BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Self Care
1. Pengertian Self Care Dorothea E. Orem
merawat dirinya sendiri (self care) dan perawat harus fokus terhadap
kebutuhan dirinya (self care). Salah satu teori self care dalam ilmu
Orem dalam hal ini melihat individu sebagai satu kesatuan utuh yang
terdiri dari aspek fisik, psikologis, dan sosial dengan derajat kemampuan
10
11
care. Tujuan utama sistem Orem ini adalah menemukan kebutuhan self care
mengapa klien tidak dapat memenuhinya, apa yang dapat perawat lakukan
care;
c. supporting educative dimana perawat membantu pasien untuk membuat
aplikasi ini akan sesuai karena penting sekali untuk pasien agar dapat
outcome pasien dan kualitas hidup. Sebagai perawat, kita dapat melakukan
Self care dalam hal ini merupakan istilah yang lebih luas dari hanya
sekedar seperti self care behaviors, self care performance, self care ability,
self care activity, self care compliance, self care skills dan self care
practice. Self care adalah suatu proses kognitif yang aktif di mana seseorang
(Anita, 2012). Self care meliputi gabungan antara self care behavior dan
self care ability. Self care adalah sebuah proses pengambilan keputusan
Herrera, 2013).
eksternal dari individu itu sendiri yang dikenal dengan basic conditioning
system keluarga, pola hidup, faktor lingkungan seperti faktor fisik atau
(Alligood, 2014).
2. Dimensi Self-Care
atau gaya hidup sehat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam dimensi ini
meliputi;
yang terjadi,
3) Meningkatnya pengetahuan dengan dapat mengambil keputusan
diri pasien dalam mengikuti semua petunjuk tentang self care, yang
meliputi;
yang dialami,
4) Kepercayaan diri melakukan sesuatu untuk mengatasi gejala penyakit,
5) Kepercayaan diri mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan.
3. Faktor Prediktor Self Care Pada Pasien Gagal Jantung
prediktor self care pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis, yaitu:
a. Usia
Usia merupakan faktor prediktor penting pada self care. Bertambahnaya
dilakukan oleh De Geest et. al. (2004) dalam Anita (2012) yaitu terjadi
& Pyrgakis (2010) membagi usia lanjut menjadi 3 (tiga) grup yaitu usia
lanjut muda (60-74 tahun), usia lanjut (75-85 tahun) dan usia sangat
menjadi usia dewasa muda (21-40 tahun), usia dewasa menengah (40-65
tahun) dan usia lanjut (.65 tahun). Seiring bertambahnya usia maka hal
secara kuat dalam tahun-tahun ini dan stabil untuk jangka waktu lama.
bahwa orang akan lebih rawan terhadap persuasi sewaktu masih muda
dan kemudian dengan bertambahnya usia akan semakin kuat dan kurang
peka sehingga lebih stabil sampai usia tengah baya dimana orang
dan matematika.
c. Tingkat pendidikan
pendidikan pasien
e. Kebiasaan Merokok
f. Pengetahuan
g. Motivasi
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi.
behavior),
3) Tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such
behavior),
Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses - proses
tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang
kepatuhan pasien.
j. Dukungan keluarga
20
p = 0,003.
k. Penghasilan
dan mengikuti program terapi sesuai anjuran (Moser & Watkins, 2013).
dan ini akan berefek terhadap pembiayaan selama pasien diraat di rumah
sakit.
B. Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup
individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan
21
pasien.
dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka tinggal dan hidup
dalam hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standart dan fokus hidup
mereka. Konsep ini meliputi beberapa dimensi yang luas yaitu: kesehatan
Cohan & Lazarus (dalam Handini, 2011) kualitas hidup adalah tingkatan
sebagai persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai
yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, hal itu tergantung pada
yang baik. Kualitas hidup akan sangat rendah apabila aspek-aspek dari
fungsi sel, organ, jaringan dan sistem organ. Faktor ini dapat dilihat pada
gejala penyakit yang timbul. Semakin berat suatu gejala penyakit maka
kegiatannya sehari-hari.
d. Persepsi kesehatan general
Persepsi kesehatan general merupakan suatu integrasi dan ekspresi
hal yang penting dari perilaku sehat dan hasilnya akan mempengaruhi
keseluruhan.
(Dharma, 2011).
jantung menjadi faktor prediktor untuk menilai hasil akhir dari kualitas
menggunakan alat ukur spesifik yang disebut Minnesota Living with Heart
pasien gagal jantung Kuesioner ini juga pernah digunakan oleh Kaawoan
sebelumnya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Kualitas hidup pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai faktor
diabetes, depresi, regulasi diri (emosi negatif, efikasi diri, dukungan sosial,
seseorang, yaitu:
a. kontrol, berkaitan dengan control terhadap perilaku yang dilakukan oleh
kondisi tubuh.
b. Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar seseorang
tertentu.
d. Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari
Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang
sebagai individu.
g. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada
pencaharian.
