Anda di halaman 1dari 45

8

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Industri
a. Pengertian Industri
“Industri merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang
dengan menggunakan sarana dan prasarana”. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,2007:431). Menurut UU No. 5 tahun 1984 tentang
perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan / atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebuh tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri Pujoalwanto (2014:214).
Definisi lain mengenai industri dijelaskan oleh BPS ( Badan Pusat
Statistik) suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi
barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada
pemakai akhir, termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan
pekerjaan perakitan.
Berdasarkan sudut pandang geografi dalam industri sebagai suatu
sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia.
Subsistem fisis yang mengandung pertumbuhan dan perkembangan
industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan
baku, sumber daya energi, iklim dengan segala macam proses
alamiahnya. Subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan industri meliputi komponen-komponen tenaga kerja,
kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah,
transportasi, dan komunikasi, konsumen dan pasar.
9

Berdasarkan semua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa pada dasarnya industri merupakan bagian dari proses produksi
yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah
jadi, sehingga menjadi barang yang memiliki kegunaan dan nilai tambah
untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
b. Klasifikasi Industri
Menurut Pujoalwanto (2014:215), untuk mengetahui macam-
macam industri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang,
pengelompokan industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian.
1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku
Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a) Industri ekstraktif, yaitu yang bahan bakunya diperoleh langsung
dari alam. Misalnya industri hasil perikanan, industri, hasil
kehutanan, industri hasil pertanian.
b) Industri non ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut
hasil industri lain. Misalnya industri kayu lapis, industri kain.
c) Industri fasilitatif atau disebut juga industri tersier yang kegiatan
industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan
orang lain. Misalnya perbangkan, perdagangan, angkutan dan
pariwisata
2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat
dibedakan menjadi:
Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan
tenaga kerja kurang dari empat orang. Industri rumah tangga batu bata
memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri. Pemilik atau
pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau
anggota keluarganya atau masih ada hubungan saudara. Misalnya
industri kerajinan, industri bahan bangunan sederhana, industri
10

makanan ringan. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya


berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah
memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar.
a) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki
modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki ketrampilan
tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan
manajerial tertentu. Misalnya industri konveksi, industri border,
dan industri keramik.
b) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih
dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar
yang dihimpun secara secara kolektif dalam bentuk pemilikan
saham, tenaga kerja harus memiliki ketrampilan khusus, dan
pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan
kelayakan, misalnya industri tekstil, industri mobil, industri besi
baja.
3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau
benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan
secara langsung. Misalnya industri anyaman, industri konveksi,
industri makanan dan minuman.
b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum
dinikmati atau digunakan. Misalnya industri permintalan
benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil.
c) Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang
atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara
11

langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa


layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan
masyarakat.
4. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha
Keberadaan suatu industri menentukan sasaran atau tujuan kegiatan
industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat
dibedakan menjadi:
a) Industri berorientasi pada pasar, yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah persebaran konsumen. Industri berorientasi
pada tenaga kerja, yaitu industri yang didirikan mendekati
daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki
banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
b) Industri berorientasi pada pengolahan, yakni industri yang
didirikan dekat atau ditempat pengolahan.
c) Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang
didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya industri
batu bata berdekatan dengan bahan baku tanah liat, industri
konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri
pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, industri
gula berdekatan lahan tebu.
5. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi. Berdasarkan proses
produksinya industri dibedakan menjadi:
a) Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Misalnya industri kayu lapis, industri alumunium, industri
permintalan, dan industri baja.
b) Industri Hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi
menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat
langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya industri
12

pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif dan industri


mebel.
6. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan.
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a) Industri besar, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin
atau alat produksi lainnya. Misalnya industri alat-alat berat,
industri mesin, dan industri percetakan
b) Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap
pakai untuk dikonsumsi. Misalnya industri obat-obatan, industri
makanan dan industri minuman.
Menurut Departemen Perindustrian Arsyad (2010:454),
industri nasional di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu:
1. Industri Dasar
Meliputi kelompok industri mesin dan logam (IMDL) dan
kelompok industri kimia dasar (IKD). IMLD meliputi: industri
mesin pertanian, elektonik, kereta api, pesawat terbang, kendaraan
bermotor, besi baja, alumunium, tembaga, dan sebagainya. Yang
termasuk dalam IKD, yaitu industri pengolahan kayu dan karet
alam, industri pestisida, industri pupuk, industri semen, industri
batubara, industri silikat, dan sebagainya. Ditinjau dari misinya,
industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat
modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan
tidak padat karya, namun dapat mendorong terciptanya lapangan
kerja baru secara sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan
kegiatan ekonomi lainnya.
2. Industri kecil
Meliputi industri langsung, yaitu: industri pangan
(makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil,
13

pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan
bangunan ( industri kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang
karet, plastic dan lain-lain), industrigalian bukan logam, dan
industri logam ( mesin- mesin) listrik, alat-alat ilmu pengetahuan,
barang dari logam, dan sebagainya) Kelompok industri kecil ini
mempunyai misi untuk melaksanakan pemerataan teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah dan sederhana, dan padat
karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat
menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah
dengan memanfaatkan pasar dalam negri dan pasar luar negri
(ekspor)
3. Industri hilir
Melompok aneka industri atau (AI) yang meliputi, yaitu :
industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang
mengolah hasil tambang, industri yang mengolah sumber daya
pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini
mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal, dan
teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan
teknologi maju
Menurut Dianjung (1984:171), tenaga kerja yang digunakan
dalam industri rumah tangga merupakan tenaga kerja yang terbagi
dalam: 1) buruh harian tetap, yaitu buruh yang telah mempunyai
keahlian dalam pembuatan batu bata, serta pekerjaannya telah menetap
pada satu pemilih usaha batu bata, 2) buruh borongan tetap, yaitu buruh
yang mempunyai ketrampilan cukup ahli dalam pembuatan batu bata,
serta menetap pada satu pemilik usaha batu bata. 3) buruh borongan,
yaitu buruh yang mempunyai ketrampilan tertentu dalam bidang
pekerjaan batu bata.
14

c. Teori Lokasi Industri


Lokasi merupakan letak suatu tempat diatas permukaan bumi.
Lokasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
usaha. Faktor-faktor yang ikut menentukan berdirinya industri di suatu
wilayah yaitu faktor ekonomis, historis, manusia, politis dan
geografis.
Teori lokasi adalah ilmu yang mempelajari tata ruang (spatial
order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi
geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya
dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam
usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Teori lokasi
membantu memecahkan masalah penentuan lokasi, khususnya industri
maupun kepentingan lain. Menurut ahli ekonomi regional/geographer
dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan terlebih dahulu membuat
asumsi bahwa ruang yang dianalisi adalah datar dan kondisinya di
semua arah adalah sama.
Kegunaan teori lokasi adalah untuk mendapatkan perusahaan
atau lokasi ekonomis yang baik. Beberapa teori lokasi yang
berkembang diantaranya 1) Teori lokasi industri dari Weber (least
cost location), 2) Teori lokasi optimal dari losch, 3) Teori lokasi
memaksimumkan laba.
1). Teori Lokasi Industri Dari Weber (Least Cost Location)
Teori lokasi pertama dikemukakan oleh Alfred Weber.
Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada
total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan
keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi
dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat
keuntungan yang maksimum Tarigan (2012:96).
15

Dalam perumusan modelnya, Weber bertitik tolak pada


asumsi bahwa:
1. Unit telaah adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang
homogen konsumen yang terkonsentrasi pada beberapa pusat,
dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna.
2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu bara
tersedia di mana-mana (ubiquitous) dengan jumlah yang
memadai.
3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang
tersedia secara (sporadic) dan hanya terjangkau pada beberapa
tempat terbatas.
4. Tenaga kerja tidak (ubiquitous) tidak menyebar secara merata
tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas
yang terbatas.
Berdasarkan asumsi diatas biaya transportasi dan biaya
upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara
fundamental menentukan pola lokasi dalam kerangka geografis.
Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor pertama
dalam menentukan lokasi sedangkan kedua faktor lainnya
merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Titik terendah
biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum
untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi.
Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat
lokasional adalah berat total barang berupa input yang harus
diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan
output ditambah berat output yang akan dibawa kepasar. Ada
kemungkinan sumber berbagai barang baku dan pasar berada pada
arah yang berbeda. dalam hal ini, lokasi biaya transportasi
termurah adalah pada pertemuan dari berbagai arah tersebut.
Weber memberikan konsep yang dinyatakan sebagai segitiga lokasi
atau locational triangle
16

Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau


locational triangle seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar : locational triangle dari Weber
X
P

T
b c
M1 M2
Z

Sumber: Tarigan, (2012:97)


Keterangan:
T = Lokasi optimum
M1 dan M2 = Sumber bahan baku
P = Pasar
X,Y,Z = Bobot input dan output
A, b, c = Jarak lokasi inputdan output
Pada gambar tersebut lokasi bahan baku terletak di M1 dan
M2 dan pasar berada pada arah yang lain. Dengan demikian
terdapat tiga arah lokasi sehingga ongkos angkutan termurah
adalah pada pertemuan dari tiga arah tersebut. Weber merumuskan
indeks material (IM) sebagai berikut.

