Anda di halaman 1dari 95

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP ASIMETRI

INFORMASI DENGAN UKURAN PERUSAHAN SEBAGAI


VARIABEL MODERATING ( STUDI DI PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI JII TAHUN 2013 – 2015 )

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

RIKI PRASETYO
NIM. 12.22.2.1.1107

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2017

i
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO

“Man jadda wa jadda”


Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
,Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,
yang memberatkan punggungmu
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan)
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah 1-8)

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka
mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka” (QS. Ar. Ra’ad: 11)

“Tak ada langkah mundur bagi orang yang ingin maju. Tak ada kemajuan bagi
orang yang menghendaki mundur” (KH. Wachid hasyim)

vii
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan segenap cinta dan doa


Karya yang sederhana ini untuk:

Bapak dan Ibu tercinta


Kakak dan adek tercinta

Yang selalu memberikan doa, semangat dan kasih sayang


Yang tulus dan tiada ternilai besarnya
Terimakasih …

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadap Asimetri Informasi dengan

Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating”. Skripsi ini disusun untuk

menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi Syariah, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya telah banyak mendapatkan dukungan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran,

waktu, tenaga dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan

setulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Mudofir, S.Ag, M.Pd., Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

2. Drs. H. Sri Walyoto, MM., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

3. Marita Kusuma Wardani, SE., M.Si., Ak., C.A., Ketua Jurusan Akuntansi

Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Helmi Haris, SHI. MSI., dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis

menyelesaikan skripsi.

5. Biro Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas bimbingannya dalam

menyelesaikan skrispi.

ix
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta

yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

7. Ibu dan Bapakku, terimakasih atas doa, cinta dan pengorbanan yang tak

pernah ada habisnya, kasih sayangmu tak akan pernah kulupakan.

8. Sahabat-sahabatku dan teman-teman angkatan 2012 yang telah

memberikan motivasi kepada penulis selama penulis menempuh studi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

atas segala bantuannya.

Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya doa serta

puji syukur kepada Allah SWT, semoga memberikan balasan kepada semuanya.

Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 24 Desember 2016

Penulis

x
ABSTRACT

The purpose of this study was determined the influence of Voluntary


disclosure to the Asymmetry Information with size firm as an moderating
variable. The population in this studes are all companies listed in the Jakarta
Islamic Index (JII). The sampling technique wes using purposive sampling method
and obtained Sampel of 48 observations.
The dependent variable (y) from this study is Asymmetry Information .
For the independent variable (x) is Voluntary Disclosure and moderating variable
(z) is the firm size. An analysis used simple regression and moderated regression
analysis with the help of SPSS program.
The results of research showed that: (1). Voluntary Disclosure didn’t
have significant effect on Asymmetry Information shown value t value from the
calculation bigger ttable than ( 3,098> 2,0129 ) with a probability of 0,05 > 0,004;
then H1 accepted ; (2). The Size firm were able to moderate the influence of
voluntary discosure on asymatry information.

Keywords: Asymmetry Information , Voluntary Disclosure, firm Size.

xi
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan


sukarela terhadap asimetri informasi dengan ukuran perusahaan sebagai variabel
moderating. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling dan diperoleh sampel penelitian 48 pengamatan.
Untuk variabel dependen (y) dari penelitian ini adalah asimetri informasi.
Untuk variabel independen (x) yaitu pengungkapan sukarela dan variabel
moderating (z) yaitu) ukuran perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif. Untuk alat analisis data dengan regresi sederhana dan
moderated regression analysis dengan bantuan program SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) pengungkapan sukarela
berpengaruh signifikan terhadap Asimetri informasi ditunjukkan nilai thitung lebih
besar dari t table (3,098 > 2,0129) dengan probabilitas sebesar 0,05 > 0,004 hal ini
berarti H1 diterima; 2) ukuran perusahaan mampu memoderasi pengaruh
pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi.

Kata kunci: Asimetri informasi, Pengungkapan sukarela, Ukuran perusahaan.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN BIRO SKRIPSI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ............................................. iv

HALAMAN NOTA DINAS ....................................................................................v

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASAH .................................................... vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

ABSTRACT ........... .............................................................................................. xi

ABSTRAK ............. ............................................................................................. xii

DAFTAR ISI .......... ............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .. ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang..................................................................................1

1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................11

1.3. Batasan Masalah .............................................................................11

1.4. Rumusan Masalah ..........................................................................11

1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................12

1.6. Manfaat Penelitian ..........................................................................12

xii
1.7. Jadwal Penelitian ............................................................................12

1.8. Sistematika Penulisan Skripsi.........................................................13

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................14

2.1. Kajian teori .....................................................................................14

2.1.1 Pengungkapan.......................................................................14

2.1.2 Asimetri informasi .................................................................21

2.1.3 Ukuran perusahaan ................................................................24

2.1.4 Teori Agensi ..........................................................................25

2.1.5 Teori Signaling ......................................................................26

2.1.6 Laporan Keuangan.................................................................27

2.1.7 Pasar Modal Syariah ..............................................................33

2.1.7 Jakarta Islmic Index ..............................................................36

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................38

2.3. Kerangka Berfikir ...........................................................................40

2.4. Hipotesis .........................................................................................42

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................44

3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian .......................................................44

3.2. Jenis Penelitian ...............................................................................44

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel ....................44

3.3.1. Populasi ................................................................................44

3.3.2. Sampel .................................................................................45

3.3.3. Teknik Pengumpulan Sampel ..............................................45

3.4. Data dan Sumber Data ....................................................................47

xiii
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................47

3.6. Variabel Penelitian .........................................................................48

3.7. Definisi Operasional Variabel ........................................................48

3.8. Teknik Analisis Data ......................................................................49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .............................................56

4.1. Gambaran Umum Penelitian ..........................................................56

4.2. Pengujian dan Hasil Analisis Data .................................................57

4.2.1 Statistik Deskriptif .................................................................57

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ......................................................59

4.2.3 Uji Kelayakan Model ............................................................62

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis ................................................................64

4.3. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................66

4.3.1 Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhaap Asimetri

Informasi .............................................................................66

4.3.1 Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhaap Asimetri

Informasi yang Dimoderasi oleh Ukuran Perusahaan..........67

BAB V PENUTUP . ...............................................................................................71

5.1. Kesimpulan .....................................................................................71

5.2. Keterbatasan Penelitian ..................................................................71

5.3. Saran-Saran .....................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................74

LAMPIRAN ........... . ..............................................................................................81

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Data-data Laporan Keuangan Tahunan Wajib ......................................19

Tabel 2.2. Daftar Saham Syariah berdasarkan DES ..............................................37

Tabel 3.1. Hasil Pemilihan Sampel .......................................................................45

Tabel 3.2. Daftar Nama Perusahan Sampel ..........................................................46

Tabel 3.3. Definisi Operasional Variabel ...............................................................48

Tabel 3.4. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ...............................52

Tabel 4.1. Perusahan Sampel ................................................................................56

Tabel 4.2. Statistic Deskriptif ................................................................................57

Tabel 4.3. Uji Normalitas .......................................................................................59

Tabel 4.4. Uji Multikolinearitas .............................................................................60

Tabel 4.5. Uji Heteroskedistasitas..........................................................................61

Tabel 4.6. Uji Autokorelasi ....................................................................................62

Tabel 4.7. Uji F ............ .........................................................................................63

Tabel 4.8. Uji Koefisien Determinasi ....................................................................63

Tabel 4.9. Hasil Uji Variabel Moderating ..............................................................64

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir ..............................................................................41

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup ......................................................................78

Lampiran 2 : Jadwal Penelitian .............. ..............................................................79

Lampiran 3 : Daftar Nama Perusahaan Sampel ....................................................80

Lampiran 4 : Daftar Harga Saham tertinggi dan Terendah ....................................81

Lampiran 5 : Total Aset Perusahaan ....... ..............................................................83

Lampiran 6 : Item Pengungkapan Sukarela ...........................................................85

Lampiran 7 : Daftar Pengungkapan Sukarela ........................................................86

Lampiran 8 : Data Penelitian..................................................................................87

Lampiran 9 : Uji Deskriptif ....................................................................................89

Lampiran 10 : Uji Normalitas ................................................................................90

Lampiran 11 : Uji Multikolinearitas ......................................................................91

Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas ....................................................................92

Lampiran 13 : Uji Autokorelasi .............................................................................93

Lampiran 14 : Uji MRA (Moderated Regression Analysis)……………………. 94

xvii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini dunia perekonomian banyak mengalami perkembangan seiring

dengan bertambahnya waktu. Perkembangan kondisi lingkungan ekonomi tersebut

banyak berpengaruh terhadap dunia usaha dan menciptakan persaingan yang

semakin ketat dalam dunia usaha. Untuk dapat bersaing perusahaan diharapkan

untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya.

