Nurul Hasanah
Jurusan Kimia FMIPA UNM
Email: nurulhasanahhasbih@gmail.com
ABSTRAK
Minyak goreng erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat dan penggunaannya terus
mengalami peningkatan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi minyak
jelantah atau minyak bekas. Minyak jelantah memiliki bahaya jika dikonsumsi dan
dibuang langsung ke lingkungan. Untuk itu dilakukan beberapa pengolahan minyak
jelantah. Minyak jelantah kebanyakan dimanfaatkan sebagai biodiesel dan sabun.
Biodiesel diperoleh dari hasil reaksi transesterifikasi minyak goreng dengan metanol.
Sedangkan sabun dihasilkan dari proses saponifikasi. Pada pengolahan biodiesel dan
sabun dihasilkan produk samping yaitu gliserol. Gliserol (C3H8O3) atau 1,2,3-propanetriol
merupakan senyawa alkohol dengan tiga gugus hidroksil. Gliserol memiliki potensi yang
besar, namun pemurniannya memerlukan biaya yang besar. Untuk itu dilakukan
pengolahan limbah gliserol dengan mengubah gliserol menjadi turunannya. Gliserol
tersebut dapat dimanfaatkan dalam industri makanan, farmasi, kosmetik, dan industri-
industri lainnya.
Kata Kunci: Minyak jelantah, Biodiesel, Sabun, Gliserol
berbentuk cairan, tidak berwarna dan panas, penambah rasa gurih, dan
berbau, kental, higroskopis dengan rasa penambah nilai kalori (Winarno, 2004).
yang manis. Gliserol terdapat secara alami Adanya penggunaan minyak
dalam persenyawaaan sebagai gliserida di goreng akan menghasilkan limbah berupa
dalam semua jenis minyak dan lemak baik minyak bekas. Minyak bekas atau yang
dari tumbuhan maupun hewan. dikenal dengan minyak jelantah
Sebagai hasil samping pengolahan merupakan salah satu sumber polusi
minyak jelantah, gliserol memiliki potensi apabila dibuang sembarangan. Bila
yang besar jika dimanfaatkan. Namun, minyak ini dibuang ke lingkungan akan
pemurnian limbah gliserol menjadi mencemari lingkungan berupa turunnya
gliserol murni sangat mahal dan tidak kadar COD dan BOD, selain itu perairan
efektif. Untuk itu diperlukan berbagai akan menimbulkan bau busuk akibat
cara untuk mengolah gliserol tersebut degradasi biologi (Hanif, 2009).
menjadi bahan yang bermanfaat. Salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan
PEMBAHASAN melakukan pemanfaatan minyak jelantah.
Minyak erat kaitannya dengan Saat ini minyak jelantah kebanyakan
kehidupan masyarakat. Minyak terdapat dimanfaatkan sebagai biodiesel.
pada hampir semua bahan pangan dengan Biodiesel merupakan bahan bakar
kandungan yang berbeda-beda. Bahkan pengganti solar. Biodiesel diperoleh dari
minyak seringkali ditambahkan dengan hasil reaksi transesterifikasi minyak
sengaja ke bahan makanan dengan goreng dengan metanol.
berbagai tujuan. Transesterifikasi merupakan reaksi
Minyak dapat bersumber dari reversible, dimana trigliserida berubah
tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak secara sempurna menjadi digliserida,
jagung, dan minyak kelapa. Minyak juga monogliserida, dan terakhir menjadi
dapat bersumber dari hewan, misalnya gliserin. Reaksi transesterifikasi
minyak dari ikan, lard (minyak dari babi), mengubah trigliserida (96-98% minyak)
tallow (minyak dari sapi) (Ketaren,1986). dan alkohol menjadi ester dengan sisa
Menurut Ketaren (1986), lemak dan gliserin sebagai produk sampingnya
minyak termasuk golongan lipid yaitu (Majid, 2012).
senyawa organik yang terdapat di alam Pada proses transesterifikasi
yang tidak larut di dalam air, tetapi larut minyak jelantah dalam pembuatan
dalam pelarut organik non polar karena biodiesel, gliserol berada pada lapisan
lemak dan minyak mempunyai polaritas bawah sedangkan biodiesel berada pada
yang sama dengan pelarut tersebut. lapisan atas. Hal ini disebabkan karena
Minyak yang merupakan senyawa adanya perbedaan massa jenis diantara
hidrokarbon banyak mengandung keduanya.
gliserida dan asam lemak (Djaeni, 2004). Menurut Majid (2012),
Sebagian besar lemak dalam makanan keseluruhan reaksi transesterifikasi dapat
(termasuk minyak goreng) berbentuk dituliskan sebagai berikut:
trigliserida. Jika terurai, trigliserida akan
berubah menjadi satu molekul gliserol
dan tiga molekul asam lemak bebas
(Anonim, 2013).
Pengolahan bahan pangan dengan
cara penggorengan kebanyakan
menggunakan minyak yang berasal dari
tumbuhan. Minyak goreng tersebut Reaksi tersebut berlangsung pada
berfungsi sebagai medium penghantar temperatur dan tekanan yang rendah
dengan katalis basa untuk mengubah kandungan bahan organiknya yang tinggi.
trigliserida menghasilkan senyawa ester Oleh karena itu, diperlukan suatu
metil asam lemak yang merupakan penelitian untuk mencari pengolahan
biodiesel itu sendiri dan gliserol sebagai limbah gliserol menjadi produk lain yang
produk samping atau limbahnya. lebih potensial (Purwadi, 2013).
Menurut Hanif (2009), reaksi Gliserol atau 1,2,3-propanetriol
tersebut dapat menghasilkan biodiesel merupakan senyawa alkohol dengan tiga
hingga 98%. Sedangkan menurut Purwadi gugus hidroksil (Prasetyo, 2012). Struktur
(2013), untuk 9 kg biodiesel yang kimia dari gliserol (C3H8O3) adalah
dihasilkan, akan dihasilkan pula sekitar 1 sebagai berikut:
kg crude glycerol sebagai produk
samping.
Selain biodiesel, minyak jelantah
juga dapat dimanfaatkan dengan
mengolahnya menjadi sabun. Sabun Pemakaian kata gliserol dan
merupakan senyawa natrium atau kalium gliserin sering membuat orang bingung.
dengan asam lemak dari minyak nabati Gliserol dan gliserin adalah sama, tetapi
atau lemak hewani berbentuk padat, lunak pemakaian kata gliserol biasa dipakai jika
atau cair, dan berbusa (Ketaren,1986). kemurnian rendah sedangkan pemakaian
Sabun dihasilkan dari proses
kata gliserin dipakai untuk kemurnian
saponifikasi, yaitu hirolisis lemak menjadi
yang tinggi. Tetapi secara umum, gliserin
asam lemak dan gliserol dalam kondisi merupakan nama dagang dari gliserol
basa. Pembuat kondisi basa yang biasa (Anonim, 2013).
digunakan adalah natrium hidroksida Gliserol atau gliserin, pada
(NaOH) dan kalium hidroksida (KOH). temperatur kamar berbentuk cairan
Jika basa yang digunakan adalah NaOH, memiliki warna bening seperti air, kental,
maka produk reaksi berupa sabun keras tidak berbau, higroskopis dengan rasa
(padat), sedangkan jika basa yang yang manis. Gliserol terdapat secara alami
digunakan berupa KOH maka produk dalam persenyawaaan sebagai gliserida
reaksi berupa sabun cair (Ketaren,1986).
didalam semua jenis minyak dan lemak
Hasil lain dari reaksi saponifikasi
baik dari tumbuhan maupun hewan. Sejak
ialah gliserol, selain C12 dan C16, sabun 1949 gliserol juga diproduksi secara
juga disusun oleh gugus asam karboksilat sintetis dari propilen (Anonim, 2011).
(Ketaren, 1986). Adapun reaksinya Konsentrasi gliserol dapat diukur dengan
sebagai berikut: metode titrasi menggunakan asam
periodat.
