Anda di halaman 1dari 10

MENERAPKAN PENERIMAAN ANGGARAN

Kebijakan Fiskal dan Alokasi Penerapan Anggaran Pendapatan


Belanja Negara sebagai Perencanaan Pembangunan

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan pemerintah dengan


cara meningkatkan atau menurunkan pendapatan dalam bidang anggaran dan
belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian. Menurut J.M. Keynes kebijakan fiskal sangat penting untuk
mengatasi pengangguran yang relatif serius. Melalui kebijakan fiskal ini
pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan
nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Fungsi utama dari kebijakan fiskal antara lain adalah :
1. Fungsi alokasi Dalam penerapan fungsi ini kebijakan fiskal berperan aktif
mengalokasikan atau mengatur faktor-faktor produksi yang sudah ada di
masyarakat secara lebih maksimal. Dan jika faktor ekonomi tersebut dapat dikelola
dengan baik maka dapat membantu pemenuhan kebutuhan rakyat disamping juga
memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara luas.
2. Fungsi distribusi adalah fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian
pendapatan nasional dapat merata untuk semua kalangan. penerapan kebijakan
fiskal dapat dimulai dari sistem yang mengatur pembagian dan pemerataan hasil
pendapatan negara. Hal ini tentunya menjadi faktor yang sangat penting mengingat
tidak jarang pendistribusian pendapatan negara tidak benar-benar sampai dengan
baik hingga ke rakyat banyak.
3. Fungsi stabilisasi adalah untuk terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama
berupa kesempatan kerja yang tinggi,tingkat harga barang pokok relatif stabil, dan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai. Ketiga faktor tersebut merupakan hal
yang harus diperhatikan untuk memenuhi fungsi stabilitas dari kebijakan fiskal.
Berdasarkan penerapan kebijakan fiskal, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari
kebijakan fiskal adalah :
a. Mencegah pengangguran dan meningkatkan kesempatan kerja.
b. Untuk stabilitas harga.
c. Untuk mengatur laju investasi.
d. Untuk mendorong investasi sosial secara optimal.
e. Untuk menanggulangi inflasi.
f. Meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional.
g. Untuk meningkatkan dan meredistribusikan pendapatan nasional.

Sedangkan pada penerapan kebijakan fiskal dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam
yaitu :
A. Pembiayaan Fungsional. Beberapa hal yang penting dari macam kebijakan ini
diantaranya adalah :
1) Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta bukan untuk penerimaaan
pemerintah. Jadi apabila dalam perekonomian masih ada pengangguran maka pajak
tidak diperlukan.
2) Apabila terjadi inflasi yang berlebihan maka pemerintah melakukan pinjaman luar
negeri untuk mendanai penarikan dana yang tersedia dalam masyarakat.
3) Apabila pajak dan pinjaman dirasa tidak tepat maka pemerintah melakukan
pinjaman dalam negeri dalam bentuk pencetakan uang.
B. Pengelolaan Anggaran. Menurut kebijakan ini terpenting adalah :
1) Terdapat hubungan langsung antara belanja pemerintah dengan penerimaan pajak
dengan penyesuaian anggaran untuk memperkecil ketidakstabilan ekonomi.
2) Dalam masa depresi dimana banyak pengangguran maka belanja pemerintah
adalah merupakan satu-satunya jalan terbaik untuk mengatasinya.
C. Stabilitas Anggaran Otomatis. Dalam kebijakan ini diterapkan adalah :
1) Dalam periode kesempatan kerja penuh pajak akan diusahakan surplus.
2) Apabila dalam perkonomian terjadi kemunduran ekonomi maka program pajak
tidak diubah, akan tetapi konsekwensinya penerimaan pajak menurun, dan
pengeluaran pemerintah semakin besar.
D. Anggaran Belanja Seimbang. Dalam kebijakan ini yang dilakukan oleh pemerintah
adalah:
1) Menerapkan anggaran belanja defisit pada masa krisis ekonomi.
2) Menerapkan anggaran surplus pada masa inflasi.

Secara teoritis dalam konteks Negara kesatuan pemerintah pusat


menjadikontrol yang utama dan terakhir bagi pembangunan daerah. Pembangunan
daerah semestinya dilaksanakan oleh pemerintah daerah karena pemerintah daerah
yang lebih memahami apa yang lebih diperlukan oleh daerah yang
diperintahnya.Untuk menjalankan suatu pembangunan di daerah, pemerintah
daerah menggunakan anggaran daerah yang berasal dari PAD (Pendapatan Asli
Daerah). Seperti yang kita ketahui PAD tiap daerah relative kecil. Pelaksanaan
perencanaan kegiatan secara terpadu di daerah dalam jangka waktu tertentu
tercermin dalam bentuk APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Selama ini sumber-sumber keuangan yang potensial dari suatu daerah dikuasai oleh
pemerintah pusat.
Oleh karena itu harus ada perimbangan keuangan antara pemerintahpusat dan
daerah. Ketentuan ini telah diatur dalam peraturan perundangundanganyakni
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan demikian pemerintah daerah mendapatkan
pembagian keuangan yang adil dan sesuai dengan potensi daerahnya.
Pengalokasian DAK (Dana Alokasi Khusus) ini sangat tergantung dari ketersediaan
dana APBN. Dengan keterbatasan dari pendistribusian DAK ini maka sangat
penting untuk mengetahui bagaimana pengaturan serta pemanfaatan DAK ini yang
dilakukan oleh pemerintah masing-masing daerah.Dana alokasi khusus juga
dijelaskan dalam pasal 38 sampai dengan pasal 42 Undang-Undang No. 33 Tahun
2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Puasat dan Daerah. Dana
Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai
denganprioritas nasional.Maka Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk
membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mancapai
standar tententu atau untuk percepatan pembangunan daerah.
Dasar hukum pelaksanaan Dana Alokasi Khusus di setiap daerah diIndonesia
didasarkan pada Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain Undang-Undang
tersebut diatas dana perimbangan juga diatur dalam bentuk Peraturan Pemerintah
No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Pengalokasian Dana Alokasi
Khusus untuk setiap daerah dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan yang akan diberikan tiap tahun
kepada setiap Kabupaten dan Kota yang akan menerima pengalokasian Dana
Alokasi Khusus dari dana APBN. Sedangkan penetapan Dana Alokasi Khusus dan
pedoman umum pengelolaannya dilaksanakan oleh masing-masing daerah
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang akan diberikan tiap Tahun
Anggaran kepada masing-masing daerah.
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU, adalah dana perimbangan dan
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi. DAU sebagai salah satu elemen desentralisasi
fiskal menjadi elemen penting bagi pemerintah daerah untuk menutup pembiayaaan
daerah implikasinya, DAU dialokasikan kepada setiap daerah dalam rangka
menjalankan kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. DAU yang merupakan transfer pemerintah pusat kepada daerah
bersifat “block grant”, yang berarti daerah diberi keleluasaan dalam penggunaannya
sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah dengan tujuan untuk
menyeimbangkan kemampuan keuangan antardaerah.
Desentralisasi fiskal melalui instrumen utama dana alokasi umum atau DAU
dan pemberlakuan Undang-Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
berhasil memberikan kontribusi bagi daerah untuk menekan ketimpangan di
Indonesia? Pertanyaan inilah yang menjadi titik berat yang harus dikaji lebih
dalam, mengingat masih besarnya disparitas antar daerah di Indonesia. Disparitas
antardaerah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ketidakmerataan dalam hal
penguasaan sumber daya alam atau sumber penerimaan antara daerah satu dan
daerah lainnya, selain juga perkembangan industri setempat. Porsi kecil yang
diterima daerah tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan di daerah-daerah tersebut, karena sebagian besar hasil
eksplorasi sumber daya lebih banyak di pusat dibanding di daerah.
Landasan hukum pelaksanaan DAU adalah UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah. Sebagai amanat UU No.33
Tahun 2004, alokasi yang dibagikan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah
Pusat minimal 26 persen dari total penerimaan dalam negri netto. Dengan
ketentuan tersebut maka, bergantung pada kondisi APBN dan Fiscal Sustainability
Pemerintah Indonesia, alokasi DAU dapat lebih besar dari 26 persen dari total
pendapatan dalam negeri netto. DAU diberikan berdasarkan celah fiskal dan
alokasi dasar. Celah fiskal merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan
kapasitas fiskal daerah, kebutuhandaerah dihitung berdasarkan variabel-variabel
yang ditetapkan undang-undang sedangkan perhitungan kapasitas fiskal didasarkan
atas Penerimaan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah.
Sementara Alokasi Dasar dihitung berdasarkan gaji PNS daerah.
Kebutuhan Fiskal dapat diartikan sebagai kebutuhan daerah untuk membiayai
semua pengeluaran daerah dalam rangka menjalankan fungsi/kewenangan daerah
dalam penyediaan pelayanan publik. Dalam perhitungan DAU, kebutuhan daerah
tersebut dicerminkan dari variabel-variabel kebutuhan fiskal sebagai berikut :
a. Jumlah Penduduk
b. Luas Wilayah
c. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
d. Indeks Kemiskinan Relatif (IKR)
Kapasitas fiskal daerah merupakan kemampuan pemerintah daerah untuk
menghimpun pendapatan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Potensi
penerimaan daerah merupakan penjumlahan dari potensi PAD dengan DBH Pajak
dan SDA yang diterima oleh daerah.Berdasarkan UU diatas, setiap daerah yang
memiliki kapasitas fiskal yang lebih besar dari kebutuhan fiskal maka dapat
menerima penurunan DAU, dan atau tidak menerima sama sekali pada tahun
berikutnya. Dasar inilah yang digunakan pemerintah untuk memberikan predikat
daerah “Kaya”. Daerah kaya berdasarkan penetapan diatas tidak memperoleh DAU.

PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.PDB atas dasar harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke
tahun.
Dari data PDB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya,
seperti :
1. Produk Nasional Bruto
yaitu PDB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu
sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik
penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan
yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.
2. Produk Nasional Neto atas dasar harga pasar
yaitu PDB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap
yang digunakan dalam proses produksi selama setahun.
3. Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi
yaitu produk nasional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak
langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang
dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah.
Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap
barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat
menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk nasional
neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan Nasional.
4. Angka-angka per kapita
yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

KEGUNAAN STATISTIK PENDAPATAN NASIONAL


Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat
diperoleh dari data ini antara lain adalah : PDB harga berlaku nominal
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar,
begitu juga sebaliknya. PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.
PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setipa sektor dari tahun ke tahun.
Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi
yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu
negara. PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan
jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
luar negeri.
Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan
dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ekonomi.PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur
laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.PDB dan PNB
per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per kepala
atau per satu orang penduduk.PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu
negara.
KONSEP DAN DEFINISI PDB PENGELUARAN
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang
dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga
berfungsi sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan
jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai
individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan
tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban,
serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama utamanya kelompok
makanan dan perumahan (UN, 1993).
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah
dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan
barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi)
ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT
secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social
transfer in kind-purchased market production).
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Secara garis besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk
menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan
barang modal meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari
dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk
perbaikan besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal
meliputi penjualan barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau
barter kepada pihak lain).
Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan
penambahan serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal
mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan.
Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur
penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed
Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan pada
proses produksi secara normal selama satu periode.
4. Inventori
Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk
digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau
digunakan dengan cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain,
yang akan digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami
proses lebih lanjut.
5. Ekspor – Impor
Secara umum, konsep ekspor-impor luar negeri yang digunakan dalam penyusunan
PDB/PDRB Penggunaan mengacu pada System of National Accounts (SNA) 1993.
Dalam SNA 1993, transaksi ekspor-impor barang luar negeri dalam komponen
PDRB Penggunaan Provinsi merupakan salah satu bentuk transaksi internasional
antara pelaku ekonomi yang merupakan residen suatu wilayah Provinsi terhadap
pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Transaksi ekspor barang didefinisikan
sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter,
hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap
pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Sebaliknya, impor barang didefinisikan
sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter,
hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident)
terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan
negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran
yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan
dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
· Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
· Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat
rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
· Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
· Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
· Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
· Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Prinsip penyusunan APBN


Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
1) Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
2) Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3) Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:
i. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
ii. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
iii. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

Azas penyusunan APBN


APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
· Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
· Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
· Penajaman prioritas pembangunan
· Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara

Anda mungkin juga menyukai