Ketatnya persaingan usaha menutut banyak perusahaan di Indonesia untuk

lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya. Meningkatnya

permintaan dan kepentingan bagi pihak lain menjadikan penyediaan informasi

yang luas dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak perusahaan

merupakan suatu keharusan. Suatu informasi dianggap informatif jika informasi

tersebut relevan dan dapat mengubah keyakinan serta dapat membentuk

kepercayaan baru bagi stakeholder dalam mengambil keputusan.

Laporan keuangan perusahaan merupakan media komunikasi antara

perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan

perkembangan perusahaan. Bagi perusahaan itu sendiri informasi digunakan

terutama oleh para investor dan calon investor kaitannya dalam pengambilan

keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat dapat membantu investor

untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat sehingga hasilnya sesuai

dengan yang diharapkan. Sedangkan bagi masyarakat informasi digunakan

sebagai dasar penilaian terhadap perusahaan (Widiyatmoko, 2011).


2

Supaya pengguna laporan keuangan dapat memahami isi laporan keuangan

dengan jelas, maka laporan kauangan harus disusun berdasarkan pada prinsip

akuntansi yang telah ditentukan. Perusahaan di Indonesia yang melakukan

penawaran kepada publik atau go public wajib menyampaikan laporan

perusahaannya kepada Bapepam. Laporan tersebut dapat berupa laporan keuangan

saja maupun laporan tahunan.

Laporan keuangan perusahaan yang diungkapkan ke publik diharapkan

mampu mencerminkan kondisi keuangan perusahaan sesuai dengan kondisi riil

yang dihadapinya sehingga dapat memberikan informasi yang jelas bagi pihak-

pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Penyajian informasi yang riil, dapat

berpedoman pada aturan-aturan yang menyebutkan standar pengungkapan yang

sebaiknya disajikan perusahaan dalam laporan keuangannya (Fuad, 2006).

Kepentingan para stakeholder yang menghendaki pengungkapan laporan

keuangan yang transparan dan lengkap bertentangan dengan kepentingan

manjeman perusahaan yang tidak dapat menyampaikan informasi yang bersifat

penting dan rahasia. Perbedaan kepentingan antara stakeholder dengan perusahaan

tersebut dapat memunculkan asimatri infomasi. Asimetri informasi adalah kondisi

yang terjadi pada saat terdapat perbedaan informasi yang dimiliki oleh perusahaan

dengan informasi yang dimiliki oleh stakeholder (Adhi, 2012).

Adhi (2012) menjelaskan lebih lanjut bahwa, adanya asimetri informasi

dalam perusahaan jelas merugikan investor atau calon investor, karena investor

memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan informasi yang

dimiliki perusahaan.
3

Teori agensi juga mengimplikasikan terjadinya asimetri informasi antara

manajer sebagai agen dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan pemegang

saham/investor, dimana manajemen memiliki informasi lebih banyak dan akurat

serta akan cenderung menyampaikan kondisi perusahaan yang baik. Manajeman

juga beminat menyampaikan informasi yang meningkatkan kredibilitasnya dan

kesuksesan perusahaan, meskipun informasi itu tidak diwajibkan. Pengungkapan

dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi yang penting bagi investor

untuk pengambilan keputusan.

Dalam upaya meningkatkan kepercayaan para investor untuk menanamkan

modal, perusahaan memberikan informasi akuntansi yang diungkapkan dalam

laporan tahunan perusahaan berupa, pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

dan pengungkapan sukarela (voluntory disclosure). Pengungkapan laporan

keuangan bermanfaat memberi pedoman bagi para investor dan stakeholder

lainnya dalam membuat keputusan ekonomi supaya terarah dan dapat memperoleh

keuntungan dari investasi yang dilakukannya. (Rahmawati, dkk, 2006).

Pengungkupan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan

dewan komisaris, laporan dewan direksi, profit perusahaan, analisis dan

pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas

laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi yang

diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen

perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang

dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan


4

tahunannya. Investor menggunakan pengungkapan-pengungkapan yang berasal

dari perusahaan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasinya.Dengan

adanya pengungkapan sukarela yang melebihi yang diwajibkan manajeman dapat

mengurangi asimetri informasi antara manajeman dengan para stakeholder.

Teori pensignalan merupakan teori yang mendasari adanya pengungkapan

sukarela. Teori ini menyatakan bahwa manajeman selalu berusahan untuk

mengungkapkan informasi rahasia yang menurut pertimbangan sangat diminati

oleh investor dan pemengang saham, khusunya kalau informasi tersebut berupa

berita baik. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan

sinyal pada pasar (publik), dengan demikian pasar diharapkan dengan

membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Yoga, 2010).

Dari segi ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika

informasi tersebut akan menigkatkan nilai perusahaan. Dalam bukunya, Baridwan

(2010), menyatakan kriteria utama informasi akuntansi adalah harus berguna

untuk pengambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi itu harus

mempunyai dua sifat utama, yaitu relevan dan dapat dipercaya.

Perusahaan mengungkapkan informasi komprehensif tentang perusahaan

diluar informasi finansial bertujuan agar perusahaan dipandang memiliki nilai

positif dimasyarakat dalam rangka melakukan bisnisnya. Untuk itu perusahaan

berusaha memberikan informasi yang sebaik-baiknya tentang kondisi perusahaan

guna memberikan signal positif bagi pengguna informasi dan diharapkan

memberikan dampak yang positif terhadapa penilaian perusahaannya sehingga

perusahaan dipandang baik oleh para stakeholder. Dan dapat mengurangi


5

kesenjangan informasi antara manajeman dan pihak lain khusunya pemegang

saham dan para investor.

Mardiyah (2001), bahwa apabila terjadi asimetri informasi rendah,

maka dibutuhkan pengungkapan dengan tingkat yang tinggi untuk

menurunkan biaya modal. Pengungkapan sukarela yang disampaikan dalam

laporan tahunan berguna untuk memberikan tambahan informasi guna

menurunkan asimetri informasi karena pengungkapan dalam laporan tahunan

merupakan sumber informasi yang penting bagi investor untuk pengambilan

keputusan investasi.

Adapun faktor lain yang juga mempengaruhi seberapa baik laporan yang

disajikan yaitu ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar memiliki basis

kepentingan yang lebih luas daripada perusahaan kecil, sehingga nilai informatif

yang terkandung di laporan keuangannya harus lebih baik daripada perusahaan

kecil. Dengan bertambahnya ukuran perusahaan diikuti dengan luasnya

kepentingan yang terlibat di dalamnya, diharapkan pengungkapan informasi

yang dilaporkan semakin tinggi.

Ukuran perusahaan merupakan gambaran perusahaan yang menunjukan

seberapa besar nilai perusahaan yang biasanya dilihat dari total aset. Semakin

besar total aset maka diperlukan modal yang besar pula, hal ini menunjukkan

bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar juga tingkat

tanggung jawab pelaporan keuangan ke investor. Sehingga perusahaan besar akan

melakukan pengungkapan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara

teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan
6

untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih

besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001).

Seiring perkembangan pasar modal, di Indonesia juga telah dikembangkan

pasar modal syariah, dimana pada pertengahan tahun 2000 dikeluarkan Jakarta

Islamic Index. Indeks ini mensyaratkan saham dengan jenis usaha utama dan ratio

keuangan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan diharapkan menjadi

tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih

mengembangkan pasar modal syariah (www.idx.co.id).

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham

yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham

yang masuk kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT

Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar,

tugas pemilihan saham tersebut dilakukan oleh Bapepam–LK, bekerja sama

dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam – LK

Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. (PT.BEI,

2008).

Studi empiris tentang pengungkapan sukarela memiliki hasil yang

beragam. Utami (2006) tentang dampak pengungkapan sukarela dan manajeman

laba terhadap Asimetri Informasi menyatakan bahwa pengungkapan sukarela dan

manajeman laba secara simultan berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Sedangkan pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimetri

informasi.
7

Wulandari dan Shanti (2008) penelitian tentang pengaruh pengungkapan

sukarela terhadap asimetri informasi pada perusahaan perbankan yang go public

di PT. Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan di perbankan yang go public

dan tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia 2003-2005. Penelitian ini membuktikan

bahwa variabel pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimetri

informasi.

Putri (2012) tentang Pengaruh pengungkapan sukarela dan kepemilikan

blockholder terhadap asimetri informasi dan kesinkronan harga saham. Pada

hipotesis pertama penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat asimetri informasi sedangkan

dengan kesinkronan harga saham pengungkapan sukarela berpengaruh positif

signifikan. Hipotesis kedua menunjukkan bahwa kepemilikan blockholder

berpengaruh positif terhadap asimetri informasi, sedangkan dengan kesinkronan

harga saham kepemilikan blockholder tidak berpengaruh signifikan.

