Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

GEDUNG
(Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Survey Rekayasa II)

HALAMAN SAMPUL

Oleh:
Yovi Adyuta Isdiantoro 21110115140061
Hot Parningotan Banjarnahor 21110115130066
Muhammad Alim S 21110115140071
Novitasari 21110115140091

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. I-1


BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ II-1

II.1. Persyaratan ........................................................................................................ II-1

II.1.1. Garis Sempadan (Rooi) .............................................................................. II-1

II.1.2. Datum Utama Dan Sekunder ..................................................................... II-1

II.1.3. Papan Referensi Elevasi ............................................................................. II-1

II.1.4. Pengukuran Site ......................................................................................... II-2

II.2. Tahapan Pematokan .......................................................................................... II-2

BAB III PELAKSANAAN ........................................................................................ III-1

III.1. Persiapan ...................................................................................................... III-1

III.1.1. Persiapan Administrasi ......................................................................... III-1

III.1.2. Persiapan Teknis dan Personil.............................................................. III-1

III.1.3. Survei Pendahuluan .............................................................................. III-2

III.2. Metode ......................................................................................................... III-2

III.3. Pengukuran .................................................................................................. III-3

III.3.4. PengukuranPoligon .............................................................................. III-3

III.3.5. Poligon Terbuka ................................................................................... III-3

III.3.6. PengukuranWaterpass .......................................................................... III-6

III.3.7. Tahapan-tahapan Pematokan dan Pengukuran ..................................... III-6

III.4. Perhitungan Jarak dan Sudut Datar As Gedung .......................................... III-6

III.4.1. Alat dan Bahan ..................................................................................... III-7

III.4.2. Langkah Kerja ...................................................................................... III-7

III.4.3. Cara Kerja ............................................................................................ III-7

2
III.4.4. Tahapan ................................................................................................ III-8

III.5. Pengukuran dan Pematokan As Gedung ..................................................... III-9

III.5.1. Alat dan Bahan ................................................................................... III-10

III.5.2. Langkah Kerja .................................................................................... III-10

III.5.3. Cara Kerja .......................................................................................... III-10

III.6. Pemasangan Bowplank .............................................................................. III-11

III.6.1. Alat dan Bahan ................................................................................... III-12

III.6.2. Langkah Kerja .................................................................................... III-13

III.6.3. Cara Kerja .......................................................................................... III-13

III.7. Stake out .................................................................................................... III-14

III.8. Penggambaran ........................................................................................... III-15

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... IV-1

DAFTAR GAMBAR

Gambar III-1 Sketsa dan Rumus .................................................................................... III-8

Gambar III-2 Tabel Perhitungan Titik As Gedung ........................................................ III-8

Gambar III-3 Sketsa ..................................................................................................... III-11

Gambar III-4 Sketsa ..................................................................................................... III-13

Gambar III-5 Penembakan Rambu .............................................................................. III-13

Gambar III-6 Pemasangan Bowplank .......................................................................... III-14

Gambar III-7 Bowplank ............................................................................................... III-14

3
4
BAB I PENDAHULUAN

Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sebelum malaksanakan pengukuran dan
pematokan juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar
denah ruang dan gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan
gedung serta bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku siku dapat
dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara menerapkan rumus Phytagoras untuk
menghitung panjang sisi segitiga. Pada umumnya untuk membuat kesikuan gedung di
lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga dengan ukuran sisi segitiga 60 cm: 80
cm : 100 cm, 3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur
jarak datar pita ukur baja panjang 30 m atau 50 m dengan ketelitian bacaan mm. Selain
cara sederhana pada pengukuran dan pematokan dapat juga menerapkan sistem koordinat,
alat yang digunakan pada cara ini adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total
station (TS) dengan ketelitian bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan sistem ini juru
ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as sesuai data
ukuran yang ada pada gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan sudut datarnya,
dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat melaksanakan
pengukuran dan pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan jarak bidik
minimum dan maksimum teodolit.

I-1
BAB II PEMBAHASAN

II.1. Persyaratan
II.1.1. Garis Sempadan (Rooi)

Pada pekerjaan pengukuran dan pematokan garis sempadan (Rooi) bangunan


dan titik tetap (benchmark) harus sesuai persyaratan yang ditentukan dan bekerjasama
dengan instansi yang terkait, pada awal pekerjaan pengukuran dan pematokan.