IM =

Apabila IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat dengan


bahan baku dan apabila IM < 1, perusahaan akan berlokasi dekat
pasar. Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat
mempengaruhi lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila
penghematan biaya tenga kerja per unit produksi lebih besar
daripada tambahan biaya transportasi per unit produksi yang dapat
mendorong berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenaga kerja.
17

2). Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch


August Losch menerbitkan sebuah buku yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa ingris dengan judul The Economic of
Location. Apabila Weber melihat persoalan dari sisi produksi maka
losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch
mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap
jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Produsen harus memilih
lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan
penerimaan terbesar. Losch cenderung menyarankan agar lokasi
produksi berada di pasar. Banyaknya pemerintah kota yang
melarang industri berada di dalam kota, dengan demikian, lokasi
produksi harus berada di pinggir kota atau di luar kota tetapi
dengan membuat kantor pemasaran di dalam kota. Dalam arti kata
memanfaatkan ruang (range) atau wilayah pengaruh dari kota
tersebut. Perkembangan wilayah pasar dapat dilihat pada gambar
2.2 di bawah ini :
Gambar 2.2 Perkembangan Wilayah Pasar

a) b) c)
Sumber: Djoldjoeni, (1992:79)
a) Pusat-pusat wilayah perdagangan berbentuk lingkaran terletak
di titik-titik produksi
b) Wilyah- wilayah perdagangan diperluas; yang berwarna gelap
itu wilayah yang tidak dilayani
c) Heksagonal-heksagonal itu mencerminkan bentuk wilayah
perdagangan yang paling efisien
18

Setiap pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai


wilayah pasaran seluas-luasnya. Jika wilayah pasaran akan
bertindih dengan wilayah pasaran milik pabrik lain yang
menghasilkan barang yang sama, karena itu akan mengurangi
pendapatannya. Sebagai akibat dari pemikiran itu di dalam wilayah
datar itu akan tersebar pabrik-pabrik secara merata dan saling
bersambungan, dan terbentuk suatu heksagonal.
Pada skala yang lebih besar, pabrik-pabrik dalam diagram
masing-masing memiliki suatu hinterland yang heksagonal
bentuknya. Sudah semestinya bahwa kemudian tiap produk akan
memiliki permintaannya sendiri. Jadi berlainan pabrik, berlainan
pula luas wilayah pasarannya karena mengikuti kelainan kompleks
industrinya.
3). Teori Lokasi Memaksimumkan Laba
Teori Weber hanya melihat sisi produksi, hanya melihat
lokasi yang memberikan ongkos terkecil sedangkan sedangkan
teori Losch hanya melihat sisi permintaan, melihat pada penjualan
maksimal yang dapat diperoleh. Kedua pandangan itu perlu
digabungkan, yaitu dengan mencari lokasi yang memberikan
keuntungan maksimal setelah memperhatikan lokasi yang
menghasilkan ongkos terkecil dan lokasi yang memberikan
penerimaan terbesar.
Dengan mengintroduksi konsep average cost (biaya rata-
rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata). Dengan asumsi
jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva average cost
(per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Disisi lain dapat
pula dibuat kurva average revenue yang terkait dengan lokasi.
Kemudian kedua kurva itu digabungkan dan di mana terdapat
selisih average renever dikurangi average cost adalah tertinggi,
itulah lokasi yang memberikan keuntungan optimal. Hal ini dapat
dijelaskan pada gambar 2.3 berikut ini:
19

Gambar 2.3 Lokasi Yang Memberikan Keuntungan


Maksimal

AC

AR

A B C
Sumber: Tarigan, (2012:102)
Keterangan:
AC : Average Cost (biaya rata-rata)
AR : Average Renever (penerimaan rata-rata)

Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan


C dan yang optimal adalah pada titik B . Lebih kiri dari titik A atau
lebih ke kanan dari titik C perusahaan akan menderita kerugian. Di
antara pasangan tersebut kita dapat memilih selisih positif terbesar
apabila average revenue dikurangi average cost
Smith (1956) dalam Djaljoeni (1992:20), telah
membuktikan hipotesis bahwa industri-industri yang lose weight
(barang jadinya berbobot lebih ringan daripada bahan mentahnya
dalam proses fabrikasinya), akan berlokasi mendekati sumberdaya
bahan mentah dah ini hanyalah benar di Inggris. Telaah lainnya
memusatkan dari pada perkembangan industri tunggal dan
keseimbangan medan lokasinya yang berubah
Dari berbagai pandangan yang dikemukakan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecuali untuk kegiatan yang memang
harus berada pada lokasi bahan baku (pertambangan dan pertanian)
maka kegiatan industri sebaiknya memperhatikan lokasi yang dekat
dengan pasar, namun akses untuk mendapatkan bahan baku juga
cukup lancar.
20

Menurut Perroux dalam Arsyad ( 2010: 444), jika ditinjau dari aspek
lokasi, pembangunan ekonomi daerah seringkali tidak merata dan
cenderung terjadi proses aglomerasi (pemusatan) pada daerah-daerah pusat
pertumbuhan.
Dalam hubungannya dengan pasar, maka industri dapat dibedakan
ke dalam tiga golongan, yaitu :
1) Industri yang dekat dengan bahan baku (resources-based
industry), misalnya industri makanan dan jenis-jenis industri yang
mengolah hasil pertanian. Dalam hal ini, menarik tidaknya suatu
daerah ditentukan oleh ketersediaan bahan mentah yang
dibutuhkan industri di daerah tersebut.
2) Industri yang dekat dengan pasar produksi (market oriented
industry). Dalam hal ini, kedekatan secara geografis dengan pasar
merupakan sesuatu hal yang menarik bagi industri. Industri yang
termasuk dalam golongan ini yaitu terdiri dari industri bahan
makanan yang tidak tahan lama dan industri jasa.
3) Industri yang letaknya netral terhadap pasar maupun terhadap
bahan mentah (foot – loose industry), umumnya terdiri dari
industry pengolahan dimana efisiensinya tidak tergantung pada
berbagai fasilitas yang terdapat di daerah tersebut seperti
kebiasaan bergerak dan sebagainya.
d. Faktor – Faktor Produksi Industri
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi berdirinya industri
antaranya faktor. Menurut Mubyarto (2000:115), modal diperlukan
untuk membeli bahan baku, alat-alat produksi, bahan bakar,
pembayaran tenaga kerja, transportasi. Menurut Robinson (1979)
dalam Daldjoeni (1992:58), faktor-faktor yang mempengaruhi
berdirinya sebuah industri disuatu wilayah diantaranya adalah: bahan
baku, tenaga kerja, sumberdaya tenaga, pemasaran, suplai air dan
transportasi. Jadi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
berdirinay suatu industri di suatu wilayah antara lain: 1) Modal, 2)
21

Bahan baku, 3) Tenaga tenaga, 4) Sumberdaya tenaga, 5) Pemasaran,


6) Suplay air, dan 7) transportasi.
Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1). Modal
Modal adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan didalam
sebuah perusahaan salah satu yang utama didalam perusahaan.
Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan
kedalam suatu usaha atau badan usaha yang digunakan untuk
pondasi dalam menjalankan apa yang diinginkan, yang dimana
modal tersebut adalah dapat berupa modal yang langsung dapat
digunakan, modal tidak langsung, dan juga dari eksternal atau
internal perusahaan. Modal internal perusahaan segala sesuatu
yang ditanamkan oleh perusahaan yang dimana untuk
menghasilkan sesuatu pendapatan yang persenannya
berdasarkan besarnya modal yang ditentukan oleh perusahaan.
Modal eksternal yaitu segala modal yang dimiliki perusahaan
dan besarnya modal juga ditentukan oleh perusahaan yang
didapat dari persetujuan pasar modal.
Menurut Mubyarto (2000:115), modal adalah barang
atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi lainnya
digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, dalam hal
ini adalah hasil produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
a) Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam
satu kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah,
bangunan dan mesin-mesin yang digunakan
b) Modal bergerak (modal variabel), biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali
proses produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang
22

dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan


penunjang produksi.