Indriani (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi model

penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa porsi kepemilikan saham publik

berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Umur listing dan ukuran kap

tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan, sedangkan likuiditas berpengaruh

negatif terhadap luas pengungkapan model penelitian tahap kedua, variabel luas

pengungkapan terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap asimetri informasi.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan Research gap dari penelitian

sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Utami (2006), Wulandari


8

(2008), Putri (2012), dan Indriani (2013) yang menunjukkan bahwa

pengungkapan sukarela memiliki pengaruh terhadap asimetri informasi sedangkan

dari penelitian dilakukan oleh Heriyanthi (2013) dan Saputra (2016) yang mana

pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Saputra (2016) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi penelitian,

dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela tidak berpengaruh

terhadap asimeri informasi. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang

terjadi antara principal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi

yang tidak sebenarnya kepada principal.

Heriyanthi (2013) meneliti pengaruh pengungkapan sukarela dan

manajeman laba pada cost of equity capital dengan asimetri informasi sebagai

variabel intervening. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengungkapan

sukarela berpengaruh terhadap asimetri informasi tidak terbukti, penelitian ini

tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara pengungkapan sukarela terhadap

asimetri informasi.

Berdasarkan berbagai penelitian diatas, bahwa peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pengungkapan sukarela terhadap asimetri

informasi karena menunjukkan adanya perbedaan hasil antara penelitian yang satu

dengan yang lain. Adapun yang membedakan dengan penelitian sebelumnya

yaitu peneliti menambahkan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating.


9

Alasan kenapa peneliti menambahkan variabel ukuran perusahaan sebagai

variabel moderating disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki basis

kepentingan yang lebih luas daripada perusahaan kecil, sehingga nilai informatif

yang terkandung di laporan keuangannya harus lebih banyak daripada perusahaan

kecil. Dengan bertambahnya ukuran perusahaan diikuti dengan luasnya

kepentingan yang terlibat di dalamnya, diharapkan tingkat pengungkapan yang

disampai semakin tinggi.

Tingkat pengungkapan yang tinggi artinya informasi yang diungkapkan

lebih banyak. Hal ini dapat menjadi kabar baik bagi investor. Semakin banyak

informasi yang diungkapkan, investor semakin banyak tahu keadaan perusahaan

sehingga semakin banyak hal yang dapat diungkapkan untuk keputusan investasi

dan semakin kecil asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan

pemegang saham/investor.

Benardi (2009), meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan dan implikasinya terhadap asimetri informasi yang

menemukan hubungan negatif signifikan antara ukuran perusahaan yang

termasuk dalam variabel luas pengungkapan terhadap asimetri informasi.

Santoso (2012) meneliti pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap

asimetri informasi dengan ukuran perusahaan sebagai pemoderasi pada perusahaan

manufaktur di BEI dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelaporan

keuangan yang dimoderasi ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap asimetri informasi, sehingga meskipun kualitas pelaporan keuangan


10

tinggi, tetapi belum tentu pengguna mampu menyerap semua informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Berangkat dari penelitian yang sudah dilakukan dan teori yang

mendukung, peneliti mencoba menghubungkan variabel ukuran perusahaan

sebagai variabel moderating. Dalam penelitian Benardi (2009) menggunakan

ukuran perusahaan yang termasuk bagian variabel luas pengungkapan

pengaruhnya terhadap asimetri informasi dan penelitian Santoso (2012) dimana

variabel ukuran perusahaan dijadikan sebagai variabel moderating yang

mempengaruhi hubungan antara kualitas pelaporan terhadap asimetri informasi,

maka peneliti tertarik untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderating.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menguji apakah ukuran

perusahaan memperkuat atau memperlemah hubungan antara pengungkapan

sukarela terhadap asimetri informasi. Apabila ukuran perusahaan dapat

memperkuat pengungkapan sukarela maka akan berdampak negatif pada asimetri

informasi. Sebaliknya apabila ukuran perusahaan memperlemah pengungkapan

sukarela maka akan berdampak positif pada asimetri informasi.

Penelitian ini meneliti perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index

yaitu indeks saham syariah di Bursa Efek Indonesia yang berdasarkan atas prinsip

syariah. Sehingga disusunlah skripsi ini dengan judul "Pengaruh pengungkapan

sukarela terhadap asimetri informasi dengan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderating (Studi di perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2013-2015)".


11

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

diidentifikasikan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan dunia bisnis ini mengalami pertumbuhan pesat sehingga

menuntut adanya publikasi informasi yang transparansi dan akuntabilitas

informasi oleh perusahaan dalam rangka pengambilan keputusan bisnis bagi

semua pihak yang berkepentingan.

2. Adanya tuntutan bagi perusahaan publik harus memberikan pengungkapan

sukarela yang lengkap dan relevam, sehingga investor merasa percaya dan

memperoleh informasi yang cukup sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah ini dibuat agar penelitian tidak menyimpang dari arah dan

sasaran penelitian, serta dapat diketahui sejauhmana hasil penelitian dapat

dimanfaatkan. Batasan masalah pada penelitian ini hanya terdapat perusahaan

yang mengeluarkan laporan tahunan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada

periode tahun 2013-2015.

1.4. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap asimatri informasi?

2. Apakah ukuran perusahaan memoderasi hubungan antara pengungkapan

sukarela dengan asimetri informasi?


12

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap

asimetri informasi.

2. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan

antara pengungkapan sukarela dengan asimetri informasi.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut:.

1. Bagi akademisi, diharapkan dapat menambah wawasan pemikiran dalam hal

akutansi khususnya pengaruh moderasi ukuran perusahaan terhadap

pengungkapan sukarela dan asimetri informasi.

2. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan

referensi untuk melakukan penelaahan dan pengkajian lebih lanjut mengenal

masalah yang sama serta dapat sebagai bahan kepustakaan.

3. Bagi para investor, khususnya investor yang akan menginvestasikan uangnya

ke perusahaan, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

untuk memilih perusahaan yang benar-benar memberikan informasi yang

terkait dengan informasi perusahaan secara terbuka atau transparan sehingga

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan investasi.

1.7. Jadwal Penelitian

Terlampir
13

1.8. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada

tugas akhir ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan sistematika yang

merupakan kerangka dan pedoman penulisan tugas akhir. Adapun sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II: LANDASAN TEORI

Pada bab ini disajikan tentang teori dasar pengertian konflik peran, sifat

kepribadian, kinerja auditor, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, desain penelitian,

populasi, sampling, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi

operasional, instrument penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis

data.

BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum penelitian,

pengujian, hasil analisis data dan pembahasan hasil analisis (pembuktian

hipotesis).

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang

membahas kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran–saran.


14

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengungkapan

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari

pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir

dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat

penuh statemen keuangan. Evans (2003) mengartikan pengungkapan sebagai

berikut:

Disclosure means supplying informations in the financial statement,


including the statements themselves, the notes to the statements, and the
supplementary disclusure associated with the statements. It does not
extend to public or private statements made by management or
information privided outside the financial statement.

Secara lebih spesifik, Wolk, et al (2001) mengintrepretasikan pengertian

pengungkapan sebagai berikut :

Broadly interpreted, disclosure is concerned with information in both the


financial statemens and supplementary communications including footnes,
post statement events, managements discussion and analysis of operations
for the fortcoming year, financial and operating forecats, and additional
financial statement covering segmental disclosure and extentions beyond
historical cost.

Evans membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang

menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau

media masa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidakmasuk

dalam pengertian pengungkapan. Sementara itu, Wolk, Teraney, dan Dodd

memasukkan pula statemen keuangan segmental dan statemen yang merefleksikan

perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan (Evans, 2003).


15

1. Fungsi atau Tujuan Pengungkapan

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang

dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayanai

berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Telah disinggung

bahwa investor dan kreditur tidak homogen tetapi bervariasi dalam hal

kecanggihan (sophistication). Karena pasar modal merupakan sarana utama

pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk tujuan

melindungi (protective), informatif (informative), atau melayani kebutuhan

khusus.

2. Tujuan Melindungi

Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai

cukup canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi dengan

mengungkapkan informasi yang merata tidak mungkin memperolehnya atau tidak

mungkin mengolah informasi untuk menagkap substansi ekonomik yang

melandasi suatu pos statemen keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan

dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin adil dan

terbuka. Dengan tujuan ini, tingkat atau voluma pengungkapan akan menjadi

tinggi.

Tujuan melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang

mendapat autoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti

SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini dapat dipahami

karena mereka bertindak demi kepentingan publik.

3. Tujuan Informatif
16

Tujuan informatif dilandani oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju

sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian,

pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu

kefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya

melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.

Dalam kenyataannya BAPEPAM bekerja sama dengan penyusun standar

(profesi) untuk menentukan keluasan pengungkapan. Untuk tujuan pengawasan

oleh pemerintah, terdapat pula pengungkapan yang khusus ditujukan kepada

pengawas melalui formulir-formulir yang harus diisi oleh perusahaan pada waktu

menyerahlan laporan tahunan maupun kuartal.

4. Tujuan Kebutuhan Khusus

Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan

tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa

yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan

pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas

berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan

sukarela secara rinci.

