Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 2
MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

Oleh:
Kelompok 7

Guntiar Rachmaddiansyah I11108068


Izzatul Yazidah I11112024
Rina Paramita Utami I1011141007
Zulfa Kharunnisa Ishan I1011141021
Jimmy Rianto I1011141031
Muhammad Fadhil A I1011141038
Ayunda Larasati Basadi I1011141054
Wahyu Fathurrachman I1011141057
Ariski Pratama Johan I1011141062
Irna Aprillia I1011141063
Buana Dewanti Wimpi I1011141067
Anton Lius I1011141077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Infeksi Saluran Kemih
Ny.Urina berusia 31 tahun, seorang sekretaris di sebuah bank swasta, datang ke
IGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri saat buang air kecil, yang hilang timbul
dan keluhan semakin memberat sejak 2 minggu sebelum dibawa ke RS. Nyeri
tersebut dirasakan terutama saat mulai berkemih. Untuk mengurangi keluhannya
pasien minum obat penahan rasa sakit seperti asam mefenamat. Pasien juga
kadang-kadang merasakan nyeri pinggang sebelah kiri dengan penjalaran yang
tidak jelas. Kadang-kadang pasien juga sedikit mengedan saat ingin BAK. Pasien
juga sering mengeluhkan demam tidak terlalu tinggi, sejak 1 minggu yang lalu.
Jumlah BAK sedikit berkurang (+). Pada riwayat keluarga ditemukan ayah
menderita batu ginjal. Kebiasaan kurang aktivitas (+) dan minum air ± 500
ml/hari. Pasien juga mempunyai kebiasaan menahan BAK, terutama jika sedang
bekerja. Pasien sering minum minuman berenergi 3x/minggu untuk menjaga
kebugaran. Sumber air minum pasien dari air tanah/sumur.

1.2 Klarifikasi dan Definisi


Batu ginjal = potongan material padat yang terbentuk di ginjal dari mineral-
mineral urin.

1.3 Kata Kunci


a. Wanita, 31 tahun
b. Sekretaris
c. Nyeri saat BAK
d. Nyeri saat mulai berkemih

2
e. Nyeri pinggang sebelah kiri
f. Demam
g. Nyeri hilang timbul
h. Konsumsi sam mefenamat
i. Jumlah BAK berkurang
j. Sering konsumsi minuman berenergi
k. Minum air 500 mL/hari
l. Ayah menderita batu ginjal
m. Mengedan saat BAK
n. Sering menahan BAK

1.4 Rumusan Masalah


Wanita 31 tahun mengalami disuria disertai nyeri pinggang sebelah kiri. Demam
dan diketahui sering minum minuman berenergi dan ayah memiliki riwayat batu
ginjal.

3
1.5 Analisis Masalah

1.6 Hipotesis
Ny, urina 31 tahun mengalami BSK, disebabkan oleh infeksi bakteri pada sistem
urinaria.

1.7 Learning Issues


1. Infeksi Saluran Kemih
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Epidemiologi

4
e. Patogenesis
f. Faktor resiko
g. Manifestasi klinis
h. Tata laksana
i. Prognosis
j. Pencegahan
2. Batu Saluran Kemih
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Epidemiologi
e. Patogenesis
f. Faktor resiko
g. Manifestasi klinis
h. Tata laksana
i. Prognosis
j. Pencegahan
3. Bagaimana pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis?
4. Bagaimana perbedaan ISK dan BSK?
5. Apakah terdapat hubungan konsumsi air minum pada infeksi saluran kemih?
6. Bagaimana hubungan konsumsi minuman berenergi terhadap keluhan pasien
pada kasus?
7. Bagaimana edukasi pada pasien infeksi saluran kemih?
8. Apa yang menyebabkan nyeri pinggang sebelah kiri?
9. Bagaimana farmakodinamik obat asam mefenamat?
10. Bagaimana farmakokinetik obat asam mefenamat?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Infeksi Saluran Kemih


a. Definisi
Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin.1
b. Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril.Umumnya ISK disebabkan oleh kuman
gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang
simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti
Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Organisme gram positif
seperti Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan
Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan
struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species.
Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman
Proteus dan Pseudomonas.2
c. Klasifikasi3
Berdasarkan anatominya, infeksi saluran kemih dibedakan menjadi:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Pada umumnya, presentasi ISK bawah dapat dibedakan tergantung dari
gendernya, yaitu:
a) Perempuan
Infeksi saluran kemih bawah pada perempuan yang umumnya terjadi dapat
berupa sistitis, yaitu presentasi klinis kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna. Selain itu dapat terjadfi pula berupa Sindrom Uretra Akut (SUA),