II.1.2. Datum Utama Dan Sekunder

1. Sebagai ketinggian (level) referensi, patok tetap yang ada di lapangan digunakan
sebagaireferensi atau pedoman. Patok permanen dibuat dari beton dengan ukuran
panjang, lebar dan tinggi sesuai dengan persyaratan, ditempatkan pada daerah
aman serta diikat dan ditandai dengan teliti, Patoktetap referensi harus dijaga
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Patoktetap referensi
inimerupakan referensi semua pengukuran dan pematokan gedung (jarak dan sudut
datar serta koordinat).
2. Pengukuran titik dan level lainnya dikerjakan secara teliti menggunakan alatsipat
datar (Waterpass) dan theodolite yang telah dikalibrasi.
3. Kontraktor harus memberitahu pengawas secara tertulis setiapketidaksesuaian
antara gambar dan kondisi site dan jika menemui keraguan
atas data patoktetap referensi.
4. Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil pengukuran. Pengawasan
olehpengawas resmi tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor.

II.1.3. Papan Referensi Elevasi

1. Papan referensi bangunan dibuat dari kayu dan


dipasang dengan kokoh dan akurat pada posisinya.
2. Tanda referensi bangunan dibuat dari kayu dengan ukuranlebarminimum 150 mm
dan tebal 20 mm.
3. Referensi elevasi bangunan sama dengan datum utama, kecuali ditentukanlain.
4. Setelah selesai pemasangan referensi bangunan, kontraktor harusmelaporkan
kepada pengawas untuk inspeksi dan persetujuan.
5. Semua tanda yang menunjukan as dan elevasi harus dibuat dari cat terangdan tahan
cuaca, menggunakan simbol standard yang disetujui pengawas.

II-1
II.1.4. Pengukuran Site

1. Kontraktor harus memulai pekerjaan berpedoman pada as utama dan asreferensi


seperti yang terlihat pada rencana tapak dan bertanggung jawab penuh atashasil
pengukuran.
2. Kontraktor harus menyediakan material, alat dan tenaga kerja, termasuk juruukur
yang berpengalaman, dan setiap saat diperlukan harus siap mengadakanpengukuran
ulang.
3. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melindungi dan
memeliharapatok tetap utama selama pekerjaan pembangunan. Kontraktor
bertanggung jawabuntuk memelihara patok sekunder dilapangan dengan jumlah
dan posisi sesuaipengarahan pengawas.

II.2. Tahapan Pematokan

Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru ukur
dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site
plan, denah ruang dan pondasi).
2. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
3. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
4. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
5. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
6. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah
dihitung.
7. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada
gambar denah ruang dan pondasi
8. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
9. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
10. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
11. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
12. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi

II-2
BAB III PELAKSANAAN
III.1. Persiapan

Persiapan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut, yaitu :

III.1.1. Persiapan Administrasi


Pada tahap ini di persiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya, meliputi surat-surat, dokumen-dokumen, formulir-formulir, buku-
buku ukur dan lain sebagainya.
1. Rencana kerja (time schedule pelaksanaan, bobot, prestasi)untuk keperluan
penyusunan progress.
2. Pembagian tugas personil dan peralatan yangdigunakan.
3. Hal-hal lain yang menyangkut administrasi proyek,seperti kelengkapan
pembuatan dokumen kontrak dan lain sebagainya.
III.1.2. Persiapan Teknis dan Personil
Persiapan teknik dan personil meliputi hal-hal yang menyangkut persiapan teknis
pelaksanaan dan personil antara lain :
1. Penyiapan alat ukur serta peralatan bantu lainnya yang sesuai dengan keperluan
pekerjaan, termasuk kalibrasi alat ukur yang akan dipakai.
2. Penjelasan (briefing) kepada seluruh personil yang terlibat dalam pekerjaan ini,
agar pekerjaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pengecekan kesehatan personil
4. Penyiapan alat tulis, hitung, gambar, foto, cetak dan lain-lain.
5. Pembuatan inception report (laporan pendahuluan) untuk rencana operasi
kerja
Tujuan dari persiapan personil ini adalah untuk menentukan jumlah personil
yang akan dipekerjakan di dalam suatu proyek pekerjaan survei dan pemetaan ini,
serta untuk menentukan pembagian tugas dari masing-masing personil.
Personil-personil dan pembagian tugas personil terdiri dari :
a) Team Leader : bertugas untuk mengatur jalannya Pekerjaan, mengkoordinasi
tugas personil, mengurus perijinan pekerjaan, melakukan pengawasan kinerja
personil, membuat target persentase pencapaian kerja setiap harinya, tempat
konsultasi bila ada masalah di lapangan.
b) Geodetic Engineering : bertugas melakukan perhitungan dan perencanaan
pembangunan gedung

