Anda di halaman 1dari 15

Makalah Kode Etik Kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan
hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-
hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat,
yang dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan memiliki tugas
moral. Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah
tanggung jawab moral disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali
bersinggungan dengan masalah etika.
1

B. Tujuan
 Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan kebidanan yang komprehensif sesuai kewenangan dan tanggung jawab
seorang bidan.
 Tujuan Khusus
1. Menjalankan tugas mengelola ibu hamil sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
2. Menjalankan tugas mengelola ibu bersalin prosedur yang ditetapkan pemerintah.
3. Menjalankan tugas mengelola ibu nifas sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
4. Menjalankan tugas mengelola pelayanan KB sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
5. Menjalankan tugas mengelola daur hidup wanita sesuai prosedur yang ditetapkan pemerintah.
2

BAB II
TINJAUAN TEORI KODE
ETIK KEBIDANAN

A. Definisi Kode Etik


Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku
pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.2,10
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang menuntut bidan
melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Penetapan kode etik kebidanan harus dilakukan
dalam Kongres Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

B. Fungsi Kode Etik


Kode etik berfungsi sebagai berikut :

 Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik


 Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan dalam
memberi pelayanan
 Merupakan cara untuk mengevaluasi diri
 Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat
 Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan standar profesi
 Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.

C. Penetapan Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Kode etik suatu
organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi,
jika semua individu yang menjalankan profesi yang sama tergabung dalam suatu organisasi
profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu
organisasi atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode
etik dan dikenai sanksi.
D. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya, kode etik sutu profesi diciptakan dan dirumuskan demi kepentingan
anggota dan organisasi. Secara umum, tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :

 Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. ”Image’ pihak luar atau masyarakat
terhadap suatu profesi perlu dijaga untuk mencegah pandangan merendahkan profesi
tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk
tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di
dunia luar sehingga kode etik disebut juga ”kode kehormatan”.
 Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Kesejahteraan yang dimaksud
adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan
material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk
melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para
anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi
 Meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode etik juga berisi tujuan pengabdian
profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas
dan tanggung jawab pengabdian profesinya.

 Meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar
profesi selalu berusaha meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi profesi.
E. Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres
Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan disahkan dalam Rapat Kerja
Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik bidan sebagai pedoman dalam berperilaku,
disusun berdasarkan pada penekanan keselamatan klien.
F. Penjelasan Kode Etik Kebidanan
Bab I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat

1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2. Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah
ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku dengan penuh
kesungguhan dan tanggung jawab
3. Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada siapa
saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan negara
4. Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada oranng lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya
5. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan kesaksian
pengadilan
6. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan

1. Pada hakikatnya manusia termasuk klien yang membutuhkan


penghargaan dan pengakuan yanng hakiki baik dari golongan masyarakat
intelektual, menengah atau masyarakat kurang mampu.
2. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus
memberi pelayanan profesional yang memadai kepada setiap klien
3. Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimili dan manusiawi
secara penuh tanpa mementingakan kepentingan peribadi dan
mendahulukan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana
bidan menghargai dirinya sendiri
4. Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi
yang memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial. Pengabdian
dan pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani yang tidak
mendahulukan balas jasa.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat

7. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan keewajiban yang telah
digariskan dalam permenkes No 900/Permenkes/IX/2002
8. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan perkembangan
bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan
memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara menyusui yang baik dan
benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak
9. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
klien
10. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-kasus yang tidak dapat
diatasi sendiri
11. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat
6

12. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak
klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
13. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga
dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya
14. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya,
dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal
15. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi penyuluhan serta
motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau PKMD atau kepada ibu yang
mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan diri di posyandu
16. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik BPS, maupun
ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi untuk selalu
hidup sehat.
Bab II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya

1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
1. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal,
memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan
2. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan
3. Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.
4. Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif
5. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan
konsultasi dan/atau rujukan.

a. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, di Rumah Sakit dan di rumah klien
b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan wewenangnya
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
d. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya kepada
siapapun termasuk keluarganya

Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi

a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada


sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas
pelayanan tetap berjalan
b. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan,
piknik bersama, mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan
keluarga, khitanan
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya

2. Dalam menetapkan lokasi BPS, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada
3. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat salinng membantu dengan mengkonsultasikan kesulitan
kepada sejawat
8

4. Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak hendaknya
melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama

Bab IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya dengan
menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat

a. Menjadi panutan dalam hidupnya


b. Berpenampilan yang baik
c. Tidak membeda-bedakan, pangkat, jabatan dan golongan
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan
e. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari keuntungan
peribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas
g. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi

1. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik


2. Mengikuti pendidikan formal
3. Menngikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar,
lokakarya, simposium, membaca majalah, buku dan lain-lain secara
peribadi
4. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya

a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok


b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri
f. Melaksanakan penelitian mandiri
g. Mengolah hasil penelitian
h. Membuat laporan penelitian

Bab V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik

a. Memperhatikan kesehatan perorangan


b. Memperhatikan kesehatan lingkungan
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh tergag\nggu, segera
memeriksakan diri ke dokter
e. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

1. Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada


umumnya bahkan pengetahuan umum
2. Menyempatkan membaca koran
3. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan
4. Menngikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan
umumnya, kebidanan khususnya

10

5. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk


tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat
kecamatan, cabang, daerah atau pusat
6. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan
7. Mengisi rubrik buletin
8. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit- rumah
sakit yang lebih maju ke daerah-daerah terpencil
9. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin

Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat
2. Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan cara :
3. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari kepada anggota
4. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan
5. Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan di
Indonesia
6. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan umumnya,
keperawatan dan kebidanan khususnya
7. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

11

1. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor
penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
2. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat
yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai
:

 Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah


 Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB yang telah
disediakan oleh masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan dengan
keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi. Bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan merugikan
bidan itu sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu namun
tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi
dan kelurga. Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat jadwal
pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB dan asuhan
BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan teori utilitarian (mencoba
menghasilkan yang terbaik bagi semua orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian
meyakini bahwa hasil yang didapat setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat
menerapkan teori deontologi, namun pelayanan yang ia berikan tidak akan mencakup semua
klien.
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias. Akan tetapi, bidan
harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti informasi
terkini dari literature yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan
menimbulkan sikap “sok tau”. Contohnya pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan
diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan
sepenuhny menyerap materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa
melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan diberikan kepada klien
dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD
namun timbul ketakutan akibat rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah
etika yang timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan
klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman ketika menerima
pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai teman juga harus memiliki
batasannya. Sikap professional terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya
memandang bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga
mampu melindungi kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga siswa
tidak merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun -lagi-lagi- peran sebagai teman
tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif, ketika
mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi kesalahan mahasiswanya
karena kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu praktik kebidanan masih banyak
berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat
dilaksanakan lagi, tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada hasil penelitian.
Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun subyek penelitian.
Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan melindungi klien,
institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan
memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap mengadakan penelitian dan siap
untuk memberikan pelayanan pada hasil penelitian.

12
BAB IV
SIMPULAN
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang abstrak
dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat dianggap jauh dari
kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara relevan bagi banyak persoalan yang
dihadapi. Etika sebagai filsafat moral mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan
secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang
secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi
tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori
etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan
berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
13
Diposkan oleh Dwi Ariyani di 23.11

Anda mungkin juga menyukai