6
yaitu presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril),
sering dinamakan sistitis bakterialis.
b) Laki-Laki
Presentasi klinis dari ISK bawah pada laki-laki yaitu sistitis, prostatitis,
epidimidis dan uretritis.
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
a) Pielonefritis akut (PNA) yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebakan oleh infeksi bakteri.
b) Pielonefritis kronik (PNK) yaitu akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih
dan resiko vesikoureter dengan atau tanpa beakteriuria kronik sering
diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginkajal yang ditandai
dengan pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik
kronuik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah
menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
d. Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk
ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan
cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki
jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).Prevalensi
bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.Prevalensi selama
periode sekolah 1 % meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual.
Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun
perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca
transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan
dan peserta KB dengan table progesterone, serta kateterisasi.4
Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7%
lelaki dan 0,7% di perempuan.2 Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah

7
lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%)
pada usia hidup 6 bulan pertama.3 Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria
di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara berkurang di lelaki menjadi
0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan
kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau
obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada anak usia 6-15
tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan kelainan
fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding.Menjelang remaja,
insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%,
sementara konstan pada lelaki muda.Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut
yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama yang
berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual.Pada usialanjut,
insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas dan
mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun.5
e. Patogenesis6
Saluran kemih harus dilihat sebagai satu unit anatomi tunggal berupa
saluran yang berkelanjutan mulai dari uretra sampai ginjal. Pada sebagian
besar infeksi, bakteri dapat mencapai kandung kemih melalui uretra.
Kemudian dapat diikuti oleh naiknya bakteri dari kandung kemih yang
merupakan jalur umum kebanyakan infeksi parenkim renal.
Introitus vagina dan uretra distal secara normal dialami oleh spesies-spesies
difteroid, streptokokus, laktobasilus, dan stafilokokus, tapi tidak dijumpai basil
usus gram negatif yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Namun, pada
perempuan yang mudah mengalami sisitis, didapatkan organisme usus gram negatif
yang biasa terdapat pada usus besar pada intortius, kulit periuretra, dan uretra
bagian bawah sebelum atau selama terjadi bakteriuria.
Pada keadaan normal, bakteri yang terdapat dalam kandung kemih dapat segera
hilang. Sebagian karena efek pengenceran dan pembilasan ketika buang air kecil
tapi juga akibat daya antibakteri urin dan mukosa kandung kemih. Urin dalam
kandung kemih kebanyakan orang normal dapat menghambat atau membunuh
bakteri terutama karena konsentrasi urea dan osmolaritas urin yang tinggi. Sekresi

8
prostat juga mempunyai daya antibakteri. Leukosit polimorfonuklear dalam
dinding kandung kemih tampaknya juga berperan dalam membersihkan
bakteriuria.
Keadaan-keadaan yang mempengaruhi patogenesis infeksi saluran kemih, yaitu :
(1) Jenis kelamin dan aktivitas seksual
Uretra perempuan tampaknya lebih cenderung didiami oleh basil gram
negatif, karena letaknya di atas anus, ukurannya pendek (kira-kira 4 cm),
dan berakhir dibawah labia. Pijatan uretra, seperti yang terjadi selama
hubungan seksual menyebabkan masuknya bakteri kedalam kandung
kemih dan hal yang penting dalam patogenesis infeksi saluran kemih
pada perempuan muda. Buang air kecil setelah hubungan seksual
terbukti menurunkan resiko sistisis, mungkin karena tindakan ini
meningkatkan eradikasi bakteri yang masuk selama hubungan seksual.
(2) Kehamilan
Kecenderungan infeksi saluran kemih bagian atas selama kehamilan
disebabkan oleh penurunan kekuatan ureter, penurunan peristaltik ureter,
dan inkompetensi sementara katup vesikoureteral yang terjadi selama
hamil.
(3) Sumbatan
Adanya halangan aliran bebas urin seperti tumor, striktura, batu atau
hipertrofi prostat yang menyebabkan hidronefrosis dan peningkatan
frekuensi infeksi saluran kemih yang sangat tinggi. Super infeksi pada
sumbatan saluran kemih dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal
yang cepat.
(4) Disfungsi neurogenik kandung kemih
Gangguan saraf yang bekerja pada kandung kemih, seperti pada jejas
korda spinalis, tabes dorsalis, multipel sklerosis, diabetes, atau penyakit
lain dapat berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Infeksi dapat
diawali oleh penggunaan kateter untuk drainase kandung kemih dan