III-1
c) Surveyor : bertugas melakukan pekerjaan pengukuran pembangunan gedung
d) Operator AutoCAD (drafting) : penggambaran hasil pengukuran
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu
peralatan yang akan digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi
spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran memenuhi kriteria yang
diinginkan (telah dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
a. Alat ukur Theodolite , Total Station, waterpass
b. Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3
c. Rambu ukur, tripod, prisma, jalon
d. Kompas (Shunto), GPS Handheld
e. Perlengkapan lapangan
III.1.3. Survei Pendahuluan
Yang dimaksud survei pendahuluan dalam hal ini adalah kegiatan untuk
mengenal lapangan yang menyangkut:
1. Areal pengukuran beserta batas-batasnya.
2. Pengecekkan Lokasi dan jenis pengukuran yang akan dilaksanakan.
3. Penentuan jalur pegukuran dan rencana penempatan patok kayu, bench
mark atau titik tetap lainnya yang dinilai perlu di lapangan, sesuai dengan peta
perencanaan.
III.2. Metode
1. Membuat BM di sekeliling area yang akan didirikan gedung. Patok beton atau
Benchmark (BM) dibuat dari beton bertulang dengan ukuran 20 cm X 20 cm X
100 cm. Patok BM dibuat dari beton yang terdiri dari semen, pasir dan batu kerikil
dengan campuran 1 : 2 : 3. Patok BM dicat warna kuning agar mudah
diidentifikasi di lapangan. Setelah jadi patok BM dipasang marmer ukuran
10 cm x10 cm dan ditulis nomor kode BM. Patok BM di pasang dengan interval
2 km, dipasang di daerah yang aman dan tanah yang stabil serta ditanam sedalam
kurang lebih 70 cm di bawah tanah. Setelah dipasang patok BM kemudian di
foto dan dibuatdeskripsi Benchmark yang memberikan informasi :
a. Nomor Urut BM
b. Koordinat BM ( X,Y )
c. Elevasi BM ( Z )
d. Sketsa lokasi BM
III-2
e. Tanggalpemasangan
f. Serta informasi lain sesuai kebutuhan yang diguanakan
Nah jika sudah ada BM, tugas surveyor adalah memeriksa /mengecek BM
yang ada, baik koordinat maupun elevasinya
2. Melakukan pengukuran batas area project,untuk pembuatan pagar (pekerjaan ini
tergantung situasi yang ada di lapangan). Untuk mengetahui batas area
pengukuran maka dibuat poligon. Poligon yang dibuat tergantung situasi yang
ada di lapangan.

III.3. Pengukuran
III.3.4. PengukuranPoligon
Pengukuran poligon dilakukan di sepanjang jalan yang diukur dengan mengukur
semua patok-patok yang dipasang di lapangan baik patok BM maupun patok
Stationing. Pengukuran poligon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Titik awal pengukuran poligon dimulai dari STA 0 + 000.
b. Penentuan azimuth awal diukur dari titik kontrol yang sudah ada.
c. Apabila azimuth awal belum ada, maka ditentukan dengan pengamatan azimuth
matahari.
d. Untuk mengontrol ukuran sudut, maka pada setiap 2,5 km atau 5 km dilakukan
pengamatan azimuth matahari.
e. Pengukuran sudut dilakukan dalam posisi biasa dan luar biasa dengan perbedaan
setiap bacaan maksimal 5” dan perbedaan antara 2 (dua) seri sekitar 90 derajat.
f. Pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis misalnya EDM.
g. Hasil ukuran jarak sebelum digunakan pada perhitungan agar dilakukan koreksi dan
reduksi terlebih dahulu sesuai standard yang digunakan.
h. Kesalahan penutup sudut mendatar maksimum 10”√N, dimana N adalah jumlah
titik pada satu kring.
i. Kesalahan penutup linier per kring setelah hitungan maksimal 1:6.000 dari panjang
kring tersebut.
III.3.5. Poligon Terbuka
Poligon ini terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali
ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi
ordenya.