Mulyadi (2003:197), modal usaha industri rumah tangga


kebanyakan berasal dari keuangan pribadi yang menyebabkan
modalnya terbatas. Dengan modal yang terbatas industri rumah tangga
sulit untuk berkembang menjadi yang lebih besar dan bersaing dipasar
bebas dengan modal yang terbatas industri rumah tangga batu bata
juga kesulitan dalam alih teknologi karena keterbatasan untuk
membeli peralatan untuk menunjang peningkatan produksi batu bata.
Modal yang terbatas ini dapat dilihat dari modal yang digunakan
untuk sekali produksi saja, jika tidak laku tidak melakukan produksi
lagi atau membuat stok batu bata lagi.
2) Bahan Baku
Menurut Daldjoeni (1992:59), selain lokasi, industri juga
terkait dengan bahan baku, bahan baku merupakan bahan utama dalam
proses produksi sangat berguna untuk pembuatan suatu barang.
misalnya untuk industri rumah tangga batu bata membutuhkan bahan
baku berupa lempung, tanah lempung yang digunakan harus
memenuhi sifat plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk,
lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan
batu bata pecah saat dibakar. Menurut Shalahuddin (2010:135),
lempung untuk bahan baku pembuatan batu bata harus mempunyai
tingkat pelastisan plastis dan agak plastis, dari indeks keplastisannya
lempung untuk batu bata mempunyai tingkat keplastisan 25%-30%.
Menurut Kuncoro (2004: 213), industri pedesaan di Indonesia
pada umumnya merupakan industri yang dominan, baik dilihat dari
jumlah unit usaha, tenaga kerja yang terserap, nilai ekspor, maupun
potensinya mengingat bahan baku yang masih cukup melimpah.
23

3). Tenaga Kerja


Tenaga kerja ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat
ikut serta dalam proses ekonomi. Suplay tenaga kerja menyangkut dua
segi: kuantitatif, artinya banyaknya orang yang direkrut dan kualitatif
yaitu berdasarkan ketrampilan tekniknya. Tambunan (2012:34), kunci
keberhasilan dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM) yaitu pada
karakteristik biaya produksi yang rendah, rendahnya biaya produksi
disebabkan oleh pemakai para anggota keluarga sebagai pekerja tidak
dibayar.
Menurut Adam Smith tiga alasan pembagian kerja dan
spesialisasi yang baik akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja
diantaranya yaitu:
1) Pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan memaksa
setiap setiap tenaga kerja untuk lebih berkonsentrasi pada
bidagnya dan melalui proses learning by doing pada akhirnya
kemahiran (expertise) pada bidang tersebut akan tercipta
sehingga pada akhirnya produktivitas akan meningkat. 2)
pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan mengurangi
waktu yang terbuang dalam proses perpindahan dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lainnya sehingga produktivitas juga akan
meningkat. Dan 3) pembagian kerja dan spesialisasi yang naik
akan merangsang diteukannya teknologi baru yang mampu
meningkatkan produktivitas tiap satuan inputnya Arsyad
linkolin (2010:75).

4). Sumberdaya Tenaga


Sumberdaya tenaga ini menyangkut apa yang digunakan pada
saat produksi contoh tenaga air atau pelistrikan untuk menggerakkan
mesin. Dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas
karena mesin dapat berputar dengan menggunakan bahan penggerak.

5). Pasaran/pemasaran

Tujuan dari perindustrian adalah memproduksi barang-barang


untuk dijual dan untuk di pasarkan. Pemasaran tergantung dari dua
hal: luasnya pasaran, artinya: banyaknya penjual belian atau omzet
pasarannya (the possible purchasers) dan di samping itu kuatnya
24

pasaran (the purchasing power of the market) khusus ini tergantung


lagi dari tarif hidup para pelanggannya. Pemasaran merupakan salah
satu konsep marketing yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha. Baik
pengusaha yang masih baru maupun pengusaha yang telah lama
dirintis, baik pengusaha kecil maupun pengusaha yang telah
berkembang sekalipun. Semuanya membutuhkan konsep marketing
yang merupakan kunci dalam mengembangkan usaha yang
dijalankannya.
Strategi pemasaran produk masih menjadi masalah yang
banyak dihadapi oleh usaha kecil yang saat ini banyak bermunculan..
Salah satu cara yang dapat ditempuh pengrajin kecil untuk
mengembangkan usahanya adalah dengan fokus pada strategi
pemasaran yang sederhana. Menurut Wijayanti (2012:59), cara
mengatasi pemasaran dengan anggaran terbatas yaitu:
a) Bekerjasama dengan pengusaha atau rekan kita dengan upaya
pemasangan iklan. Hal ini dapat mengurangi biaya pengeluaran
perusahaan. Karena dengan memasang iklan kepada teman,
lebih cenderung dibuat pembayaran dalam konteks
kekeluargaan. Secara tidak langsung harga pemasangan iklan
dapat relatif lebih murah dibandingkan jika di biro periklanan
pada umumnya.
b) Mencoba mengirimkan penawaran produk kepada pihak-pihak
yang terlibat. Dalam berbinis, media lain yang dapat membantu
strategi pemasaran adalah kontraktor. Dengan cara memberi
potongan harga untuk paket pembelitian tertentu, akan
menambah minat kontraktor untuk memasok batu bata dari
pabrik.
c) Perkenalkan produk dan usaha melalui media gratis. Hal
tersebut akan membantu pengusaha dalam meminimalisir
anggaran pemasaran melalui biro iklan, pamphlet, brosur.
Misalnya saja, promosi melalui jasa internet, sebagai contoh
25

membuat blog untuk produk yang diproduksi. Hal tersebut


mempermudah konsumen tentang produk yang kita tawarkan.
d) Melibatkan lingkungan, dengan melibatkan lingkungan yang
ada disekitar usaha kita, dapat dijadikan sebagai salah satu cara
publikasi gratis kepada masyarakat sekitar. Produksi dapat
dikenal, dinilai dan dipakai.
6). Suplay air.
Industri amat memerlukan persediaan air. misalnya industri batu
bata memerlukan suplai air dalam proses pembuatan batu bata.
7). Fasilitas transportasi.
Transportasi lewat darat, air atau udara amat diperlukan bagi
industri. Ini bertalian dengan dua hal, pertama usaha mendatangkan
bahan mentah dan yang kedua usaha pelemparan produksi ke
pasaran.

e. Faktor Penghambat Keberhasilan Usaha Mikro Kecil


Menengah (UMKM)
Perkembangan usaha rumah tangga, kecil, menengah di negara
sedang berkembang dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-
hambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain, atau
antara perdesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau sesama
perusahaan disektor yang sama. Namun demikian, ada jumlah persoalan
yang umum untuk semua usaha mikro, kecil, menengah di negara
manapun juga, khususnya di dalam kelompok negara sedang
berkembang. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk
keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam
pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya,
keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya,
keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kalitas sumber daya
rendah)
26

Survey Badan Pusat Statistik 2003 dan 2005 terhadap usaha


mikro kecil dan usaha kecil di industri manufaktur menunjukkan
permasalahan-permasalahan klasik kelompok usaha di Indonesia.
Permasalah utama yang dihadapi adalah keterbatasan modal dan
kesulitan pemasaran Tambunan, (2012:52). Dalam hal pemasaran,
usaha mikro, kecil, menengah pada umumnya tidak mempunyai
sumber-sumber daya untuk mencari mengembangkan atau memperluas
pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya mereka sangat tergantung pada
mitra dagang mereka misalnya pengumpul untuk memasarkan produk-
produk mereka, atau tergantung pada konsumen yang datang langsung
ke tempat-tempat produksi mereka.
Bagi masyarakat miskin industri rumah tangga memang sangat
penting sebagai sumber pendapatan utama atau tambahan. Pendapatan/
penghasilan di industri rumah tangga pada umumnya rendah, Data BPS
mengenai industri rumah tangga di Indonesia menunjukkan bahwa
memang memang sebagian besar pengusaha dan pekerjanya di industri
rumah tangga hanya berpendidikan sekolah dasar (SD) Tambunan
(2012: 205).
Menurut Wijayanti (2012:15), dalam menjalankan usaha, kita
tidak lepas dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam kelancaran
usaha, faktor penghambat perlu sekali diperhatikan agar dapat
menyiasatinya, faktor penghambat kelancaran usaha antara lain: a.
modal, b. teknologi yang kurang memadai, c. cuaca yang kurang
mendukung.
27

