GEDUNG
(Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Survey Rekayasa II)
HALAMAN SAMPUL
Oleh:
Yovi Adyuta Isdiantoro 21110115140061
Hot Parningotan Banjarnahor 21110115130066
Muhammad Alim S 21110115140071
Novitasari 21110115140091
2
III.4.4. Tahapan ................................................................................................ III-8
DAFTAR GAMBAR
3
4
BAB I PENDAHULUAN
Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sebelum malaksanakan pengukuran dan
pematokan juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar
denah ruang dan gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan
gedung serta bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku siku dapat
dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara menerapkan rumus Phytagoras untuk
menghitung panjang sisi segitiga. Pada umumnya untuk membuat kesikuan gedung di
lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga dengan ukuran sisi segitiga 60 cm: 80
cm : 100 cm, 3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur
jarak datar pita ukur baja panjang 30 m atau 50 m dengan ketelitian bacaan mm. Selain
cara sederhana pada pengukuran dan pematokan dapat juga menerapkan sistem koordinat,
alat yang digunakan pada cara ini adalah teodolit manual, teodolit digital atau teodolit total
station (TS) dengan ketelitian bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan sistem ini juru
ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as sesuai data
ukuran yang ada pada gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan sudut datarnya,
dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat melaksanakan
pengukuran dan pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan jarak bidik
minimum dan maksimum teodolit.
I-1
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Persyaratan
II.1.1. Garis Sempadan (Rooi)
1. Sebagai ketinggian (level) referensi, patok tetap yang ada di lapangan digunakan
sebagaireferensi atau pedoman. Patok permanen dibuat dari beton dengan ukuran
panjang, lebar dan tinggi sesuai dengan persyaratan, ditempatkan pada daerah
aman serta diikat dan ditandai dengan teliti, Patoktetap referensi harus dijaga
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Patoktetap referensi
inimerupakan referensi semua pengukuran dan pematokan gedung (jarak dan sudut
datar serta koordinat).
2. Pengukuran titik dan level lainnya dikerjakan secara teliti menggunakan alatsipat
datar (Waterpass) dan theodolite yang telah dikalibrasi.
3. Kontraktor harus memberitahu pengawas secara tertulis setiapketidaksesuaian
antara gambar dan kondisi site dan jika menemui keraguan
atas data patoktetap referensi.
4. Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil pengukuran. Pengawasan
olehpengawas resmi tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor.
II-1
II.1.4. Pengukuran Site
Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru ukur
dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site
plan, denah ruang dan pondasi).
2. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
3. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
4. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
5. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
6. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah
dihitung.
7. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada
gambar denah ruang dan pondasi
8. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
9. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
10. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
11. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
12. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
II-2
BAB III PELAKSANAAN
III.1. Persiapan
III-1
c) Surveyor : bertugas melakukan pekerjaan pengukuran pembangunan gedung
d) Operator AutoCAD (drafting) : penggambaran hasil pengukuran
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu
peralatan yang akan digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi
spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran memenuhi kriteria yang
diinginkan (telah dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
a. Alat ukur Theodolite , Total Station, waterpass
b. Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3
c. Rambu ukur, tripod, prisma, jalon
d. Kompas (Shunto), GPS Handheld
e. Perlengkapan lapangan
III.1.3. Survei Pendahuluan
Yang dimaksud survei pendahuluan dalam hal ini adalah kegiatan untuk
mengenal lapangan yang menyangkut:
1. Areal pengukuran beserta batas-batasnya.
2. Pengecekkan Lokasi dan jenis pengukuran yang akan dilaksanakan.
3. Penentuan jalur pegukuran dan rencana penempatan patok kayu, bench
mark atau titik tetap lainnya yang dinilai perlu di lapangan, sesuai dengan peta
perencanaan.
III.2. Metode
1. Membuat BM di sekeliling area yang akan didirikan gedung. Patok beton atau
Benchmark (BM) dibuat dari beton bertulang dengan ukuran 20 cm X 20 cm X
100 cm. Patok BM dibuat dari beton yang terdiri dari semen, pasir dan batu kerikil
dengan campuran 1 : 2 : 3. Patok BM dicat warna kuning agar mudah
diidentifikasi di lapangan. Setelah jadi patok BM dipasang marmer ukuran
10 cm x10 cm dan ditulis nomor kode BM. Patok BM di pasang dengan interval
2 km, dipasang di daerah yang aman dan tanah yang stabil serta ditanam sedalam
kurang lebih 70 cm di bawah tanah. Setelah dipasang patok BM kemudian di
foto dan dibuatdeskripsi Benchmark yang memberikan informasi :
a. Nomor Urut BM
b. Koordinat BM ( X,Y )
c. Elevasi BM ( Z )
d. Sketsa lokasi BM
III-2
e. Tanggalpemasangan
f. Serta informasi lain sesuai kebutuhan yang diguanakan
Nah jika sudah ada BM, tugas surveyor adalah memeriksa /mengecek BM
yang ada, baik koordinat maupun elevasinya
2. Melakukan pengukuran batas area project,untuk pembuatan pagar (pekerjaan ini
tergantung situasi yang ada di lapangan). Untuk mengetahui batas area
pengukuran maka dibuat poligon. Poligon yang dibuat tergantung situasi yang
ada di lapangan.