III-3
Poligon terbuka kadang-kadang dipakai pada pengukuran jalur lintas, tetapi pada
umumnya patut dihindari karena tidak memberikan cara pengecheckan untuk
menemukan galat dan kesalahan. Dalam poligon terbuka, pengukuran harus diulang
untuk mencegah terjadinya kesalahan.

A 1 12 3 3C

AB B1 1 23 3 CD D

B 2 C

B 2 C

GambarIII.3-1Poligon Terbuka

Langkah-langkah dalam perhitungan poligon terbuka (lihat gambar di atas):

a. Menghitung azimuth awal dan azimuth akhir.

Azimuth awal:

ab  arc tg b  a
b  a

Azimuthakhir:

cd  arc tg d  c
d  c
b. Menghitung koreksi sudut

 = ( akhir awal ) + n  180 + f

keterangan:

 : azimuth.

 : jumlah sudut yang diukur.

f : kesalahan penutup sudut.

n : banyaknya titik yang akan diukur sudutnya.

Dari harga f yang didapat, maka sudut dikoreksikan kepada sudut-sudut yang
diukur sehingga jumlah sudut yang telah dikoreksi:

terkoreksi = ( akhir awal ) + n  180

III-4
c. Menghitung azimuth

b1 = ab + 180 + B  360

12 = b1 + 180 + 1  360

23 = 12 + 180 + 2  360

3c = 23 + 180 + 3  360

cd = 3c + 180 + c  360

cd = ab +  n  180

d. Menghitungkesalahanpenutupjarak
Rumuskoreksiterhadapsumbu X yaitu:
 d sin  = ( XakhirXawal ) + fx

dimana fx merupakan kesalahan penutup jarak arah X.

Besarnya koreksi tiap sisi yaitu:

fxi  dij f x
d

Rumus koreksi terhadap sumbu Y yaitu:

 d cos  = ( YakhirYawal ) + fy
dimanafymerupakankesalahanpenutupjarakarah Y.
Besarnyakoreksiuntuktiapsisiyaitu:

fyi  dij f y
d

e. Menghitungkoordinattiaptitik
X2 = X1 + d12 sin 12
Y2 = Y1 + d12 cos 12
Keterangan:
X1, Y1 : koordinat yang diketahui.
X2, Y2 : koordinat yang dicari.
d12 sin 12 : proyeksisisi 1-2 padasumbu X yang telahdikoreksi.
d12 cos 12 : proyeksi sisi 1-2 pada sumbu Y yang telah dikoreksi.

III-5
III.3.6. PengukuranWaterpass
Pengukuran waterpass dilakukan sepanjang jalan dan melalui patok-patok detil
yang telah dipasang. Metode pengukuran waterpass dilakukan sebagai berikut:
a. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur waterpass.
b. Alat ukur waterpasss sebelum digunakan sebaiknya di kalibrasi terlebih dahulu
sehingga hasil ukuran dapat memenuhi syarat.
c. Pengukuran dilakukan dengan double stand dan pergi–pulang.
d. Beda tinggi antara hasi ukuran pergi dan pulang harus selalu dikontrol, apabila tidak
memenuhi toleransi harus dilakukan pengukuran ulang.
III.3.7. Tahapan-tahapan Pematokan dan Pengukuran
Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru
ukur dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:
a. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site
plan, denah ruang dan pondasi).
b. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
c. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
d. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
e. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
f. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah
dihitung.
g. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersediapada
gambar denah ruang dan pondasi
h. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
i. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
j. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
k. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
l. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
III.4. Perhitungan Jarak dan Sudut Datar As Gedung