Klasifikasi tujuan diatas lebih menggambarkan penekanan atau orientasi

badan pengawas. Tujuan perlindungan dan informatif keduanya harus dilayani.

Pada mulanya memang SEC sangat menekankan tujuan perlindungan sehingga

informasi yang diklarifikasi sebagai soft information (seperti akuntansi perubahan

harga dan prakiraan) dan data informatif ke depan banyak dihindari oleh SEC

untuk diwajibkan pengungkapannya. Diduga alasannya adalah data tersebut tidak


17

terandalkan dan terverifikasi serta kekhawatiran investor umum tidak memahami

atau tersesat.

Namun, sejak dikeluarkannya exposure draft SFAC No. 33 tentang

perubahan harga, orientasi pengungkapan SEC mulai bergeser ke tujuan

informatif. Hal ini terbukti dengan dianjurkannya pengungkapan seperti informasi

projeksian serta informasi sosial dan lingkungan. Dalam ketentuannya, SEC

sangat menganjurkan untuk mengungkapkan informasi projeksian yang cukup

beralasan dan dibuat dengan itikad baik. Ketentuan ini menjadi lebih aman bagi

perusahaan terhadap penalitas atau hukuman atas informasi projeksian yang

dianggap menyesatkan.

5. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan

Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus

diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan. Evans (2003)

mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai (adequate

disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full disclusure).

Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang diungkapkan.

Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar

statement keuangan secara keputusan yang diarah. Tingkat wajar adalah tingkat

yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan

informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak pun yang kurang

mendapatkan informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan

posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi.
18

Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut

dengan pengambilan keputusan yang diarah.

Tingkat pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan karena terlalu

banyak informasi sama tidak menguntungkannya dengan terlalu sedikit informasi.

Oleh karena itu, diperlukan kriteria atau pertimbangan untuk menentukan batas

atas dan batas bawah. Batas atas (kos>benefit) dan batas bawah (materialitas)

dalam karakteristik kualitatif informasi untuk pengakuan suatu pos dapat

dijadikan pertimbangan untuk menentukan banyaknya informasi.

a. Pengungkapan Wajib

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan emiten dapat

dikelompokkan menjadi 2 yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela.

Pengungkapan wajib adalah informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang

diatur oleh peraturan pasar modal suatu negara.

Setiap emiten atau perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek wajib

menyampaikan laporan tahunan secara berkala dan informasi material lainnya

kepada Bapepam dan publik. Ketentuan mengenai Kewajiban Penyampaian

Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan

nomor X.K.6. Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting,

laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profit perusahaan, analisis dan

pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas

laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.


19

Tabel 2.1
Data Laporan Keuangan Tahunan Wajib

a. Penjualan / pendapatan usaha; l. Jumlah investasi;


b. Laba (rugi) kotor M Jumlah kewajiban;
c. Laba (rugi) usaha; n. Jumlah ekuitas;
d. Laba (rugi) bersih; o. Rasio laba (rugi) terhadap jumlah
aktiva;
e. Jumlah saham yang beredar p. Rasio laba (rugi) terhadap
ekuitas;
f. Laba (rugi) bersih per saham; q. Rasio lancar;
g. Proforma penjualan / pend apatan r. Rasio kewajiban terhadap
usaha (jika ada) ekuitas;
h. Proforma laba (rugi) bersih (jika s. Rasio kewajiban terhadap jumlah
ada) aktiva;
i. Proforma laba (rugi) bersih per t. Rasio kredit yang diberikan
saham (jika ada) terhadap jumlah simpanan
(khusus untuk perbankan);
j. Modal kerja bersih u. Rasio kecukupan modal (khusus
untuk perbankan); dan
k. Jumlah aktiva v. Informasi keuangan
perbandingan lainnya yang
relevan dengan perusahaan.
Sumber : Peraturan Bapepam

b. Pengungkapan Sukarela

Menurut Na’im dalam Rakhman (2000) pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan yang melebihi yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela

merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi

akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan

keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya. Investor menggunakan

pengungkapan-pengungkapan yang berasal dari perusahaan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan investasinya. Namun, informasi yang sifatnya wajib

diungkapkan kini dirasa kurang mencukupi, sehingga pengungkapan sukarela

menjadi informasi yang sangat penting bagi investor untuk membuat keputusan

yang lebih baik.


20

Teori signal (signalling theory) melandasi pengungkapan sukarela ini.

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut

pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya

kalau informasi tersebut merupakan berita baik. Manajemen juga berminat

menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan

perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2006).

Beberapa peneliti akademik juga menunjukkan bahwa makin besar

perusahaan makin banyak pengungkapan sukarela yang disampaikan.

Pengungkapan sukarela ini merupakan solusi atas kendala pengungkapan secara

penuh yang dibahas diatas. Dengan ketersediaan manajemen dalam pengungkapan

sukarela ini, tingkat pngungkapan wajib yang dapat ditetapkan dapat diarahkan ke

tingkat wajar atau bahkan memadai tidak perlu penuh.

Pengungkapan sukarela antara salah satu perusahaan dengan perusahaan

lainnya berbeda-beda. Pengungkapan dilakukan oeh suatu perusahaan apabila

kualitas informasi yang dimiliki manajer relative tinggi dan ketidaksimetrian

informasi relatif besar.

Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat diukur

dengan menggunakan index of disclosure methodology, seperti indeks Wallace.

Rumus indeks Wallace yang digunakan adalah:

Indeks =

Keterangan :

N= jumlah butir pengungkapan yang dipenuhi

K= jumlah semua butir yang mungkin dipenuhi


21

Indeks Wallace adalah instrument yang digunakan untuk mengukur berapa

banyakinformasi laporan keuangan yang material yang diungkap oleh perusahaan.

Semakin banyak item yang diungkap oleh perusahaan, semakin banyak juga

angka indeks yang diperoleh perusahaan. Perusahaan dengan angka indeks yang

lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktek

pengungkapan secara lebih komprehensif dibanding perusahaan yang lain

(Purwandari, 2012).

2.1.2 Asimetri Informasi

Asimetri informasi adalah satu keadaaan dimana manajeman memiliki

informasi yang lebih mengenai perusahaan dan prospek dimasa mendatang

dibandingan dengan pemilik. Informasi yang tidak disampaikan sepenuhnya

kepada pemilik merupakan nilai lebih bagi manajeman, dalam artian bahwa

bawahan memiliki kelebihan informasi meskipun telah dilakukan proses

partisipasi dalam penyusunan anggaran, namun tidak semua informasi yang

dimiliki menajeman disampaikan alam proses tersebut (Ompusunggu dan

Bawono, 2006).

Beberapa kondisi perusahaan yang memungkinkan timbulnya asimetri

informasi adalah perusahaan yang sangat besar, mempunyai penyebaran secara

geografis, memiliki produk yang beragam, dan membutuhkan teknologi. Scott

(2006) menjelaskan dua macam asimetri informasi yaitu :

1. Adverse Selection

Adverse selection timbul akibat adanya informasi yang dimiliki

sekelompok orang tertentu yang tidak dimiliki oleh kelompok lainya (hidden
22

information), sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh salah satu

pihak. Banyak masalah yang timbul akibat terjadinya adverse selection bisa

berdampak pada calon investor, invetor, manajer, bahkan konsumen.

Calon investor mungkin tidak yakin akan pengungkapan informasi yang

disajikan oleh perusahaan karena kurangnya informasi yang dibutuhkan. Investor

mungkin tidak percaya akan kualitas perusahaan, walaupun perusahaan tersebut

sudah go public. Pemegang saham tidak yakin atas kinerja manajernya sedangkan

manajer tidak yakin atas kinerja karyawannya. Dan para konsumen juga tidak

yakin atas kualitas produk dan bagaimana perusahaan tersebut dapat melayani dan

memuaskan kebutuhan kosumen.

2. Moral Hazard

Moral Hazard timbul akibat adanya kepentingan pihak tertentu yang

mengorbankan kepentingan pihak lain (Hidden action). Contohnya adalah

manajer berusaha untuk mempercantik laporan keuanganya demi penyajian

laporan keuangan yang memuaskan bagi para pemegang saham atau manajer

menutupi informasi mengenai keburukan-keburukan perusahaan agar kinerjanya

tidak terancam sehingga manajer memperoleh keuntungan tertentu.

Banyak pengambilan keputusan yang salah dalam mengambil keputusan

karena adanya asimetri informasi tersebut. Veronica (2003) menyatakan bahwa

regulator pasar modal dapat mengurangi asimetri informasi dengan membuat

ketentuan minimal atas pengungkapan yang perlu dilakukan oleh perusahaan yang

terdaftar di Bursa saham. Dengan adanya pengungkapan yang melebihi batas

pengungkapan yang diwajibkan akan membantu pengguna laporan keuangan ntuk


23

lebih memahami menganai kondisi keuangan perusahaan. Sehingga pengguna

memiliki informasi yang hampir sama dengan manajeman yang dapat

menurunkan asimetri informasi.

