Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Pendahuluan

Dalam bab II ini penulis menjelaskan mengenai macam pelaksanaan


kegiatan yang dilaksanakan di departemen bonding & composite PT.Dirgantara
Indonesia (Persero). Pada departemen bonding & composite ini memiliki 3 bagian
utama yaitu ,bagian bonding,bagian composite dan bagian composite
finishing.Dalam kerja praktik ini penulis melaksanakan beberapa kegiatan
pekerjaan yang terdapat di departemen bonding & composite,namun dalam
pembuatan laporan kegiatan ini penulis akan menjabarkan beberapa kegiatan yang
telah dilaksanakan penulis selama berada di departemen bonding &
composite,terutama beberapa kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan part
pesawat dengan composite. Penulis mengambil 1 contoh part yaitu leading edge
assy pesawat CN-235 untuk penulis jelaskan proses pembuatannya mulai dari
material awal sehingga menjadi part yang siap di integrasikan ke pesawat.

Gambar 2.1 Bonding & Composite shop

II-1
II-2

2.2. Pengenalan Alur Proses

Komposit adalah penggabungan antara 2 (dua) material atau lebih yang


membentuk suatu material baru secara makroskopik. Komposit umumnya tesusun
atas 2 materil yaitu, matriks atau yang biasa di sebut resin yang berfungsi untuk
merekatkan atau menyatukan material agar tidak berubah posisi dan reinforcement
atau penguat yang biasa disebut sebagai fiber yang berfungsi sebagai rangka dari
benda yang akan dibuat.

Kelebihan material komposit adalah lebih ringan,mudah dibentuk sesuai


yang diinginkan,kekuatan dapat diatur sesuai kebutuhan,lebih tahan terhadap
korosi.Kelemahan material komposit adalah cost material dan pembuatan yang
lebih mahal,penyimpanan row materialnya membutuhkan kondisi tertentu,tidak
tahan terhadap beban impact,proses produksi atau manufaktur yang lebih rumit.

Pembuatan part pesawat melalui proses Composite dapat dibagi menjadi 2


yaitu :

1. Laminasi Basah ( Wet Lay Up ) :


Proses laminasi basah adalah proses pembuatan part yang dilakukan
dengan mencampurkan resin dan hardener terlebih dahulu lalu kemudian di
gabungkan dengan material inti (fibre).
2. Laminasi Kering (Dry Lay Up ) :
Proses laminasi kering adalah proses pembuatan part yang dilakukan
dengan menggunakan material preimpregnated resin (prepreg) sehingga
tidak perlu mencampur resin dan hardener.

Alur proses pembuatan part composite di PT.Dirgantara Indonesia secara


garis besar yaitu :

1. Material Storage
Material storage adalah tempat penyimpanan material seperti
prepreg yang membutuhkan suhu tertentu dalam penyimpanannya. Material
disimpan dengan suhu - 18˚C.
II-3

2. Cutting and Kitting


Pada proses ini material akan dipotong sesuai kebutuhan.
3. Lay Up Composite
Pada proses ini material yang sudah dipotong akan di laminasi pada
Tools yang sudah bersih dan sudah diberi release agent untuk menjadi part.
4. Bagging
Pada proses ini material yang telah di laminasi pada tool akan di
bagging atau di bungkus plastik untuk di vacuum agar part yang akan di
autoclave tidak terangkat dari tools.
5. Polimerized by Autoclave
Proses ini biasa disebut proses pematangan material yang akan
Menjadi part. Proses autoclave ini material diberi tekanan sebesar 1,4-6 bar,
temperature 125˚C ± 5˚C dan dengan waktu ± 90 menit atau sesuai
spesifikasi dari material. Adapun beberapa data spesifikasi yang didapat
sebagai berikut :
1. Composite laminate glass prepreg ( Z - 19 - 101 dan Z - 19 - 105 )
- Temperature : 125˚C ± 5˚C
- Pressure : 6 bar
- Heat up rate : 1-5˚C / minute
- Holding time :90 minute
- Cooling down : 1-5˚C / minute
2. Composite laminate kevlar ( Z - 19 - 904 dan Z - 19 - 905 )
- Temperature : 125˚C ± 5˚C
- Pressure : 3 bar
- Heat up rate : 1-5˚C / minute
- Holding time :90 minute
- Cooling down : 1-5˚C / minute
3. Composite laminate phenolic ( NMS8-226TYCL3B )
- Temperature : 127˚C ± 5˚C
- Pressure : non-pressure
- Heat up rate : 1-3˚C / minute
II-4

- Holding time :75 minute


- Cooling down : 1-5˚C / minute
4. Composite laminate carbon ( Z - 19 - 776 )
- Temperature : 177˚C ± 5˚C
- Pressure : 6 bar
- Heat up rate : 1-5˚C / minute
- Holding time :120 minute
- Cooling down : 1-4˚C / minute
5. Composite sandwich
( Z - 19 - 101, Z - 19 - 105, Z - 19 - 904 dan Z - 19 - 905 )
- Temperature : 125˚C ± 5˚C
- Pressure : 1.8 bar
- Heat up rate : 1-5˚C / minute
- Holding time :90 minute
- Cooling down : 1-5˚C / minute
6. Composite carbon sandwich
- Temperature : 177˚C ± 5˚C
- Pressure : 3 bar
- Heat up rate : 1-3˚C / minute
- Holding time :120 minute
- Cooling down : 1-4˚C / minute
6. Debagging
Proses ini adalah melepas vacuum bag yang menutupi part selama
di Autoclave. Pada proses ini sekaligus dilakukan pelepasan part dari tools.
7. Fitter Finishing
Proses ini adalah memotong part yang telah dicetak sesuai dengan
gambar yang tersedia. Secara umum berikut ini adalah alat-alat yang
digunakan dalam proses pemotongan part :
a. Grinder: berfungsi untuk menghaluskan permukaan
b. Hand router : berfungsi untuk memotong part
c. Jigsaw: berfungsi untuk memotong part
II-5

Prinsip kerja pada alat-alat di atas pada dasarnya menggunakan


Pneumatic dengan tekanan sebesar 3-5 bar.
8. Filler
Proses ini adalah untuk menutup pori-pori dari part yang sudah jadi
menggunakan polyurethane filler Z-12-211.
9. Painting
Proses ini adalah memberi lapisan cat pada part yang sudah jadi,
Setelah proses painting part selesai maka akan di lakukan final inspection
sebelum dikirim untuk di assembly pada pesawat.

Gambar 2.2 Flow Process Chart Composite


II-6

2.3. Pengenalan Material

Dalam pembuatan part pesawat terbang,material yang digunakan tidak bisa


semabarangan,harus sesuai standard yang ditetapkan. PT.Dirgantara Indonesia
menggunakan material yang sudah standard untuk pembuatan part pesawat
terbang.Dalam penanganan material mulai dari kedatangan,penyimpanan di cold
storage dan proses penggunaannya,semua material diperhatikan dengan
detail,mulai dari kualitas material hingga expired date dari material tersebut.

Ada beberapa jenis material utama dan material pembantu yang digunakan
oleh PT.Dirgantara Indonesia departemen bonding & composite sebagai berikut :

1. Material Utama
1.1 Prepreg ( preimpregnated material )
Prepreg adalah dimana material matriksnya sudah berada di
reinforcementnya. Prepreg ini harus melalui autoclave untuk proses
curing. Ada beberapa prepreg yang digunakan oleh departemen
bonding & composite yaitu :
1.1.1 Aramid
Jenis prepreg yang biasa disebut Kevlar,ada 2 jenis prepreg
aramid yang digunakan yaitu Z-19-904 berwarna merah dan
Z-19-905 berwarna biru.

Gambar 2.3 Kevlar Prepreg


II-7

1.1.2 Carbon
Jenis prepreg ini menurut I+D-N 19 prepreg carbon ini
didalam seratnya terdapat epoxy. Jenis yang digunakan yaitu
Z-19-776

Gambar 2.4 Carbon Prepreg

1.1.3 Glass
Jenis prepreg ini terdapat 2 jenis yang digunakan yaitu
Z-19-101 dan Z-19-105 dimana menurut I+D-N 19 kedua
prepreg ini,didalam seratnya terdapat epoxy.

Gambar 2.5 Glass Prepreg


II-8

1.1.4 Phenolic
Jenis prepreg dimana menurut I+D-N 19 diklasifikasikan
sebagai prepreg glass yang di dalam seratnya terdapat
phenolic resin. Jenis yang digunakan adalah NMS8-
226TYCL3B. Phenolic lebih banyak digunakan untuk part
interior karena lebih ramah lingkungan,dimana ketika
pesawat terjadi crash atau kebakaran tidak menimbulkan
atau menjadi racun.

Gambar 2.6 Phenolic Prepreg

Ada tiga jenis waktu untuk menentukan umur dari prepreg,yaitu :


1. Work life : adalah waktu yang dihitung sejak prepreg
dikeluarkan dari cold storage.
2. Shelf life : total waktu yang diperbolehkan pada kondisi
penyimpanan.
3. Storage life : waktu yang telah ditentukan dari data control
(receiving,shipment,manufacture) sampai testing untuk
perpanjangan masa penyimpanan.