Pada pelaksanaan pengukuran dan pematokan sistem koordinat, perhitungan


jarak dan besaran sudut datar sisi miring setiap as gedung berdasarkan data dan informasi
yang disajikan pada gambar denah ruang dan pondasi harus dihitung terlebih dahulu
dengan menggunakan kalkulator atau komputer dengan aplikasi exel proses perhitungan
harus dilaksanakan minimum dua kali agar menghasilkan data ukuran jarak dan sudut datar

III-6
yang akurat, hasil hitungan jarak dan sudut datar disajikan mulai besaran sudut datar
terkecil sampai dengan besaran sudut datar terbesar sesuai putaran teodolit searah jarum
jam dalam bentuk tabel agar memudahkan dalam pelaksanaan pengukuran dan
pematokan. jika hasil hitungan dan penyajian jarak dan sudut datar pada tabel salah maka
akan mengakibatkan kesalahan juga pada hasil pelaksanaan pengukuran dan pematokan,
pada setiap titik as gedung diberi notasi angka susuai gambar denah ruang dan pondasi dan
buatlah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ke setiap titik as gedung. Tulislah data
dan spesifikasi kalkulator atau komputer yang dipergunakan pada tabel dan lakukan
pengontrolan hasil perhitungan akhir sebelum data hitungan dipergunakan pada pekerjaan
pematokan.

III.4.1. Alat dan Bahan

a. Alat

 Kalkulator/komputer : 1 buah
 Gambar denah ruang dan pondasi : 1 exp
 Alat tulis : 1 buah

b. Bahan

 Kertas A4 : 3 lembar

III.4.2. Langkah Kerja

1. Menyiapkan gambar denah ruang dan pondasi


2. Menyiapkan peralatan dan bahan
3. Menyiapkan tabel hitung
4. Menentukan garis ukur dan garis sempadan
5. Menghitung jarak dan sudut datar setiap titik as gedung
6. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabulasi.

III.4.3. Cara Kerja

1. Buatlah arah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ( PT ) ke setiap titik as
gedung 1,2,3…dst, lihat gambar di bawah
2. Berilah notasi angka pada setiap tiik as gedung sesuai putaran besaran sudut pada
gambar denah ruang dan pondasi lihat gambar 1 di bawah

III-7
Gambar III-2 Sketsa dan Rumus

3. Dengan cara yang sama, hitunglah jarak dan besaran sudut datar semua titik as
gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang.
4. Sajikan hasil hitungan jarak dan besaran sudut datar semua titik as gedung sesuai
gambar denah pondasi dan ruang dalam bentuk tabel lihat contoh tabel di bawah.

Gambar III-3Tabel Perhitungan Titik As Gedung


III.4.4. Tahapan
1. Masukan (Input)
Dalam kerja sistem informasi geografis, mula-mula dibutuhkan data awal atau
database, yaitu data yang dikumpulkan selama survei dimasukkan dalam komputer,
atau peta-peta yang telah ada dilarik secara optis dan dimasukkan ke dalam
komputer. Database dapat digunakan untuk pengelolaan lebih lanjut. Input atau data
masukan dapat diperoleh dari penelitian (lapangan), kantor pemerintah, peta, dan

III-8
data citra pengindraan jauh. Secara garis besar, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data atribut dan data spasial.
a. Data atribut
Data atribut adalah data yang ada pada keruangan atau lokasi. Atribut
menjelaskan suatu informasi. Contoh: hutan, sawah, ladang, dan kota. Data
atribut dapat berupa kualitatif (contoh: kekuatan pohon), dan kuantitatif
(contoh: jumlah pohon).
b. Data spasial atau data keruangan
Data spasial adalah data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di
permukaan bumi. Data spasial disajikan dalam dua bentuk atau model, yaitu
raster dan vektor.
2. Proses
Proses dalam SIG dapat berfungsi untuk memanggil, memanipulasi, dan
menganalisis data yang tersimpan dalam komputer. Jenis analisis data sebagai
berikut.
a. Analisis lebar. Analisis yang mengolah data dalam komputer, kemudian
menghasilkan daerah tepian sungai yang yang lebar.
b. Analisis penjumlahan aritmatika. Analisis yang mengolah data dalam komputer,
kemudian menghasilkan penjumlahan. Analisis ini dapat dipakai untuk peta
berklasifikasi yang akan menghasilkan klasifikasi baru.
c. Analisis garis bidang. Analisis pengolahan data yang dapat dipakai untuk
menentukan region atau wilayah dalam radius tertentu. Contoh: untuk
menentukan daerah rawan gempa, rawan banjir, dan rawan penyakit.
3. Keluaran (Output)
Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada pengguna
data sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Keluaran
SIG dapat berupa peta cetakan, rekaman, dan tayangan.