Jogiyanto (2003), menyatakan asimetri informasi adalah kondisi

yang menunjukan investor mempunyai informasi sedang yang lainya tidak

memiliki. Asimetri informasi dalam penelitian ini diukur dengan proksi bid-ask

spread. Penelitian ini menggunakan model yang dipakai Fanani (2009).

SPREADit =

Keterangan :

SPREAD = Asimetri Informasi

Askit = Harga penawaran tertinggi saham perushaan i yang terjadi pada hari t

Bidit = Harga permintaan terendah saham perushaan i yang terjadi pada hari t

2.1.2. Ukuran Perusahaan

Menurut Jaelani, dkk (2001) ukuran perusahaan menggambarkan besar

kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva

yang dimiliki, atau total penjualan yang diperoleh. Besar kecilnya perusahaan

akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul

akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan operasinya

(Ismail, 2004).

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar usaha yang

dilakukan perusahaan untuk menarik perhatian masyarakat. Dengan demikian,


24

perusahaan harus bekerja lebih keras untuk memperoleh legitimasi dari

stakeholder sebagai langkah penyelarasan aktivitas perusahaan dengan nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat.

Biasanya perusahaan yang besar mempunyai kemampuan lebih baik dalam

menghadapi risiko dan mengembangkan operasi perusahaan (Jogiyanto, 2003).

Hal ini disebabkan karena perusahaan besar lebih menganekaragamkan lini

produknya atau bidang usahanya, yang bertujuan untuk mendiversifikasikan risiko

dalam menjalankan usahanya. Maksudnya yaitu dengan risiko yang minimal akan

mendapatkan keuntungan, atau dengan risiko tertentu untuk memperoleh

keuntungan investasi yang maksimal.

Dengan mengikuti penelitian Spiegel dan Wang (2005) yang diukur

dengan menggunakan logaritma natural dari total asset masing-masing perusahaan

pada periode tersebut.

2.1.3. Teori Agensi

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk

mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Sebagai contoh,

pemegang saham dengan pemegang utang akan mempunyai konflik kepentingan.

Pemegang saham dengan manajemen juga akan mengalami konflik kepentingan.

Pada konflik kepentingan yang pertama, jika utang mencapai jumlah yang

signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang saham akan tergoda

melakukan subsitusi aset.


25

Dalam hal ini, pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan

resiko perusahaan. Resiko perusahaan yang meningkat menguntungkan bagi

pemegang saham karena kemungkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan

semakin besar. Sebaliknya, hal tersebut bukan merupakan berita baik bagi

pemegang utang. Payoff pemegang utang akan tetap sebesar bunga yang

dibayarkan, tidak peduli berapa besanya keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Sebaliknya, pemegang saham akan memperoleh bagian terbesar jika keuntungan

perusahaan meningkat.

Jika terjadi kerugian, pemegang saham tidak perlu merugi karena

taruhannya di perusahaan (proporsi saham di perusahaan) tidak terlalu besar jika

utang semakin banyak. Untuk mencegah semacam itu, pemegang utang akan

membebani bunga yang semakin tinggi dengan meningkatnya utang. Struktur

modal dengan demikian merupakan kompromi antara kepentingan pemegang

saham dengan pemegang utang (Suwardjono, 2006).

2.1.4. Teori Signalling

Dalam Teori Sinyal dikemukakan mengapa perusahaan memiliki dorongan

untuk mengungkapkan informasi keuangan terhadap pihak eksternal perusahaan

(Hargyantoro, 2010). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah

untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak agent dan principal

(Hargyantoro, 2010). Miller dan Whiting (2005) mengindikasikan bahwa suatu

perusahaan pasti akan melakukan sinyal yang berupa informasi positif mengenai

kondisi perusahaan yang diharapkan dapat menarik minat para investor untuk

berinvestasi di perusahaan tersebut.


26

Informasi yang ada dilakukan sebagai pengungkapan atas kinerja

perusahaan yang nantinya dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi.

Leland dan Pyle (1977) berpendapat bahwa sinyal merupakan tindakan yang

dilakukan pemilik perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi yang dimiliki

kepada investor. Salah satu sinyal tersebut dapat berupa informasi keuangan yang

dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai masa depan

perusahaan (Work et al., 2000 dalam Hargyantoro, 2010).

Pihak pemilik cenderung memilih melakukan pengungkapan dengan

harapan pihak investor dapat menginterpretasikannya sebagai sinyal positif

mengenai kinerja perusahaan dan mampu mengurangi asimetri informasi.

Pengungkapan merupakan suatu sinyal, karena dengan pengungkapan dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Agustina, 2008), memberi informasi mengenai

apa yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

pemilik, dan memberi informasi-informasi lainnya yang dapat membuat

keyakinan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lainnya

(Hargyantoro, 2010).

2.1.5. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

(IAI, 2009: 1) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai

cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
27

laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Di samping itu, juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang

berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen dan

industri dan geografis serta pegungkapan pengaruh perubahan harga.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori

akuntansi. Banyak pendapat tentang tujuan yang selama ini, baik objek maupun

penekanannya, namun tujuan yang selama ini mendapat dukungan luas adalah

bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada

para pemakainya untuk dipakai dalam proses pengambilan keputusan. Menurut

SAK No.1 (IAI, 2009: 3) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuanan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan

yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

b. Laporan keuangan yang disusun dengan tujuan ini memenuhii kebutuhan

bersama sebagai besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak

menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarka

pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi non keuangan.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen

(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang


28

dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah

dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar

mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin

mancakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual invetasi mereka

dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali mengganti

manajemen. Tujuan laporan keuangan ini diadopsi dari IASC.

Menurut Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) (2005: 455)

tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Disamping itu, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen (stewardship) atau penanggung jawaban. Atas dasar tujuan tersebut,

diharapkan bahwa para pemakai laporan keuangan dapat menilai informasi yang

dihasilkan untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi yang berkaitan dengan

perusahaan tersebut.

3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

(IAI, 2007), terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan, yaitu

dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Keterangan tentang

karkteristik tersebut, dapat dikemukakan secara lebih luas sebagai berikut

(Suwardjono, 2006).
29

a. Nilai Informasi

Mengatakan bahwa nilai informasi harus bermanfaat bagi para memakai

sama saja dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai. Informasi

dikatakan mempunyai nilai (kebermanfaatan keputusan) apabila sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di

masa lalu, sekarang dan masa depan.

2) Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabiltas

terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian.

3) Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.

b. Keterpahaman (Understandibility)

Keterpahaman adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna

maknanya oleh pemakai. Dua faktor mempengaruhi keterpahaman informasi yaitu

pemakai dan informasi itu sendiri.

c. Keberpautan (Relevance)

Keberpautan atau kerelevanan adalah kemampuan informasi untuk

membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternative keputusan sehingga

pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan

tujuan pelaporan keuangan, keberpautan adalah kemampuan informasi untuk

membantu investor, kreditur, dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi

tentang beberapa munculan (outcomes) dari kejadian masa lalu, sekarang atau

masa datang atau dalam menkonfirmasikan ketidakpastian suatu keputusan yang

telah dibuat sehingga keputusan tersebut tetap dipertahankan atau diubah.


30

d. Nilai Prediktif

Sebagai unsur keberpautan, nilai prediktif adalah kemampuan informasi

untuk membantu pemakai dalam meningkatkan prohabilitas bahwa harapan-

harapan pemakai akan munculan/hasil (outcomes) suatu kejadian masa lalu atau

masa yang datang akan terjadi. Nilai prediktif disini adalah jenis dan sifat

informasi yang menjadi masukan dalam proses prdiktif. Dengan kata lain, nilai

prediktif adalah kemampuan informasi dalam memperbaiki kemampuan atau

kapasitas pembuat keputusan untuk melakukan prediksi.

e. Nilai Balikan (Timelines)

Nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai

dalam mengonfirmasikan dan mengoreksi harapan-harapan pemakai dimasa lalu.

Jadi, nilai balikan adalah kemampuan informasi untuk dijadikan basis

mengevaluasi apakah keputusan-keputusan masa lalu adalah tepat dengan

datangnya informasi tersebut.

f. Ketepatwaktuan (Timeliness)

Sebagai aspek pendukung keberpautan, ketepatwaktuan adalah tersedianya

informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi

tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan. Tersedianya

informasi lama setalah suatu kejadian yang memerlukan tanggapan atau keputusan

berlalu menjadikan informasi tersebut tidak punya nilai lagi. Ketepatwaktuan

tidak membuat informasi menjadi berpaut tetapi kurangnya ketepatwaktuan dapat

menyita keberpautan yang melekat pada informasi.


31

g. Keterandalan (Reliability)

Keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberikan keyakinan

bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi akan menjadi berkurang

nilainya kalau orang yang menggunakan informasi meragukan kebenaran atau

validitas informasi tersebut. Informasi aka memiliki nilai yang tinggi kalau

pemakai mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran informasi.

h. Ketepatan Penyimbolan

Ketepatan Penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara

pengukur atau deskripsi (representasi) dan fenomena yang ingin direpresentasikan

adalah kondisi fisis, kondisi keuanga, dan kegiatan ekonomik badan usaha berupa

sumber ekonomik kewajiban tersebut.

i. Keterujian

Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi untuk

memberi keyakinan yang tinggi kepada para pemakai karena tersedianya sarana

bagi para pemakai untuk menguji secara independen ketapatan penyimbolan.

j. Kenetralan (Naturaly)

Kenetralan adalah ketidakberpihakan pada grup tertentu atau

ketakberbiasaan dalam perilaku akuntansi. Ketidakberpihakan berarti bahwa

informasi disajikan tidak untuk mengarahkan grup pemakai tertentu agar

bertindak sesuai dengan keinginan penyedia informasi atau untuk

menguntungkan/merugikan grup pemakai tertentu atau untuk menghindari

akibat/konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai.


32

2.1.7 Pasar Modal Syariah

Secara terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan

dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Kegitan dalam pasar modal

syariah secara umum tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional.

Namun dalam pasar modal syariah, tidak dimungkinkan pengumpulan

modal melalui instrumen hutang karena dapat diartikan sebagai jual beli hutang

atau bai’ al-dayn (Said, 2012). Selain itu terdapat karakteristik khusus dalam

pasar modal syariah, dimana produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip syariah.

1. Instrumen Pasar Modal Syariah

Dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13, instrumen yang

diperdagangkan berupa surat-surat berharga syariah atau efek syariah meliputi

Saham Syariah, Sukuk, dan Reksa Dana Syariah.

a. Saham Syariah

Saham syariah merupakan surat berharga yang mempresentasikan

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan, dimana perusahaaan tersebut tidak

melanggar prinsip-prinsip syariah.

b. Sukuk

Sukuk berbeda dengan obligasi, karena sukuk bukanlah surat utang,

melainkan bukti kepemilikan bersama atas suatu aset atau proyek. Dalam

Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 sukuk merupakan efek syariah berupa


33

sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang

tertentu tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share) atas:

1) Nilai manfaat dari aset berwujud tertentu (ayyan maujudat), baik yang

sudah ada ataupun yang akan ada;

2) Jasa (al-khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada;

3) Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan); dan atau

4) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).

c. Reksa Dana Syariah

Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX A 13 mendefinisikan Reksa Dana

Syariah sebagai Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan

pelaksanaan yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah di pasar modal.

2. Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia

Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya

Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli

1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (Bursa Efek Jakarta) berkerjasama

dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic

Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang

ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut,

maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana

berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.

Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan


34

langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang

Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya,

instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran

Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini

merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad

mudharabah.

Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan

institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut.

Perkembangan tersebut dimulai dari MOU antara Bapepam dan DSN-MUI pada

tanggal 14 Maret 2003. MOU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam

dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia.

Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah

ditandai dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada

tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah

masuk dalam struktur organisasi Bapepam dan LK, dan dilaksanakan oleh unit

setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi

mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri

yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan

menjadi unit setingkat eselon III.

Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket

Peraturan Bapepam dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut

yaitu Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah

dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek
35

Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK

menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan

Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek

Syariah pertama kali oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.

Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru

dengan disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai

landasan hukum untuk penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk

negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah

Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.

Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan

terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah

dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (www.ojk.go.id).

2.1.8 Jakarta Islamic Index

Pengertian Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham di Bursa Efek

Indonesia yang berdasarkan atas prinsip syariah. Indeks saham ini diperkenalkan

oleh BEI dan Danareksa Investment Management (DIM) pada tanggal 3 juli 2000.

Agar dapat menghasilkan data historis yang lebih panjang, hari dasar yang

digunakan untuk menghitung JII adalah tanggal 2 januari 1995 dengan angka

indeks dasar sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan yang

digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan market value weighted

average index dengan menggunakan formula laspeyres.

JII terdiri dari 30 saham emiten yang dibuat dengan urutan sebagai berikut:
36

1. Saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10

kapitalisasi besar).

2. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun

memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.

3. 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar

terbesar selama satu tahun terakhir.

4. 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai

perdagangan regular selama satu tahun terakhir.

Tabel 2.2.
Daftar Saham Syariah Berdasar DES

Periode Tanggal Terbit Saham Syariah


I 30 Nov 2007 164
II 30 Mei 2008 180
III 28 Nov 2008 185
IV 29 Mei 2009 177
V 30 Nov 2009 186
VII 27 Mei 2010 194
VIII 29 Nov 2010 209
Sumber: www.Idx.co.id

Berdasar kriteria tersebut, maka setiap saat akan ada saham yang keluar-

masuk dalam JII yang perhitungannya dilakukan setiap enam bulan sekali.

Namun, tidak berarti bahwa saham berbasis syariah hanya ada 30 seperti yang

termasuk dalam JII karena rujukan yang dipakai adalah Daftar Efek Syariah

(DES).
37

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut Indriani (2013) dengan judul skripsi faktor-faktor yang

mempengauhi luas pengungkapan sukarela dan implikasinya terhadap asimetri

informasi menunjukan hasil Saham public berpengaruh positif terhadap luas

pegungkapan sukarela, likuiditas perusahaan berpengaruh negatif terhadap luas

pengungkapan sukarela. Sedangkan umur listing dan ukuran kap tidak

berpengaruh terhada luas pengungkapan sukarela.

Menurut Santoso (2012) dengan judul pengaruh kualitas pelaporan

terhadap asimetri informasi dengan ukuran perusahaan sebagai variabel

moderating pada perusahaan manufaktur di BEI menunjukkan hasil bahwa

kualitas pelaporan keuangan yang dimoderasi ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap asimetri informasi, sehingga meskipun

kualitas pelaporan keuangan tinggi, tetapi belum tentu pengguna mampu

menyerap semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Menurut Wulandari (2008) dengan judul pengaruh pengungkapan sukarela

terhadap asimetri informasi pada perusahaan perbankan yang go public di PT.

Bursa Efek Indonesia menunjukkan hasil bahwa Jika variabel pengungkapan

sukarela mengalami peningkatan, maka asimetri informasi akan menurun dan

begitu juga sebaliknya, jika variabel pengungkapan sukarela menurun maka

asimetri informasi akan meningkat.

Menurut Putri (2012) dengan judul pengaruh pengungkapan sukarela dan

kepemilikan blockholder terhadap asimetri informasi dan sinkronisasi harga

saham menunjukkan hasil bahwa Pengungkapan sukarela berpengaruh negatif dan


38

signifikan terhadap tingkat asimetri informasi sedangkan dengan sinkronisasi

harga saham pengungkapan sukarela berpengaruh positif signifikan. Hipotesis

kedua menunjukkan bahwa kepemilikan blockholder berpengaruh positif terhadap

asimetri informasi, sedangkan dengan kesinkronan harga saham kepemilikan

blockholder tidak berpengaruh signifikan.

Menurut Mardiyah (2002) dengan judul pengaruh asimetri informasi dan

disclosure terhadap cost of capital menunjukkan hasil pengungkapan memiliki

hubungan negatif dengan asimetri informasi. Semakin besar tingkat

pengungkapan semakin kecil asimetri informasi informasi dan sebaliknya semakin

kecil pengungkapan semakin besar asimetri informasi.

Menurut Utami (2006) dengan judul dampak pengungkapan sukarela dan

manajemen laba terhadap informasi asimetri menunjukkan hasil pengungkapan

sukarela mempunyai pengaruh terhadap asimetri informasi yaitu terhadap

pengaruh yang negatif.

Menurut Benardi (2009) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi

luas pengungkapan dan implikasinya terhadap asimetri informasi (studi pada

perusahaan sektor manufaktur yang go public di BEI) menunjukkan hasil variabel

luas pengungkapan berpengaruh negetiv terhadap asimetri informasi.

Menurut Saputra (2016) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi

luas pengungkapan sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi

penelitian menunjukkan hasil pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap

asimeri informasi. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara
39

principal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak

sebenarnya kepada principal.

Menurut Heriyanthi (2013) dengan judul pengaruh pengungkapan sukarela

dan manajeman laba pada cost of equity capital dengan asimetri informasi sebagai

variabel intervening menunjukkan hasil pengungkapan sukarela berpengaruh

terhadap asimetri informasi tidak terbukti, penelitian ini tidak ditemukan pengaruh

yang signifikan antara pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi dapat

dilihah dari nilai signifikansi sebesar 0,806 > 0,05 lebih besar.

2.3 Kerangka Berfikir

Asimetri informasi adalah satu keadaaan dimana manajeman memiliki

informasi yang lebih mengenai perusahaan dan prospek dimasa mendatang

dibandingan dengan pemilik. Adanya asimetri informasi merugikan bagi para

steakholder karena adanya kesenjangan informasi antara steakholder dengan

manajeman yang berdampak dalam pengambilan keputusan. Untuk mengurangi

asimetri informasi dibutuhkan pengungkapan yang lebih dari yang diwajibkan

yaitu dengan pengungkapan sukarela.

Implikasi dari peningkatan pengungkapan sukarela adalah turunya tingkat

asimetri informasi. Pengungkapan sukarela yang terdapat dalam laporan

tahunan bagi investor berguna untuk menurunkan asimetri informasi karena

pengungkapan dalam laporan tahunan merupakan sumber informasi yang penting

bagi investor untuk pengambilan keputusan investasi.

Ukuran perusahaan juga mempengaruhi seberapa baik pengungkapan yang

disajikan. Perusahaan yang besar memiliki basis kepentingan yang lebih luas
40

daripada perusahaan kecil, sehingga nilai informatif yang terkandung di laporan

keuangannya harus lebih baik daripada perusahaan kecil. Dengan bertambahnya

ukuran perusahaan diikuti dengan luasnya kepentingan yang terlibat di dalamnya,

diharapkan pengungkapan pelaporan yang dihasilkan semakin tinggi sehingga

dapat mengurangi asimetri informasi. Adapun bagan alur kerangka berpikir pada

penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Pengungkapan Asimetri
Sukarela Informasi

Ukuran
Perusahaan

2.4 Hipotesis

1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadap Asimetri Informasi

Penelitian Mardiyah (2001), menunjukkan bahwa apabila terjadi asimetri

informasi yang rendah, maka dibutuhkan pengungkapan sukarela yang semakin

adal untuk menurunkan biaya modal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

pengungkapan memiliki hubungan negatif dengan asimetri informasi. Semakin

besar tingkat pengungkapan, semakin kecil asimetri informasi dan sebaliknya

semakin kecil pengungkapan semakin besar asimetri informasi. Peningkatan

pengungkapan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Manajer dapat


41

meningkatkan nilai perusahaan melalui informasi tambahan dalam laporan

keuangan.

Dalam penelitian Utami (2006) dan Putri (2012) menunjukkan bahwa

pengungkapan sukarela berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat

asimetri informasi. Dari penelitian diatas menyatakan bahwa ada pengaruh

pengungkapa sukarela terhadap asimetri informasi. Implikasi dari peningkatan

pengungkapan sukarela adalah turunya tingkat asimetri informasi. Informasi

berkualitas yang terdapat dalam laporan tahunan bagi investor berguna

untuk menurunkan asimetri informasi karena pengungkapan dalam laporan

tahunan merupakan sumber informasi yang penting bagi investor untuk

pengambilan keputusan investasi.

H1 : Pengungkapan sukarela mempunyai pengaruh signifikan terhadap asimetri

informasi.

2. Ukuran Perusahaan Memoderasi Hubungan Antara Pengungkapan Sukarela

Terhadap Asimetri Informasi.

Teori pengsignalan menyatakan bahwa manajeman selalu berusaha untuk

mengungkapkan informasi private yang menurut pertimbangan sangat diminati

oleh investor dan pemegang saham, teori yang mendasari adanya pengungkapan

sukarela. Teori ini merupakan dorongan perusahaan untuk memberikan informasi

kepada pihak lain untuk mengurangi asimetri informasi (Fidhayatin, 2012).

Dalam penelitian Santoso (2012) variabel ukuran perusahaan dijadikan

sebagai variabel moderating dimana ukuran perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap asimetri informasi. Hasil ini menunjukkan adanya kenaikan


42

tingkat asimetri informasi sejalan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Benardi (2009), yang

menemukan hubungan negatif signifikan antara ukuran perusahaan yang

termasuk dalam variabel luas pengungkapan terhadap asimetri informasi.

Dengan makin besar ukuran perusahaan diikuti dengan luasnya

kepentingan yang terlibat di dalamnya menunjukkan bahwa pengungkapan

sukarela yang harus disampaikan semakin tinggi. Pengungkapan sukarela ini

merupakan solusi atas kendala pengungkapan secara penuh yang dibahas diatas.

Dengan ketersediaan manajemen dalam pengungkapan sukarela ini, tingkat

pengungkapan wajib yang dapat ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar atau

bahkan memadai tidak perlu penuh. Diharapkan dengan ukuran perusahaan yang

semakin besar diikuti dengan pengungkapan sukarela yang disampaikan semakin

tinggi sehingga dapat mengurangi asimetri informasi.

H2: Ukuran perusahaan dapat memoderasi hubungan pengungkapan sukarela

terhadap asimetri informasi


43

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 mei 2016 – 26 desember

2016. Wilayah yang dilakukan pada penelitian ini seluruh perusahaan yang

terdaftar di Jakarta Islamic Index. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan

periode 2013-2015 pada website resmi www.idx.co.id di perusahaan dan saham

syariah Jakarta Islamic Index.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala

numerik (angka) yang dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

(Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai

variabel moderating untuk memoderasi pengaruh antara pengungkapan sukarela

dengan asimetri informasi.

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah keseluruhan yang terdiri atas obyek atau subyek

yang memiliki kualitas dan karakter tertentu yang diinginkan dan ditetapkan oleh

penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010).


44

Sasaran atau populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Inslamic Index periode 2013-2015.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tesebut (Sugiyono, 2010). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada

metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini diperoleh 16 perusahaan

selama periode pengamatan 2013-2015.

Tabel 3.1
Hasil pemilihan sampel

No Keterangan Jumlah
perusahaan

1 Perusahaan yang listed di JII tahun 2013- 30


2015
2 Data untuk variabel penelitian tidak (14)
lengkap
3 Total perusahaan 16
4 Total sampel penelitian (16x3th) 48
Sumber : Data diolah

3.3.3. Teknik Pengambilan sempel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu pemilihan sampel dari suatu populasi tertentu dengan kriteria

sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Adapun sampel

yang dipilih dalam penelitian ini dengan kriteria sebagai berikut :

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang

terdaftar secara berturut-turut di Jakarta Islamix Index dari tahun 2013-2015.


45

2. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar (listing) dalam

Jakarta Islamix Index dan tidak mengalami delisting pada periode

pengamatan.

3. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang

mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap (termasuk catatan atas

laporan keuangan).

4. Memiliki kelengkapan informasi yang terkait dengan indikator-indikator

perhitungan yang dijadikan variable dalam penelitian.

Berdasarkan metode teknik pengambilan sampel diatas, maka peneliti

menemukan 16 perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel, yaitu:

Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan


1 ADRO Adaro energi Tbk
2 AKRA Anugrah Karya Raya Tbk
3 ASII Astra Internasional Tbk
4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
5 INCO PT Vale indonesia Tbk
6 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
7 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk
8 JSMG PT Jasamarga (persero) Tbk
9 KLBF Kalbe Farma Tbk
10 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk
11 LSIP PP London Sumatra Tbk
12 PGAS Perusahaan gas negara Tbk
13 SMRG Semen Gresik ( Persero ) Tbk
14 UNTR United Tractors Tbk
15 UNVR Unilever Indonesia Tbk
16 WIKA Wijaya Karya Tbk
Sumber : Data diolah, 2016
46

3.4. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder merupakan data

penelitian yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara.

Pada umumnya data sekunder tersaji dalam bentuk bukti, catatan atau data historis

yang telah tersusun dalam arsip. Data yang diperlukan dalam penelitian ini

diambil dari KP. BEI Yogyakarta tahun 2013 sampai 2015, IDX Statistic,

duniainvestasi. Adapun data-data yang digunakan antara lain : Harga saham

diperoleh dari www.duniainestasi.com. Item pengungkapan sukarela, total asset

perusahaan dilihat di annual report perusahaan yang terdaftar di JII berupa

dokumen diperoleh dari IDX Statistic dan KP. BEI Yogyakarta.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi

dan survey observasi. Dokumentasi merupakan cara pengumuplan data yang

lengkap dan diperlukan melalui pengambilan data dari dokumen-dokumen yang

sudah ada, seperti data yang dipublikasikan dalam IDX statistic, laporan

keuangan dan historis lainnya di BEI.

Metode survey observasi yang digunakan dilakukan melalui observasi

yang terstruktur dan dilakukan dengan survey data Bursa Efek Indonesia. Survey

yang dilakukan menempatkan peneliti sebagai pengamat non-partisipan, dimana

pengamat non-partisipan merupakan suatu kondisi dimana peneliti

mengumpulkan data dalam kapasitas tertentu dengan tanpa menjadi bagian

integral dari sistem organisasi sumber data. Selain itu, peneliti memang benar
47

benar tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi variabel, dan data yang

diperoleh merupakan data yang besifat historis (Adisulistyo, 2009).