9
didukung oleh stasus urin dalam kandung kemih untuk jangka waktu
yang lama.
(5) Refluks vesikoureteral
Keadaan ini didefinisikan sebagai refluks urin dari kandung kemih ke-
ureter dan kadang sampai pelvis renal. Hal ini terjadi selama buang air
kecil atau dengan peningkatan tekanan pada kandung kemih. Refluks
vesikoureteral terjadi jika gerakan retrograd zat radio opak atau
radioaktif dapat ditunjukkan melalui sistouretrogram selama buang air
kecil. Gangguan anatomis pertemuan vesikoureteral menyebabkan
refluks bakteri dan karena itu terjadilah infeksi saluran kemih.
(6) Faktor virulensi bakteri
Faktor virulensi bakteri mempengaruhi kemungkinan strain tertentu,
begitu dimasukkan ke dalam kandung kemih, akan menyebabkan infeksi
traktus urinarius. Hampir semua strain E.coli yang menyebabkan
pielonefritis pada pasien dengan traktus urinarius normal secara
anatomik mempunyai pilus tertentu yang memperantarai perlekatan pada
bagian digaktosida dan glikosfingolipid yang ada di uroepitel. Strain
yang menimbulkan pielonefritis juga biasanya merupakan penghasil
hemolisin, mempunyai aerobaktin dan resisten terhadap kerja
bakterisidal dari serum manusia.
(7) Faktor genetik
Faktor genetik penjamu mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi
urinarius. Jumlah dan tipe reseptor pada sel uroepitel tempat bakteri
dapat menempel dan dapat ditentukan, setidaknya sebagian, secara
genetik.
f. Faktor resiko
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita daripada pria dan
memuncak selama usia subur. Uretra wanita yang pendek memberikan akses
yang mudah ke kandung kemih bagi organism yang berkolonisasi di perineum

10
dari saluran usus dan genital. Selama berkemih, uretra yang pendek juga dapat
menyebabkan turbulensi dan aliran balik. Pada wanita, aktivitas seksual,
terutama pertama kali atau dengan pasangan baru, berkaitan dengan infeksi,
karena bakteri yang ada pada secret perineal dapat bergerak naik ke uretra.
Berkemih sebelum dan sesudah aktivitas seksual mengurangi infeksi. Selama
kehamilan, perubahan endokrin, terutama kadar progresteron yang tinggi,
menyebabkan dilatasi dan penurunan tonus pada ureter, sehingga meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih atas. Urin yang statis, di atas lokasi obstruksi atau
dari pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, merupakan resiko infeksi.
Infeksi dapat menyebar dari suatu fokus, seperti kelenjar prostat yang terinfeksi
secara kronis atau batu ginjal (yang khas bersama Proteus mirabilis).
Instrumentasi atau kateterisasi saluran kemih dapat memasukkan infeksi dan
kateter yang bertahan lama menyebabkan risiko infeksi yang kontinu.7
g. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala
lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala
cardinal seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampr
90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.8

Tabel 2.1 Simtomatologi ISK9


Lokal Sistemik
 Disuria  Panas badan sampai
 Polakisuria menggigil
 Stranguria  Septicemia dan syok
 Tenesmus
 Nokturia Perubahan urinalisis
 Enuresis nocturnal  Hematuria

 Prostatismus  Piuria

11
 Inkontinesia  Chylusuria
 Nyeri uretra  Pneumaturia
 Nyeri kandung kemih
 Nyeri kolik
 Nyeri ginjal

Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih
bawah pada pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Hubungan antara lokasi infeksi saluran kemih dengan keluhan9

Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5°C-


40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang. Pada pemeriksaan fisik
diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan

12
takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit,
sedangkan infeksi oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat
menyebabkan takikardia lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba
karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat nyata dan rebound
tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini menunjukkan adanya proses
dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana (uncomplicated) lebih
sering pada wanita usia subur dengan riwayat ISKB kronik disertai nyeri
pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan muntah. Pada ISKA akut
(PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi, refluks vesiko ureter, sisa urin
banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok, kesadaran menurun,
gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis respiratorik kadang-
kadang asidosis metabolik.9
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari
keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada
pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria
asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik
(GGK).9
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik
seperti polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak
jarang dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang
ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya
terjadi 36-48 jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon
cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung setelah senggama atau
minum alkohol dapat menyebabkan sistitis sekunder.9
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena
rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik
mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa
tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria.9

13
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan
sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing.8
h. Tata laksana7
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah: Eradikasi bakteri penyebab dengan
menggunakan antibiotik yang sesuai, dan; mengkoreksi kelainan anatomis yang
merupakan faktor predisposisi.
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,
serta faktor-faktor penyerta lainnya.Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh
bentuk resistensi lokal suatu daerah.Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama
dalam penentuan antibiotik yang dipergunakan. Antibiotik yang sering dipergunakan
untuk terapi ISK, yaitu :
a. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab ISK
resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada ISK
dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
b. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4, sedangkan
untuk bayi premature adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi
4.
c. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole.
Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan
dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
d. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal atau
dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis)
sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih
mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri normal
usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.) pada anak
perempuan.

