Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“MOLA HIDATIOSA”

Dosen pembimbing:

Mukhoirotin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Nama kelmpok:

1. Jamaludin arya dela


2. Winda noviya tari
3. Livia arum dani
4. Novi qurrotu aini

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2018

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa.
Karena dengan limpahan rahmat serta hidayahnya yang di anugerahkan kepada
kita sehingga dengan nikmat tersebut tugas ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadiran
junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tugas
ini sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharap saran
guna kesempurnaan dari tugas makalah kami ini. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi diri kami khususnya teman-teman mahasiswa -mahasiswi pada
umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah tempat kami kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa di
terima di sisi Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi besar Muhammad
SAW. Amin ya robbal alamin.

Jumat, 2 Maret 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
KONSEP DASAR................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ...................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .......................................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi................................................................................................... 4
2.4. Penatalaksanaan ............................................................................................ 6
2.5 Tes Diagnostik .............................................................................................. 7
2.6 Komplikasi .................................................................................................... 8
2.7 Penanganan .................................................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 10
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 10
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 13
3.3 Intervensi NANDA NIC-NOC .................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah sekelompok penyakit yang
berasal dari khorion janin. Berdasarkan gambaran proliferasi abnormal trofoblas
pada pemeriksaan patologi anatomi, PTG terdiri dari mola hidatidosa, korio
adenoma destruen (mola invasiv), koriokarsinoma dan plasental site trophoblastic
tumor.
Mola hidatidosa sebagai penyakit trofoblas gestasional jinak dibagi atas mola
komplit dan mola parsialis yang dapat dibedakan secara makros, histopatologis
dan sitogenetik.
Insiden mola hidatidosa bervariasi dari populasi diberbagai negara.
Dilaporkan, di Amerika Serikat 1:1000 kehamilan, Eropa 1:2000 kehamilan.
Asia berkisar 1:500 kehamilan dimana kejadiannya di Asia Tenggara 8 kali lebih
lebih besar seperti di Taiwan insidennya adalah 1:125 kelahiran hidup Diduga
faktor risiko mola hidatidosa adalah usia lebih dari 40 tahun, nutrisi ,ras dan lain-
lain.
Kejadian kasus mola hidatidosa dapat berulang pada kehamilan berikutnya;
secara berturut-turut atau diselingi oleh kehamilan normal., disebut mola
hidatidosa berulang (recurrent hydatidiform mole). Risiko terjadi mola
hidatidosa berulang sekitar 1 :100 kehamilan mola dan kejadian mola
hidatidosa berulang berkisar antara 0,6 % - 2,57 % terutama pada mola
hidatidosa komplit.
Pada kesempatan ini dilaporkan kasus mola hidatidosa berulang tiga kali
berturut-turut. Kasus ini menarik untuk dibahas karena beberapa alasan,
seperti :
 Insiden mola hidatidosa di Indonesia cukup tinggi akan tetapi kejadian
dan, laporan mola hidatidosa berulang, eksplorasi kausa mola
hidatidosa berulang jarang dilaporkan, terutama dari sitogenetika.
 Mola hidatidosa sebagai PTG jinak, 15% berkembang menjadi
keganasan korio karsinoma.

1
 Mola hidatidosa berulang memberikan pengaruh pada aspek
psikososial.
 Masih terdapat kontroversi penanganan mola hidatidosa berulang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari mola hidatidosa?
2. Bagaimana etiologi dari mola hidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi dari mola hidatidosa?
4. Bagaimana penatalaksanaan untuk menangani penyakit mola hidatidosa?
5. Apa discharge planning pada mola hidatidosa?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada mola hidatidosa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari mola hidatidosa
2. Untuk mengetahui etiologi dari mola hidatidosa
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari mola hidatidosa
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk menangani penyakit mola
hidatidosa
5. Untuk mengetahui discharge planning pada pasien mola hidatidosa
6. Untuk mengetahui discharge planning pada mola hidatidosa
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada mola hidatidosa