2. Tenaga Kerja
a. Pengertian dan klasifiasi tenaga kerja
Pasal 1 UU No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok
tenaga kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan
barang-barang / jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut
Ricky dan Ronal (2006:9), orang yang bekerja untuk suatu bisnis
selain disebut sebagai tenaga kerja juga disebut sebagai sumber daya
manusia, tenaga kerja mencangkup konstribusi orang-orang, baik
secara fisik maupun intelektual, saat berlangsungnya proses produksi
di dalam perekonomian.
Menurut Bagoes (2000:225), tenaga kerja ialah besarnya
bagian dari penduduk yang dapat diikut sertakan dalam proses
ekonomi. Pada awalnya banyak indikator yang digunakan untuk
mengukur keterlibatan dalam kegiatan ekonomi, utamanya ekonomi
upah, artinya kegiatan tersebut harus menghasilkan barang dan atau
jasa yang berguna bagi masyarakat. Menurut ILO bahwa seseorang
dapat maupun belum dapat dilibatkan dalam kegiatan ekonomi
didasarkan pada umur dan batasan umur ini diserahkan kepada setiap
negara dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi.
Menurut undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja
yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Bukan
angkatan kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja, meskipun ada permintaan kerja, mereka merupakan
penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun
dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para
pensiunan, para lansia (lanjut usia), dan anak-anak Pujoalwanto (2014:
108).
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa. Tenaga kerja adalah besarnya bagian dari penduduk yang
28

dapat diikut sertakan dalam proses yang mampu melakukan pekerjaan


di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang/jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penduduk usia kerja di
Indonesia adalah penduduk berumur 15 sampai dengan 64 tahun.
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang,
dengan maksut memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak
dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
Menurut Pujoalwanto (2014:108), secara umum tenaga
kerja dapat dipilih berdasarkan batasan kerja dan kualitas:
a. Berdasarkan batas kerja, tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia
produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang
aktif mencari kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang
berumur 15 tahun keatas yang kegiatannya hanya sekolah,
mengurus rumah tangga dan sebagainya. Kategori ini adalah anak
yang sedang menempuh pendidikan, dan ibu rumah tangga.
b. Berdasarkan keahliannya ada tiga kategori tenaga kerja yaitu: 1).
Tenaga kerja terdidik, 2) Tenaga kerja terampil, 3) Tenaga kerja
tidak terdidik.
1. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu
keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara
sekolah atau pendidikan formal dan non-formal.
2. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki
keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalamn
kerja.
3. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja.
29

Penduduk dalam konsep ketenagakerjaan dapat dipetakan


sebagai berikut:
Gambar 2.4 Skema Pengolongan tenaga kerja

Penduduk

Tenaga kerja Bukan tenaga kerja

Pelajar/Mahasisw
Bukan Angkatan a
Angkatan Kerja
Kerja Ibu Rumah Tangga

Penerimaan
Pendapatan Lain
Pekerja Pengangguran
Sumber: Sumanto, (2013:18)

Dalam membahas tenaga kerja tidak lepas dari pengganguran,


tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah
pengangguran.
Edwards dalam Arsyad (2010:359), mengklasifikasikan
pengangguran menjadi lima jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau
bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik), maupun
secara terpaksa (mereka yang mau bekerja namun tidak
memperoleh pekerjaan).
2. Setengah pengganguran (under employment): yaitu mereka yang
bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka
mampu untuk kerjakan.
3. Tampaknya bekerja namun tidak bekerja secara penuh: yaitu
mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan
setengah pengangguran, yang termasuk disini adalah:
30

a. Pengangguran tidak kentara (disguised un employment): yaitu


para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh,
padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu
selama sehari penuh.
b. Pengangguran tersembunyi (hidden un employment): yaitu
orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis
pendidikannya.
c. Pension lebih awal, fenomena ini merupakan kenyataan yang
terus berkembang di kalangan pegawai pemerintah. Beberapa
Negara, usia pension dipermuda sebagai alat untuk
menciptakan peluang bagi kaum muda untuk dapat menduduki
jabatan di atasnya.
4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin
bekerja full time, namun intensitasnya lemah karena kurang gizi
atau penyakitan
5. Tenaga kerja yang tidak produktif: yaitu mereka yang mampu
untuk bekerja secara produktif, namun karena sumberdaya
komplementernya kurang memadai, maka mereka tidak dapat
menghasilkan sesuatu dengan baik
b. Karakteristik Usaha dan Pengusaha
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karakteristik merupakan
pengembangan kata dasar karakter. karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dan orang lain,
sedangkan karakter sendiri adalah cirri-ciri khusus mempunyai sifat khas
sesuai perwatakan.
Karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut:
1. Umumnya sebagai mata pencaharian pokok
2. Umumnya tergolong angkatan kerja produktif
3. Tingkat pendidikan mereka umumnya relatif rendah
4. Sebelum menjadi pekerja industri umumnya petani atau buruh
5. Kebanyakan memakai bahan baku lokal dan uang sendiri
31

6. Dijalankan oleh pemilik tidak menerapkan pembagian tenaga kerja


7. Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan
rendah.
Menurut Tambunan (2012:7), karakteristik pengusaha dapat dilihat
dari umur, jenis kelamin, status pekerjaan dan tingkat pendidikan. Data
tentang umur dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah seseorang
dalam hal ini pengusaha maupun tenaga kerja industri batu bata termasuk
dalam usia produktif atau tidak produktif.
Menurut Pujoalwanto (2014:108), struktur penduduk menurut
umur dikelompokkan sebagai berikut:
a). Umur 0-14 tahun (usia belum produktif)
b). Umur 15-64 tahun (usia produktif atau usia kerja)
c). Umur 65 tahun (usia tidak produktif)
Berdasarkan data BPS untuk tahun yang sama, jumlah umkm
menurut sub- kelompok usaha dan kelompok umur pengusaha dapat dilihat
pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Jumlah UMKM Menurut Sub- Kelompok Usaha dan
Kelompok Umur Pengusaha, Tahun 2006
Kelomok Umur UMI UK UM UMKM
<25 6,21 3,07 1,01 5,22
26-30 11,65 8,33 3,94 10,54
31-35 15,55 13,38 10,09 14,82
36-40 18,12 18,84 14,43 18,22
41-45 16,10 18,30 17,56 16,74
>45 32,36 38,09 52,98 34,46
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
Rata-rata umur 41,23 43,14 46,69 41,90
Sumber : (BPS Tahun 2006)
Keterangan:
UMI = usaha mikro UM = usaha menengah
UK = usaha Kecil UMKM = usaha mikro kecil menengah
32

Tabel 2.1 struktur umur pengusaha UMKM menurut kelompok


umur menunjukkan bahwa lebih dari (34,5 %) pengusaha UMKM berusia
dibawah 25 tahun. Secara rata-rata pengusaha UMKM berusia 49,9 tahun.
Selanjutnya sebagian besar dari jumlah pengusaha dari kategori UMI
berumur diats 45 tahun dengan rata-rata umur 41,2 tahun.
mengidentifikasikan bahwa pengusaha UMK cenderung lebih muda
daripada pengusaha UM. Hal ini terjadi karena UM merupakan suatu
usaha yang memerlukan modal lebih banyak, berpengalaman dan
berwawasan dibandingkan UMK.
Perbedaan antara UMKM dan UB juga bisa dilihat menurut status
pekerjaan di UB tidak ada pekerja yang tidak dibayar, di UMKM, banyak
pekerja yang tak dibayar. Misalnya, untuk tahun 2006, data dari BPS
menunjukkan jumlahnya mencapai 43,7 %. Komposisi tenaga kerja tidak
dibayar memiliki kecenderungan berbanding terbalik dengasn skala usaha,
yang artinya semakin besar skala usaha semakin kecil komposisi tenaga
kerja tanpa upah.
Sebagian besar pengusaha mikro terlibat langsung sebagai tenaga
kerja dalam menjalankan usahanya atau banyak yang melibatkan anggota
keluarganya sebagai tenaga kerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Mulyadi (2003: 85), bahwa menggunakan status pekerjaan utama untuk
pengelompokan sektor formal dan sektor informal. Mereka yang berusaha
sendiri tanpa dibantu orang lain, berusaha dengan dibantu anggota rumah
tangga, dan pekerjaan keluarga dimasukkan ke dalam sektor informal.
Mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan berusaha dengan
dibantu buruh tetap dimasukkan ke dalam sektor formal.
Perbedaan jenis kelamin antara UB dan UMKM menyangkut
pengusahanya. Berdasarkan data BPS tercatat hampir 29 persen pada
tahun 2006. UMK, yang sebagian besar terdapat di sektor informal , peran
wanita pengusaha lebih besar. Di UM Tingkat partisipasi wanita sebagai
pengusaha hanya sekitar 16,25%, sedangkan di UM dan UK, masing-
masing 31,9 dan 22,67%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya
33

korelasi positif antara tingkat partisipasi wanita sebagai pengusaha dan


skala usaha. Ini berarti semakin besar skala usaha semakin sedikit wanita
pengusaha .
Perbedaan antara UB dan UMKM juga dapat dilihat pada tingkat
rata-rata pendidikan formal pengusaha. Di UMI jumlah pengusaha yang
berpendidikan sekolah dasar lebih banyak dibandingkan di UMK struktur
pengusaha menurut pendidikan formal ini memberikan kesan bahwa
semakin besar skala usaha rata-rata pendidikan pengusaha juga semakin
tinggi.
Menurut Imron dan Wibowo (2006:119), karakteristik pengusaha
yang mempengaruhi keberhasilan usaha salah satunya adalah pengalaman
pengusaha (lama usaha). Pengalaman pengusaha sanagat penting karena
dalam setiap mengelola usahanya mereka harus menguasai tata cara
pengelolaan usahanya termasuk pengelolaan pelangan. Berdasarkan uraian
diatas maka karakteristik pengusaha antara lain umur, jenis kelamin, status
pekerjaan dan tingkat pendidikan dan lama usaha
c. Teori Pasar Tenaga Kerja
Dalam teori Keynes, Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan
pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai pandangan klasik dimana para
pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan
berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah
Mulyadi (2003:9). Kaum klasik percaya bahwa dalam keseimbangan
semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh
(fully-employed). Dengan demikian dibawah sistem yang didasarkan pada
mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kesediaan bekerja dengan
tingkat upah lebih rendah akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan
tenaga kerja lebih banyak.
Keynesia berpandangan bahwa tambahan penduduk sekedar
sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga berdampak naiknya daya beli.
Selain itu, dengan adanya kenaikan jumlah penduduk, maka akan diiringi
adanya kemajuan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
34

