempurna. Posisi pada penelitian ini memiliki


24

persamaan dengan penelitian di atas yaitu meneliti bagaimana bentuk struktur

pasar yang dilihat dari saluran pemasaran dan jumlahnya, meneliti kinerja pasar

menurut margin pemasaran, farmer’s share, dan efisiensi pemasaran. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada kajian mengenai perilaku

pasar. Penelitian sebelumnya tidak meneliti bagaimana perilaku pasar.

2.6 Kerangka Pemikiran

Analisis terhadap struktur, perilaku, dan kinerjapasar sangat penting

karena akan memudahkan pengawasan terhadap perubahan harga yang terjadi di

tingkat petani dan lembaga pemasaran, digunakan sebagai dasar untuk

memperbaiki dan meningkatkan pososi tawar (bargaining position)

petani,digunakan sebagaipengetahuan tentang biaya, harga dan kondisi pasar

diantara pelaku pemasaran.

Keadaan harga yang diterima oleh petani cabai di Desa Bayung Gede,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Banglimengalami ketimpangan. Hal ini

disebabkan oleh adanya margin pasar yang cukup jauh di tingkat petani cabai

sebagai produsen dengan pihak konsumen. Sehingga perlu dilakukan analisis

struktur, perilaku dan kinerjapasarcabai terhadap pendapatan petani cabai di

daerah ini.

Melihat kondisi petani cabai dengan produk utama yaitu cabai dan sudah

menjadi mata pencaharian mereka, menarik untuk dikaji bagaimana struktur,

perilaku, dan kinerjapasarcabai di Kintamani melalui analisismargin pemasaran,

farmer’s share, dan analisis efisiensi pemasaran. Sehingga hasil dari penelitian ini

mampu direkomendasikan kepada petani cabai agar tidak ada ketimpangan harga
25

cabai di tingkat petani sebagai produsen dengan konsumen yang sekaligus dapat

meningkatkan kesejahteraan mereka.

Dalam melakukan penelitian ini, hal-hal yang perlu diketahui yaitu: (1)

Keadaan petani cabai di Desa Bayung Gede; (2)Bagaimana harga, pasokan, dan

produksi cabai, sehingga dari kedua hal tersebut dapat dilakukan analisis struktur,

perilaku, dan kinerja pasar cabai. Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis

Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli disajikan pada gambar 1.

Petani Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan


Kintamani, Kabupaten Bangli

Harga, Pasokan, Produksi

Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar

1. Saluran Pemasaran
2. Jumlah Lembaga Pemasaran
Struktur Pasar 3. Diferensiasi Produk
4. Halangan Keluar/Masuk Pasar
5. Hubungan/koordinasi Vertikal

1. Praktik Pertukaran/Fungsi
Pemasaran
Perilaku Pasar 2. Strategi Harga
3. Strategi Produk
4. Penggunaan Informasi
5. Kerjasama

1. Margin Pemasaran
Kinerja Pasar 2. Farmer’s Share
3. Efisiensi Pemasaran

Rekomendasi

Gambar1. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Struktur, Perilaku,


danKinerja Pasar Cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli

Anda mungkin juga menyukai