Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MESIN-MESIN PRODUKSI (TUGAS BAHASA


INDONESIA 2)
MAKALAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN-MESIN PRODUKSI

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan peradaban manusia telah memacu peningkatan kebutuhan dan


keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu. Perkembangan ini
menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan tersebut dengan cara
meningkatkan kemampuan menyediakan dan menghasilkannya peningkatan
kemampuan penyediaan atau produksi barang merupakan usaha yang harus dilakuakan
oleh perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan secara efektif dan efesien. Usaha ini
dilakukan agar dicapai tingkat keuntungan yang diharapkan demi menjamin
kelangsungan perusahaan.
Dalam mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efesien, dikembangkanlah
pemikiran dan pengkajian untuk mendapatkan cara-cara yang lebih baik. Tujuannya
adalah untuk mengahasilkan pengeluaran yang optimal, sehingga dapat untuk mencapai
sasaran secara tepat dalam waktu, jumlah, mutu dengan biaya yang efesien dengan
memanfaatkan factor-faktor produksi. Factor produksi yang dimaksud meliputi tenaga
manusia ( men ), bahan ( material ), dana ( money ), serta mesin dan peralatan (
machines ) kekurangan salah satu factor produksi dapat menggangu proses produksi,
artinya kelancaran proses produk dapat terhambat bila salah satu factor produksi
mengalami kerusakan.
Said ( 1980 ) Fachrurozi ( 2002 ) menyatakan bahwa mesin-mesin produksi merupakan
factor produksi yang berfungsi mengkonfersi bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi. Mesin merupakan pesawat pengubah energi yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasiomal dan matematis. Kebutuhan produktifitas
yang lebih tinggi serta meningkatkannya keluaran mesin pada tahun-tahun terakhir ini
telah mempercepat perkembangan otomatisasi. Hal ini pada gilirannya memperbesar
kebuthan akan fungsi pemeliharaan ( maintenance ) mesin-mesin tersebut, selain
karena mesin-mesin tersebut cenderung terus mengalami kelusuhan sehingga
diperlukan reparasi atau perbaikan.

Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap fasilitas
produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk
mempertahankan suatu tingkat produktivitas tertentu tanpa merusak produk akhir. jadi,
dengan adanya pemeliharaan, maka fasilitas/ peralatan pabrik diharapkan dapat
beroperasi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama digunakan
untuk proses produksi sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Perawatan atau pememliharaan mesin tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini meliputi
nilai rawatan yang disimpan dan digunakan, biaya pekerja langsung, segala macam
pekerja tidak langsung, dan pekerja yang disubkontrakan. Oleh sebab itu diperlukan
suatu pengaturan yang baik sehingga pelaksanaan kegiatan perawatan diharapkan dapat
membantu memaksimalkan perbedaan antara biaya variable yang dikeluarkan oleh
pabrik dan hasil penjualan yang diperoleh dari menjual produk sehingga keuntungan
dapat tatap diperoleh. Ini merupakan fungsi utama dari manajemen pemeliharaan (
Wallay,1987 ).
Walaupun telah mengetahui arti pentingnya pemeliharaan mesin-mesin produksi, tetap
saja banyak industri/ pabrik berskala besar maupun kecil yang mengabaikannya. Ini
dikarenakan industri/pabrik tersebut hanya memandang dari segi biaya dan waktu
jangka pendek yang akan dikeluarkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan, tanpa
mempertimbangkan kerugian yang mungkin akan diderita apabila pemeliharaan mesin
tidak dilakukan. Oleh karena itu, studi manajemen pemeliharaan mesin-mesin produksi
ini perlu dilakuakan untuk mengetahui besar perhatian pabrik dalam menerapkan
system manajemen pemeliharaan mesinnya.

