Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang 14 trend keperawatan jiwa dapat selesai
tepat pada waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
2. Tujuan .................................................................................................................................. 2
3. Sistematika penulisan........................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
PENUTUP..................................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 25
B. Saran .................................................................................................................................. 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Era globalisasi seperti ini banyak muncul
permasalahan sosial dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial
budaya serta krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Selain itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Himpitan hidup yang semakin berat
di alami hampir oleh semua kalangan masyarakat. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan,
kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran
agresifitas atau anarkis, putus sekolah, PHK, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat
juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta
penyakit degeneratif. Hal ini akan semakin memicu atau meningkatkan berbagai
gangguan kejiwaan di masyarakat, dari gangguan jiwa yang ringan hingga gangguan jiwa
yang tergolong berat. Dengan banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan
jiwa yang kini kita hadapi, maka kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi
masalah-masalah keperawatan jiwa.
Profesi kesehatan jiwa diharapkan dapat proaktif dalam mencari solusi untuk
penanggulangan masalah kesehatan jiwa baik di institusi pelayanan maupun di
komunitas, seperti meningkatkan jumlah psikiater dan pemerataan pendistribusiannya;
dokter yang terlatih di bidang kesehatan jiwa; mendorong penyediaan layanan tersier
spesialistik; mendidik masyarakat dalam mengurangi stigma negatif masyarakat tentang
rumah sakit jiwa; serta mampu menghasilkan inovasi, rekomendasi profesi atau institusi
1
pendidikan dalam menciptakan pedoman penanggulangan masalah kesehatan jiwa di
Indonesia.
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya
pengobatan. Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa
beserta permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa
terhadap masyarakat pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan
saja, tetapi perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi
peran aktif dari kader kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.
2. Tujuan
3. Sistematika penulisan
Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 3 bab, yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perspektif
adalah cara pandang atau sudut pandang kita terhadap sesuatu.
2. Falsafah Keperawatan Jiwa
Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu
dihargai. Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat, otonomi dan aktualisasi diri.
Masing-masing individu tersebut berpotensi untuk berubah, karena kita tahu
bahwa manusia adalah mahkluk holistik yang mempunyai kebutuhan dasar yang
sama. Semua individu perilakunya bermakna, perilaku individu tersebut meliputi :
persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.
Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
3
Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat memprngaruhinya. Factor
tersebut adalah sebagai berikut :
Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan
sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang sehat di
pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang mengalami kecacatan genetik
mempengaruhi seseorang untuk mempertahankan kesehatan jiwanya. Setiap orang
memiliki sifat yang berbeda, ada yang sensitive dan ada yang temperamental semua itu
dipengaruhi oleh lingkungannya.
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif ketika anak
dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau menerima. Pemeliharan yang
buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi mental sang anak seperti kekurangan kasih
saying ibu, penolakan dari orang tua dan kegagalah komunikasi awal.
Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari dia
lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah, keuangan yang mencukupi,
kesehatan fisik yang baik, pekerjaan yang menyenangkan dan perkawinan yang sukses.
Sedangkan keadaan hidup yang negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan
dan perkawinan yang tidak sukses.
4
Model – model keperawatan jiwa
a. Model Psikoanalisa
1) Konsep
2) Proses terapi
a) Pasien
b) Terapis
b. Model Interpersonal
1) Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Dalam proses interpersonal
perawat klien memiliki 4 tahap :
a) Orientasi
b) Identivikasi
c) Eksplorasi
d) Resolusi
2) Proses terapi
5
c) reduksi
c. Model Eksistensi
1) Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu
putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya.
2) Proses terapi
a) Rational emotive therapy
b) Terapi logo
c) Terapi realitas
d. Model Komunikasi
1) Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak
dikomunikasikan dengan jelas.
6
2) Proses terapi
a) Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
1) Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon
individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial denagan model
pendekatan berdasarkan teori sistem , teori perkembangan , teori interaksi ,
pendekatan holistik dan teori keperawatan. Fokus pada :
7
Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa
a. Peran dan fungsi keperawatan yang kompeten (role and functions of psychiatric nurse
competence care)
b. Therapiotic nurse patient relationship (hubungan yang terapiutik antara perawat dan
klien).
c. Conceptial model of psikiatrik nursing care (konsep model keperawatan jiwa)
d. Stress adaptation model of psychiatric nursing care (model stres dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa)
e. Biological contects of psychiatric nursing care (keadaan biologis dalam keperawatan
jiwa)
f. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan psikologis dalam
keperawawatan jiwa)
g. Social cultural context of psikiatrik nursing care (keadaan sosial / budaya dalam
keperawatan jiwa)
h. Environmental of psikiatric nursing care (lingkungan dalam keperawatan jiwa)
i. Legal ethical of psychiatric nursing care (keadaan lega etik dalam keperawatan jiwa)
j. Implementing the nursing process (penatalaksanaan proses keperawatan dan tindakan
keperawatan)
k. Actualling the psychiatric nursing role: professional performance standart aktualisasi
(peran keperawatan jiwa melalui penampilan standar profesional).
8
Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat
penting untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami
beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.
Pengelola Keperawatan
Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat:
9
- Berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus seperti mengorganisasi, koordinasi, dan
mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu maupun keluarga.
- Mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.
Pelaksana Penelitian
Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan:
10
Sebagai model peran yaitu perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan diri sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh
perawat.
Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting.
Dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
evaluasi pasien psikiatrik untuk mendeteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
Memberi pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas
yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri sehat jiwa, penyebab
gangguan jiwa, ciri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas keluarga, dan upaya perawatan
pasien gangguan jiwa.
Sebagai perantara sosial yaitu perawat dapat menjadi perantara dan pihak pasien,
keluarga dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah paien.
Kolaborasi dengan tim lain. perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat
komunitas), pekerja sosial, psikolog dan lain-lain.
Memimpin dan memantau tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai
pimpinan diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan kesehatan jiwa dan memabtnu
tenaga perawatan yang menjadi bawahannya.
Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini
penting diketahui oleh perawat dalam sumber-sumber yang ada di masyarakat perlu
diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam mengatasi masalah
kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.
2.1.3 Peran Perawat dalam Terapi di Bidang Kesehatan Jiwa
Asuhan yang kompeten (competence of caring):
11
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi penyakit mental/penyuluhan
dan konseling.
- Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan.
- Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.
13
nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau
masalah keluarga.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang
kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan
dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
14
4) Inteligensi
5) Hubungan dalam keluarga
6) Pekerjaan
7) Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa bersalah
8) Konsep diri : pengertian identitas diri: apakah saya laki atau perempuan
9) Keterampilan, bakat dan kreativitas
10) Pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya
11) Tingkat perkembangan emosi
c. Faktor-faktor sosiokultural
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua,
hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam
masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan
lain-lain), tingkat ekonomi, masalah perumahan di perkotaan atau pedesaan.
15
pd konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang
sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka
lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan
kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya
proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di Rumah Sakit, orientasi upaya
kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan
jiwa bergeser dari hospital base menjadi community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
a. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh
orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri
sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik
diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.
b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
c. Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme,
tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.
d. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang dpt
dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org
harus meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat
yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain merupakan
orientasi paradigma kesehatan jiwa
16
6. Kecenderungan penyakit jiwa
1. Trauma yang katastropic, yaitu trauma diluar rentang pengalaman trauma yang
umum dialami manusia dalam kejadian sehari- hari. Mengakibatkan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian.
Trauma bukan gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai
akibat saling keterkaitan antara ingatan social dan ingatan pribadi tentang
peristiwa yang mengguncang kejiwaan.
2. Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan
dengan segala aspek kehidupan manusia.
17
cedera serta yang dalam ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang
lain. Respons yang terjadi berupa rasa takut yang kuat serta tidak berdaya,
sedangkan bagi anak-anak apa yang menghadapinya akan dieksperikan dengan
perilaku yang kacau.
Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar
rentang. Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-
hari. Pengalaman katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan,
pemerkosaan, maupun bencana alam. Ini akan membuat mereka dalam keadaan
stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang
sedemikian. Dengan demikian mereka menjadi manusia yang invalid dalam
kondisi kejiwaan dengan akibat dan resultante akhir penderita ini akan menjadi
tidak produktif. Mereka juga menjadi manusia yang selalu bermimpi menakutkan
terjadi secara berulang-ulang. Akibatnya, tidur yang seharusnya membuat
restorasi terhadap kondisi tubuh, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka
berada dalam keadaan lelah dan seakan berada dalam kondisi depresi. Mungkin
saja mereka akan berperilaku atau merasa seakan-akan kejadian traumatis itu
terjadi kembali, termasuk pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik
dalam bentuk disosiatif.
Trauma muncul sebagai akibat dari saling keterkaitan antara ingatan sosial
dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.
Oleh karena itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan sekaligus
proses kejiwaan yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk mencari jalan
keluar dari lingkaran ingatan traumatis yang dialami oleh klien-klien yang
mengalami yang mengalami bencana di seluruh penjuru Indonesia.
Sigmund Freud mengemukakan bahwa trauma adalah suatu ingatan yang
direpresi. Dan, karena direpresi itulah maka trauma sering berlangsung secara
tidak sadar dalam periode yang cukup lama. Perawat jiwa pada masa akan datang
penting untuk menekuni kajian trauma, juga menggaris bawahi proses yang dalam
studi psikologi sering disebut sebagai transference. Istilah ini merujuk pada
‚“transfer“ pengalaman traumatis yang terjadi dari orang yang secara fisik
langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada orang lain yang tak
18
secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa psikoanalis juga
dapat mengalami proses transference saat ia secara tak sadar melakukan
identifikasi dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang terlibat
dalam pembuatan Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat
psikoanalis, atau siapapun juga yang melakukan wawancara dengan korban.
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma
yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan
stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian.
Mereka menjdi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir
menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat
individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial
dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.
19
1) Psikotik gelandangan (seseorang yang berkeliaran di tempat umum dan
diperkirakan menderita gangguan jiwa psikotik dan dianggap mengganggu
ketertiban/keamanan lingkungan).
2) Pemasungan penderita gangguan jiwa.
3) Masalah anak jalanan.
4) Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan).
5) Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik.
6) Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
7) Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban
kekerasan pd anak, dll) Stress pasca trauma (ansietas, gangguan emosional,
berulang kali merasakan kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam,
ledakan, kekerasan, penyerangan/ penganiayaan fisik/ seksual, termasuk
pemerkosaan, terorisme, dll).
8) Stress pascatrauma (ansietas, gangguan emosional, berulangkali merasakan
kembali suatu pengalaman traumatik, bencana alam, ledakan, kekerasaan,
penyerangan/penganiyaan secara fisik atau seksual, termasuk pemerkosaan,
terorisme dan lain-lain).
9) Migrasi ( masalah psikis/ kejiwaan akibat perubahan sosial, spt cemas, depresi,
stress pasca trauma, dll).
10) Masalah usia lanjut yang terisolasi (penelataran, penyalahgunaan fisik, gangguan
psikologis, gangguan penyesuaian diri terhadap perubahan, perubahan minat,
gangguan tidur, kecemasan, depresi, gangguan pada daya ingat, dll).
11) Masalah kesehatan tenaga kerja di tempat kerja (penurunan produktivitas, stress
di tempat kerja, dll)
20
Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha
bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat
tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat
terjadi pada anak-anak dan remaja.
Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan
bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau
merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik
atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita
melakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos
terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal kasus bunuh dirinya sopir
pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap Lockheed
terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan
pimpinannya.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau
terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab
utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode yang
paling disukai yaitu menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun.
Keberhasilan bunuh diri pada pria lebih banyak 3 x dari wanita. Bunuh diri : suatu
tindakan mencabut nyawa sendiri dengan sengaja. Latar belakangnya beragam :
asmara, pekerjaan, masalah rumah tangga, ekonomi, perasaan malu dan terlilit
utang.
10. Masalah Napza dan HIV/ AIDS
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak
dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting
yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang
lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah
dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga
dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap
pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang
akan datang khususnya dalam era globalisasi.
21
Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang disebut
dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita mengenal
istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita berhadapan dengan
dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang
ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran
agama yang mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis.
Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah
kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai
fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah
mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu
program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi mudanya
dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang
tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun
melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang
perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA.
Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang
permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.
Kita semua, khususnya tim kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan
generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol, psikotropika,
dan Zat Adiktif lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim
kesehatan, maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi
hal yang sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang
waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi orientasi
keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu topic dengan tema Asuhan
Keperawatan pada Pengguna NAPZA.
11. Paterrn of Parenting dalam Keperawatan Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola asuh
keluarga kembali menjadi sorotan. Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang
tua menerapkan kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam keluarganya. Kehangatan
adalah bagaimana orang tua menjadi teman berbagi cerita, teman bermain, teman yang
22
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai
upaya agar anak dekat dan berani bicara pada orang tuanya saat memiliki masalah.
Orang tua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat
jiwanya. Kontrol yg tinggi adalah bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin
di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yg sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena
akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung
jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah seperti mencuci, menyiram bunga dll.
Tipe Pola Asuh :
• Autoratif = kontrol tinggi & kehangatan tinggi
• Otoriter = kontrol tinggi, kehangatan rendah
• Permisif = kontrol rendah, kehangatan tinggi
• Neglected = kontrol rendah, kehangatan Rendah
a. Perkembangan bersifat seumur hidup. Tidak ada periode usia yang mendominasi
perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang
berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama
proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan.
b. Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan terdiri atas dimensi biologis,
kognitif, dan sosial. Dimensi inilah yang dikaji dalam setiap periode perkembangan
manusia. Bahkan dalam satu dimensi semacam intelegensi, terdapat banyak komponen,
seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain
c. Perkembangan bersifat multidireksional. Beberapa dimensi atau komponen dari suatu
dimensi dapat meningkat dalam masa pertumbuhan, sementara dimensi lainnya menurun.
Misalnya, orang dewasa akan lebih arif dalam berpikir mengingat pengalaman yang
banyak, tetapi disisi lain ia merasa mudah lelah jika malakukan pekerjaan berat.
Perkembangan bersifat lentur (plastic). Bergantung pada kondisi kehidupan individu,
perkembangan terjadi melalui banyak cara yang berbeda. Sehingga manusia satu dan
lainnya belum tentu memiliki proses perkembangan yang sama. Misalnya, kemampuan
penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan orang dewasa lainnya
melalui pengalaman pribadi.
23
d. Perkembangan melekat secara kesejarahan. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor
sejarah dimana individu hidup. Seorang berusia 40 tahun mengalami depresi berat akibat
perang dunia pertama, akan berbeda dengan seorang berusia 40 tahun mengalami depresi
pada waktu sekarang ini.
e. Perkembangan dipelajari oleh berbagai multidiplin. Para pakar psikologi, sosiologi,
antropologi, neurosains, dan peneliti kesehatan semuanya mempelajari perkembangan
manusia dan berbagi persoalan untuk membuka misteri perkembangan masa hidup
manusia.
f. Perkembangan bersifat kontekstual. Perkembangan manusia mengikuti konteks yang
meliputi linkungan, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga individu dilihat sebagai
makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.
g. Dengan mempelajari perkembangan masa hidup atau psikologi perkembangan, maka kita
akan menemukan informasi tentang siapa kita, bagaiamana kita dapat seperti ini dan
kemana masa depan akan membawa kita.
13. Kekerasan
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional yang didasarkan pada
ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan.
b) Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
B. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan
isu keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
iii