2
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak
berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi poliferasi tropoblast, dan ditemukan
villi korialis yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang
hpovaskular yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang
hipo vaskular atau avaskular, janin biasanya mennggal akan tetapi vilus-vilus
yang membesar dan edematus ituhidup atau tumbuh terus, gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Nugroho Taufan, 2012)
Hamil anggur atau secara medis disebut milahidatidosa adalah suatu
bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepisel telur yang
kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupkana suatu hasil pembuahan
yang gagal. Jadi dalamproses kehamilanya mengalami yang berbeda dengan
kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal
terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung yang bergerombol
berbentuk menyerupai buah aggur. Semakin hari pertumbuhan gelembung
semakin banyak bahkan bisa berkembnag secara tepat. (Margareth ZH, 2013)
Pada pemeriksaan laoratorium ddapatkan kadar HCG (dengan
pemeriksaan GM titrasi) atau didapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit
HGG pada ibu hamil tinggi. (Margareth ZH, 2013)
Dari berbgai referensi disebutkna bahwa kejadian hamil anggur pada
wanita asia adalah satu dari 80-120 kehamilan. Namun dengan semakin cepatnya
deteksi dini pada kehamilan yang bermasalah pada trimester pertama dengan alat
USG, aka sering kali buah kehamilan yang kosong segera diketahuidan tidak
sampai terjadi hamil anggur. Pada kasus mola hidatidosa, indung telur wanita
dapat mengandung kista lutein (bisa salah satu atau kedua indung telurnya) yang
akna hilang dengan sendirinya setelah mola dikeluarkan.selain itu, dari
pemeriksaan kromososm pada gelembung-gelembung tersebut, didapatkan kasus
polipoidi dan hampir pada semua kasus mola ternyata susunan seks kromatinya
adalah wanita. (Margareth ZH, 2013)

3
2.2 Etiologi
Faktor langsung penyebab hamil anggur ini hingga sekarang masih
belumdiketahui secara pasti. Diperkirakan bahwa beberapa faktor yang sering
dikaitkan sebagaipenyebba hamil anggur ini diantara yaitu mutasi genetik
(buruknya kualitas sperma dan gangguan pada sel telur) yang mengakibatkan
pada kehamilan dimana janin akan mati dan tidak berkembang, kekurangan
vitamin A, darah tinggi, serta faktor gizi yang kurang baik. (Margareth ZH, 2013)
Ada juga yang megatakan akibat infeksi, defesoiensi makanan,dan
genetik. Yang paling cocok adalah teori Acosta Sison,yaitu defesisnsi protein.
Faktor resiko terdapat paa golongan sosioekonomirendah, usia dibawah 20 tahun,
dan parietas tinggi. (Mansjoer, Arief, 1999)
Faktor penyebab lain adalah :
1. Faktor ovum : ovummemang sudah patologik sehingga mati,tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imuniselektif dari tropoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Parietas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas . (Nugroho
Taufan, 2012)

2.3 Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
a. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b. Mola hidatidosa inkomplet (persial), jika disertai janin atau bagian
janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis
dari penyakit trofoblast:
 Teori missed abortion
 Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu
terjadi gangguan perdaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya

4
terbentuklah gelembung-gelembung.
 Teori neoplasma dari Park
 Sel-sel trofoblastadalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan kedalam villi sehingga timbul gelembung.
 Studi dari Hertig
 Mola hidatidosa semata-mata akibatakumulsi cairan yang
menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio
komplit pada minggu ketiga dan kelima.
 Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan
melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Nugroho Taufan, 2012)

2.4 Pathway

Kematian ovum Mengalami keterlambatan - Vaktor ovum


didalam tubuh dalam pengeluaran - Akibat infeksi
- Paritas tinggi
Jangot-jangot korion - Keadaan sosial
Mengalami degenerasi
yang tumbuh berganda ekonomi yang lemah
dan mengandung ciran - Difesiensi protein
Kista-kista kecil seperti
anggur - Perdarahan
pervaginam berulang

Mola hidatidosa Tindakan infasif curtage

Tindakan pembedahan Pengaruh anestesi


histeroktomi

Motalitas usus
Kekurangan volume
cairan
Distensi abdomen

Bedrest total, malas


Perdarahan Mual/muntah
bergerak

5
Takut akan lukanya Penurunan TD Nafsu makan menurun
(anemis)

Deficit perawatan Ketidakseimbangan


diri Kurangnya suplai nutrisi kurang dari
darah ke otak dan kebutuhan tubuh
Terputusnya suplai nutrisi ke
jaringan saraf jaringan

Nyeri luka operasi Pusing dan kelemahan


fisik

Nyeri
Intoleransi aktivitas

Adanya luka
Resiko infeksi
operasi, kurang
pengetahuan
perawatan luka Invasi mikroorganisme

2.4. Penatalaksanaan
 Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah:
Diagnosis ini akan menguntungkan prognosis.
 Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fertilisasi
kesehatan dimana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan:
1. Evaluasi klinik dengan fokus padariwayat haid terakhir dan
kehamilan
2. Perdarahan tidak teratur atau spotting
3. Pembesaran abnormal uterus
4. Pelunakan serviks dan korpus uteri
5. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
6. Pastikan tidak ada janin (ballottement) atau DJJ sebelum
upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Winkjosastro atau
Acosta Sisson
 Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera

6
 Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau
perforasi uterus)
 Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun
Pengelolaan mola hidatoidosa sebaiknya dilakukan di rumah sakit,
adapun langkah langkah pengelolaanyaa adalah:
 Pengelolaan syok bila terjadi syok
 Tranfusi darah bila kadar Hb < 8 gr%
 Kuretase sebaiknya dengan vakumkuretase, kemudian
dilanjutkan dengan sendok kuret yang tumpul seelah terjadi
pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan oksitosin 10 iu
dalam500 ml Dextrose 5% apbila sondase uterus >12 cm
 Pasca kuretase diberikan argometrin tablet 3x1 tablet/hari
 Adanya penyulit pra-eklamsia dikelola sesuai dengan prokol
pre-eklamsia
 Adanya penyulit tirotoksokosis dikelola dengan konsultasi
internis
 Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan
pasca mola hidatidosa, selama 1-2 tahun dengan jadwal
sevbagai berikut:
a. 1x1 minggu pertama selama 1 bulan (4x)
b. 1x2 minggu selama 2 bulan (4x)
c. 1x1 bulan selama 4 bulan (4x)
d. 1x3 bulan selama 1 tahun (4x). Dilakukan sampai 2x
pemeriksaan berturut-turut negatif.
 Untuk tidak megacaukan pengamaan, pasien danjurkan
menggunkan kontrasepsi kondom dan tidak hamil selama
pengawasan. (nugroho, taufan, 2012)

2.5 Tes Diagnostik


 Pemeriksaan kadar beta HCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta
HCG darah atau urin

7
 Ujisonde : sonde (penduga Rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati
kedalam kanali sservikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde
diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahan, kemungkinan
mola (cara Acosta-sison)
 Fotorontgen abdomen: tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan
3-4 bulan)
 Ultrasonografi: pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern)
dan tidak terlihat janin
 Fotothoraks: pada mola ada gambaran emboli udara
 Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

2.6 Komplikasi
 Pendarahan hebat
 Anemis
 Syok
 Infeksi
 Perforasi uterus
 Keganasan (PTG)

Kasus kehamilan Molahidatidosa ini ada yang mendapat terapi pengobatan


juga dengan pil setelah kuretase. Namun demikian pada ibu hamil dengan keadaan
Molahidatidosa harus berupaya teratur kontrol agar tidak berkembang menjadi
penyakit kanker atau sel sel jinak berubah ganas.Beberapa efek samping yang
dapat timbul pada pemberian obat minum metotreksatprofilaksis adalah sariawan,
mual, muntah, diare, kulit kemerahan, juga kerontokan rambut, kadar Hb menurun
dsb. Oleh karena itu paling penting kontrol secara teratur.

2.7 Penanganan
Penanganan terhadap hamil anggur meliputi 2 tahap, yaitu pengguguran
sesegera mungkin dan melakukan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya
gejala-gejala kanker korion (choriocarcinoma). Tindakan pengguguran harus di
lakukan segera supayakehamilan yang tidak normal itu bertambah besar dan
merusak kondisiibu. Pada wanita usia subur yang masih menginginkan anak

8
dilakukan dengan cara kuret, sedangkan pada wanita usia lanjut atau yang sudah
tidak menginginkan anak dapat dilakukan pengangkatan Rahim (histerektomi).

Pengguguran dan kuret harus disertai dengan transfuse darah karna ada
kemungkinan terjadi pendarahan yang banyak. Kemudiankira-kira 10-14 hari
setelah kuret pertama, dilakukan kuret yang kedua yang bertujuan untuk
menghasilkan Rahim yang benar-benar bersih.Wanita yang mengalami
Molahidatidosa boleh hamil lagi, tetapi harus menunggu sampai pemeriksaan
pengawasan selesai dilakukan. Bagi wanita yang belum mempunyai anak di
anjurkan menunda kehamilan selama 1 tahun, sedangkan bagi wanita yang sudah
mempunyai anak dianjurkan tidak hamil dulu selama 2 tahun.

Dari berbagai litelatur disebutkan bila pemantauan sulit dari jangkauan


tenaga kesehatan beberapa ibu hamil dengan

2.8 Discharge Planning

1. Makan makanan yang mengandung protein tinggi sehingga meningkatkan


daya tahan tubuh
2. Konsultasikan dengan dokter jika menginginkan kehamilan lagi
3. Periksa kromosom ibu jika dicurigai infeksi firus
4. Kontrol keadaan kesuburan pasangan pria (spermatozoa), wanita faktor
ovum.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
3. Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit molahidatidosa apa
tidak.
5. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung
6. Riwayat penyakit yang perna dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga
8. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat

10
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya
10. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahan yang menyertainya.
11. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
12. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

3.1.1 Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
Adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu.
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2. Palpasi
Adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal

11
3. Perkusi
Adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
4. Auskultasi
Adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)

3.1.2 Pemeriksaan Laboratorium

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.

1. Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah
klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
2. Data lain-lain
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
3. Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
4. Status sosio-ekonomi
Kaji masalah finansial klien

12
5. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penjalaran penyakit
3. Ketidakseimbnagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder
akibat peningkatan kadar β- h CG
4. Intoleransi aktivitas
5. Resiko infeksi

3.3 Intervensi NANDA NIC-NOC


No. DIAGNOSA NIC NOC
1. Kekurangan (pencegahan perdarahan) (keseimbangan cairan)
volume cairan  Monitor dengan ketat  Tekanan darah (5)
berhubungan resiko terjadinya  Denyut nadi radial (5)
dengan perdarahan perdarahan pada pasien  Keseimbangan intake
pervaginam  Catat nilai HB dan dan outpute
hematokrit sebelum dan dalam 24 jam(5)
sesudah pasien kehilangan  Berat badan stabil(5)
darah  Turgor kulit(5)
 Monitor contoh  Kelembapan membran
perdarahan menetap mukosa(5)
 Lindungi asien dari  Kehausan (5)
trauma yang dapat  Kram otot(5)
menyababkan perdarahan  Pusing (5)
 Cegah
konstipasi,memotifasi untuk
meningkatkan asupan
cairan dan konsumsi
pelunak

13
 Instrusikan pasien dan
keluarga untuk memonitor
tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang
tepat jika terjadi perdarahan

2. Nyeri akut (Menejemen Nyeri) (Kontrol Nyeri)


berhubungan  Lakukan pengkajian  Mengenali kapan
dengan proses nyeri komprehensif yang nyeri terjadi (5)
penjalaran meliputi lokasi,  Menggambarkan
penyakit karakteristik,onset/durasi faktor penyebab(5)
, frekuensi, intensitas  Mengunakan tindakan
atau beratnya nyeri dan pencegahan (5)
faktor pencetus  Menggunakan
 Pastikan perawatan analgesik yang
analgesik bagi pasien direkomendasikan (5)
dilakukan pemantauan  Mengenali apa yang
yang ketat terkait dengan gejala
 Gunakan strategi nyeri (5)
omunikasi terapiutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hamil anggur atau secara medis disebut milahidatidosa adalah suatu
bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepisel telur yang
kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupkana suatu hasil pembuahan
yang gagal. Jadi dalamproses kehamilanya mengalami yang berbeda dengan
kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal
terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung yang bergerombol
berbentuk menyerupai buah aggur. Semakin hari pertumbuhan gelembung
semakin banyak bahkan bisa berkembnag secara tepat.

3.2 Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit mola
hidatidosa diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Maka
dari itu kami dalam mengerjakan makalah sudah berusaha dengan semaksimal
mungkin untuk mencari reverensi yang terupdate dan buku-buku yang terbaru.

15
Dan apabila dalam hal isi makalah,bentuk tulisan yang terjadi kekeliruan maka
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga beranfaat, Amiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho taufan, 2012, Patologi Kebidanan, Yogyakarta:Nuha medika.


Mansjoer Arif,dkk, 1999, Kapita selekta kedokteran, Jakarta: media aesculapius.

17

Anda mungkin juga menyukai