1.2 Honeycomb
Honeycomb adalah suatu material yang strukturnya berbentuk
seperti sarang lebah yang terbuat dari metal (aluminium) dan non-
metal (kertas).
II-9

Gambar 2.7 Contoh Honeycomb

2. Material Pembantu
2.1 Airwave
Airwave digunakan untuk membantu proses bagging sehingga
tekanan dalam vacuum bag menjadi rata. Adapun jenis airwave yang
digunakan adalah Z - 24 - 261.

Gambar 2.8 Airwave

2.2 Vacuum bag atau bagging film


Vacuum bag berguna sebagai pembungkus part ketika proses
polimerisasi di autoclave sehingga udara di luar vacuum bag tidak
mengganggu proses curing. Vacuum bag yang digunakan adalah
Z-22-206.
II-10

Gambar 2.9 Vacuum Bag

2.3 Release Agent


Release agent adalah zat cair yang berfungsi untuk mencegah part
menempel pada tools pada saat proses curing dan untuk
mempermudah melepas part dari tools setelah proses curing.

Gambar 2.10 Frekote 700 NC Release Agent

2.4 Release Film


Release film berfungsi untuk mencegah tertempelnya part dengan
airwave pada saat proses curing. Release film terdapat 2 warna,yaitu
merah untuk phenolic dan yang biru untuk selain phenolic
II-11

Gambar 2.11 Release Film

2.5 Sealent Tape


Sealent tape berfungsi untuk merekatkan bagging film dengan tool.
Selain itu sealent tape berfungsi untuk mencegah masuknya udara
dari luar ke dalam part yang sudah di bagging.

Gambar 2.12 Sealent Tape

2.6 Solvent
Solvent adalah zat cair yang berfungsi untuk membersihkan tool
yang akan di pakai untuk lay up part yang akan dibuat. Solvent yang
biasa digunakan adalah aseton dan MEK (methyl Ethyl Ketone).

Gambar 2.13 Solvent

2.7 Tedlar
Tedlar (polyvinyl fluoride) berfungsi untuk menutup pori-pori dari
komposit untuk membuat part komposit tidak menyerap air.
II-12

Gambar 2.14 Tedlar

2.8 Thermocouple
Thermocouple adalah kabel untuk record panas part ketika proses
autoclave.

Gambar 2.15 Thermocouple

2.9 Vacuum Valve


Vacuum valve adalah alat yang digunakan untuk mengeluarkan
udara pada part yang sudah di bagging sebelum proses curing di
autoclave.
II-13

Gambar 2.16 Vacuum Valve

2.4. Proses pembuatan part leading edge assy

Selama kerja praktik di departemen bonding & composite,penulis


melakukan banyak kegiatan,mulai dari proses lay up composite hingga painting
part yang sudah selesai.Penulis mengambil salah satu contoh part untuk dijelaskan
proses pembuatannya.Penulis menjelaskan proses pembuatan part ini sesuai
dengan process sheet yang ada.Adapun spesifikasi part yang diambil sebagai
berikut :

1. Nomor Part/Part Number : 35-15517-0006A02


2. Nama Part/Part Name : Leading Edge Assy
3. Nomor JID/JID number : 20268920
4. Pesawat : CN-235
5. Perencana Produksi : Kartoli / 811492
6. Perencana Kualitas : Edi Suhendi / 811039
7. Bengkel/shop : Bonding & Composite
8. Bahan / Material : 1. Glass Prepreg Z-19-101
2. Kevlar Prepreg Z-19-904
II-14

3. Kevlar Prepreg Z-19-905


4. Tedlar Z-14-512
5. Core 35-15517-0102
6. Core 35-15517-0202
7. Core 35-15517-0302
8. Core 35-15517-0402
9. Core 35-15517-0502
10. Core 35-15517-0802

9. Gambar/ Drawing :
(halaman berikutnya)

Gambar 2.17 Drawing Leading Edge Assy


II-15

Gambar 2.18 CN-235

2.4.1 Preparation of tool

Preparation of tool adalah pekerjaan menyiapkan tool yang akan


digunakan untuk proses lay up part leading edge assy. Dalam proses
menyiapkan tool ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan,antara lain :

1. Jika tool yang akan digunakan masih baru dibuat maka tool
harus di beri Frekote 700 NC Release Agent setelah itu masukan
ke dalam autoclave agar menyerap ke pori-pori dari tool
tersebut.
2. Jika tool sudah pernah dipaki sebelumnya maka tool cukup di
berikan Frekote 700 NC Release Agent.
3. Bersihkan tool dengan menggunakan kain bersih yang sudah
diberi MEK atau aseton. Setelah bersih maka tool siap untuk
digunakan.
II-16

Gambar 2.19 Leading Edge Assy Tool

2.4.2 Lay Up Composite

Sebelum memulai proses lay up composite,lihat pada process sheet


dan pada gambar yang tersedia untuk mengetahui material yang akan
digunakan dan proses atau cara melakukan laminasinya. Setelah mengetahui
material yang akan digunakan,material prepreg dapat dikeluarkan dari cold
storage dengan sepengetahuan dari pihak gudang material bonding &
composite.
II-17

Gambar 2.20 Gudang Material Bonding & Composite

Gambar 2.21 Cold Storage

Setelah material prepreg dikeluarkan dari cold storage material akan


dibawa menuju ruangan CCA (Control Contamination Area). Ruangan CCA
adalah ruangan yang dimana temperatur,kelembapan dan kebersihannya
sangat dijaga,karena ruangan ini adalah tempat untuk melakukan lay up
composite.Adapun kriteria untuk melakukan lay up composite sebagai
berikut :

1. Temperatur : 18 ˚C – 24 ˚C
2. Kelembapan : 35% – 60 %
3
3. Clean lines : 10𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑐𝑙𝑒/𝑐𝑚 /24 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠.

Dalam melaksanakan lay up composite ada beberapa hal yang tidak


boleh dilakukan ketika berada di CCA Room :

1. Penggunaan atau aplikasi mold release agent,karena prepreg


dapat terkontaminasi.
2. Penggunaan perlengkapan yang berminyak,berasap atau
kontaminan lainnya.
II-18

3. Penggunaan tools yang kurang bersih.


4. Makan,minum atau merokok

Gambar 2.22 Control Contamination Area Room


Setelah material prepreg berada di ruangan CCA,material prepreg
akan di potong sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan sesuai gambar
yang ada.Proses pemotongan material prepreg dengan menggunakan cutter
dan penggaris pada meja potong yang tersedia.
II-19

Gambar 2.23 Meja pemotongan prepreg

Setelah prepreg dipotong,maka proses lay up dapat dimulai.Untuk


part yang menggunakan honeycomb,proses pemotongan honeycomb tidak
dilakukan di area bonding & composite shop tetapi di KP 4,sehingga
honeycomb yang dibutuhkan oleh part leading edge assy ini sudah tersedia
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dibutuhkan.
Untuk proses lay up part leading edge assy ini dapat mengikuti
process sheet operation no 0040. Proses lay up sendiri memakan waktu
yang cukup lama,karena dimensinya yang cukup besar dan bentuknya
cukup rumit. Setelah proses lay up prepreg dan honeycomb selesai
selanjutnya akan diberi lapisan tedlar sebanyak 1 layer. Setelah selesai
proses lay up,maka proses selanjutnya adalah bagging part
tersebut.Sebelum diberi vacuum bag,part yang sudah di lay up tadi akan
diberi airwave dan release film, Kemudian beri sealent tape pada bagian
tepi tools agar vacuum bag dapat menutupi semua permukaan material
prepreg dan honeycomb,setelah itu masukan vacuum valve dan
thermocouple kedalam vacuum bag agar dapat mengeluarkan udara yang
ada di dalam vacuum bag tersebut. Pastikan tidak ada kebocoran yang
terjadi pada vacuum bag,perhatikan bagian yang diberi sealent tape tadi
dan disekitar vacuum valve,jika terjadi kebocoran dapat lebih ditekan
antara vacuum bag dan sealent tape tersebut agar lebih rapat,sehingga
tidak ada udara di dalam bagging tersebut.
II-20

Gambar 2.24 Baggiing tool

Setelah proses bagging selesai tool yang telah di lay up tadi akan
dibawa keluar dari ruangan CCA menuju ke autoclave.Sebelum dapat
melalaui proses autoclave hasil dari lay up tadi akan di periksa terlebih
dahulu,dan juga melihat bagging-nya ,jika tidak terjadi permasalahan
maka dapat dilanjutkan ke proses autoclave.Proses autoclave ini mengacu
pada I+D-P 237. Dalam proses curing pada autoclave terdapat 3 fase yaitu
1. Heat up rate : Fase ini merupakan fase terjadinya kenaikan
temperature dimana terjadi kenaikan sebesar 0.5˚C – 5 ˚C per
menit. Fase ini terjadi kurang lebih 30 menit.
2. Holding time/Polimerization step : Fase ini merupakan fase
curing material yang sudah di lay up untuk menjadi sebuah
part. Dalam fase ini temperature mencapai 120˚C dan fase ini
membutuhkan waktu sekitar 90 menit
3. Cooling down : Fase ini merupakan fase akhir dari proses
autoclave,fase ini adalah fase penurunan suhu pada
autoclave,fase ini menandakan bahwa part melalui proses
curing telah selesai. Untuk mengeluarkan part yang sudah jadi
dibutuhkan suhu sekitar 25˚C.
II-21

Gambar 2.25 Fase autoclave

Gambar 2.26 Autoclave

Setelah proses curing pada autoclave selesai,maka part dapat di


keluarkan dari autoclave. Setelah dikeluarkan maka part yang sudah jadi
akan melalui proses debagging. Proses debagging ini bukannya hanya
melepas vacuum bag yang menutupi part,tetapi juga melepas part yang
sudah jadi dari tools-nya.Setelah proses debagging part leading edge assy
yang sudah jadi ini akan di inspeksi,dengan menggunakan metode visual
inspection dan jika semua sudah sesuai maka part leading edge assy ini
dapat menuju proses berikutnya.

2.4.3 Fitter & Filler Composite

Proses fiiter composite terdapat beberapa langkah perngerjaan yang


dilakukan,yaitu :

1. Pemotongan excess part sesuai dengan drawing yang tersedia.


2. Pembersihan semua excess prepreg yang berlebih
3. Penghalusan semua tepi part menggunakan abrasive
II-22

Proses fitter composite ini pada departemen bonding & composite


mengandalkan keterampilan dari pekerja yang ada.Proses fitter composite
ini cukup memakan waktu yang cukup lama,karena proses ini
membutuhkan ketelitian agar part leading edge assy ini sesuai dengan
gambar dan ukuran yang tertera.

Gambar 2.27 Fitter room

Gambar 2.28 Leading edge assy yang telah di fitter

Setelah proses fitter composite selesai,part akan dibawa menuju


filler room untuk diberi filler room untuk aplikasi filler. Proses aplikasi
filler pada part leading edge assy ini memakan waktu 1 hari sampai dapat
dilanjutkan ke proses berikutnya.Pengaplikasian filler pada part leading
II-23

edge assy ini 3-5 kali. Setelah filler mongering part akan di kirim ke
painting room

Gambar 2.29 Proses filler leading edge assy

Gambar 2.30 Filler telah selesai

2.4.4 Painting

Dalam proses painting ada beberapa syarat menurut I+D-P 337 untuk
ruangan yang dapat digunakan proses painting,yaitu :
II-24

1. Aliran udara positif,artinya udara mengalir dari dalam keluar


ruangan.
2. Aliran udara yang masuk harus linier.
3. Cahaya pada lampu ruangan lebih dari 500 lux.
4. Lampu yang digunakan adalah yang berjenis tidak mudah
meledak (explosionproof).
5. Air renewal,yaitu adanya pembaharuan udara,lebih dari 10 kali
volume/jam.
6. Temperatur ruangan 18 ˚C – 32 ˚C
7. Kelembapan ruangan antara 30-85% disesuaikan dengan
materialnya.

Proses painting pada part leading edge assy ini diawali dengan
menghaluskan permukaan akibat dari filler yang tidak merata. Setelah
bagian permukaan rata maka part siap untuk di painting. Lapisan pertama
dari paint yang digunakan adalah Conductive Paint/polyurethane
conductive coating ( Z-12-506),Karena komposit yang tidak dapat
menghantarkan listrik,maka diberi conductive paint sebagai penghantar
listrik.

Gambar 2.31 Conductive Paint


II-25

Setelah lapisan conductive paint kering dengan sempurna,maka part


leading edge dapat diberi lapisan berikutnya yaitu koroflex primer (Z-12-
117),lapisan koroflex primer ini berguna untuk menambah daya rekat top
coat,dapat juga disebut meningkatkan abrasi dan memiliki sifat rain
erosion,yaitu mencegah atau meminimalisir masuknya air kedalam
composite part.

Gambar 2.32 Koroflex Paint

Setelah lapisan koroflex paint mengering dengan sempurna,menurut


data dari manufacture pembuatnya,koroflex akan mengering dengan
sempurna (full cure) dalam 7 hari,maka part leading edge assy akan
menjalani final inspection terlebih dahulu sebelum part menjalani proses
lainnya yang dilakukan oleh departemen lain.

Anda mungkin juga menyukai