BAB II
ISI

MANAJEMEN

A. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dengan kenyataanya tidak ada definisi yang
digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini beberapa definisi manajemen
yang dikemukakan oleh para ahli dalam Handoko ( 1989 ).
1. Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
2. Stoner menyatakan definisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu manajemen
adalah proses perencanaan , pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
3. Luther Gillick mendefinisikan sebagai manajemen sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan ( sciene )yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaiman manusia bekerja bersama untu mencapai hasil tujuan dan membuat system
kerja sama ini bermanfaat bagi kemanusiaan.

Berdasarkan uraian diatas , dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen adalah


bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan ( planning ),
pengorhanisasian ( organizing ), penyusunan personalia/ pegawaian ( staffing ),
pengarahan dan kepemimpinan ( leading ), dan pengawasan ( controlling ) (Handoko,
1989 ).

B. Fungsi manajemen
Menurut Manullang ( 2002 ), fungsi manajemen dapat didefinisikan sebagai aktivitas-
aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Bila dilihat dari sudut proses
atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka fungsi –fungsi manajemen-
manajemen itu dibedakan menjadi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan merupakan fungsi menyusun serangkaian tindakan yang ditentukan
sebelumnya agar tercapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak dapat diperkecil.
2. Organisasi ( Organizing )
Definisi oraganisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut pandangannya.
Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang berkerjasama untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan, sementara dalam arti bagan atau struktur ,
organisasi merupakan gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan,
kerjasama dari hubungan – hubungan , kerjasama dari orang-orang yang terdapat
dalam rangka usaha untuk mencapai suatu tujuan.
3. Penyusunan ( Staffing )
Fungsi penyusunan ( staffing ) disebut juga dengan fungsi personalia meliputi tugas-
tugas memperoleh pegawai, menunjukkan pegawai , dan memanfaatkan pegawai. Fungsi
adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan dengan para pegawai dilingkungan
pimpinannya agar para pegawai terdorong untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya untuk merealisasikan dengan tujuan perusahaan atau tujuan aktivitas yang
didampinginya.
4. Pengarahan (directing)
Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, sturuktur organisasi sudah ditetapkandan posisi
atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut sudah diisi, maka kegiatan yang harus
dilakukan pimpinan selanjutnya adalah menggerakkan bawahan, mengkoordinasi agar
apa yang menjadi tujuan perusahaan dapa diwujudkan. Menggerakkan bawahan milah
yang dimaksud dengan mengarahkan (directing) bawahan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang
sudah dilaksanakan,menilainya, dan bila perlu mengkoreksi dengn maksud supaya
peaksanaan sesuai dengan rencana semula.

Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992), fungsi pengawasan kegiatan


produksi dapat dibagi dalam:
a. Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan dengan baik
b. Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai dengan yang
dikehendaki
c. Koreksi, berusaha untuk menhilangkan kesulitan-kesulitan/penyimpanga-
penyimpangan baik pekerjaan maupun merubah rencana yang terlalu berlebihan.

PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)

A. Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang pentin dalam suatu pabrik. Sebagai suatu usaha
menggunakan fasilitas/peraltan produksi agar kontinuitas produksi dapat terjamin dan
menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan rencana.
Selain itu, fasilitas/peralatan produksi tersebut tidak mengalami kerusakan selama
dipergunakan sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai.
Pemeliharaan (maintenance), menurut The American Management Association, Inc.
(1971), adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan untuk
menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai dengan fungsi dan
kapasitas sebenarnya secar efesien ini berbeda dengan perbaikan. Pemeliharaan atau
mantaince juga didefinisikan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya
sampai suatu kondisi yang bisa diterima ( BS3811,1974 dalam Corder, 1992 ).
Di Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh Kementrian
Tekhnologi ( sekarang Departemen Perdagangan dan Industri ) pada bulan april 1970,
menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diambil dari bahasa Yunani Terein yang
berarti merawat, memelihara, dan menjaga. Teroteknologi adalah kombinasi dari
manajemen, keuangan, perekayasaan dan kegiatan lain yang diterapkan bagi asset fisik
untuk mendapatkan biaya siklus hidup ekonomis. Hal ini berhubungan dengan
spesifikasi dan rancangan untuk keandalan serta mampu pemelihara dari pabrik, mesin-
mesin, peralatan, bangunan, dan struktur dan instalasinya, pengetesan, pemeliharaan
modifikasi, dan penggantian, dengan umpan balik informasi untuk rancangan, untuk
kerja dan biaya ( Corder,1992 ).