III.5. Pengukuran dan Pematokan As Gedung

Pengukuran dan pematokan as gedung dilaksanakan sesudah data hasil hitungan


jarak dan besaran sudut datar selesai, berdasarkan data dan informasi pada gambar rencana,
gambar denah ruang, gambar pondasi dan tabulasi data hasil hitungan yang sudah benar.
Alat dan bahan, keselamatan kerja, cara kerja dan langkah kerja diuraikan sebagai berikut:

III-9
III.5.1. Alat dan Bahan

a. Alat

 Theodolit (Manual, Digital, Total Station) 1 buah


 Statif 1 buah
 Rol meter ( 30 m ) 1 buah
 Jalon 2 buah
 Tripot 1 buah
 Nivo Kotak 1 buah
 Meteran Lipat 1 buah
 Alas tulis 1 buah
 Palu besi 1 kg 1 buah
 Payung 1 buah

b. Bahan

 Gambar kerja
 Tabel data hasil hitungan
 Kayu 2 x 3 x 30 cm sesuai jumlah titik as gedung
 Paku payung sesuai jumlah titik as gedung

III.5.2. Langkah Kerja

1. Menyiapkan gambar kerja


2. Menyiapkan peralatan dan bahan
3. Menyiapkan tabel hasil hitungan
4. Menentukan sempadan bangunan
5. Menentukan setiap as gedung

III.5.3. Cara Kerja

1. Tentukan garis sempadan (lihat gambar dibawah) sesuai ukuran pada gambar kerja
(gambar site plan, denah ruang, denah pondasi)

III-10
Gambar III-4 Sketsa

2. Tentukan garis ukur (garis referensi ) sesuai dengan jarak yang direncanakan.
3. Setel Theodolit di atas titik tetap ( PT ) sehingga siap dioperasikan
4. Setel besaran sudut datar pada posisi 0° 0 0" kemudian arahkan teropong
teodolit ketitik tetap target (T ).
5. Putar teodolit searah jarum jam dan setel besaran sudut titik as no.1 sesuai hasil
hitungan, serta kunci teodolit jika bacaan bearan sudut datar sudah benar.
6. Ukur jarak datar sisi miring dari titik tetap PT ke titik as no.1 sesuai hasil hitungan
dan arah teropong teodolit.
7. Rubah obyek titik as sesuai isyarat yang diberikan oleh si pengukur sudut , jika
ukuran sudut dan jarak belum tepat.
8. Tancapkan patok dengan kokoh jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
9. Pasang paku di atas patok , jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
10. Berilah notasi angka dengan warna merah pada patok sesuai tabel data
11. Dengan cara yang sama , kerjakan semua titik as gedung sesuai gambar denah
pondasi dan ruang yang sudah dihitung.
12. Kontrol jarak dan kesikuan jika sudah membentuk ruang.

III.6. Pemasangan Bowplank

Pekerjaan pemasangan bowplank biasanya dilakukan bersamaan atau setelah


pekerjaan pengukurandilakukan. Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan
bersama-sama olehPihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita
AcaraPematokan.

III-11
Bowplank terbuat dari kayu papan yang bagian atasnya rata dan dipakukan pada
patok kayu persegi ukuran 5/7cm yang tertanam di dalam tanah dengan kuat dan tegak.
Untuk menentukan ketinggian papanbouwplank agar datar(Level) bagian atasnya, papan
bowplank harus diukur menggunakan alat sipat datar (waterpass), sedangkan untuk
mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran.Setiap titik pengukuran
ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulisukuran pada papan bouwplank
agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplankdilaksanakan pada jarak 1,5 m
dari As gedung dan dipasang sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok (Konstruksi
bowplank menerus),sesuai bentuk dan ukuran gedung.