III.3. Pengukuran
III.3.4. PengukuranPoligon
Pengukuran poligon dilakukan di sepanjang jalan yang diukur dengan mengukur
semua patok-patok yang dipasang di lapangan baik patok BM maupun patok
Stationing. Pengukuran poligon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Titik awal pengukuran poligon dimulai dari STA 0 + 000.
b. Penentuan azimuth awal diukur dari titik kontrol yang sudah ada.
c. Apabila azimuth awal belum ada, maka ditentukan dengan pengamatan azimuth
matahari.
d. Untuk mengontrol ukuran sudut, maka pada setiap 2,5 km atau 5 km dilakukan
pengamatan azimuth matahari.
e. Pengukuran sudut dilakukan dalam posisi biasa dan luar biasa dengan perbedaan
setiap bacaan maksimal 5” dan perbedaan antara 2 (dua) seri sekitar 90 derajat.
f. Pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis misalnya EDM.
g. Hasil ukuran jarak sebelum digunakan pada perhitungan agar dilakukan koreksi dan
reduksi terlebih dahulu sesuai standard yang digunakan.
h. Kesalahan penutup sudut mendatar maksimum 10”√N, dimana N adalah jumlah
titik pada satu kring.
i. Kesalahan penutup linier per kring setelah hitungan maksimal 1:6.000 dari panjang
kring tersebut.
III.3.5. Poligon Terbuka
Poligon ini terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali
ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi
ordenya.
III-3
Poligon terbuka kadang-kadang dipakai pada pengukuran jalur lintas, tetapi pada
umumnya patut dihindari karena tidak memberikan cara pengecheckan untuk
menemukan galat dan kesalahan. Dalam poligon terbuka, pengukuran harus diulang
untuk mencegah terjadinya kesalahan.
A 1 12 3 3C
B 2 C
B 2 C
GambarIII.3-1Poligon Terbuka
Azimuth awal:
ab arc tg b a
b a
Azimuthakhir:
cd arc tg d c
d c
b. Menghitung koreksi sudut
keterangan:
: azimuth.
Dari harga f yang didapat, maka sudut dikoreksikan kepada sudut-sudut yang
diukur sehingga jumlah sudut yang telah dikoreksi:
III-4
c. Menghitung azimuth
d. Menghitungkesalahanpenutupjarak
Rumuskoreksiterhadapsumbu X yaitu:
d sin = ( XakhirXawal ) + fx
fxi dij f x
d
d cos = ( YakhirYawal ) + fy
dimanafymerupakankesalahanpenutupjarakarah Y.
Besarnyakoreksiuntuktiapsisiyaitu:
fyi dij f y
d
e. Menghitungkoordinattiaptitik
X2 = X1 + d12 sin 12
Y2 = Y1 + d12 cos 12
Keterangan:
X1, Y1 : koordinat yang diketahui.
X2, Y2 : koordinat yang dicari.
d12 sin 12 : proyeksisisi 1-2 padasumbu X yang telahdikoreksi.
d12 cos 12 : proyeksi sisi 1-2 pada sumbu Y yang telah dikoreksi.
III-5
III.3.6. PengukuranWaterpass
Pengukuran waterpass dilakukan sepanjang jalan dan melalui patok-patok detil
yang telah dipasang. Metode pengukuran waterpass dilakukan sebagai berikut:
a. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur waterpass.
b. Alat ukur waterpasss sebelum digunakan sebaiknya di kalibrasi terlebih dahulu
sehingga hasil ukuran dapat memenuhi syarat.
c. Pengukuran dilakukan dengan double stand dan pergi–pulang.
d. Beda tinggi antara hasi ukuran pergi dan pulang harus selalu dikontrol, apabila tidak
memenuhi toleransi harus dilakukan pengukuran ulang.
