A. Kompetensi Inti
3.5 Mengevaluasai teks anekdot dari aspek 3.5.1 Menentukan pokok-pokok isi tersirat dalam
makna tersirat teks anekdot
3.5.2 Menentukan penyebab kelucuan dalam teks anekdot
3.5.3 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna yang
tersirat dalam anekdot
4.5 Mengontruksi makna yang tersirat 4.5.1 Menentukan makna yang tersirat dalam teks
dalam sebuah teks anekdot anekdot.
4.5.2 Mengontruksi teks anekdot dengan memerhatikan
makna yang tersirat dalam teks anekdot
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran discoveri,
peserta didik dapat mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna yang tersirat dalam teks anekdot dan
terampil mengontruksi teks anekdot dengan memerhatikan makna yang tersirat dalam teks
anekdot dengan rasa ingin tahu, responsif, dan tanggung jawab selama proses pembelajaran dan
bersikap jujur, percaya diri, serta pantang menyerah
D. Materi
teks anekdot
makna tersirat teks anekdot
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik approach
Model : discovery learning (pertemuan pertama),
Problem base learning (pertemuan ke- 2)
Metode : penugasan, tanya jawab, diskusi.
F. Media/Alat
1. Media/Alat : Lembar Kerja, LCD
1. Suherli, dkk. 2017. Buku Peserta didik Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
2. Suherli, dkk. Buku Pendidik Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
3. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK.
Bandung: Yrama Widya
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (@2 ×45 menit)
Nilai Karakter
Alokasi
Tahap Langkah-Langkah Pembelajaran (PPK), Literasi,
Waktu
4C, HOTS
1. Pendahuluan:1. Peserta didik merespon salam Religius 10 menit
danmensyukuri anugerahTuhan dan saling
mendoakan.
2. Peserta didik merespon apersepsi yang Rasa ingin tahu
disampaikan Pendidikk dengan pertanyaan
: “ pernahkah Anda mengalami atau
melihat kejadian lucu?”, Apakah kejadian
tersebut termasuk anekdot?
3. Peserta didik menerima informasi tentang
materi dan tujuan yang akan dipelajari serta
kegiatan pembel-ajaran yang akan
dipelajari dalam teks biografi.
Komunikatif
(Communicative)
Kreativitas
(Creativity)
Pertemuan kedua
(2 X 45 menit)
Nilai Karakter
Alokasi
Tahap Langkah-Langkah Pembelajaran (PPK), Literasi,
Waktu
4C, HOTS
1. 1. Peserta didik merespon salam danmensyukuri Religius 5 menit
Pendahuluan: anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
2. Peserta didik merespon pertanyaan Pendidik
tentang materi pembelajaran pada pertemuan Rasa ingin tahu
sebelumnya, “ Apa yang kalian ketahui tentang
anekdot?”; “ Bagaimana cara membedakan
anekdot dengan humor?”
3. Peserta didik menerima informasi tentang
materi dan tujuan yang akan dipelajari serta
kegiatan pembel-ajaran yang akan dipelajari
dalam teks anekdot.
2. Inti 70 menit
Mengamati
1. Peserta didik membaca teks anekdot
Literasi
Mempertanyakan
2. Peserta didik bertanya jawab tentang langkah- Rasa ingin tahu
langkah menyusun kembali teks anekdot
Mengekplorasi
3. Peserta didik mendiskusikan hasil temuan
terkait langkah-langkah menulis teks anekdot
Mengasosiasi Kerja sama
4.Peserta didik menyusun kembali teks (Collaborative)
anekdot
Berpikir kritis
Menginformasikan (Critical thinking)
5. Peserta didik membacakan hasil menyusun
teks anekdot yang dibuatnya di depan kelas Kerja sama
6. Peserta didik saling menilai Berpikir kritis
kebenaran/ketepatan berdasarkan makna yang
Komunikatif
tersirat dalam teks anekdot dengan bimbingan (Communicative)
pendidik.
7. Peserta didik menanggapi karya teman yang Kreativitas
dibacakan secara santun (Creativity)
3. Penutup a. Pendidik bersama peserta didik yaitu 15 menit
membuat simpulan hasil pembelajaran dan
merefleksi manfaat pembelajaran teks biografi
bagi kehidupan nyata.
b. Pendidik melaksanakan penilaian
c. Peserta didik menerima tugas untuk (a) HOTS
mencari contoh teks anekdot dan (b)
mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna
yang tersirat.
d. Peserta didik menerima informasi rencana
materi pembelajaran yang akan datang.
I. Penilaian
1. Kompetensi keagamaan dan sosial
a. Teknik penilaian : observasi/ pengamatan
b. Bentuk : catatan hasil observasi
c. Instrumen : jurnal (terlampir)
2. Kompetensi Pengetahuan:
a. Teknik penilaian : tes
b. Bentuk Penilaian : Tes lisan (kuis) dan penugasan indiividu dan kelompok.
c. Instrumen penilaian : kuis (daftar soal) dan lembar kerja. (terlampir)
3. Kompetensi keterampilan :
a. Teknik penilaian : penugasan.
b. Bentuk : tugas tertulis.
c. Instrumen penilaian : lembar kerja dan penilaian presentasi
4. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor
sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tugas remedial, dilakukan sebanyak 3 kali yaitu dengan cara menugaskan kepada peserta didik
untuk membenahi tugas yang telah dikerjakan sehingga memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
5. Pengayaan
Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai
berikut:
a. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
b. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
Lampiran:
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar atau membaca cerita lucu. Cerita lucu tersebut
bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada
cerita lucu yang dibuat benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk
tujuan lainnya.
Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk
menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat
yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting
(tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian
dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita),
tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun
demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.
Lampiran:
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin
menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari
terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak
sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang
akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah,
namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke
sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai.
Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian Si Keledai mulai
membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman
terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi
bukunya.
“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya”, kata Nasrudin. Timur Lenk
merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada
Nasrudin. Namun, ia minta jawaban “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku.
Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk
bisa makan biji-biji itu, kalau tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya.
Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku itu”.
Lampiran:
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahapeserta didik sedang berbincang-
bincang.
Tono : “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau
berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono : “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin : “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono : “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin : “Loh, apa hubungannya.”
Tono : “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin : “???”
......................................... ...........................................
NIP NIP