III.6.1. Alat dan Bahan

a. Alat :

 Teodolit TL - 6DE 1 buah


 Statif 1 buah
 Rol meter ( 30 m ) 1 buah
 Levelling 1 buah
 Baak Ukur 1 buah
 Nivo Kotak 1 buah
 Meteran Lipat 1 buah
 Alas tulis 1 buah
 Palu besi 1 kg 1 buah
 Palu besi 5 kg 1 buah
 Payung 1 buah

b. Bahan :

 Gambar kerja
 Tabel data hasil hitungan
 Kayu 2 x 3 x 3 cm sesuai jumlah titik as gedung
 Paku usuk sesuai jumlah titik as gedung
 Benang snur 1 rol
 Kapur tulis warna merah

III-12
III.6.2. Langkah Kerja

1. Menyiapkan gambar kerja


2. Menyiapkan peralatan dan bahan
3. Menyiapkan tabel hasil hitungan
4. Menentukan sempadan bangunan
5. Menentukan setiap as gedung
6. Menentukan Konstruksi bowplank

III.6.3. Cara Kerja

1. Tancapkan patok dengan kokoh dan tegak setiap panjang 2 m atau disesuaikan
dengan panjang papan lihat gambar 4 di bawah.

Gambar III-5 Sketsa

2. Tentukan peil lantai ± 0,000 pada setiap patok bowplank dengan


menggunakan AlatSipat Datar (Waterpass) lihat gambar 5 di bawah

Gambar III-6 Penembakan Rambu

3. Pasang papan bowplank pada patok bowplank yang sudah ditandai (marking).
4. Dengan cara yang sama pasang bowplank secara menerus,lihat gambar 6 di bawah

III-13
Gambar III-7 Pemasangan Bowplank

5. Pindahkan setiap as gedung keatas papan bowplank dengan menggunakan teodolit.


6. Pasanglah paku dan dan tanda paring warna merah di bawah paku pada setiap as
gedung lihat gambar 7 di bawah.

Gambar III-8 Bowplank

7. Tarik benang dari as ke as yang ada di atas patok bowplank.


8. Kontrol ukuran dan kesikuan ruang yang sudah dipindah di atas bowplank.

III.7. Stake out

Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sebelum malaksanakan pengukuran dan
pematokan juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar
denah ruang dan gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan
gedung serta bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku siku dapat
dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara menerapkan rumus Phytagoras untuk
menghitung panjang sisi segitiga. Pada umumnya untuk membuat kesikuan gedung di

III-14
lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga dengan ukuran sisi segitiga 60 cm: 80
cm : 100 cm, 3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur
jarak datar pita ukur baja panjang 30 m atau 50 m dengan ketelitian bacaan mm. Selain
cara sederhana pada pengukuran dan pematokan dapat juga menerapkan sistem
koordinat, alat yang digunakan pada cara ini adalah teodolit manual, teodolit digital atau
teodolit total station (TS) dengan ketelitian bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan
sistem ini juru ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as
sesuai data ukuran yang ada pada gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan
sudut datarnya, dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat
melaksanakan pengukuran dan pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan
jarak bidik minimum dan maksimum teodolit.

III.8. Penggambaran

III-15
BAB IV
PENUTUP

IV-1
DAFTAR PUSTAKA

Markus Gerig, Vermesungskunde und Feldmessen Fur das Baugewerbe, SKBU


Zurich, 1984.

Soetomo Wongsotjitro, Ilmu Ukur Tanah, Kanisius, Yogyakarta, 1980.

W. Schofield, Engineering Surveying 2, Second Edition, London, 1984.

Ir. M. Yusuf Gayo dkk , Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan, PT Pradinya
Paramita, Jakarta, 1994.

Ir. Indra Simarga, M. Surv. Sc, Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.

Russel Brinker, Paul Wolf, Djoko Walijatun, Dasar-dasar Pengukuran Tanah (


Surveying ), Erlangga, Jakarta, 1993

S G Brighty, Setting Out A Gide For Site Engineers, Granada, London, 1982

IV-2

Anda mungkin juga menyukai