14
Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada
anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.Selain itu
nitrofurantoin juga lebih mahal dari cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti
mual dan muntah.
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi kontroversi.
Pada pasien dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah menunjukkan
perbaikan berarti, namun dari berbagai penelitian, lamanya antibiotik diberikan pada
anak adalah sebaiknya 7-14 hari.
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus
kembali diambil dan diperiksa ulang.Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan
umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur
sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi
sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.
Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK.
Dalam penelitiannya, Conwayet al menyatakan bahwa pemberian antibiotik
profilaksis berkaitan erat dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan tidak
adanya pengurangan dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal scarring.
Pada anak penderita refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak memberikan
efek berarti dalam pengurangan risiko terjadinya ISK berulang, sehingga pemberian
antibiotik profilaksis tidaklah diperlukan.
i. Prognosis
Sebagian besar pasien dengan ISK mempunyai prognosis yang baik, pada
sebagian kecil dapat terjadi komplikasi, khususnya bila disertai kelainan
obstruktif dan refluks vesiko-ureter.10
j. Pencegahan
Pencegahan mengenai terjadinya rekurens dari sistitis tanpa komplikasi,
terutama terjadi pada wanita paruh baya, sehingga upaya pencegahannya
berhubungan dengan memperbaiki gaya hidup pasien. Terdapat tiga jenis

15
strategi profilaktik yang dapat digunakan yaitu berkelanjutan, post-coital, atau
terapi dengan inisiasi pasien.11
Wanita yang memiliki sititis dapat menggunakan jenis-jenis profilaksus
seperti trimethoprim-sulfamethoxazole (40 mg/200 mg), nitrofurantoin (100
mg), dan cephalexin (250 mg). Adapun resiko yang dapat timbul akibat
penggunaan kateter dapat diminimalisasi dengan menggunakan kateter apabila
dibutuhkan, memastikan pelepasan kateter jika tidak digunakan, bahkan
menggunakan kateter alternatif lainnya.12

2.2 Batu Saluran Kemih


a. Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.13
b. Etiologi13
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, ISK, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik) .Secara epidemiologis terdapat beberapa
factor yang memermudah terjadiya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-
faktor itu adalah factor intrinsic yaitu keadaan yang berasal dari tubuh
seseorang an faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkunagn di
sekitarnya. Faktor intrinsic itu antara lain 1) herediter, 2) umur, 3) jenis
kelamin. Faktor ekstrinsik diantaranyan adalah 1) geografi: pada beberapa
daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),

16
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hamper tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih, 2) iklim dan temperature, 3)asupan air: supan air dan tingginya
kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih, 4) diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih, 5) pekerjaan: penyakit
ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktifitas (sedentary life).13
c. Klasifikasi14
1. Batu Struvit (kalkulus staghorn) (10-15%)
Terbentuk akibat kelainan metabolik yang mendasari, seperti asidosis
tubular renal, dan ginjal spongiosa medular. Terutama ditemukan pada
wanita dengan infeksi saluran kencing berulang akibat bakteri penghasil
urease. Batu struvit bersifat radioopak. Terbentuk pada pH urin yang
sangat alkali ≥8 di samping kadar amonium yang tinggi. Pada pH
tersebut tidak jarang terbentuk pula kristal kalsium karbonat.
Sejumlah bakteri yang juga berperan terhadap pembentukan batu
struvit antara lain Proteus mirabilis, Klebsiella, Seratia, Providencia.
Organisme tersebut dapat memecah urea menjadi amonia, menurunkan
keasaman urin dan menghaislkan kondisi yang memungkinkan untuk
pembentukan batu struvit. Batu struvit selalu diasoasikan dengan infeksi
saluran kemih.
Sejumlah laporan menyebutkan kaitan asupan tinggi vitamin C dengan
pembentukan batu injal, walaupun mekanisme terjadinya belum
diketahui secara pasti dan masih kontroversional.
2. Batu Kalsium oksalat (70-85%)
Batu saluran kemih yang paling banyak dijumpai serta dibentuk oleh
kristal kalsium oksalat. Penyebabnya diduga herediter sering pada laki-
laki pada dekade ketiga. Selain itu, dapat dijumpai pada hiperkalsiura