Selain itu, kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
empati.
5. Aspek-Aspek Kualitas Hidup
WHO (2014) menjelaskan terdapat empat aspek mengenai kualitas
zat obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit
konsentrasi.
c. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial,
aktivitas seksual.
Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan, kebebasan,
memenuhi kebtuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare,
2010).
Gagal jantung adalah kumpulan gejala klinis kronik yang terjadi saat
organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi (Burrai, Hasan,
2. Etiologi
Saat terjadi kondisi gagal jantung, curah jantung tidak cukup untuk
dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari jantung (misalnya penyakit
atau faktor patologis intrinsik atau dari faktor eksternal. (Aaronson & Ward,
2010)
Loscalzo (2014) menjelaskan ada beberapa etiologi dari penyakit
berikut:
Tabel 1 New York Heart Association Classification of Heart Failure
29
terkena, yaitu atas gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.
Simpson, 2011)
atas:
a. Gagal jantung akut (Acute Heart Failure [AHF]) adalah gagal jantung
gelisah, takikardi dan palpitasi, nadi perifer lemah, pucat dan akral
dingin.
2) Kongesti pulmonal: sesak napas bertambah buruk pada malam hari
pasien. Gejala gagal jantung tidak semuanya bersifat spesifik seperti batuk
dimalam hari, mengi, berat badan bertambah > 2kg/minggu, nafsu makan
menurun dll. Gejala yang lebih spesifik seperti orthopnoea dan nocturnal
dyspnea jarang terjadi. Selain itu beberapa tanda gagal jantung juga ada
yang spesifk dan kurang spesifik seperti hepatomegali, nafas cepat, ascites,
5. Patofisologi
Sebagian besar kondisi gagal jantung dimulai dari kegagalan ventrikel
tersebut terjadi karena kedua ventrikel ini merupakan dua sistem pompa
Hal tersebut akan berefek pada atrium kiri di mana terjadi ketidakmampuan
tekanan pada atrium kiri pun akan meningkat. Adanya peningkatan tekanan
pada atrium akan berdampak pada vena pulmonal yang mengalirkan darah
dari paru-paru ke atrium kiri. Jika kondisi ini terus berlanjut maka akan
akibat dari disfungsi diastolik ventrikel kiri. Akibatnya, darah tidak lagi
volume darah di atrium kanan, vena, dan sirkulasi perifer yang kemudian
jantung (HR: Heart Rate) dan volume sekuncup (SV: Stroke Volume).
yang memadai maka stroke volume yang harus menyesuaikan diri untuk
6. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan jasmani,
yang dibagi menjadi 2 kriteria yaitu kriteria major dan minor (Sudoyo, &
Setiyohadi, 2016).
Kriteria major meliputi paroksimal nokturnal dispnea, distensi vena
leher, ronki paru, kardiomegali, edema paru akut, gallop s3, peninggian
hepatomegali, efusi pleura, penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal dan
(Evidence).
Untuk tingkat rekomendasi, adalah sebagai berikut:
a. Kelas I : Adanya bukti/kesepakatan umum bahwa tindakan bermanfaat
dan efektif.
b. Kelas II : Bukti kontroversi
c. Kelas II : Adanya bukti bahwa tindakan cenderung bermanfaat.
d. Kelas IIb : Manfaat dan efektivitas kurang terbukti.
e. Kelas III : Tindakan tidak bermanfaat, bahkan berbahaya.
Berikut ini adalah obat-obatan yang digunakan dalam terapi gagal jantung:
a. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan
2012).
c. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
ARB direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi
ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup. Selain itu, ARB
(Sukandar, 2012)
d. Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda
klinis atau gejala kongesti. Diuretik harus diatur sesuai kebutuhan pasien,
dan nutrisi jaringan tubuh. Penyakit jantung yang dapat mendasari keadaan
gagal jantung yaitu Penyakit Jantung Koroner (PJK), Infark Miokard Akut
hari pasien, dapat meningkatkan kejadian depresi. Sebaliknya, Self Care dapat
yang dikenal dengan model Self Care, yaitu suatu wujud perilaku perawatan
adanya hubungan antara kepatuhan perawatan diri yang baik dengan Kualitas
36
masih banyak pasien gagal yang tidak terkontrol dan mengalami hambatan
kurangnya dukungan keluarga, tidak adanya keyakinan dari pasien itu sendiri,
seperti perasaan cemas, depresi, disforia, dan bentuk reaksi psikis lainnya.
Pasien dengan gagal jantung kronik memiliki prevalensi kejadian depresi yang
tinggi. Gejala depresi dapat memperburuk gejala utama gagal jantung serta
Apabila hal ini terus berlangsung akan mempengaruhi kualitas hidup pasien
dan secara signifikan dapat meningkatkan risiko kematian bagi pasien dengan
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen