Endah Permatasari*), Dewi Yulianti Bisri**), Siti Chasnak Saleh***), Himendra Wargahadibrata**)
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSU Kabupaten Tangerang, **)Departemen Anestesiologi dan
*)
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran – RSUP Dr.Hasan Sadikin-Bandung, ***)Departemen
Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD. Dr. Soetomo Surabaya
Abstrak
Stroke perioperatif merupakan suatu kejadian katastropik yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas, terutama
pada usia di atas 65 tahun. Stroke perioperatif merupakan suatu momok (kejadian yang tidak diharapkan) bagi
keluarga dan rekan sejawat yang merawat. Stroke perioperatif dapat bersifat iskemik atau hemoragik yang terjadi
selama masa intraoperatif hingga 30 hari pascaoperasi. Faktor risiko terjadinya stroke perioperatif diantaranya
adalah: usia lanjut, riwayat stroke dan Transient Ischemic Attack (TIA) sebelumnya, atrial fibrilasi, kelainan
pembuluh darah dan metabolik. Umumnya stroke perioperatif tidak terjadi selama masa pembedahan atau saat
pulih sadar, tetapi terjadi dalam 24 jam pertama pascabedah. Penanganan stroke perioperatif membutuhkan
manajemen yang menyeluruh dan suatu kerjasama tim yang baik. Walaupun kejadiannya tidak banyak namun
membutuhkan penanganan tepat karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi serta mengakibatkan lama
perawatan memanjang. Identifikasi awal pasien dan manajemen terpadu lintas keilmuan harus dilakukan untuk
mencegah luaran yang buruk setelah terjadinya stroke perioperatif.
Abstract
Perioperative stroke can be a catastrophic outcome for surgical patients and is associated with increased morbidity
and mortality, especially in the age above 65. A perioperative stroke is an unexpected event for families and caring
colleagues. A perioperative stroke may be an ischemic or haemorrhagic disorder that occurs intraoperatively or
up to 30 days postoperatively. Risk factors for perioperative stroke include elderly, history of previous stroke and
transient ischemic attack (TIA), atrial fibrillation, vascular and metabolic disorder. Most perioperative stroke
generally does not occur during the intraoperative period or soon after recovering period but within the first 24
hours. Handling perioperative stroke requires a thorough management and a good teamwork. Perioperative stroke
can be devastating, as they not only result in death but also prolong the length of hospital stay, increasing cost and
greater likelihood of discharge to long term care facilities. Although the incidence is not much but this requires
appropriate treatment because of high morbidity and mortality and also result in prolong length of hospital stay.
Early identification and expeditious management involving a multidisciplinary approach is the key to avoid a poor
outcome following perioperative stroke.
54
Manajemen Anestesi Stroke Perioperatif 55
sebagai suatu infark otak yang terjadi karena dari 1000 pasien yang dilakukan pembedahan
iskemia atau hemorragik yang terjadi selama dengan risiko yang minimal pun dapat mengalami
pembedahan sampai dengan 30 hari pascabedah. stroke perioperatif dengan komplikasi mortalitas
Tidak seperti etiologi stroke pada komunitas, dan morbiditas yang bermakna. Angka kejadian
terdapat suatu mekanisme pencetus yang pasti stroke perioperatif berkisar antara 0,08% sampai
pada kejadian stroke perioperatif yaitu intervensi dengan 2.9% namun tindakan pembedahan
pembedahan. Mekanisme stroke perioperatif jantung, pembuluh darah dan otak memiliki angka
antara lain atherothrombosis otak, emboli kejadian stroke yang lebih tinggi, berkisar antara
jantung karena atrial fibrilasi dan hipotensi.4,5,9 2.2 % sampai dengan 5.2%. Pada pasien dengan
riwayat gejala keluhan otak dan pembuluh darah
Angka kejadian stroke perioperatif pada pasien (serebrovaskular) angka kejadian meningkat
yang menjalani tindakan pembedahan jantung mencapai 13%. Apabila terjadi stroke perioperatif
dan pembuluh darah serta neurologi lebih tingkat kematian mencapai 26%.4,7,10,11
tinggi karena adanya penggunaan mesin bypass
jantung-paru, manipulasi langsung jantung, Sebelum dilakukan pembedahan harus dieveluasi
otak dan pembuluh darah. Angkakejadian stroke ada tidaknya faktor risiko sehingga tindakan
perioperatif dapat dipengaruhi jenis dan kesulitan pencegahan dapat dilakukan dan dilakukan
dari tindakan pembedahan. Risiko terjadinya pertimbangan matang untuk evaluasi antara
stroke perioperatif lebih rendah pada anestesi risiko yang mungkin terjadi dengan manfaat yang
umum dan bedah non kardiak, tetapi menjadi bisa dicapai (risk-benefit ratio). Selain persiapan
lebih tinggi pada bedah jantung dan pembuluh perioperatif yang rutin dilakukan, pasien dapat
darah. Selain itu dikatakan stroke perioperatif dikonsultasikan ke teman sejawat neurologi
lebih banyak terjadi pada kasus bedah gawat bila diperlukan. Penanganan stroke perioperatif
darurat dibandingkan pada kasus elektif. Bukti membutuhkan manajemen yang menyeluruh dan
terakhir menunjukkan bahwa setiap satu pasien suatu kerjasama tim yang baik.5,12,13
Manajemen Anestesi Stroke Perioperatif 57
Tabel 2. Angka Kejadian Stroke Pasca Berbagai pembedahan harus dilakukan tindakan proteksi
Tindakan Pembedahan otak. Dokter anestesi memegang peran penting
Prosedur Risiko terjadinya untuk melakukan proteksi otak dan mencegah
stroke(%) terjadinya komplikasi neurologis. Komplikasi
Pembedahan minor 0,08-0,7 neurologis dari iskemia serebral selama
Pembedahan vascular perifer 0,8-3,0 pembedahan dapat berupa koma, kejang, stroke,
delirium dan gangguan neurokognitif.1,4,6,13
Reseksi tumor kepala-leher 4,8
Anestesi dan pembedahan dapat menyebabkan
Karotis endarterektomi 5,5-6,1
perubahan aliran darah otak dan autoregulasi
CABG 1,4-3,8 otak. Ditambah dengan kondisi hiperkoagualasi
Kombinasi CABG dan 4,8-8,8 pascabedah sehingga rentan terjadi iskemia
pembedahan katup jantung otak pascabedah. Berdasar prinsip tersebut
Pembedahan 2/3 katup jantung 9,7 harus dilakukan langkah-langkah pencegahan
Pembedahan repair aorta 8,7 terjadinya stroke perioperatif.4,13
Diambil dari: Selim M.7
Prabedah
Pada fase prabedah lakukan identifikasi faktor
stroke perioperatif dapat lebih lambat diketahui risiko dan optimalisasi penyakit penyerta
karena pasien sudah pindah rawat ke bangsal (komorbiditas). Pasien dengan atrial fibrilasi,
perawatan dan bukan di ICU. Berbeda dengan penyakit jantung koroner (CAD) dan hipertensi
pasien pembedahan jantung, bedah syaraf dan wajib dioptimalisasi terlebih dahulu sebelum
vaskular yang bisa lebih awal diketahui karena tindakan pembedahan untuk mencegah terjadinya
pasien masih dalam perawatan di ICU dan stroke perioperatif. Apabila terdapat kelainan
dilakukan pengawasan ketat.3 Pasien dengan atrial fibrilasi maka sebaiknya irama diupayakan
hipertensi yang tidak terkontrol dan pasien menjadi sinus kembali dengan frekwensi yang
dengan riwayat terapi obat antikoagulan termasuk normal. Pasien dengan diabetes mellitus sebelum
kelompok pasien risiko tinggi terjadinya stroke tindakan pembedahan harus terkendali gula
perioperatif. Etiologi stroke perioperatif termasuk darahnya. Pasien dengan hipertensi yang tidak
diantaranya adalah adanya aneurisma intrakranial terkendali dan pasien dengan riwayat terapi
dan malformasi arteriovena. Pada aneurisma obat antikoagulan termasuk kelompok pasien
intrakranial dan malformasi arteriovena terjadi risiko tinggi mengalami stroke perioperatif.
perubahan struktur pembuluh darah otak yang Kelompok pasien dengan terapi antikoagulan
rentan pecah pada saat terjadinya fluktuasi harus dilakukan pertimbangan matang untuk
tekanan darah mendadak terutama pada saat tetap melanjutkan terapi antikoagulan atau
induksi dan ekstubasi anestesi.1,4 menunda sementara tindakan pembedahan.
Pada masa pembedahan proses koagulasi
IV. Strategi Pencegahan Terjadinya Stroke dapat dipengaruhi oleh manipulasi tindakan
Perioperatif pembedahan, pemberian cairan dan kehilangan
darah. Trauma pembedahan dan cedera jaringan
Langkah awal untuk mencegah terjadinya akan dapat menyebabkan proses inflamasi
stroke perioperatif adalah identifikasi pasien dan hiperkoagulasi. Kondisi hiperkoagulasi
yang berisiko tinggi untuk mengalami stroke pascabedah merupakan kontributor utama stroke
perioperatif dan melakukan optimalisasi perioperatif. Obat-obat antikoagulan banyak
kondisi sebelum dilakukan pembedahan untuk diberikan pada pasien-pasien dengan risiko tinggi
mengurangi komplikasi neurologis. Pada terkena stroke perioperatif untuk mengurangi
kelompok pasien yang sebelumnya memiliki risiko tromboemboli. Pada dekade sebelumnya
riwayat kelainan serebovaskular harus dianggap ahli bedah akan langsung menghentikan
memiliki risiko tinggi mengalami stroke terapi aspirin, clopidogrel dan warfarin untuk
perioperatif. Selama periode anestesi dan menghindari perdarahan selama pembedahan.
Manajemen Anestesi Stroke Perioperatif 59
Namun penghentian obat-obatan ini dapat memicu masih banyak diperdebatkan. Dalam suatu
kondisi hiperkoagulasi dan meningkatkan risiko penelitian disebutkan bahwa pemantauan tekanan
terjadinya miokard infarct dan stroke iskemik. darah selama pembedahan harus diupayakan
Obat antikoagulan harus segera diberikan apabila mendekati tekanan darah sebelum pembedahan.
sudah diperbolehkan.4,5,6,7 Perubahan tekanan darah yang melebihi dari 20
mmHg atau lebih dari 20% dari nilai normal
Menjadi suatu pertimbangan khusus berapa lama prabedah dapat meningkatkan komplikasi
pembedahan harus ditunda pada pasien yang baru perioperatif. Pengendalian tekanan darah selama
mengalami stroke. Pada kondisi infark miokard pembedahan dan pascabedah untuk mendekati
sudah banyak kepustakaan yang menyebutkan rentang nilai prabedah dapat mengurangi
bahwa sebaiknya pembedahan ditunda paling risiko stroke perioperatif dan kematian.4,7,9,13,14
tidak 3 sampai 6 bulan. Namun tidak demikian
pada pasien dengan riwayat stroke sebelumnya. Pemantauan ketat kadar gula darah pada masa
Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa tidak perioperatif sangat penting Baik hiperglikemia
ada kaitan bermakna rentang waktu antara ataupun hipoglikemia sama-sama dapat
riwayat stroke sebelumnya dengan kemungkinan mempengaruhi tingkat keberhasilan operasi.
terjadinya stroke perioperatif. Berdasarkan Pencegahan hiperglikemia dan hipoglikemia
konsensus dari SNSCC direkomendasikan untuk wajib dilakukan pada pasien dengan riwayat
menunda operasi sampai dengan tiga bulan diabetes mellitus. Meskipun pengendalian kadar
sesudah kejadian stroke sebelumnya untuk gula darah secara ketat belum dapat dibuktikan
mencegah terjadinya stroke berulang. Apa peran memiliki efek perlindungan terhadap pencegahan
anestesi dan pembedahan pada mekanisme stroke terjadinya stroke perioperatif, hiperglikemia
perioperatif? Anestesi umum dan pembedahan diketahui dapat memperburuk cedera otak (brain
dapat menyebabkan gangguan autoregulasi injury) dan menyebabkan peningkatan mortalitas
otak, perubahan aliran darah otak, dan proses pada kondisi iskemia serebral.
koagulasi pascabedah sehingga meningkatkan
risiko terjadinya stroke perioperatif. Pada Kondisi hiperglikemia sebaiknya ditatalaksana
keadaan ini rentan untuk terjadi hipoperfusi otak apabila sudah lebih dari 150 mg/dl dan kadar
terutama pada pasien-pasien dengan pembiusan gula darah yang tertinggi adalah 180 mg/
umum. Dinamika selama pembedahan dapat dl. Dengan target kadar gula darah antara
terjadi perdarahan, anemia dan hipotensi. 60–150 mg/dl. Untuk mencegah terjadinya
Diketahui stroke dapat mempengaruhi perubahan hipoglikemia, dosis insulin harus dikurangi bila
mekanisme autoregulasi otak yang dapat kadar gula darah mencapai 100 mg/dl. Pada
berlangsung sampai dengan berbulan-bulan semua kasus dengan risiko tinggi terjadi stroke
sehingga meningkatkan risiko terjadinya iskemia periopertif maka kadar gula darah harus selalu
otak. Selain meningkatkan risiko terjadinya dipantau dan lakukan koreksi bila diperlukan.5,13
stroke berulang juga akan meningkatkan risiko Obat anestesi inhalasi diketahui memiliki efek
terjadinya komplikasi kardiovaskular. Namun neuroproteksi terhadap iskemia otak pada
tetap harus dipertimbangkan secara matang penelitian binatang percobaan. Namun belum
manfaat dan risikonya antara penundaan ada penelitian efek neuroproteksi obat anestesi
tindakan pembedahan dan risiko terjadinya inhalasi pada manusia. Gas anestesi inhalasi
stroke perioperatif bila dilaksanakan.1,3-6 secara langsung memiliki efek dilatasi terhadap
pembuluh darah otak sehingga mungkin dapat
Intrabedah memperbaiki perfusi serebral. Kebalikannya
Tindakan proteksi otak pada masa intrabedah obat-obat anestesi intravena seperti propofol
dilakukan dengan pengendalian tekanan darah dan thiopental dapat mengurangi aliran darah
dan memastikan penghantaran oksigen yang otak karena efeknya terhadap penurunan
cukup (optimal oxygen delivery). Rentang metabolisme otak. Pada pasien-pasien yang
tekanan darah yang optimal selama pembedahan sudah dengan autoregulasi terganggu, kondisi
60 Jurnal Neuroanestesi Indonesia
ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian aliran faktor potensial penyebab kejadian komplikasi
oksigen ke otak. Belum dapat dibuktikan apakah serebrovaskular. Terapi antikoagulan harus
anestesi regional lebih baik daripada anestesi segera diberikan apabila sudah diperbolehkan
umum untuk mencegah stroke perioperatif. terutama pada pasien dengan atrial fibrilasi.3,4,6
Namun pada tindakan pembedahan ortopedi Apabila terjadi lambat pulih sadar dari anestesi,
esktremitas bawah (total knee replacement perubahan status mental dan timbul defisit
dan total hip replacement) anestesi regional neurologis baru harus diwaspadai terjadinya
lebih sedikit menyebabkan komplikasi stroke suatu stroke perioperatif. Segera dilakukan
perioperatif dibandingkan anestesi umum.5,7,13 langkah evaluasi untuk menyingkirkan terjadinya
Saat ini masih terbatas data yang menunjukkan stroke perioperatif dan dilakukan pemeriksaan
hubungan PaCO2 selama pembedahan dengan neuroradiologis bila diperlukan. Bila terjadi
insiden stroke perioperatif. Meskipun belum stroke perioperatif maka pasien harus dipantau
ada bukti langsung yang menunjukkan dan diawasi di ruangan neuro critical care atau di
teknik ventilasi selama pembedahan dengan unit perawatan stroke.
risiko terjadinya stroke, hiperventilasi akan
menyebabkan hipokapni yang berujung pada Pasien dikonsultasikan dan dirawat bersama
penurunan aliran darah otak hingga dapat timbul dengan teman sejawat neurologi. Jalan nafas harus
iskemia otak. Hiperventilasi dapat menyebabkan tetap dapat dipertahankan. Apabila nilai GCS
inverse steal phenomenon yang malahan akan dibawah 8 maka dilakukan intubasi untuk proteksi
meredistribusikan aliran darah dari area otak jalan nafas sekaligus untuk pencegahan terjadinya
yang mengalami iskemia. aspirasi lambung. Apabila diperlukan maka
Teknik hiperventilasi selama pembedahan pemeriksaan neuroradiologis harus dilakukan.
memiliki efek yang merugikan seperti penurunan Hypercapnia harus di cegah, tekanan intrakranial
oksigenasi, peningkatan kebutuhan oksigen harus dapat dikendalikan dan tatalaksana bila ada
jantung, disritmia dan penurunan aliran darah edema serebri. SpO2 harus dipertahankan di atas
otak. Sehingga sebaiknya tidak dilakukan 94% dengan pemberian oksigen dan ventilasi
hiperventilasi pada pasien yang dengan riwayat mekanik bila diperlukan. Irama jantung dipantau
stroke sebelumnya karena risiko penurunan aliran dengan monitor EKG kontinyu karena pasien
darah otak dan pertahankan kondisi normokapni stroke rentan untuk mengalami gangguan irama
bila memungkinkan.5,8,9,13 Semakin singkat jantung. Analgesia diberikan bila dianggap ada
lama pembedahan akan makin baik luaran rangsang nyeri karena nyeri dapat menimbulkan
hasil pembedahan dikaitkan dengan timbulnya respon stress dan harus dicegah.2,5,6,13
risiko stroke perioperatif. Makin lama waktu
pembedahan makin tinggi risiko timbulnya stroke V. Simpulan
perioperatif dan morbiditas lain. Manajemen
anestesi yang baik berperan penting untuk Stroke perioperatif walaupun jarang ditemukan
mencegah terjadinya komplikasi serebral.8,9 merupakan komplikasi perioperatif yang berat
yang dapat menyebabkan peningkatan morbiditas
Pascabedah dan mortalitas. Mengenali faktor risiko sangat
Kebanyakan stroke perioperatif terjadi pada masa penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
pascabedah. Obat-obatan anestesi dan teknik stroke perioperatif. Karena kebanyakan faktor
anestesi dapat mempengaruhi insiden stroke risiko umumnya tidak dapat dihindari, tindakan
perioperatif. Namun hingga kini belum ada pembedahan elektif pada pasien yang pernah
penelitian prospektif yang ada. Lebih lanjut masih mengalami stroke sebaiknya minimal ditunda
dibutuhkan penelitian berbagai faktor yang dapat hingga 3 bulan sambil menunggu membaiknya
menyebabkan stroke perioperatif. Hipotensi di autoregulasi serebral. Pertimbangan antara
masa pascabedah merupakan salah satu penanda melanjutkan atau menunda tindakan pembedahan
stroke perioperatif dan harus dicegah agar tidak dilakukan dengan seksama.
terjadi. Hiperkoagulasi pascabedah merupakan
Manajemen Anestesi Stroke Perioperatif 61
3. Kim Jarmila, Gelb AW. Predicting 10. Szeder V, Torbey MT. Prevention and
perioperative stroke. Journal of Neurosurgical treatment of perioperative stroke. The
Anesthesiology 1995;3:211–15. Neurologist 2008;14(1):30–36.
4. Kam PCA, Calcroft RM. Peri-operative stroke 11. Brooks DC, Schindler JL. Perioperative
in general surgical patients. Anaesthesia stroke: Risk assessment, prevention and
1997: 52:879–83. treatment. Curr Treat Option Cardiovasc
Med 2014;16(2):282–98.
5. Mashour GA, Moore LE, Lele AV, Robicsek
SA, Gelb AW. Perioperative care of patients 12. Morales-Vidal S, Schneck M, Golombieski
at high risk for stroke during or after non- E. commonly asked questions in the
cardiac, non-neurologic surgery: Consensus management of perioperative stroke. Expert
statement from the Society for Neuroscience Rev Neurother 2013;13(2):167–75.
in Anesthesiology and Critical Care. J
Neurosurg Anesthesiol.2014;26:273–85. 13. Abraham M. Protecting the anaesthetised
brain. J Neuroanaesthesiol Crit Care 2014;
6. Lakshmanan RV, Rajala B, Moore LE. 1:20–39.
Perioperative stroke. Curr Anesthesiol Rep
2016; 6: 202–13. 14. Vlisides P, Mashour GA. Perioperative
stroke. Can J Anaesth 2016;63(2):193–204.