Anda di halaman 1dari 16

efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan.

Maka, dari
grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik
pada debit operasi yang rendah.

Gambar 4.20 Grafik temperatur pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif


rancangan 1
Grafik pada gambar 4.20 menunjukkan hubungan antara temperatur
pengujian terhadap volume penguapan. Trendline pada grafik tersebut
menunjukkan bahwa volume penguapan bensin akan bertambah seiring dengan
kenaikan temperatur operasi.

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif


rancangan 1

72
Grafik pada gambar 4.21 menunjukkan hubungan antara nomor pengujian
terhadap volume penguapan. Trendline pada grafik tersebut menunjukkan bahwa
volume bensin yang menguap akan berkurang seiring dengan jumlah pengujian.
Pada saat dilakukan pengujian kelima, bensin untuk pengujian tersebut diganti
dengan yang baru sehingga volume penguapan naik kembali. Hal tersebut juga
didukung dengan warna dari bensin lama yang lebih keruh bila dibandingkan
dengan warna bensin baru.

Dari analisis hasil pengujian prototipe alternatif rancangan 1, dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut:
ƒ Rata – rata efisiensi sistem yang didapat sebesar 37.43%.
ƒ Sistem akan bekerja lebih baik pada temperatur operasi maupun debit operasi
yang rendah.
ƒ Laju penguapan bensin dipengaruhi oleh temperatur dan umur dari bensin.
Semakin tinggi temperatur, semakin besar laju penguapannya. Sedangkan
semakin lama umur bensin, semakin kecil laju penguapannya.
4.6.2. Pengujian Alternatif Rancangan 2
Berikut gambar skema dari model pengujian prototipe alternatif
rancangan 2:

Gambar 4.22 Skema pengujian prototipe alternatif rancangan 2

73
Pengujian prototipe ini pada dasarnya sama dengan pengujian prototipe
alternatif rancangan 1. Perbedaannya hanya pada saluran masukan dan keluaran
dari wadah bensin yang menggunakan saluran yang sama. Karena itu prosedur
pengujiannya pun sama dengan prosedur pengujian alternatif rancangan 1.

4.6.2.1. Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 2


Berikut foto – foto dari set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 2:

Gambar 4.23 Foto set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 2

Gambar 4.24 Foto sistem perpipaan alternatif rancangan 2

Setelah dilakukan beberapa kali pengujian, didapatkan bahwa tidak ada


bensin yang menguap meskipun telah digunakan magnetic stirrer untuk
mengaduk dan memanaskan. Hal tersebut dapat terjadi akibat terjadinya keadaan
jenuh antara uap bensin dengan udara luar yang mengakibatkan bensin cair tidak
dapat menguap lebih banyak. Selain itu, pompa vakum tidak dapat bekerja dengan

74
baik pada sistem perpipaan tersebut sehingga tidak ada uap bensin yang tertarik
dan pada tabung kondensator tidak tertangkap apapun.

4.6.3. Pengujian Alternatif Rancangan 3


Berikut gambar skema dari model pengujian prototipe alternatif
rancangan 3:

Gambar 4.25 Skema pengujian prototipe alternatif rancangan 3


Sama halnya dengan pengujian prototipe alternatif rancangan 2, pengujian
ini pun memiliki prinsip yang sama dengan pengujian prototipe alternatif
rancangan 1. Perbedaannya terdapat pada konfigurasi pemasangan peralatan di
dalam casing. Pompa vakum menarik campuran uap bensin dengan udara dari
wadah bensin dan mendorongnya masuk ke dalam modul membran. Selanjutnya
modul membran akan memisahkan uap bensin dengan udara, di mana udara akan
dilepaskan ke lingkungan sedangkan uap bensin dikembalikan ke dalam tangki
timbun. Sebelum dikembalikan, uap bensin pada pengujian ini juga dilewatkan
melalui tiga buah tabung kondensator agar dapat dilihat uap bensin yang dapat di-
recover. Prosedur pengujian ini juga sama dengan prosedur pengujian alternatif
rancangan 1.

4.6.3.1. Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 3.


Berikut foto – foto dari set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 3:

75
Gambar 4.26 Foto set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 3

Gambar 4.27 Foto bagian dalam casing alternatif rancangan 3

Setelah dilakukan beberapa kali pengujian, sistem selalu mengalami


kebocoran di berbagai titik. Kebocoran tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan
penyegelan ulang menggunakan seal tape. Pada akhirnya pengujian tidak tidak
dapat diteruskan karena salah satu tabung kondensator tidak dapat lagi menahan
tekanan yang ditimbulkan oleh keluaran dari pompa vakum dan mengalami
kerusakan. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tekanan pada
prototipe ini lebih besar dari prototipe alternatif rancangan 1 maupun dari
prototipe alternatif rancangan 2. Hal tersebut terjadi karena diakibatkan oleh
pompa vakum yang mendapatkan tekanan masukan lebih besar karena tidak
terhambat oleh aliran di dalam modul membran sehingga menghasilkan tekanan
keluaran yang lebih besar pula.

76
Gambar 4.28 Foto kerusakan pada tabung kondensator

Percobaan tersebut menggunakan pompa vakum dengan kapasitas maupun


daya yang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan. Maka
dari itu, akan dilakukan pengujian ulang untuk prototipe alternatif rancangan 3
dengan menggunakan pompa vakum dengan kapasitas dan daya yang lebih kecil
agar sesuai dengan kondisi pengujian.
Untuk debit yang terjadi pada saat pengujian, digunakan data yang didapat
dari pengujian prototipe alternatif rancangan 1. Debit rata – rata yang terjadi
adalah sebesar 0.1185 ml/s atau sama dengan 2.511x10-4 cfm.

Selanjutnya, untuk menghitung daya pompa yang diperlukan digunakan


persamaan 4.9:
nRT Ph
E= ln
η Pl (4.15)
Di mana:
ƒ E = daya pompa (W)
ƒ n = laju mol (mol/s)
ƒ R = konstanta universal gas = 8.314 J/m.k
ƒ T = temperatur (K)
ƒ Ph = inlet pressure (bar)
ƒ Pl = outlet pressure (bar)
ƒ η = effisiensi pompa

77
Beberapa asumsi yang digunakan untuk persamaan di atas:
- Aliran berupa steady state flow.
- Debit aliran konstan.
- Massa jenis uap BBM sepanjang aliran konstan.
- Gesekan pada dinding-dinding pipa diabaikan.
- Efisiensi pompa sebesar 90%.
- Temperatur operasi diambil dari rata – rata data pengujian prototipe alternatif
rancangan 1, yaitu sebesar 340C atau sama dengan 307 K.
- Inlet pressure dan outlet pressure disamakan dengan yang terjadi pada
kondisi lapangan, yaitu 700 Pa dan 105Pa.

Untuk laju mol (n) dihitung menggunakan persamaan 4.10:


Q.ρ
n= (4.16)
X . Mr
Di mana:
ƒ Q = debit uap bensin = 0.1185 ml/s = 4.266x10-4 m3/h
ƒ ρ = massa jenis bensin = 3.6 kg/m3 [11]
ƒ Xpermeat = perbandingan stoikiometri massa mol udara terhadap
bensin = 14.7
ƒ Mr = berat molekul bensin = 105 gr/mol [11]
Maka didapatkan:
3
4.266 × 10 − 4 m .x 3.6 kg 3 1
n=
jam m x jam x 1000 g
14.7 x 105 gr 3600 s 1 kg (4.17)
mol
= 2.764 x 10 −7 mol
s

Maka besarnya daya pompa vakum yang diperlukan:


J
2.764 × 10 − 7 mol x 8.314 x 307 K
s m.K 10 5 Pa
E= ln (4.18)
0.9 700 Pa
= 2.402 x 10 −3 Watt

78
Karena kapasitas maupun daya pompa vakum yang diperlukan sangat
kecil, maka digunakan pompa vakum yang ada di pasaran dengan daya paling
kecil. Berikut foto pompa vakum yang telah dipilih beserta spesifikasinya dan foto
set-up pengujian yang baru:

Gambar 4.29 Foto pompa vakum pada pengujian prototipe alternatif rancangan 3

Tabel 4.7 Spesifikasi Pompa Vakum Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 3


Power Supply 220V / 50 Hz
Pumping Rate 1 cfm
Limited 10 Pa
Pressure
Rotating 1440 r/min
Speed
Power 90 W
Outer Figure 247 x 110 x 207 mm
Weight 6.7 kg

Gambar 4.30 Foto set-up baru pengujian prototipe alternatif rancangan 3

79
Pengujian prototipe tersebut dilakukan selama 20 menit dengan pencatatan
data dilakukan setiap selang waktu 2 menit. Pengujian dilakukan sebanyak
sepuluh kali dengan temperatur pengujian yang bervariasi.
Contoh hasil pengujian pertama ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Pertama Prototipe Alternatif Rancangan 3
Nomor Waktu Tinggi Tabung Temperatur Volume Permeate
Pengujian (Menit) (cm) (oC) (mL)
0 18 24
2 17.9 23
4 17.9 24
6 17.8 25
8 17.7 27
10 17.6 28
1 12 17.5 29 119
14 17.3 31
16 17.2 33
18 17.1 35
20 17.1 36
Δt total T rata - rata
0.9 28.64

Gambar 4.31 Foto hasil pengujian prototipe alternatif rancangan 3

Data hasil pengujian kedua hingga kesepuluh dapat dilihat pada lampiran C.

80
4.6.3.2. Analisis Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 3
Data hasil pengujian yang telah didapatkan dianalisis menggunakan
prosedur perhitungan yang sama pada hasil pengujian prototipe alternatif
rancangan 1. Berikut tabel hasil perhitungan seluruh pengujian:

Tabel 4.9 Perhitungan Analisis Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 3


Nomor Temperatur Volume Volume Debit Efisiensi
Pengujian Pengujian Permeat Penguapan Penguapan Sistem
(0C) (ml) (ml) (ml/s) (%)
1 28.64 119 159.04 0.0884 74.82
2 33.91 113 159.04 0.0884 71.05
3 36.18 98 141.37 0.0785 69.32
4 35.64 95 176.72 0.0982 53.76
5 37.45 73 106.03 0.0589 68.85
6 39.09 111 159.04 0.0884 69.79
7 38.82 94 123.70 0.0687 75.99
8 37.82 78 88.36 0.0491 88.28
9 41.91 74 123.70 0.0687 59.82
10 42.18 23 35.34 0.0196 65.08
Rata - Rata 67.93

Gambar 4.32 Grafik efisiensi sistem vs temperatur pengujian prototipe alternatif


rancangan 3

81
Gambar 4.33 Grafik efisiensi sistem vs debit penguapan prototipe alternatif rancangan 3

Gambar 4.34 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif


rancangan 3

82
Gambar 4.35 Grafik temperatur pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif
rancangan 3

Gambar 4.32 hingga gambar 4.35 menunjukkan grafik dari analisis hasil
pengujian protitipe alternatif rancangan 3. Dapat dilihat bahwa setiap grafik
memiliki trendline yang sama dengan grafik dari analisis hasil pengujian prototipe
alternatif rancangan 1.

Dari analisis hasil pengujian prototipe alternatif rancangan 3, dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut:
ƒ Rata – rata efisiensi sistem yang didapat sebesar 67.93%.
ƒ Sistem alternatif rancangan 3 memiliki karakteristik sifat yang sama dengan
sistem alternatif rancangan 1, yaitu akan bekerja lebih baik pada temperatur
maupun debit operasi yang rendah.

4.7 Pengambilan Keputusan Rancangan Sistem Vapor Recovery ‘Havival’


Setelah dilakukan pengujian pada ketiga alternatif perancangan sistem
yang telah dikembangkan, dibuat sebuah tabel pengambilan keputusan
berdasarkan hasil pengujian serta kriteria perancangan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Berikut tabel pengambilan keputusan tersebut:

83
Tabel 4.10 Pengambilan Keputusan Perancangan Sistem Vapor Recovery ‘Havival’
Rancangan Rancangan Rancangan
No. Kriteria
1 2 3
1 Mengurangi kerugian akibat penguapan 1 0 1
2 Tidak menghambat aliran fluida 1 0 1
3 Tidak banyak modifikasi 0 1 0
4 Membran dapat bekerja dengan baik 1 0 1
5 Dapat melakukan proses separasi 1 0 1
6 Memiliki efisiensi yang baik 0 0 1
7 Menarik dan sederhana 1 1 1
8 Tidak terlalu berat dan besar 1 1 1
9 Pengoperasiannya mudah 1 1 1
10 Perawatan mudah 1 1 1
11 Biaya produksi murah 1 1 1
Jumlah 9 6 10

Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa alternatif rancangan 3 yang
memiliki kinerja paling baik serta paling banyak memenuhi kriteria yang
diperlukan maupun diinginkan dalam perancangan. Karena itu alternatif
rancangan 3 yang paling sesuai untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem
vapor recovery yang lebih optimal.

84
4.8 Process Flow Diagram

Gambar 4.36 Process flow diagram dari sistem vapor recovery ‘Havival’

Keterangan:
= aliran bensin cair
= aliran campuran uap bensin dengan udara
= aliran uap bensin
= aliran udara

Seperti yang telah dijelaskan pada subbab 2.3.2, tekanan pada tangki
timbun akan berubah-ubah akibat pengaruh temperatur ataupun pada saat proses
unloading ataupun proses loading. Proses unloading, yang merupakan proses
penyaluran bensin dari truk penyalur ke tangki timbun, ditunjukkan oleh panah
merah yang mengarah masuk ke dalam tangki timbun. Sedangkan proses
unloading, yang merupakan proses proses penyaluran bensin dari tangki timbun

85
menuju dispenser, ditunjukkan oleh panah merah yang mengarah keluar dari
tangki timbun.
Kenaikan temperatur di dalam tangki timbun ataupun proses unloading
akan menyebabkan kenaikan tekanan. Pada saat itu campuran uap bensin dengan
udara akan terdorong ke dalam masukan sistem untuk menyeimbangkan tekanan
kembali, yang ditunjukkan oleh panah oranye. Selanjutnya, campuran uap bensin
dengan udara tersebut akan ditarik lalu didorong oleh pompa vakum masuk ke
dalam modul membran. Pada modul membran akan terjadi proses separasi antara
uap bensin dengan udara. Aliran udara yang telah bersih dari uap bensin akan
dikeluarkan menuju lingkungan sekitar, yang ditunjukkan oleh panah biru yang
keluar dari sistem. Sedangkan aliran uap bensin yang telah bersih dari udara akan
terdorong masuk kembali ke dalam tangki timbun, yang ditunjukkan oleh panah
kuning.
Penurunan temperatur di dalam tangki timbun ataupun proses loading
akan menyebabkan penurunan tekanan. Pada saat itu, udara dari lingkungan
sekitar akan masuk ke dalam tangki timbun melalui pipa sistem, yang ditunjukkan
oleh panah biru yang masuk ke dalam tangki timbun.
Semua aliran yang terjadi akan mengarah sesuai dengan process flow
diagram karena dijaga oleh ketiga check valve yang dipasang pada pipa-pipa
sistem vapor recovery. Ketiga check valve tersebut hanya mengizinkan terjadinya
aliran pada satu arah saja.

4.9 Analisis Keuntungan Ekonomi


Dari tabel 1.1 diketahui bahwa konsumsi nasional per tahunnya untuk
bahan bakar jenis bensin adalah sekitar 17.080.000.000 liter dengan rata – rata
losses factor sekitar 0.78%. Maka besarnya kerugian yang terjadi akibat
penguapan bensin per tahunnya adalah sebesar 133.224.000 liter. Dengan
mengaplikasikan sistem vapor recovery ‘Havival’, maka penguapan yang terjadi
dapat di-recover sekitar 67.93% nya, yaitu sebesar 90.000.000 liter. Dengan harga
premium per liternya sebesar Rp 4.500,00 maka dapat dicegah kerugian ekonomi
yang terjadi sebesar Rp 405.000.000.000,00.

86
Selain mencegah terjadinya kerugian ekonomi, pengaplikasian sistem
vapor recovery ‘Havival’ juga akan mengurangi penguapan bensin ke lingkungan
sekitar. Dengan begitu bahaya kebakaran maupun bahaya kesehatan bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar SPBU akan berkurang.

87

Anda mungkin juga menyukai