Menurut Anonim (2011), terdapat
beberapa proses pembuatan gliserol dari
minyak dan lemak, yaitu:
1. Proses Refining (pemurnian) minyak
dan lemak
Seiring meningkatnya produksi Metode pemurnian minyak dan
biodiesel dan sabun, gliserol yang lemak dapat dilakukan dengan berbagai
dihasilkan akan semakin melimpah. cara diantaranya: Proses kettle refining
Namun, gliserol yang dihasilkan melalui (dengan metode reaktor batch, metode ini
proses ini memiliki nilai ekonomi yang menggunakan reaktor yang berbentuk
rendah karena masih mengandung tangki silinder, dilengkapi dengan koil
pengotor (Purwadi, 2013). pemanas dan pengaduk. Pada proses ini
Sementara itu gliserol ini tidak bisa dihasilkan sabun dan gliserol yang
langsung dibuang ke lingkungan karena dipisahkan menggunakan separator, dan
gliserol yang diperoleh memiliki kadar Larutan metanol dapat dipisahkan dalam
rendah), continous centrifugal refining kolom separator sedangkan gliserol yang
(digunakan untuk pemurnian minyak terbentuk dimurnikan secara penyulingan
dengan tingkat kehilangan minyak rendah (destilasi), sehingga dihasilkan gliserol
dan berbagai proses dengan menggunakan dengan kemurnian 90%. Kelemahan dari
reagen. Proses ini digunakan untuk proses ini adalah diperlukan biaya untuk
pembuatan sabun. Pada prosesnya mengadakan reaktor metanol dan katalis
campuran dipisahkan dengan pengadukan NaOH, dan reaksi yang terjadi relatif
yang dirancang khusus, dimana minyak lebih lambat dibandingkan dengan proses
akan mengalir ke tangki penyimpanan hidrolisa serta diperlukan tambahan
minyak yang selanjutnya dilakukan peralatan.
pemisahan untuk memperoleh gliserol. 4. Proses Enzimatis
Metode ini berdasarkan perbedaan Sejak awal tahun 80-an telah
densitas minyak dan gliserol sehingga dimulai pengembangan proses
akan terjadi pemisahan). pengolahan minyak nabati secara
2. Ekstraksi cair-cair (Ada dua proses enzimatis. Proses ini disamping
yang digunakan, yakni menggunakan memerlukan energi relatif rendah karena
furfural dan propana) bekerja pada suhu yang relatif rendah (30-
Metode ekstraksi cair-cair yang 600C) dan tekanan 1 atm. Kerusakan
menggunakan furfural tergantung pada reaktan maupun produk dapat dihindari
penggunaannya dapat dicampur dengan serta limbah yang dihasilkan relatif lebih
minyak gliserin dengan perubahan sedikit. Kelemahan dari proses ini adalah
temperatur. Furfural mampu memisahkan waktu yang relatif lebih lama (5hari)
campuran minyak menjadi dua fraksi, dibandingkan dengan proses kimia.
dimana satu fraksi akan banyak 5. Proses Hidrolisa
mengandung minyak gliserin dan lainnya Proses hidrolisa dilakukan pada
banyak mengandung uap. Kelemahan dari tekanan tinggi. Proses hidrolisa biasanya
proses ini adalah produk yang dihasilkan dijaga pada suhu 240-2600C dan tekanan
lebih banyak minyak dan lemak 45-60 atm. Pada umunya derajat
dibandingkan dengan gliserol yang pemisahan biasanya mencapai 95%.
diperoleh (gliserol yang dihasilkan kurang Dasar pemilihan proses tersebut adalah:
memuaskan baik kualitas maupun Proses pemisahan gliserol dan asam
kuantitas). Selain itu perlu dilakukan lemak lebih cepat dan produk yang
pengolahan lanjut untuk memperoleh dihasilkan lebih maksimal dibandingkan
kemurnian gliserol yang diinginkan). dengan proses lainnya, prosesnya cukup
3. Proses Alkoholisis sederhana dan tidak menggunakan bahan
Alkoholis minyak dan lemak tambahan, alat yang digunakan relatif
dengan alkohol monohidroksi alifatik sedikit, pada produksi pabrik skala besar
seperti methanol dapat dikatalisa dengan diperlukan biaya awal yang lebih murah,
asam atau alkali akan tetapi reaksi dengan karena beberapa pertimbangan yaitu alat
katalis alkali (misalnya sodium) pada dan bahan yang relative sederhana serta
umumnya laju reaksinya lebih cepat, lebih bahan baku dan mudah diperoleh didaerah
sempurna dan temperaturnya lebih sekitar lokasi pabrik yang akan didirikan.
rendah. Gliserol dapat dihasilkan dengan Dalam hal ini proses hidrolisa yang
cara interesterifikasi trigliserida dengan terjadi adalah:
methanol. Minyak diinteresterifikasi
menjadi gliserol pada temperatur 800C
dengan menggunakan katalis NaOH
dalam reaktor. Gliserol dan metanol
kemudian dipisahkan dari metil ester.