permintaan tenaga kerja. Secara umum produktivitas penduduk di negara-


negara sedang berkembang adalah rendah, yang berdampak pada
rendahnya produksi juga.
Menurut Keynes peran pemerintah sangat diperlukan dalam
membawa perekonomian kearah yang diinginkan. Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa perekonomian tidak dapat menyesuaikan diri secara cepat
dengan perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain disebabkan
kekakuan harga-harga dan tingkat upah (price and wage rigidity),
informasi yang tidak sempurna dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
menghambat proses mekanisme pasar. Sulitnya proses penyesuaian,
Keynes percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi
keseimbangan tingkat rendah dan untuk membawa perekonomian pada
keseimbangan penuh diperlukan campur tangan pemerintah dalam
perekonomian.
b. Daya Serap Tenaga kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:327), daya serap
adalah kemampuan untuk menyerap. Daya serap tenaga kerja dapat
diartikan kemampuan dalam menyerap tenaga kerja. Daya serap tenaga
kerja adalah kemampuan suatu usaha dalam mempekerjakan sejumlah
tenaga kerja didalam usaha. Berdasarkan pergertian di atas daya serap
tenaga kerja pada industri rumah tangga batu bata adalah kemampuan
dalam menyerap tenaga kerja di sektor industri rumah tangga batu bata.
Menurut Mulyadi (2003:41), daya serap tenaga kerja adalah
kemampuan suatu badan/lembaga dalam menampung dan mempekerjakan
sejumlah tenaga kerja didalamnya. Berdasarkan pergertian di atas daya
serap tenaga kerja pada industri rumah tangga batu bata adalah
kemampuan industri rumah tangga batu bata dalam menyerap tenaga kerja.
Dalam dunia kerja dalam hal penyerapan tenaga kerja setiap sektor
berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerja, misalnya tenaga kerja di
sektor formal. Penyeleksian tenaga kerjanya di butuhkan suatu keahlian
khusus, pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk bias bekerja pada
35

sektor formal. Pergeseran tenaga kerja ke sektor non-pertanian yang tidak


diasadari denagan kekuatan ekonomi modern yang memadai, serta
ketiadaan kompensasi bagi para pengangguran telah memaksa golongan
usia keja untuk bekerja seadannya. Dalam hal ini sektor informal lebih
berperan serta sifatnya lebih efisien dan menguntungkan, selain dapat
menyalurkan tenaga kerja juga dapat menopang kehidupan masyarakat
yang memiliki tingkat konsumsi rendah Mulyadi (2003: 85).
Kegiatan sektor informal yang menonjol biasanya terjadi di
kawasan yang sangat padat penduduknya, dimana pengangguran
(unemployment) maupun pengangguran terselubung (disquised
unemployment) merupakan masalah yang utama. Dengan kenyataan seperti
ini limpahan tenaga kerja tersebut masuk ke dalam sektor informal, tetapi
masih dipandang sebagai penyelesaian sementara karena di dalam sektor
informal sendiri terdapat persoalan yang sangat rumit. Sektor informal
menjadi penyangga dari transformasi struktur ketenagakerjaan yang
unbalance. Ketika disadari bahwa sektor informal mampu memberikan
konstribusi yang berarti, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun
kapasitas out put nya, maka cara pandang terhadap sektor ini mulai diubah.
Sektor informal bukan lagi hanya sebagai tempat penampungan, tetapi
juga menjadi alternatif komplementer terhadap sektor formal. .
Perekonomian di sektor informal relatif dapat lebih mandiri.
Karena pertumbuhan di sektor formal secara langsung memperbaiki
kesejahteraan golongan ekonomi lemah, maka kemajuan dalam sektor
informal sekaligus menaikkan pendapatan nasional (meskipun tidak
banyak), dan memperbaiki distribusi pendapatan. Bila di sektor formal
kurangnya permintaan dapat menyebabkan kelesuan perekonomian, di
sektor informal permintaan akan selalu kuat, sebab barang dan jasa yang
dihasilkan di sektor ini merupakan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat sehari-hari.
Industri rumah tangga memiliki konstribusi yang cukup besar
dalam industri manufaktur dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan daya
36

serap tenaga kerja, pada tahun 1990, dari total unit usaha manufaktur di
Indonesia sebanyak 1,524 juta, ternyata 99,2% merupakan unit usaha
rumah tangga. Industri kecil rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja
kurang dari 20 orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar
67,3% dari total kesempatan kerja. Sumbangan nilai output industri kecil
rumah tangga terhadap industri manufaktur hanya sebesar 17,8%.
Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada industri rumah tangga
memperlihatkan betapa pentingnya peran industri rumah tangga dalam
membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi
pendapatan.
Data berdasarkan Sensus Ekonomi (1996 dan 2006), menunjukkan
sekitar 99% jenis usaha bisnis di Indonesia tergolong sebagai industri kecil
rumah tangga. selain dominasi dalam jumlah unit usaha, ternyata tenaga
kerja yang diserap oleh industri kecil rumah tangga sekitar 59% dari total
tenaga kerja yang diserap untuk sektor industri. Angka ini masih besar
dibanding industri besar dan menengah yang hanya manampung tenaga
kerja sekitar 41% Kuncoro (2010:190).
Menurut Kuncoro (2007: 366), pada tahun 1999 dilihat dari
presentase konstribusi tenaga kerja dan nilai tambah antar propinsi di
Indonesia, Propinsi Jawa Tengah memiliki konstribusi paling besar
dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 26,66% dengan nilai tambah 20,60% dan
pada tahun 2001 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,72% dengan
nilai tambah 21,51
c. Pendapatan
Menurut Longenecker et al (2001: 207), pendapatan merupakan
jumlah yang dihasilkan dari perusahaan selama periode tertentu, sering
kali dalam waktu satu bulan atau tahun. Dalam bentuk dasarnya,
pendapatan merupakan penjualan dikurangi biaya. Melalui pendapatan
diperoleh besar keuntungan bisnis. Pendapatan dimulai dengan penerimaan
penjualan, yang kemudian dikurangi harga pokok penjualan, atau biaya
37

produksi atau biaya perolehan barang atau jasa, untuk menghasilkan laba
kotor. Biaya operasional terdiri dari biaya penjualan dan pemasaran dan
biaya administrasi, dikurangkan dengan laba kotor untuk menentukan laba
operasional (yaitu laba sebelum pajak dan biaya bunga). Pendapatan
perusahaan dipengaruhi semata-mata oleh kegiatan yang terlihat dalam
penjualan barang dan jasa perusahaan, memproduksi atau memperoleh
barang atau jasa dan menjalankan bisnis, yang merupakan biaya
operasional perusahaan.
Menurut Sukirno (2012:383), dalam kegiatan perusahaan,
pendapatan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang
dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembataran
bunga, sewa tanah. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi
dengan biaya-biaya tersebut nilainya adalah positif maka diperoleh
keuntungan. Keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan
yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.
Metode perhitungan pendapatan, menurut Pujoalwanto (2014:81),
metode perhitungan pendapatan sebagai berikut:
a) Pendekatan hasil produksi
Besarnya pendapatan dapat dihitung dengan mengumpulkan data
tentang hasil akhir barang dan jasa untuk suatu unit produksi yang
menghasilkan barang dan jasa.
b) Pendekatan Pendapatan
Pendapatan dapat dihitung dengan mengumpulkan data tentang
pendapatan yang diperoleh oleh suatu rumah tangga.
c) Pendekatan Pengeluaran
Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan seluruh
pengeluaran rumah tangga.