III.3.7. Tahapan-tahapan Pematokan dan Pengukuran
Tahapan-tahapan pengukuran dan pengukuran yang harus dilakukan oleh juru
ukur dalam menerapkan sistem ini adalah sebagai berikut:
a. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja (gambar site
plan, denah ruang dan pondasi).
b. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar kerja.
c. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
d. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site plan)
e. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar .
f. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang telah
dihitung.
g. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersediapada
gambar denah ruang dan pondasi
h. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
i. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
j. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
k. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
l. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi
III.4. Perhitungan Jarak dan Sudut Datar As Gedung
III-6
yang akurat, hasil hitungan jarak dan sudut datar disajikan mulai besaran sudut datar
terkecil sampai dengan besaran sudut datar terbesar sesuai putaran teodolit searah jarum
jam dalam bentuk tabel agar memudahkan dalam pelaksanaan pengukuran dan
pematokan. jika hasil hitungan dan penyajian jarak dan sudut datar pada tabel salah maka
akan mengakibatkan kesalahan juga pada hasil pelaksanaan pengukuran dan pematokan,
pada setiap titik as gedung diberi notasi angka susuai gambar denah ruang dan pondasi dan
buatlah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ke setiap titik as gedung. Tulislah data
dan spesifikasi kalkulator atau komputer yang dipergunakan pada tabel dan lakukan
pengontrolan hasil perhitungan akhir sebelum data hitungan dipergunakan pada pekerjaan
pematokan.
a. Alat
Kalkulator/komputer : 1 buah
Gambar denah ruang dan pondasi : 1 exp
Alat tulis : 1 buah
b. Bahan
Kertas A4 : 3 lembar
1. Buatlah arah garis ukur dari titik tempat berdiri teodolit ( PT ) ke setiap titik as
gedung 1,2,3…dst, lihat gambar di bawah
2. Berilah notasi angka pada setiap tiik as gedung sesuai putaran besaran sudut pada
gambar denah ruang dan pondasi lihat gambar 1 di bawah
III-7
Gambar III-2 Sketsa dan Rumus
3. Dengan cara yang sama, hitunglah jarak dan besaran sudut datar semua titik as
gedung sesuai gambar denah pondasi dan ruang.
4. Sajikan hasil hitungan jarak dan besaran sudut datar semua titik as gedung sesuai
gambar denah pondasi dan ruang dalam bentuk tabel lihat contoh tabel di bawah.
III-8
data citra pengindraan jauh. Secara garis besar, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data atribut dan data spasial.
a. Data atribut
Data atribut adalah data yang ada pada keruangan atau lokasi. Atribut
menjelaskan suatu informasi. Contoh: hutan, sawah, ladang, dan kota. Data
atribut dapat berupa kualitatif (contoh: kekuatan pohon), dan kuantitatif
(contoh: jumlah pohon).
b. Data spasial atau data keruangan
Data spasial adalah data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di
permukaan bumi. Data spasial disajikan dalam dua bentuk atau model, yaitu
raster dan vektor.
2. Proses
Proses dalam SIG dapat berfungsi untuk memanggil, memanipulasi, dan
menganalisis data yang tersimpan dalam komputer. Jenis analisis data sebagai
berikut.
a. Analisis lebar. Analisis yang mengolah data dalam komputer, kemudian
menghasilkan daerah tepian sungai yang yang lebar.
b. Analisis penjumlahan aritmatika. Analisis yang mengolah data dalam komputer,
kemudian menghasilkan penjumlahan. Analisis ini dapat dipakai untuk peta
berklasifikasi yang akan menghasilkan klasifikasi baru.
c. Analisis garis bidang. Analisis pengolahan data yang dapat dipakai untuk
menentukan region atau wilayah dalam radius tertentu. Contoh: untuk
menentukan daerah rawan gempa, rawan banjir, dan rawan penyakit.
3. Keluaran (Output)
Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada pengguna
data sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Keluaran
SIG dapat berupa peta cetakan, rekaman, dan tayangan.
III-9
III.5.1. Alat dan Bahan
a. Alat
b. Bahan
Gambar kerja
Tabel data hasil hitungan
Kayu 2 x 3 x 30 cm sesuai jumlah titik as gedung
Paku payung sesuai jumlah titik as gedung
1. Tentukan garis sempadan (lihat gambar dibawah) sesuai ukuran pada gambar kerja
(gambar site plan, denah ruang, denah pondasi)
III-10
Gambar III-4 Sketsa
2. Tentukan garis ukur (garis referensi ) sesuai dengan jarak yang direncanakan.
3. Setel Theodolit di atas titik tetap ( PT ) sehingga siap dioperasikan
4. Setel besaran sudut datar pada posisi 0° 0 0" kemudian arahkan teropong
teodolit ketitik tetap target (T ).