B. Tujuan Pemeliharaan
Menurur Corder (1992 ), tujuan pemelihraan yang utama dapat didefinisikan dengan
jelas sebagai berikut :
1. memperpanjang usia kegunaan assets ( yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja ,
bangunan dan isinya)
2. menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa)
dan mendapatkan laba investasi(return of investment) maksimum yang mugkin
3. menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

C. Jenis Pemeliharaan
Corder, (1992) membagi kegiatan pemeliharaan kedalam dua bentuk, yaitu
pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharan tak terencana
(unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat (breakdown
maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance) merupakan kegiatan
perawatan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan terlebih dahulu. Pemeliharaan
terencana ini terdiri dari pemeliharaaan pencegahan (preventive maintenance) dan
pemeliharan korektif (corrective maintenance).

1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)


Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menentukan
kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada
waktu digunakan dalam proses produksi.
Preventive maintenance ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi fasilitas
produksi yang termasuk dalam “critical unit”. Sebuah fasilitas atau peralatan produksi
termasuk dalam “critical unit “apbila kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan
membahayakan kesehatan atau keselamatan para pekerja, mempengaruhi kualitas
produk yang dihasilkan, menyebabkan kemacetan pada seluruh produksi, dan modal
yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar atau harganya mahal ( Assauri,
2004 ).
Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakuakn oleh suatu pabrik dapat
dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance. Routine
maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan berdasarkan
lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan, misalnya seratus jam sekali, dan
seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari routine maintenance
(Assauri, 2004)

2. Pemeliharaan Korektif (corrective maintenance)


Menurut Prawirosentono (2000 ), pemeliharaan korektif ( corrective maintenance
adalah peralatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk yang tidak sesuai
dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar fasilitas/ peralatan tersebut dapat
digunakan kembali dalam operasi, sehingga proses produksi dapat berjalan lancer
kembali. Sedikit berbeda dengan pendapat sebelumnya, selain preventive maintenance
dan corrective maintenance, Patton ( 1983 ) menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi,
yaitu “ pemeliharaan kemajuan “ ( Improvement maintenance ), yang berfungsi untuk
memodifikasi, mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan.
Disamping pemeliharaan terencana ( planned maintenance ) yang telah dijelaskan
sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terencana (unplanned maintenance ).
Pemeliharaan tidak terencana didefinisikan sebagai pemeliharaan yang dilakukan
karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa adanya tahap kegiatan proses produksi
yang tiba-tiba memberikan hasil yang tidak layak. Pelaksanaan pemeliharaan tak
terencana ini dapat berupa pemeliharaan darurat ( emergency maintenance ) yaitu
kegiatan perawatan mesin yang memerlukan penanggulangan yang bersifat darurat agar
tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah.( Prawirosentono,2000).