Menurut Dianjung (1984:171), perbedaan jumlah pekerja yang


dilakukan oleh seseorang yang memiliki jenis tenaga kerja yang sama
38

juga menyebabkan perbedaan pendapatan. Beberapa pekerjaan


memberikan kebebasan yang besar pada seseorang untuk memilih
jumlah jam kerja yang akan dikerjakan perhari atau perminggu. Dalam
pekerjaan lain jumlah jam kerja berada di luar pegendalian seseorang.
Sumber yang sama dalam penggunaan yang berbeda, perbedaan umur,
perbedaan daya tahan, perbedaan kelembagaan, kebiasaan dapat
menyebabkan perbedaan jumlah jam kerja dan selanjutnya
mempengaruhi perbedaan pendapatan pemilik sumber.
Terdapat perbedaan harga yang dibayar untuk jasanya dan
perbedaan jumlah jam yang dapat dijual pada umumnya menyebabkan
perbedaan pendapatan. Biasanya terdapat korelasi umur anggota suatu
kelompok dengan pendapatannya. Mutu pekerjaan cenderung
meningkat dengan pengalaman yang diperoleh. Tambunan (2012:54),
peranan industri menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat
(daya beli).
d. Industri Rumah Tangga Batu Bata
Industri rumah tangga mempekerjakan 1-4 orang. Dalam
penelitian ini batu bata yaitu industri kerajinan yang kegiatannya
mengolah tanah menjadi batu bata. Pesatnya kebutuhan akan batu bata,
maka komoditas batu bata menjadi prospek yang bagus sebagai peluang
usaha. Bahan baku pembuatan batu bata cukup mudah didapat yaitu
tanah liat, proses pembuatan batu bata juga relative mudah, biaya
investasipun murah. Bahan baku pembuatan batu bata cukup mudah
didapat, kita hanya perlu tanah liat Wijayanti (2012: 3).
Peluang usaha untuk pembuatan batu bata sangatlah baik, setiap
rumah atau tempat tinggal pada umumnya pembangunan menggunakan
batu bata sebagai bahan dasar. Bangunan-bangunan seperti gedung-
gedung tinggi, pabrik, perumahan, pagar, saluran air dan bahan
bangunan lainnya juga menggunakan batu bata. Pesatnya pembangunan
sektor perumahan dan properti menjadikan kebutuhan terhadap batu
39

bata semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan batu bata


merupakan peluang usaha dalam pengadaan bangunan untuk
mendukung pembangunan sektor tersebut.
Menurut Wijayanti (2012:37), pembuatan batu bata dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara tradisional dan dengan
menggunakan mesin press. Kedua cara tersebut mempunyai perbedaan
baik secara proses pengerjaan dan hasil. Tahapan pembuatan batu bata
sebagai berikut:
a. Peralatan dan Penggalian bahan mentah
Alat yang dibutuhkan dalam pembuatan batu bata juga sangatlah
mudah, alat tersebut antara lain, cangkul, pencetak batu bata, mesin
penggiling batu bata, mesin pembakar atau tungku pembakaran dan
kayu bakar atau batu bara atau sekam padi. Sementara bahan baku
terdiri dari dari tanah liat, air dan abu sisa pembakaran
Jenis tanah yang dipakai umumnya adalah tanah lempung (liat)
tanah bertekstur halus yang biasanya membentuk gumpalan-gumpalan
keras yang kering, tanah ini sulit dilalui air, jika basah liat dan melekat
dijari dipijat membentuk gulungan-gulungan panjang yang fleksibel.
Hal inilah yang membuat tanah liat dijadikan bahan dasar batu bata.
Pengalian bahan dilakukan dengan cara mencangkul tanah sebelumnya
agar gembur dan dapat dengan mudah diolah. Tanah yang digunakan
terdapat pada permukaan tanah sehingga tidak memerlukan biaya besar
untuk penggaliannya. Pengambilan tanah dilakukan pada kedalaman 0,5
samapai 1 meter apabila dalamnya lebih dari 1 meter kualitas tanah
kurang baik. Pada proses pengambilan tanah sebagai bahan utama
pembuatan batu bata membutuhkan sedikitnya 2 tenaga kerja.
b. Proses pengolahan batu bata
Bahan-bahan baku pembuatan batu bata seperti tanah liat yang
masih keras dan abu sekam diaduk menggunakan cangkul dengan
perbandingan 1:4 bagian tanah, campuran bahan tersebut dilumatkan
40

menggunakan air hingga menjadi bahan adukan, kemudian dipadatkan


adukan ke dalam mesin penggiling.
c. Proses pembentukan batu bata
Bahan adonan dicetak dengan menggunakan cetakan dari kayu,
selain dicetak menggunakan kayu, dapat juga menggunakan cetakan
yang berasal dari baja. Untuk mempermudah lepasnya batu yang telah
dicetak, maka bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit dengan
menggunakan ukuran 6 cm x 10 cm x 20 cm. setelah batu bata dicetak,
batu bata tersebut masih basah. Batu bata disusun secara memanjang
dan melebar sesuai tempat yang ada. Sesudah keras batu bata dapat
dibalik pada sisi yang lain. Lalu ditumpuk dalam susunan setinggi 10
atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar matahari dan hujan.
d. Proses pengeringan batu bata
Pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari,
pengeringan ini dilakukan dengan cara menjemur batu bata secara
langsung di bawah terik matahari. Dipanaskan pada pagi hari dan
diambil kembali pada waktu sore hari agar tidak terkena embun. Proses
penjemuran ini sangat tergantung pada cuaca. Proses penjemuran hanya
membutuhkan waktu 1 hari bila keadaan cuaca panas. Jika musim
penghujan, proses penjemuran ini akan sangat terganggu karena
membutuhkan waktu yang lebih lama. Penjemuran dapat memakan
waktu 5 hari.Tujuan dari dikeringkannya batu bata adalah supaya daya
ikat bahan tanah kuat dan tidak patah.
e. Proses pembakaran batu bata
Pada proses ini batu bata yang sudah kering dapat dibakar.
Pembakaran batu bata dilakukan selama dua hari dua malam di sebuah
ruangan. Ruangan biasanya disebut lio atau open batu bata. Ruangan
tersebut menampung 100.000 bata. Batu bata setengah jadi tersebut
dibakar dengan suhu lebih dari 1.000oC (1.800F). Bahan bakar Lio
berupa batu bara dapat menggunakan kayu bakar. Proses pembakaran
biasanya dilakukan sebulan sekali, menunggu terkumpulnya batu bata
41

kering. Untuk mengawasi proses pembakaran biasanya memerlukan 3


tenaga kerja.
Hasil bakaran yang baik, tergantung dari banyaknya dari batu
bara merah yang dibakar. Apabila batu bata yang dibakar sedikit saja,
presentase hasil pembakaran lebih banyak. Pada umumnya kerusakan
dalam proses pembakaran, batu bata selalu harus disimpan dalam
keadaan yang cukup kering, bila tidak ada gedung, maka dilindungi
dengan plastik terhadap air hujan. Sebelum munculnya tungku-tungku
modern, batu bata sering dibakar dengan cara menumpukkan dalam
jajaran longgar yang disebut sebagai tungku bata. Untuk pembakaran,
api dinyalakan dibawah jajaran tersebut. Api tersebut dihidupkan terus
selama beberapa hari dan batanya dipilih sesuai dengan derajat
pembakaran yang telah dialaminya.
Batu bata yang berdekatan dengan api atau batu kering sering
mengalami kelebihan pembakaran dan terdistorsi batu bata tersebut
menjadi tidak menarik. Batu bata yang paling jauh dari api akan
menjadi lebih lunak dan akan dipinggirkan untuk digunakan sebagai
bata belakang, batu bata yang berasal dari sekitar tungku tidak cukup
terbakar dan hasilnya tidak baik. Bata tersebut sudah tidak dapat
digunakan untuk keperluan apapun batu bata seperti ini akan dibuang.
Tanda-tanda batu bata sudah matang akan berwarna merah dan apabila
dipikul akan berbunyi nyaring. Pembakaran selesai kemudian proses
didinginkan, batu bata siap dijual.

B. Penelitian yang Relevan


Rochayati (2008) dalam penelitian ini “Peranan Usaha Perikanan
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Nelayan di Pantai Sikucing
Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tahun 2010” tujuan
dari penelitian ini adalah (1) Berapa besar peranan usaha perikanan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Pantai Sikucing Desa Gempolsewu Kecamatan
Rowosari Kabupaten Kendal, (2) Bagaimana karakteristik tenaga kerja usaha
42

perianan di Sikucing Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal,


(3) Bagaimana peranan usaha perikanan terhadap pendapatan nelayan di Sikucing
Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
Teknik pengambilan sampel purposive sampling, teknik pengumpulan data
observasi langsung, wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah tenik
analisis data kualitatif dengan model interaktif
Hasil penelitian menunjukkan
1. Peranan usaha perikanan terhadap penyerapan tenaga kerja terhadap 7%
dari jumlah keseluruhan penduduk di Desa Gempolsewu yang bekerja
dalam usaha perikanan
2. Karakteristik tenaga kerja usaha perikanan berdasarkan kelompok umur
paling banyak diserap dalam usaha perikanan yaitu antara 36-45 tahun,
berdasarkan pendidikan paling banyak adalah tamat SMA/SMK,
berdasarkan beban tanggungan paling banyak adalah 3 jiwadan 4 jiwa
3. Peranan usaha perikanan terhadap pendapatan nelayan, pendapatan dari 9
jenis pekerjaan nelayan paling banyak termasuk sebagai pekerjaan pokok
dan termasuk kelas pendapatan tinggi dalam kata lain sangat cukup.

Nugroho (2008) dalam penelitian ini “Studi Aksesibilitas dan Karakteristik


Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar Tahun 2008” tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui
aksesibilitas (jarak lokasi bahan baku, sarana transportasi, jarak daerah
pemasaran) industri batu bata di Kelurahan Lalung Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. (2) Untuk mengetaahui karakteristik sosial ekonomi
pengrajin batu bata di Kelurahan Lalung Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar
Metode yang dipakai yaitu Deskriptif Kualitatif dan metode spasial , Teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Teknik pengumpulan data wawancara,
observasi, dokumentasi, analisis yang dipakia yaitu deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan
43

1. Aksesibilitas industri batu bata di Kelurahan Lalung termasuk dalam


tingkat aksesibilitas sedang dilihat dari tiga aspek yaitu (jarak lokasi bahan
baku dekat 1-3 km, sarana transportasi baik dan cukup tersedia, jarak
daerah pemasaran rata-rata di Kelurahan Lalung).
2. Tingkat sosial ekonomi pengrajin batu bata di Kelurahan Lalung cukup
baik kriteria ekonomi ( pekerjaan pengrajin batu bata sebagai pekerjaan
pokok, pendapatan pengrajin Rp. 500.000 sampai Rp. 1.000.00 (58,82%),
rumah dinging mayoritas tembok, jumlah tanggungan keluarga antara 2-3
orang (88,24)) criteria sosial (tingkat pendidikan pernah sekolah (35,30%),
kesehatan)
Lestari (2010) dalam penelitian ini “Kontribusi industri kecil kerajinan
gitar dalam upaya penyerapan tenaga kerja desa Ngerombo Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo”. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui
alasan masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan industri kecil kerajinan gitar.
(2) untuk mengetahui konstribusi industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap
tenaga kerja yang ada di Desa Ngerombo Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
(3) untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya industri
kecil di Desa Ngerombo Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo
Jenis penelitian kualitatif, strategi yang digunakan adalah metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Teknik sampel purposive
snowball. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data mengunakan analisis model interaktif.
Hasil dari penelitian:
1. Alasan masyarakat Desa Ngerombo mengembangkan industri kerajinan
gitar yaitu mereka mempunyai keinginan menjadikan industri kerajinan
gitar sebagai pekerjaan sampingan disamping pekerjaan utama mereka di
sektor pertanian selain itu mereka mempunyai alasan untuk menambah
penghasilan dan memanfaatkan waktu luang industri kecil kerajinan gitar
yang berada di Desa Ngerombo merupakan subtitusi mata pencaharian
penduduk Desa Ngerombo.
44

2. Keberadaan industri kerajinan gitar memberikan lapangan kerja bagi


masyarakat sekitar, memberikan konstribusi terhadap penyerapan tenaga
kerja dengan membuka lapangan pekerjaan baru disektor tersebut.
konstribusi yang terkait dengan berdirinya industri kerajinan gitar yaitu
memberikan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut
penghasilan tersebut bisa merupakan penghasilan tambahan bagi mereka
selain dari penghasilan yang diperoleh dari sector pertanian
3. Kendala yang menghambat jalannya industri kecil kerajinan gitar yaitu
semakin bergejolaknya harga bahan baku dan sulitnya sistem pemasaran
hasil gitar. Upaya yang dilakukan yaitu dengan menekan jumlah produksi
gitar sehingga pengrajin tidak menderita kerugian yang terlalu besar.
Untuk pemasaran yaitu dengan melakukan pemasaran secara langsung dan
menjalin hubungan kerjasama dengan distributor supaya gitar mereka
lebih dikenal di berbagai daerah di Indonesia.
46

Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan

No Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian


Penelitian
1. Peranan Usaha 1. Berapa besar peranan usaha Deskriptif 1. Peraan usaha perikanan terhadap penyerapan
Perikanan Terhadap perikanan terhadap penyerapan kualitatif. tenaga kerja terhadap 7% dari jumlah
Penyerapan Tenaga tenaga kerja di Pantai Sikucing keseluruhan penduduk di Desa Gempolsewu
Kerja dan Pendapatan Desa Gempolsewu Kecamatan yang bekerja dalam usaha perikanan
Nelayan di Pantai Rowosari Kabupaten Kendal 2. Karakteristik tenaga kerja usaha perikanan
Sikucing Desa 2. Bagaimana karakteristik tenaga berdasarkan kelompok umur paling banyak
Gempolsewu kerja usaha perianan di Sikucing diserap dalam usaha perikanan yaitu antara 36-
Kecamatan Rowosari Desa Gempolsewu Kecamatan 45 tahun, berdasarkan pendidikan paling banyak
Kabupaten Kendal (Sri Rowosari Kabupaten Kendal adalah tamat SMA/SMK, berdasarkan beban
Rochayati: 3. Bagaimana peranan usaha tanggungan paling banyak adalah 3 jiwadan 4
Skripsi Tahun 2010. perikanan terhadap pendapatan jiwa
Pend. Geografi FKIP nelayan di Sikucing Desa 3. Peranan usaha perikanan terhadap pendapatan
UNS) Gempolsewu Kecamatan nelayan, pendapatan dari 9 jenis pekerjaan
Rowosari Kabupaten Kendal nelayan paling banyak termasuk sebagai
pekerjaan pokok dan termasuk kelas pendapatan
tinggi dalam kata lain sangat cukup.
2. Studi Aksesibilitas dan 1. Untuk mengetahui aksesibilitas Deskriptif 1. Aksesibilitas industri batubata di Kelurahan
Karakteristik Pengrajin (jarak lokasi bahan baku, sarana kualitatif Lalung termasuk dalam tingkat aksesibilitas
Batu Bata di transportasi, jarak daerah dan sedang dilihat dari tiga aspek yaitu (jarak lokasi
Kelurahan Lalung pemasaran) industri batu bata di metode bahan baku dekat 1-3 km, sarana transportasi
Kecamatan Kelurahan Lalung Kecamatan spasial baik dan cukup tersedia, jarak daerah pemasaran
Karanganyar Karanganyar Kabupaten rata-rata di Kelurahan Lalung).
Kabupaten Karanganyar. 2. Tingkat sosial ekonomi pengrajin batu bata di

45
47

Karanganyar Tahun 2. Untuk mengetaahui karakteristik Kelurahan Lalung cukup baik kriteria ekonomi (
2008. (Nasir Nugroho: social ekonomi pengrajin batu pekerjaan pengrajin batu bata sebagai pekerjaan
Skripsi tahun 2008. bata di Kelurahan Lalung pokok, pendapatan pengrajin Rp. 500.000
Pend. Geografi FKIP Kecamatan Karanganyar sampai Rp. 1.000.00 (58,82%), rumah dinging
UNS) Kabupaten Karanganyar mayoritas tembok, jumlah tanggungan keluarga
antara 2-3 orang (88,24)) criteria sosial (tingkat
pendidikan pernah sekolah (35,30%), kesehatan)
3. Kontribusi industri 1. Untuk mengetahui alasan Diskripsi 1. Alasan masyarakat Desa Ngerombo
kecil kerajinan gitar masyarakat Desa Ngrombo spasial dan mengembangkan industri kerajinan gitar yaitu
dalam upaya mengembangkan industri kecil Deskrip merea mempunyai keinginan menjadikan
penyerapan tenaga kerajinan gitar. industri kerajinan gitar sebagai pekerjaan
kerja desa Ngerombo 2. untuk mengetahui konstribusi sampingan disamping pekerjaan utama mereka
Kecamatan Baki industri kecil kerajinan gitar di sector pertanian selain itu mereka mempunyai
abupaten Sukoharjo. dalam menyerap tenaga kerja alasan untuk menambah penghasilan dan
(Lestari 2010, Skripsi yang ada di Desa Ngerombo memanfaatkan waktu luang industri kecil
Tahun 2010. Pend. Kecamatan Baki, Kabupaten kerajinan gitar yang berada di Desa Ngerombo
Sos-ant FKIP UNS) Sukoharjo. merupakan subtitusi mata pencaharian penduduk
3. untuk mengetahui cara mengatasi Desa Ngerombo.
masalah yang menghambat 2. Keberadaan industri kerajinan gitar memberikan
jalannya industri kecil di Desa lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,
Ngerombo Kecamatan Baki, memberikan konstribusi terhadap penyerapan
Kabupaten Sukoharjo tenaga kerjadengan membuka lapangan
pekerjaan baru disektor tersebut. konsribusi
yang terkait dengan berdirinya industri kerajinan
gitar yaitu memberikan pendapatan masyarakat
yang bekerja di sector tersebut penghasilan
tersebut bisa merupakan penghasilan tambahan
bagi mereka selain dari penghasilan yang

46
48

diperoleh dari sector pertanian.