17
idopatik, hiperparatiroidi primer, renal tubular acidosis, sarkoidosis,
sindrom cushing, imobilisasi, exskresi vitamin D, hipertiroid.
Berbagai bukti terbaru menyebutkan bahwa konsumsi diet rendah
kalsium diasosiasikan dengan resiko lebih tinggi untuk mengalami batu
ginjal. Hal ini mungkin berhubungan dengan peran kalsium dalam
menempel pada oksalat yang tercerna dalam traktur gastrintestinal. Saat
asupan kalsium menurun, jumlah oksalat yang tersedia untuk di
arbsorbsi di dalam aliran darah meningkat; oksalat ini kemudian di
ekskresi dalam jumlah yang lebih kecil di urin oleh ginjal. Dalam urin,
oksalat adalah promotor kuat untuk pengendapan kalsium oksalah 15
kali lebih kuat daripada kalsium.
3. Batu asam urat (5-8%)
Pada kondisi hiperurikosuria akan menyebabkan urin menjadi
supersaturated sehingga terbentuk kristal dan batu. Batu asam urat di
urine berwarna merah-orange karena penyerapan pigmen urisin. Batu
asam urat bersifat riadiolusen. Dapat timbul akibat diet tinggi purin
(daging, ikan, unggas), gout, kurang minum, peka ileostomi. Umumnya
terbentuk pada pH urin yang asam dan mudah larut pada pH alkali.
Pembentukan batu asam urat di asosiasikan dengan kondisi yang
menyebabkan level tinggi dari asam urat darah seperti gout,
leukimia/limfoma yang diterapi dengan kemoterapi (gout sekunder dari
sel leukemi yang mati), dan penyakit metabolisme asam/basa dimana
urin sangat asam menyebabkan presipitasi asam urat.
d. Epidemiologi15
Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam
air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi
daya larut substansi.

18
Angka kekambuhan BSK dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10 tahun
75% dan 95-100 tahun dalam 20-25 tahun. Apabila BSK kambuh maka dapat terjadi
peningkatan mortalitas dan peningkatan biaya pengobatan.Manifestasi BSK dapat
berbentuk rasa sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis dan
gagal ginjal2. Kejadian BSK di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan
sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, di
Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa Bagian Selatan di sekitar laut tengah 6-9%.
Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8% sedangkan di Indonesia sampai saat ini angka
kejadian BSK yang sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per
tahun.1,2,3 BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita 1,2. Hal ini
mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah daripada laki-laki. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada
orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata
43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun).
Secara garis besar pembentukan BSK dipengaruhi oleh faktor Instrinsik dan
Ekstrinsik.Faktor Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri
seperti herediter/keturunan, umur, jenis kelamin. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang
berasal dari luar individu seperti kondisi geografis daerah, faktor lingkungan, jumlah
air minum, diet, lama duduk saat bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan menahan
buang air kemih dan konsumsi vitamin C dosis tinggi.
e. Patogenesis16
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan proses
pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori
mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu adalah :
1. Teori Nukleasi, batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu
jenuh (supersaturated)akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga

19
akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di
saluran kemih.
2. Teori Matriks, matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin, dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya
kristal-kristal batu.
3. Penghambatan kristalisasi Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein
dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang,
akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion
magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena
jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat
sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein atau senyawa
organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat
pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat
retensi kristal. Senyawa itu antara lain :
a) Glikosaminoglikan (GAG)
b) Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
c) Nefrokalsin
d) Osteopostin
f. Faktor resiko15
1. Faktor Intrinsik
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya
Asidosis tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan
ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih,
akibatnya timbul asidosis metabolik.
b. Umur

20
BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.1 Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi
selama lima tahun (1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat
sampai dengan enam.
c. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Serum testosteron menghasilkan
peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum
testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan
batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Geografi
Prevalensi BSK tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan,
bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden
batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor
geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan
di suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor
intrinsik yang menjadi predisposisi BSK.
b. Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun
ditemukan tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu
tinggi. Selama musim panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang
tinggi akan meningkatkan keringat dan meningkatkan konsentrasi air
kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat akan meningkatkan
pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam
urat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK.
c. Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum

21
tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada
orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko
tinggi terkena BSK. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air kemih dan
saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih.5
Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan
peningkatan koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air
kemih. Banyaknya air yang diminum akan mengurangi rata-rata umur
kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan komponen
tersebut dalam air kemih.
Kandungan mineral dalam air salah satu penyebab BSK. Air yang
mengandung sodium karbonat seperti pada soft drink penyebab terbesar
timbulnya batu saluran kemih.1 Air sangat penting dalam proses
pembentukan BSK. Apabila seseorang kekurangan air minum maka
dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk BSK. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya BSK. Pada penderita dehidrasi kronik pH air
kemih cenderung turun, berat jenis air kemih naik, saturasi asam urat
naik dan menyebabkan penempelan kristal asam urat.
d. Jenis pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orangorang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh.
e. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti
mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat
ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres
dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan
metabolisme yang memungkinkan kenaikan terjadinya BSK.
f. Olah raga

22
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga
dan kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti
BSK jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang
yang bekerja di kantor dengan banyak duduk.
g. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih
yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang
disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu
struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi
pengendapan kristal.
g. Manifestasi klinis12
Batu saluran kemih yang dapat menimbulkan obstruksi umumnya muncul
dengan nyeri kolik yang akut dan parah. Nyeri tersebut muncul tiba-tiba,
bahkan dapat membuat pasien bangun dari tidurnya. Nyeri ini terlokalisasi di
sekitar pinggul, nyeri bersifat sangat hebat, tidak pernah berhenti, serta dapat
berhubungan dengan muual dan muntah. Pasien juga secara konstan akan
berpindah-pindah untuk mencari posisi yang nyaman. Nyeri dapat muncul
secara episodik dan berpusat ke depan (di sekitar abdomen). Sebagaimana batu
akan turun ke ureter, nyeri tersebut dapat beralh menuju paha. Jika batu
menyangkut pada uretro-vesicular junction, pasien akan mengeluh mengenai
keinginan dan frekuensi buang air kecil (BAK), bahkan nyeri dapat menyebar
menuju sekitar penis. Setelah batu melewati kandung kemih, rasa sakit akan
berkurang karena batu dapat melalui uretra. Ukuran batu tidak mempengaruhi
keparahan dari gejala.
h. Tata laksana
Kolik ginjal dapat menjadi sangat nyeri sehingga analgesik perlu diberikan,
kadang diperlukan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dan atau analgesik
opiat. Asupan cairan harus ditingkatkan sampai > 3 L/hari. Pembedahan
(diperlukan pada 20% kasus) atau litotripsi gelombang bunyi eksternal, di

23
mana ditransmisikan sejumlah energi ultrasonik yang cukup untuk memecah
batu oleh sebuah alat yang diletakkan pada kulit di atas saluran ginjal, mungkin
diperlukan apabila batu menyebabkan obstruksi ginjal, terutama apabila
terdapat infeksi. Gagal ginjal (anuria) dapat terjadi apabila terdapat obstruksi
ureter pada pasien dengan satu ginjal. Keadaan ini adalah suatu
kegawatdarurata medis yang membutuhkan diagnosis serta terapi segera.17
i. Prognosis
Pada studi terkini tertuju untuk menaksirkan efek dari batu berdasarkan factor
:ukuran, jumlah, lokasi, lokasi batu dan factor ginjal: ada atau tidaknya
hydronephrosis dalam pencapaian hasil terapi ESWL (Extracorporeal shock
wave lithotripsy) dalam penatalaksanaan batu saluran kemih. Penanganan
dengan tindakan ini merupakan salah satu tindakan atau prosedur non invasiv
yang tersedia untuk mengobati batu saluran kemih.18
j. Pencegahan19, 20
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat
pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan
tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain
a. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit
BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum
pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya
adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk
minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat
meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu
dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
b. Pencegahan Sekunder

24
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan
perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya
komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita
penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan
sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah
organ yang bersangkutan :
a) Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan
demam (tidak selalu).
b) Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah
pinggul (flank tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara
yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji
karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0,
sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih
dari 7,2.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan
perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah
menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan
agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran
kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi
organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan

25
penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuannya.

2.3 Pemeriksaan fisik ginjal yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosis 21, 22
Inspeksi
Pada pemeriksaan ginjal, sebaiknya pasien dalam posisi berbaring telentang.
Kemudian bagian abdomen dibuka dari proccecus xipoideus hingga ke simfisis pubis.
Berdiri pada sisi kanan pasien.
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus
diperhatikan pada saat melakukan inspeksi di daerah ini.
Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. Tangan
kiri diletakkan pada sudut costovertebral angle (CVA) untuk mengangkat ginjal ke
atas (anterior), sedangkan tangan kanan diletakkan pada bawah arcus costae untuk
meraba ginjal dari depan.Mintalah pasien untuk menarik napas yang dalam dan anda
dapat merasakan turunnya ginjal dengan tangan yang ada pada perut pasien.
Untuk membedakan ginjal dengan organ lainnya, perlu diperhatikan bahwa organ
hepar sering mempunyai tepi anterior yang tajam, sedangkan lien mempunyai
incisura/lekukan dan dapat bergerak ke bawah dan ke medial saat inspirasi. Berbeda
dengan hepar maupun lien, pada pemeriksaan bimanual/ballottement pada ginjal
sering teraba.
Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada
CVA. CVA merupakan sudut yang dibentuk oleh costae terakhir dengan tulang
vertebrae. Pada kondisi adanya distensi pada kapsul ginjal, maka pada pemeriksaan
ketok ginjal akan didapatkan rasa nyeri. Hal ini dikarenakan peregangan kapsul ginjal
akan menstimulasi saraf aferen medula spinalis pada T11 hingga L2 dan juga
mempersarafi ginjal.

26
Pasien dalam posisi duduk atau berbaring miring. Kemudian letakkan tangan kiri
pada CVA kanan/kiri, kemudian dengan tangan kanan memberikan pukulan pelan di
atas tangan kiri. Apabila pasien mengeluh nyeri pada saat pemeriksaan, maka
kemungkinan terjadi inflamasi pada ginjal ataupun distensi pada kapsul ginjal.
Auskultasi
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkanlah stetoskop pada daerah
epigastrium atau pinggang depan, untuk mendengarkan bruit renal.

2.4 Hubungan konsumsi minuman berenergi terhadap keluhan pasien pada


kasus
Minuman berenergi memiliki kandungan yang menyerupai minuman yang
mengandung kafein lainnya seperti kopi, cocoa dan softdrink. Dalam suatu penelitian
ditemukan bahwa konsumsi jenis minuman yang mengandung stimulan tersebut
dapat menyebabkan peningkatan frekuensi urinasi yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan dan instabilitas otot detrusor pada kandung kemih akibat kafein. Akan tetapi,
pernyataan ini kurang tepat pada kasus yang sesuai dengan pemicu.23
Adapun pada sumber lainnya, menyatakan bahwa minuman soft drink (yang
memiliki kandungan mirip dengan minuman berenergi) lebih dari 1 liter per minggu
menyebabkan pengasaman dengan asam fosfor dapat meningkatkan resiko penyakit
batu. Sebenarnya, penjelasan dari kejadian ini masih tidak jelas, tetapi beban asam
dapat meningkatkan eksresi kalsium dan eksresi asam urat dalam air kemih serta
mengurangi kadar sitrat air kemih. Sukrosa dan turunan karbohidrat lainnya yang
terkandung dalam minuman dapat meningkatkan eksresi kalsium dalam air kemih
dengan mekanisme yang masih belum diketahui.3

2.5 Edukasi pada pasien infeksi saluran kemih


Pasien dan keluarga diberikan pemahaman tentang infeksi saluran kemih dan
hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain:24

27
1. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit infeksi saluran kemih.
Penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering adalah karena masuknya flora
anus ke kandung kemih melalui perilaku/higiene pribadi yang kurang baik.
2. Pada saat pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan tidak berhubungan seks.
3. Waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih bagian atas (nyeri pinggang)
dan pentingnya untuk kontrol kembali.
4. Patuh dalam pengobatan antibiotik yang telah direncanakan.
5. Menjaga kesehatan pribadi-lingkungan dan higiene pribadi-lingkungan.

2.6 Farmakodinamik obat asam mefenamat25


Asam mefenamat dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri sedang
dalam berbagai kondisi seperti nyeri otot, nyeri sendi, nyeri ketika atau menjelang
haid, sakit kepala dan sakit gigi.
Farmakodinamik : Karena Asam Mefenamat termasuk ke dalam golongan (NSAIDS),
maka kerja utama kebanyakan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDS) adalah
sebagai penghambat sintesis prostaglandin, sedangkan kerja utama obat antiradang
glukortikoid menghambat pembebasan asam arakidonat.
Asam mefenamat bekerja dengan membloking aktivitas dari suatu enzim dalam
tubuh yang dinamakan siklooksigenase. Siklooksigenase adalah enzim yang berperan
pada beberapa proses produksi substansi kimia dalam tubuh, salah satunya adalah
prostaglandin. Prostaglandin diproduksi dalam merespons kerusakan/adanya luka
atau penyakit lain yangmengakibatkan rasa nyeri, pembengkakan dan peradangan.
Prostaglandin (PG) sebenarnya bukan sebagai mediator radang, lebih tepat dikatakan
sebagai modulator dari reaksi radang.Sebagai penyebab radang, PG bekerja lemah,
berpotensi kuat setelah berkombinasi denganmediator atau substansi lain yang
dibebaskan secara lokal, autakoid seperti histamin,serotonin, PG lain dan leukotrien.
Prostaglandin paling sensibel pada reseptor rasa sakit didaerah perifer. Prostaglandin
merupakan vasodilator potensial, dilatasi terjadi pada arteriol, prekapiler, pembuluh
sfingter dan postkapiler venula. Walaupun PG merupakan vasodilator potensial tetapi

28
bukan sebagai vasodilator universal. Selain PG dari alur sikooksigenase
jugadihasilkan tromboksan. Tromboksan A2 berkemampuan menginduksi agr egasi
platelet maupun reaksi pembebasan platelet.

2.7 Farmakokinetik obat asam mefenamat


Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam
golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam
mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik
terutama untuk anak-anak dan janin, karena sifat toksiknya, Asam mefenamat tidak
boleh dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk
anak-anak yang usianya di bawah 14 tahun.26
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan
diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati
diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. konsentrasi puncak
asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar
50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-
hidroksimetil terkonjugasi.dan 20% obat ini ditemukan dalam feses sebagai metabolit
3-karboksil yang tidak terkonjugasi.27

29
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Ny. Urina 31 tahun mengalami batu salurann kemih disebabkan oleh factor pola
hidup dan dihubungkan dengan factor keturunan.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4ed. Vol. 1. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2006.

2. Lumbanbatu, S.M., Bakteriuria Asimtomatik pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12
Tahun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. 2003

3. Setiati, S, dkk. Ilmu penyakit dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Internal Publishing;
2014.

4. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal:553-557. 2004.

5. Nguyen, H.T. (eds), 2004. Bacterial Infection of the Genitourinary Tract. In:
Tanagho, E.A., and McAninch, J.W., ed. Smith’s General edtion. The McGraw
Hill companies. US of America: 203-227.

6. Johansen TE, Botto H, Cek M, et al. Critical review of current definitions of


urinary tract infections. Int J Antimicrob Agents. 2011.

7. O’Callaghan CA. At a Glance Sistem Ginjal. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2007.


h.103.

8. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.

31
9. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In
Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72

10. Johansen TE, Botto H, Cek M, et al. Critical review of current definitions of
urinary tract infections. Int J Antimicrob Agents. 2011.

11. Kasper, DL, et al. Harrison’s principle of internal medicine. 19th Ed. New York:
McGraw Hill; 2015.

12. Papadakasi, MA, Setphen JM, Michael WR. Current medical diagnosis and
treatment. 4th Ed. New York: Tim McGraw Hill; 2015.

13. Chang E., 2009. Pathofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

14. Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2015. Batu Saluran Kemih. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press. p: 511

15. Menon M, Resnick, Martin I. Urinary Lithiasis: Etiologi and Endourologi, in:
Chambell's Urology, 8th ed, Vol 14, W.B. Saunder Company, Philadelphia, 2002:
3230-3292.

16. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto, 2009.

17. Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2003. h. 243.

18. Onkar S, ShilpiSingh G, Govindaya G, Gaurav A, RajKumar M. Influence of


prognostic factors on the outcome of extracorporeal shock wave lithotripsy in

32
upper urinary tract stone disease. Nephro-Urology Monthly. 2010 Jun;2(03):476-
80.nfluence of Prognostic factor.

19. Tjokronegoro A dan Utama H., 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Penerbit FK UI, Jakarta

20. Timmreck, T.C., 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Edisi 2. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

21. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto, 2007. p.
18-9.

22. Comisarow RH, Barkin M. Genitourinary examination. Dalam: Andri HI. Jakarta:
Yayasan Essentia Medica, 1984. p.4-7.

23. Griffiths R R, Juliano L M, Chausmer A L. Caffeine pharmacology and clinical


effects. In: graham A W, Schultz T K, Mayo-Smith M F, Ries R K & Wilford B
B (eds) Principles of Addiction Medicine. American Society of Addiction
Medicine. 2003. (3): 193-224p.

24. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik


Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

25. Departemen Farmakologi dan Terapeutik UI. 2007. Farmakologi dan Terapi .
Edisi 5.Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

26. Munaf, S.,Catatan Kuliah Farmakologi, EGC Press. 1994.

27. Gilman, A.G.,Goodman& Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC. 2007

33

Anda mungkin juga menyukai