5. Putar teodolit searah jarum jam dan setel besaran sudut titik as no.1 sesuai hasil
hitungan, serta kunci teodolit jika bacaan bearan sudut datar sudah benar.
6. Ukur jarak datar sisi miring dari titik tetap PT ke titik as no.1 sesuai hasil hitungan
dan arah teropong teodolit.
7. Rubah obyek titik as sesuai isyarat yang diberikan oleh si pengukur sudut , jika
ukuran sudut dan jarak belum tepat.
8. Tancapkan patok dengan kokoh jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
9. Pasang paku di atas patok , jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
10. Berilah notasi angka dengan warna merah pada patok sesuai tabel data
11. Dengan cara yang sama , kerjakan semua titik as gedung sesuai gambar denah
pondasi dan ruang yang sudah dihitung.
12. Kontrol jarak dan kesikuan jika sudah membentuk ruang.
III-11
Bowplank terbuat dari kayu papan yang bagian atasnya rata dan dipakukan pada
patok kayu persegi ukuran 5/7cm yang tertanam di dalam tanah dengan kuat dan tegak.
Untuk menentukan ketinggian papanbouwplank agar datar(Level) bagian atasnya, papan
bowplank harus diukur menggunakan alat sipat datar (waterpass), sedangkan untuk
mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran.Setiap titik pengukuran
ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulisukuran pada papan bouwplank
agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplankdilaksanakan pada jarak 1,5 m
dari As gedung dan dipasang sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok (Konstruksi
bowplank menerus),sesuai bentuk dan ukuran gedung.
a. Alat :
b. Bahan :
Gambar kerja
Tabel data hasil hitungan
Kayu 2 x 3 x 3 cm sesuai jumlah titik as gedung
Paku usuk sesuai jumlah titik as gedung
Benang snur 1 rol
Kapur tulis warna merah
III-12
III.6.2. Langkah Kerja
1. Tancapkan patok dengan kokoh dan tegak setiap panjang 2 m atau disesuaikan
dengan panjang papan lihat gambar 4 di bawah.
3. Pasang papan bowplank pada patok bowplank yang sudah ditandai (marking).
4. Dengan cara yang sama pasang bowplank secara menerus,lihat gambar 6 di bawah
III-13
Gambar III-7 Pemasangan Bowplank
Pengukuran dan pematokan (setting out/stake out) adalah pekerjaan tahap awal
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, sebelum malaksanakan pengukuran dan
pematokan juru ukur perlu menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar
denah ruang dan gambar denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan
gedung serta bloking dan kavling perumahan dengan bentuk ruang siku siku dapat
dipergunakan 2 (dua) cara yaitu dengan cara menerapkan rumus Phytagoras untuk
menghitung panjang sisi segitiga. Pada umumnya untuk membuat kesikuan gedung di
III-14
lapangan menggunakan perbandingan sisi segitiga dengan ukuran sisi segitiga 60 cm: 80
cm : 100 cm, 3 m: 4 m : 5 m, 6 m: 8 m : 10 m dsb, pada cara ini menggunakan alat ukur
jarak datar pita ukur baja panjang 30 m atau 50 m dengan ketelitian bacaan mm. Selain
cara sederhana pada pengukuran dan pematokan dapat juga menerapkan sistem
koordinat, alat yang digunakan pada cara ini adalah teodolit manual, teodolit digital atau
teodolit total station (TS) dengan ketelitian bacaan sudut satuan detik, pada pelaksanaan
sistem ini juru ukur dapat melakukan pekerjaan pengukuran dan pematokan titik-titik as
sesuai data ukuran yang ada pada gambar denah ruang yang sudah dihitung jarak dan
sudut datarnya, dengan sekali berdiri teodolit pada patok tetap sebagai referensi dapat
melaksanakan pengukuran dan pematokan semua titik as gedung sesuai kemampuan
jarak bidik minimum dan maksimum teodolit.
III.8. Penggambaran
III-15
BAB IV
PENUTUP
IV-1
DAFTAR PUSTAKA
Ir. M. Yusuf Gayo dkk , Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan, PT Pradinya
Paramita, Jakarta, 1994.
Ir. Indra Simarga, M. Surv. Sc, Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.
S G Brighty, Setting Out A Gide For Site Engineers, Granada, London, 1982
IV-2