3. Kendala yang menghambat jalannya industri
kecil kerajinan gitar yaitu semakin
bergejolaknya harga bahan baku dan sulitnya
system pemasaran hasil gitar. Upaya yang
dilakukan yaitu dengan menekan jumlah
produksi gitar sehingga pengrajin tidak
menderita kerugian yang terlalu besar. Untuk
pemasaran yaitu dengan melakukan pemasaran
secara langsung dan menjalin hubungan
kerjasama dengan distributor supaya gitar
mereka lebih dikenal di berbagai daerah di
Indonesia.
4. Daya Serap Tenaga 1. Mengetahui keadaan industri Diskriptif 1. Industri batu bata di Kecamatan Purwantoro
Kerja Dan Persebaran rumah tangga batu bata di spasial dan berjumlah 486 industri, tersebar di Desa
Industri Rumah Kecamatan Purwantoro Deskriptif Sukomangu dan Desa Talesan. Lokasi industri
Tangga Batu Bata Kabupaten Wonogiri Spasial rumah tangga batu bata sebagian besar berada di
Kecamatan 2. Mengetahui karakteristik area pekarangan rumah yaitu sebanyak 29 unit
Purwantoro Kabupaten pengrajin industri rumah tangga (59,18%).
Wonogiri Tahun batu bata di Kecamatan 2. Berdasarkan kelompok umur mayoritas pegrajin
2014.(Untuk Purwantoro berumur 33-50 tahun tersebar pada setiap kelas
Memperkaya Materi 3. Mengetahui peran industri kepadatan. Berdasarkan jenis kelamin, pengrajin
Pembelajaran rumah tangga batu bata terhadap yang berjenis kelamin laki-laki ada 42 pengrajin
Geografi) (Yessy penyerapan tenaga kerja di (85,71%) terdapat pada kelas kepadatan I-II.
Patmala: Skripsi, Kecamatan Purwantoro Berdasarkan status usaha yang menjadikan
Tahun 2014. Kabupaten Wonogiri industri batu bata sebagai usaha pokok 39
Pend.Geografi FKIP 4. Mengetahui peranan industri pengrajin (79,59%) pada kelas kepadatan I dan
UNS) rumah tangga batu bata terhadap II. Berdasarkan Tingkat pendidikan rata-rata

47
49

pendapatan masyarakat di tamat SD sebanyak 29 pengrajin (59,18%)


Kecamatan Purwantoro menyebar di kelas kepadatan. Berdasarkan lama
Kabupaten Wonogiri usaha rata-rata pengrajin menekuni usaha batu
5. Untuk memperkaya materi bata selam 1 sampai 10 tahun tersebar pada
Pembelajaran Geografi setiap kelas kepadatan.
3. Jumlah tenaga kerja yang terserap yaitu 1402
tenaga kerja. Tertinggi pada kelas kepadatan I
yaitu sebanyak 686 tenaga kerja atau 48,93%
dari jumlah seluruh tenaga kerja yang terserap
pada industri rumah tanggga batu bata di
Kecamatan Purwantoro
4. Rata-rata penghasilan tenaga kerja tiap harinya
yaitu Rp.40.000 ,00 - Rp.60.000,00 tergantung
tiap bagian kerja. Rata-rata Pengrajin memiliki
pendapatan antara Rp.3.000.001,00 sampai
dengan Rp.4.000. 000,00 sebanyak 22 pengrajin
menyebar pada tiap kelas kepadatan. Pendapatan
rata-rata keluarga sudah di atas Upah Minimum
Kabupaten Wonogiri yaitu hanya
RP.1.101.000,00.
5. Sebagai materi pengayaan KD Menganalisis
bentuk-bentuk kearifan lokal dalam
pemanfaataan sumber daya alam bidang
pertambangan, dan industri

48
49

C. Kerangka Berfikir

Dengan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan angkatan kerja


semakin meningkat, ketidakseimbangan antara jumlah angkatan kerja dengan
kurangnya daya serap tenaga kerja ditandai dengan kurangnya lapangan kerja.
Untuk mengurangi jumlah angkatan kerja yang belum terserap dalam
lapangan kerja, diperlukan lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga
kerja. Kesempatan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja adalah pada
sektor petanian namun bertambahnya jumlah penduduk juga akan mengurangi
luas lahan pertanian, lahan pertanian yang semakin sempit. Oleh karena itu
diperlukan kesempatan kerja yang cukup besar diluar sektor pertanian. Salah
satu sektor non pertanian yang dikembangkan di Kecamatan Purwantoro yaitu
sektor industri rumah tangga batu bata.
Karakteristik pengrajin memiliki pengaruh secara tidak langsung
terhadap keberlangsungan industri batu bata antara lain umur pengrajin, lama
usaha, tingkat pendidikan, status usaha, jenis kelamin. Faktor umur terkait
dengan produktivitas sumberdaya manusia dengan usia produktif maka
produktivitasnya akan lebih banyak, faktor pendidikan pengrajin sangat
menentukan kemampuan dalam dalam mengelola usaha. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan semakin baik dalam mengelola usaha.
Faktor lama usaha, semakin lama usaha maka pengrajin akan semakin
memiliki pengetahuan yang lebih banyak dantentunya semakin banyak
memiliki jaringan pemasaran sehingga nantinya akan berpengaruh pada
kualitas produksi. Status usaha, apabila usaha pokok maka usaha akan
dikelola dengan baik, fokus usaha tertuju hanya pada usaha tersebut. Jenis
kelamin, semakin besar skala usaha semakin sedikit wanita pengrajin.
Usaha industri rumah tangga batu bata di Kecamatan Purwantoro
merupakan industri yang berkembang disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain tersedianya faktor-faktor produksi yang meliputi: modal, bahan baku,
50

tenaga kerja,transportasi, dan pemasaran. Faktor modal dalam usaha industri


rumah tangga batu bata berupa modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap
berupa peralatan yang digunakan dalam indutri rumah tangga batu bata
sedangkan modal tidak tetap berupa uang yang digunakan untuk operasional
industri batu bata. Modal uang berasal dari pengusaha sendiri dan juga yang
berasal dari pinjaman modal koprasi/bank. Bahan baku dalam industri batu
bata adalah tanah liat. Tersedianya bahan baku berupa tanah liat yang stabil
jumlahnya akan mendukung kelancaran industri batu bata. Bahan baku
didapat dari pekarangan, sawah namun jika tidak mempunyai tanah maka
mereka membeli ketetangga maupun luar desa.
Kegiatan pemasaran distribusi hasil produksi batu bata dilakukan
dengan dua cara yaitu oleh pengrajin itu sendiri dan yang kedua melalui
perantara pedagang. Faktor pemasaran, semakin jauh lokasi pemasaran maka
semakin tinggi harga yang ditawarkan dari sebuah hasil produksi, hal ini
terkait dengan biaya transportasi yang harus ditanggung hingga barang
produksi sampai kepada konsumen. Pemasaran juga terkait dengan penawaran
harga pasar sehingga membuat konsumen merasa cocok kemudian
membelinya.
Dengan adanya industri rumah tangga batu bata diharapkan mampu
untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kecamatan
Purwantoro. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah tanga batu
bata terdiri dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga dari
masyarakat setempat.
Identifikasi hambatan dalam pengembangan industri rumah tangga
batu bata nantinya dapat ditentukan usaha pembinaan agar lebih baik
Permintaan batu bata yang semakin meningkat namun bahan baku yang terus
berkurang mengakibatkan kelangkaan bahan baku. Keberadaan industri rumah
tangga batu bata dengan bahan baku berupa tanah yang tidak bisa
51

diperbaharui lama kelamaan akan habis dan merubah suasana lingkungan


maka diperlukan langkah untuk mengembangkan industri batu bata.
Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan ajar atau bahan penunjang dalam pembelajaran geografi di SMA kelas
XI pada kompetensi dasar menganalisis bentuk-bentuk kearifan lokal dalam
pemanfaataan sumber daya alam bidang pertambangan, industri, dan jasa.
Dari uraian diatas dapat dibuat skema alur penelitian yang dapat dilihat pada
gambar alur 2.3
52

Adapun bagan alur kerangka berpikir adalah sebagai berikut:


Angkatan kerja

Dampak tenaga kerja


 Negatif: penganguran meningkat
 Positif : akan membuka lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja

Industri Persebaran lokasi industri


Rumah Tangga Batu Bata rumah tangga batu bata

Faktor Produksi
Karakteristik Pengrajin - Bahan Baku
-Umur - lama usaha - Sumberdaya tenaga
-Jenis kelamin - pendidikan - Tenaga kerja
-Status Pekerjaan - Suplay air
- Pasaran
- transportrasi

Keadaan industri rumah


tangga batu bata
Penyerapan Tenaga Kerja

Pendapatan pengrajin dan


tenaga kerja industri batu bata

Materi pembelajaran Geografi Kelas XI

Keterangan :

: Arah Penelitian
: Hasil Penelitian
: Data

Gambar 2.5 Skema Alur Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai