“MOLA HIDATIOSA”
Dosen pembimbing:
Mukhoirotin, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Nama kelmpok:
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa.
Karena dengan limpahan rahmat serta hidayahnya yang di anugerahkan kepada
kita sehingga dengan nikmat tersebut tugas ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadiran
junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tugas
ini sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharap saran
guna kesempurnaan dari tugas makalah kami ini. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi diri kami khususnya teman-teman mahasiswa -mahasiswi pada
umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah tempat kami kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa di
terima di sisi Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi besar Muhammad
SAW. Amin ya robbal alamin.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Mola hidatidosa berulang memberikan pengaruh pada aspek
psikososial.
Masih terdapat kontroversi penanganan mola hidatidosa berulang.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari mola hidatidosa
2. Untuk mengetahui etiologi dari mola hidatidosa
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari mola hidatidosa
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk menangani penyakit mola
hidatidosa
5. Untuk mengetahui discharge planning pada pasien mola hidatidosa
6. Untuk mengetahui discharge planning pada mola hidatidosa
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada mola hidatidosa
2
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak
berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi poliferasi tropoblast, dan ditemukan
villi korialis yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang
hpovaskular yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang
hipo vaskular atau avaskular, janin biasanya mennggal akan tetapi vilus-vilus
yang membesar dan edematus ituhidup atau tumbuh terus, gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Nugroho Taufan, 2012)
Hamil anggur atau secara medis disebut milahidatidosa adalah suatu
bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepisel telur yang
kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupkana suatu hasil pembuahan
yang gagal. Jadi dalamproses kehamilanya mengalami yang berbeda dengan
kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal
terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung yang bergerombol
berbentuk menyerupai buah aggur. Semakin hari pertumbuhan gelembung
semakin banyak bahkan bisa berkembnag secara tepat. (Margareth ZH, 2013)
Pada pemeriksaan laoratorium ddapatkan kadar HCG (dengan
pemeriksaan GM titrasi) atau didapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit
HGG pada ibu hamil tinggi. (Margareth ZH, 2013)
Dari berbgai referensi disebutkna bahwa kejadian hamil anggur pada
wanita asia adalah satu dari 80-120 kehamilan. Namun dengan semakin cepatnya
deteksi dini pada kehamilan yang bermasalah pada trimester pertama dengan alat
USG, aka sering kali buah kehamilan yang kosong segera diketahuidan tidak
sampai terjadi hamil anggur. Pada kasus mola hidatidosa, indung telur wanita
dapat mengandung kista lutein (bisa salah satu atau kedua indung telurnya) yang
akna hilang dengan sendirinya setelah mola dikeluarkan.selain itu, dari
pemeriksaan kromososm pada gelembung-gelembung tersebut, didapatkan kasus
polipoidi dan hampir pada semua kasus mola ternyata susunan seks kromatinya
adalah wanita. (Margareth ZH, 2013)
3
2.2 Etiologi
Faktor langsung penyebab hamil anggur ini hingga sekarang masih
belumdiketahui secara pasti. Diperkirakan bahwa beberapa faktor yang sering
dikaitkan sebagaipenyebba hamil anggur ini diantara yaitu mutasi genetik
(buruknya kualitas sperma dan gangguan pada sel telur) yang mengakibatkan
pada kehamilan dimana janin akan mati dan tidak berkembang, kekurangan
vitamin A, darah tinggi, serta faktor gizi yang kurang baik. (Margareth ZH, 2013)
Ada juga yang megatakan akibat infeksi, defesoiensi makanan,dan
genetik. Yang paling cocok adalah teori Acosta Sison,yaitu defesisnsi protein.
Faktor resiko terdapat paa golongan sosioekonomirendah, usia dibawah 20 tahun,
dan parietas tinggi. (Mansjoer, Arief, 1999)
Faktor penyebab lain adalah :
1. Faktor ovum : ovummemang sudah patologik sehingga mati,tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imuniselektif dari tropoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Parietas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas . (Nugroho
Taufan, 2012)
2.3 Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
a. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b. Mola hidatidosa inkomplet (persial), jika disertai janin atau bagian
janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
dari penyakit trofoblast:
Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu
terjadi gangguan perdaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
4
terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblastadalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan kedalam villi sehingga timbul gelembung.
Studi dari Hertig
Mola hidatidosa semata-mata akibatakumulsi cairan yang
menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio
komplit pada minggu ketiga dan kelima.
Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan
melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Nugroho Taufan, 2012)
2.4 Pathway
Motalitas usus
Kekurangan volume
cairan
Distensi abdomen
5
Takut akan lukanya Penurunan TD Nafsu makan menurun
(anemis)
Nyeri
Intoleransi aktivitas
Adanya luka
Resiko infeksi
operasi, kurang
pengetahuan
perawatan luka Invasi mikroorganisme
2.4. Penatalaksanaan
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah:
Diagnosis ini akan menguntungkan prognosis.
Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fertilisasi
kesehatan dimana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan:
1. Evaluasi klinik dengan fokus padariwayat haid terakhir dan
kehamilan
2. Perdarahan tidak teratur atau spotting
3. Pembesaran abnormal uterus
4. Pelunakan serviks dan korpus uteri
5. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
6. Pastikan tidak ada janin (ballottement) atau DJJ sebelum
upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Winkjosastro atau
Acosta Sisson
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
6
Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau
perforasi uterus)
Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun
Pengelolaan mola hidatoidosa sebaiknya dilakukan di rumah sakit,
adapun langkah langkah pengelolaanyaa adalah:
Pengelolaan syok bila terjadi syok
Tranfusi darah bila kadar Hb < 8 gr%
Kuretase sebaiknya dengan vakumkuretase, kemudian
dilanjutkan dengan sendok kuret yang tumpul seelah terjadi
pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan oksitosin 10 iu
dalam500 ml Dextrose 5% apbila sondase uterus >12 cm
Pasca kuretase diberikan argometrin tablet 3x1 tablet/hari
Adanya penyulit pra-eklamsia dikelola sesuai dengan prokol
pre-eklamsia
Adanya penyulit tirotoksokosis dikelola dengan konsultasi
internis
Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan
pasca mola hidatidosa, selama 1-2 tahun dengan jadwal
sevbagai berikut:
a. 1x1 minggu pertama selama 1 bulan (4x)
b. 1x2 minggu selama 2 bulan (4x)
c. 1x1 bulan selama 4 bulan (4x)
d. 1x3 bulan selama 1 tahun (4x). Dilakukan sampai 2x
pemeriksaan berturut-turut negatif.
Untuk tidak megacaukan pengamaan, pasien danjurkan
menggunkan kontrasepsi kondom dan tidak hamil selama
pengawasan. (nugroho, taufan, 2012)
7
Ujisonde : sonde (penduga Rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati
kedalam kanali sservikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde
diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahan, kemungkinan
mola (cara Acosta-sison)
Fotorontgen abdomen: tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan
3-4 bulan)
Ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern)
dan tidak terlihat janin
Fotothoraks: pada mola ada gambaran emboli udara
Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
2.6 Komplikasi
Pendarahan hebat
Anemis
Syok
Infeksi
Perforasi uterus
Keganasan (PTG)
2.7 Penanganan
Penanganan terhadap hamil anggur meliputi 2 tahap, yaitu pengguguran
sesegera mungkin dan melakukan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya
gejala-gejala kanker korion (choriocarcinoma). Tindakan pengguguran harus di
lakukan segera supayakehamilan yang tidak normal itu bertambah besar dan
merusak kondisiibu. Pada wanita usia subur yang masih menginginkan anak
8
dilakukan dengan cara kuret, sedangkan pada wanita usia lanjut atau yang sudah
tidak menginginkan anak dapat dilakukan pengangkatan Rahim (histerektomi).
Pengguguran dan kuret harus disertai dengan transfuse darah karna ada
kemungkinan terjadi pendarahan yang banyak. Kemudiankira-kira 10-14 hari
setelah kuret pertama, dilakukan kuret yang kedua yang bertujuan untuk
menghasilkan Rahim yang benar-benar bersih.Wanita yang mengalami
Molahidatidosa boleh hamil lagi, tetapi harus menunggu sampai pemeriksaan
pengawasan selesai dilakukan. Bagi wanita yang belum mempunyai anak di
anjurkan menunda kehamilan selama 1 tahun, sedangkan bagi wanita yang sudah
mempunyai anak dianjurkan tidak hamil dulu selama 2 tahun.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
3. Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit molahidatidosa apa
tidak.
5. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung
6. Riwayat penyakit yang perna dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga
8. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
10
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya
10. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahan yang menyertainya.
11. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
12. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
1. Inspeksi
Adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu.
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2. Palpasi
Adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
11
3. Perkusi
Adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
4. Auskultasi
Adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
1. Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah
klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
2. Data lain-lain
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
3. Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
4. Status sosio-ekonomi
Kaji masalah finansial klien
12
5. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
13
Instrusikan pasien dan
keluarga untuk memonitor
tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang
tepat jika terjadi perdarahan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hamil anggur atau secara medis disebut milahidatidosa adalah suatu
bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepisel telur yang
kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupkana suatu hasil pembuahan
yang gagal. Jadi dalamproses kehamilanya mengalami yang berbeda dengan
kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal
terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung yang bergerombol
berbentuk menyerupai buah aggur. Semakin hari pertumbuhan gelembung
semakin banyak bahkan bisa berkembnag secara tepat.
3.2 Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit mola
hidatidosa diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Maka
dari itu kami dalam mengerjakan makalah sudah berusaha dengan semaksimal
mungkin untuk mencari reverensi yang terupdate dan buku-buku yang terbaru.
15
Dan apabila dalam hal isi makalah,bentuk tulisan yang terjadi kekeliruan maka
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga beranfaat, Amiin.
16
DAFTAR PUSTAKA
17