D. Organisasi Pemeliharaan
Menurut Taylor dalam Suharto ( 1991 ), organisasi adalah pengintegrasian sumber-
sumber , seperti persoalan tekhnik, kondisi alam, serta keterlibatan personal. Untuk
mendukung aktivitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya guna, maka keberadaan
suatu organisasi perawatan mesin cukup dibutuhkan. Pada dasarnya organisasi
perawatan mesin yang baik ialah bila tetap memperhatikan problem-problem setempat
dengan memperhatikan jenis operasi, kontinuitas operasi, situasi geografis, ukuran
pabrik, lingkup perawatan mesin dan kondisi tenaga kerja.
Konsep organisasi yang baik harus didasari beberapa pemikiran yang dimaksud berupa
adanya deskripsi kerja yang jelas dan tidak tumpang tindih untuk menghindari konflik,
konsistensi kekuasaan, membatasi jumlah orang dalam kepegawaian, serta kejelasan
individu yang terlibat dalam suatu organisasi ( Suharto,1991 )
1. Struktur Organisasi
Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian organisasi. Struktur merupakan
susunan subsistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi pada suatu waktu . dapat
dikatakan bahwa struktur organisasi itu sifat relative stabil, statis, berubah lambat, dan
memerlukan waktu untuk penyesuaian – penyesuaian ( Reksohadiprodjo,1993).
Pada suatu perusahaan, struktur organisasi yang dipakai sangat dipengaruhi oleh besar
kecilnya perusahan. Perkembangan suatu perusahaan akan merubah struktur organisasi
untuk menampung perubahan yang diperlukan oleh manajemen. Dilapangan , salah satu
yang diambil agar bagian perawatan dapat berfungsi dengan baik dipengaruhi oleh
diagram susunan organisasi. Diagram ini penting untuk dipublikasikan kepada seluruh
karyawan dalam lingkup kerjanya dengan tidak mengabaikan rasa tanggung jawab serta
kerja sama yang kompak dari semua personel yang terlibat di dalam diagram tersebut,
sehingga semakin jelas kepada siapa seorang pegawai harus bertanggung jawab,
menanyakan haknya, dan lain-lain. ( Suharto, 1991 ).
Selanjutnya persentase karyawan pemeliharaan terhadap keseluruhan karyawan
tergantung pada jenis industri dan apakah jenis industri tersebut bersifat padat karya
atau padat modal. Dalam industri padat karya , angka ini hanyalah 2 persen, sedangkan
industri padat modal jumlahnya dapat mencapai 50 % ( Corder,1992 ).

2. Tipe Organisasi
Siagian ( 1998 ) memaparkan bahwa ada lima tipe organisasi yang umum dikenal yaitu ,
organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi fungsional, organisasi matriks, dan
kepanitiaan.
1. Organisasi lini
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe organisasi ini digunakan untuk organisasi yang
masih kecil dengan jumlah karywan yang sedikit dan produk dihasilkan tidak bervariasi.
Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari para anggotanya dalam rangka
penyelesaian tugas pekerjaan belum spesifik serta masih dimungkinkan hubungan
langsung antara pimpinan dengan bawahannya.
2. organisasi lini dan staf
organisasi tipe ini sering disebut pula dikenal dengan istilah birokrasi mesin. Tipe ini
cocok digunakan oleh organisasi besar yang memiliki jumlah karyawan banyak dengan
produk yang dihasilkan bervariasi dimana para anggota oraganisasi sudah
dituntutmemiliki pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik. Pada tipe lini dan staf
ini telah terdapat stratifikasi dalam hubungan atasan dan bawahan.

3. Organisasi Fungsional
Nama lain untuk tipe ini adalah birokrasi professional atau teknokrasi. Penyebab
timbulnya tipe ini adalah karena tuntutan tugas yang semakin spesialistik yang pada
gilirannya memerlukan tenaga pelaksana yang memahami segi teknologikal
penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Cirri utama organisasi
funsional adalah kompleksitas yang tinggi disertai oleh standarisasi pekerjaan dengan
pola penyebaran ( desentralisasi ) dalam pengambilan keputusan. Kekuatan tipe ini
terletak pada tersedianya tenaga-tenaga berkemampuan teknologikal tinggi dalam
pelaksanaan tugas berkat pendidikan dan pelatihan yang telah ditempuh dan
memungkinkan mereka menampilkan kinerja yang memuaskan asal diberi kebebasan
untuk bertindak.

4. Organisasi Matriks
Organisasi tipe matriks ini merupakan penggabungan fungsi dan produk suatu
organisasi. Keunggulan tipe ini adalah : 1) penempatan tenaga yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik dalam suatu unit kerja, 2)
dimungkinkannya pemanfaatan bidang-bidang spesialisasi tertentu untuk kepentingan
lintas produk, 3) mudah untuk melakuakn koordinasi untuk kegiatan yang bersifat
kompleks dan interdependen, dan 4) komunikasi yang lebih lancar.

5. Kepanitiaan atau adhokrasi


Biasanya digunakan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Cirri utamanya adalah 1)
struktur panitia tidak kompleks, 2) formalisasi rendah atau bahkan tidak ada, 3) pola
pengambilan keputusan adalah desentralisasi, 4) diferensiasi horizontal tinggi, 5) tidak
terdapat diferensiasi vertical, 6) daya tangkap yang tinggi, dan 7) diisi oleh tenaga-
tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus.

E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan


Menurut Assauri ( 2004 ), semua tugas dan kegiatanpemeliharaan dapat digolongkan
kedalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu (1) inpeksi (inspection ), (2) kegiatan
teknik ( enginerring ), (3) kegiatan produksi ( production ), (4) kegiatan administrasi
(clerical work ), (5) pemeliharaan bangunan ( house keeping ).
1. Inpeksi ( inspection )
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan secara berkala (
routine schedule check ) bangunan dan peralatan pabrik sesuai dengan rencana serta
kegiatan pengecekkan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan
dan membuat laporan hasil pengecekan dan pemeriksaan tersebut. Hasil laporan inpeksi
harus memuat keadaan peralatan yang diinspeksi, sebab terjadinya kerusakan ( bila ada
), usaha perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan atau penggantian yang
diperlukan. Maksud dari kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah pabrik
selalu mempunyai peralatan/ fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran
proses produksi.

2. Kegiatan teknik ( enginerring )


Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli, pengembangan
peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakuakan penelitian terhadap
kemungkinan pengembangan tersebut.

3. kegiatan produksi ( production )


kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan
pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksanakan service
dan pelumasan. Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar kegiatan produksi dalam
pabrik dapat berjalan lancar sesuai rencana.

4. kegiatan administrasi ( clerical work )


pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi
kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan mengenai kegiatan atau
kejadian-kejadian yang terpenting dari bagian pemeliharaan.
5. pemeliharaan bangunan ( house keeping )
kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan
tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.

F. Prosedur Pemeliharaan
Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap asset atau fasilitas yang digunakan dalam
produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana akan hal-hal atau kegiatan
apa saja yanga akan dilakukan terhadap mesin tertentu.

Corder ( 1992 )memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melakukan kegiatan
pemeliharaan, anatara lain :
1. menentukan apa yang dipelihara. Hal ini meliputi pembuatan daftar sarana,
penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan asset
fisik yang memerlukan pemeliharaan dan merupakan salah satunya alas an yang bisa
dipertanggungjawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2. menetukan bagaiman asset atau sarana tersebut dapat dipelihara. Membuat jadwal
pemeliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah ditentukan. System ini dapat
dimulai dengan melakukan pemeliharan terencana bagi beberapa mesin “kunci” dan
kemudian diikuti oleh mesin lain sampai tercapai tingkat pemeliharaan ekonomis yang
optimum.
3. Setelah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya adalah menyusun
spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal pemeliharaan. Spesifikasi ini disiapkan
terpisah untuk masing-masing kegiatan dan frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama-sama dengan bagian
produksi, biasanay dengan seksi perencanaan dan kemajuan produksi. Pengaturan dan
pemberhentian pabrik untuk pemeriksaan pemeliharaan pencegahan terencana dan
reparasi adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blanko laporan pemeriksaan yang dikutkan bersama spesifikasi
pekerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai, blanko ini dikembalikan ke
kantor perencana pemeriksaan.

Untuk memudahkan pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenance yang


dilakukan berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan ( Maintenance Work Order
System ), Sistem Daftar Pengecekkan ( Check List System ), dan rencana triwulan. Work
Order System yaitu kegiatan maintenance yang dilaksanakn berdasrakan pesanan dari
bagian produksi maupun bagian-bagian lain. Check List Sytem merupakan dasar atau
schedule yang telah dibuat untuk melakuakn kegiatan maintenance dengan cara
pemeriksaan terhadap mesin berkala. Rencan kegiatan maintenance per triwulan
dilaksanakn berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatan-catatan sejarah mesin,
yaitu kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki ( Prawirosentono, 2000).

G. Biaya Pemeliharaan
Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya. Umur pabrik,
keterampilan para operatorrnya,perlunya terus menjalankan pabrik tersebut memiliki
peranan yang besar dalam menentukan pentingnya perawatan dan biaya yang dapat
dibenarkan. (Walley,1987).
Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari kegiatan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan komponen-
komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan
tersebut. Biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila peralatan
rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu produksi, biaya
pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya penggantian peralatan (Handoko,1987).

H. Produktivitas dan Efesiensi Pemeliharaan


Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000) menyebutkan
bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya
digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk dapat mewujudkan hasil-hasil
tertentu yang diinginkan. Produktivitas dapat dijabarkan sebagai hasil penjumlahan
atau merupakan fungsi dari efektivitas dan efesiensi.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat
dicapai, sedangkan efesiensi menggambarkan bagaimana sumber-sumber daya dikelola
secara cepat dan benar. Efektivitas dan efesiensi yang tinggi akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto,2000).
Dalam mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas produksi secara
optimum, maka prawirosentono (2000) membagi kegiatan maintenance menjadi lima
kelompok pokok yaitu, : 1) pemeliharaan mesin (mechanical maintenance), 2)
pemeliharaan jaringan listrik (electrical maintenance), 3) pemeliharaan instrumen
(instrument maintenance), 4) perawatan pembangkit listrik (electrical power
maintenance), 5) bengkel pemeliharaan (workshop).
Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efesiensi secara sederhana berarti
menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efesiensi mesin merupakan rasio antara
keluaran actual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif adalah keluaran maksimum yang
dapat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang antara lain dipengaruhi oleh
penjadwalan produksi, perawatan mesin, factor kualitas, dan waktu istirahat operator.
Keluaran actual adalah laju keluaran yang benar-benar dicapai. Laju keluaran ini
dipengaruhi kerusakan mesin, adanya produk cacat dan kekurangan bahan baku
(Stevenson, 1996 dalam Fachrurrozi,2002).
Masalah efesiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada aspek
ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan alternatif tindakan
yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan analisis perbandingan biaya antara
masing-masing alternative tindakan yang dapat diambil ( Assauri,2004).
REFERENSI

Assauri, s . 2004. Manajemen Produksi dan Operasi . Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta.
Atmosoeprapto, K . 2001. Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
Corder, A. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi di Industri
Pengolahan Kayu PT. Inhutani Administratur Industri Bekasi, Jawa Barat. Bogor.
Skiripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Handoko, T.H. 1989. Manajemen. Edisi Kedua. BPFE – Yogyakarta. Yogyakarta.
Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Mananjemen. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Patton, J.D. 1983. Preventive Maintenance. Instrument Society America. Publisher
Creative Services Inc. New York.
Prawirisentono, S. 2000. Manjemen Operasi ; Analis Studi Kasus. Edisi Kedua. Bumi
Aksara. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1993. Manajemen Perusahaan ; Suatu Pengantar . BPFE-
Yogyakarta. Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S. dan I. Gitosudarmo. 1992. Manajemen Produksi. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Siagian, S.P.1998. Manajemen Abad 21. Bumi Aksara. Jakarta.
Suharto. 1991. Manajemen Perawatan Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
The American Management Association, Inc. 1971. Modern Maintenance Management.
Bombay.
Walley, B. H. 1987. Manajemen Produksi ; Pedoman Menghadapi Tantangan
Meningkatkan Produktivitas. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
WWW.GOOGLE.COM

Anda mungkin juga menyukai