3.6. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek pokok yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel moderating,

variabel independen dan variabel dependen yaitu:

Variabel Moderasi (Z): Ukuran perusahaan;

Variabel Independen (X) : Pengungkapan sukarela;

Variabel Dependen (Y) : Asimetri informasi.

3.7. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala Ukur


Pengungkap Pengungkapan Item pengukuran tingkat Pengungkapan
an sukarela butir-butir yang pengukuran sukarela sukarel =
(X) dilakukan secara sesuai sehar, et all Jumlah item
sukarela oleh (2013), diolah kembali pengungkapan
perusahaan tanpa item digunakan oleh dibagi seluruh
diharuskan oleh penelitian wulandari item
peraturan yang (2008) pengungkapan
berlaku.
Ukuran Gambaran Total asset perusahaan Size = Ln (
perusahaan perusahaan yang Sesuai penelitian Spiegel Asset )
(Z) menunjukan dan Wang (2005)
seberapa besar
nilai perusahaan
yang biasanya
dilihat dari total
asset
Tabel berlanjut…
48

Lanjutan Tabel 3

Asimetri Suatu keadaan - harga beli tertinggi SPREAD i,t =


Informasi dimana manajeman saham perusahaan (ask i,t – bid i,t)
(Y) memiliki informasi - harga jual terrendah
/ {(aski,t + bid
yang lebih saham
mengenai Menurut Jogiyanto i,t)/2} X 100
perusahaan dan (2003: 417) model yang
prospek digunakan oleh Puput
dibandingkan dan Baridwan (2001: 72)
dengan pemiliknya.

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini perlu dianalisis lebih lanjut agar

dapat ditarik kesimpulan yang tepat. Oleh karena itu perlu diterapkan teknik

analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak disampaikan untuk

menguji kebenaran hipotesis. Model pengujian yang digunakan untuk menguji

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali,2013). Analisis deskriptif

digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dilakukan dengan

menggunakan statistik deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata, maksimum,

minimum, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian

sehingga secara kontekstual mudah dimengerti.


49

2. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik terhadap model regresi yang digunakan dalam

penelitian dilakukan menguji apakah model regresi tersebut baik atau tidak.

Penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji

Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi

ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sample kecil.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak

yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013).

Penelitian ini menggunakan uji statistik, salah satu uji statistik yang biasa

digunakan adalah uji Kolmogrov-Smirnov. Untuk meningkatkan hasil uji

normalitas data, maka peneliti menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov ini. Jika

pada hasil uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan p-value lebih besar dari 0,05,

maka data berdistribusi normal dan sebaliknya, jika p-value lebih kecil dari 0,05

maka data tersebut berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variable

independen saling berkorelasi, maka variable-variabel tersebut tidak ortogonal.


50

Variabel ortogonal adalah variable independen yang nilai korelasinya antara

sesama variable independen sama dengan nol. Ada dua cara untuk mendeteksi ada

atau tidaknya multikoloniearitas didalam model regresi dengan menganalisi

korelasi antara variable independen dan perhitungan nilai Tolerande dan Varian

Inflation factor (VIF) .(Ghozali, 2013).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas salah satunya dengan uji Glejser.(Ghozali, 2013).

Penelitian ini menggunakan Uji Glejser dengan meregresikan nilai

absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikan hitung lebih

besar dari alpha = 5%, maka tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tetapi jika

nilai signifikan hitung kurang dari alpha = 5% maka dapat disimpulkan bahwa

model regresi terjadi Heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi liner ada

korelasi antara kesalahan pengganggu paa periode t dengan kesalahan penggangu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem
51

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya.

Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Salah satu

cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah dengan uji

Durbin Watson (DW). Adapun dalam pengambilan keputusan ada atau tidaknya

autokorelasi :

Tabel 3.4
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif No decission dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative No decission 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif Tidak ditolak Du < d < 4 – du
atau negative
Sumber : Ghozali (2013)

3. Uji Kelayakan Model

a. Uji F

Pengujian koefisien regresi keseluruhan menunjukkan apakah variabel

bebas secara keseluruhan atau bersama mempunyai pengaruh terhadap variabel

terikat (Ghozali, 2013). Kriteria pengujian yang digunakan adalah dengan

membandingkan nilai signifikan yang diperoleh dengan taraf signifikan yang telah

ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai signifikan <0,05 maka variabel independen

mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan atau hipotesis

diterima.Membandingkan antara F tabel dan F hitung.Nilai F hitung dapat dicari

dengan rumus (Gujarati, 2006) :


52

Fhitung =

Keterangan :

R2 : Koefisien determinasi

K : Banyaknya koefisien regresi

N : Banyaknya observasi

a. Bila F hitung > F table atau probabilitas < nilai signifikan (≤ 0,05), maka

hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel

independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung < F table atau probabilitas > nilai signifikan (≥ 0,05), maka

hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen

tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada nantinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinai adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai mendekati satu berarti variable-variabel independen memberikan

hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable

dependen.( Ghozali, 2013).

4. Analisis Regresi

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan

variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variable independen (bebas),
53

dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai

rata-rata variable dependen dengan nilai variable independen yang dikatahui

(Gujarati, 2003)

Adapun rumus regresi yang sesuai model dalam penelitian ini adalah

Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi dari dua variabel

independen adalah metode regresi yang menggunakan pendekatan analitik yang

mempertahankan integritas sample dan memberikan dasar untuk mengontrol

pengaruh variable moderator. Uji interaksi merupakan model regresi linier

berganda dimana persamaannya mengandung perkalian dua atau lebih variabel

independennya. Rumus persamaan sebagai berikut :

Y = α + b1Xi+ b2Zi+ b3Xi*Zi+ e

Keterangan:
Y = Asimetri Informasi (AI)
X = Pengungkapan Sukarela (PK)
Z = Ukuran Perusahaan (UP)
X.Z = Interaksi antara PK dan NP
α = Konstanta
B1-3 = Koefisien Regresi
e = Standar eror

5. Uji Signifikan Parameter Individual (uji Statistik t)

Uji statsitik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variable penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variable dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak di uji adalah apakah

parameter (bi) sama dengan nol, atau Ho : bi = 0, artinya apakah suatu variable

independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variable

dependen. Hipotesis alternative (HA) parameter suatu variable tidak sama dengan
54

nol, atau HA : bi ≠ 0, artinya variable tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variable dependen.( Ghozali, 2013).

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut :

a. Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan

derajat kepercayaan sebesar 0,05, maka Ho yang menyatakan bi=0 dapat

ditolak bila nilai t lebih dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita

menerima hipotesis alternative, yang menyatakan bahwa variable independen

secara individual mempengaruhi variable dependen.

b. Membandingkan nilai t dengan titik kritis menurut table. Apabila Jika thitung >

ttabel maka kita menerima hipotesis alternatife, yang menyatakan bahwa

variable independen secara individual mempengaruhi variable dependen.


55

BAB IV
ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Dalam penelitian ini, data penelitian diperoleh dari perusahaan-perusahaan

yang terdaftar di JII periode 2013 - 2015 yang memenuhi kriteria sampel

penelitian, sampel penelitian dipilih dengan menggunakan pendekatan purposive

sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 16 perusahaan. Dimana dalam

penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu asimetri informasi sebagai variabel

dependen, pengungkapan sukarela sebagai variabel independen dan ukuran

perusahaan sebagai variabel moderating. Penelitian ini menggunakan 3 periode,

sehingga hasil sampel yang diperoleh 3 x 16 = 48. Adapun ke-16 perusahaan

sampel penelitian tersebut akan disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.1
Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan


1 ADRO Adaro energi Tbk
2 AKRA Anugrah Karya Raya Tbk
3 ASII Astra Internasional Tbk
4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
5 INCO PT Vale indonesia Tbk
6 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
7 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk
8 JSMG PT Jasamarga (persero) Tbk
9 KLBF Kalbe Farma Tbk
10 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk
11 LSIP PP London Sumatra Tbk
12 PGAS Perusahaan gas negara Tbk
13 SMRG Semen Gresik ( Persero ) Tbk
14 UNTR United Tractors Tbk
15 UNVR Unilever Indonesia Tbk
16 WIKA Wijaya Karya Tbk
56

4.2 Pengujian dan Hasil Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Deskripsi data digunakan untuk memberikan gambaran mengenai data

yang diperoleh dari hasil penelitian. Deskripsi data ini meliputi nilai minimum,

nilai maximum, mean dan standar deviasi. Hasil perhitungan deskripsi data

ditunjukkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Pengungkapan 0.27 0.76 0.5498 0.10888
48
Sukarela (X)
Size (Z) 48 15.89 23.63 18.4716 2.21130

Asimetri 10.26 108.39 53.3879 20.45899


48
Informasi (Y)
Sumber: Data sekunder diolah, 2016
Pengungkapan sukarela dalam penelitian ini merupakan pengungkapan

butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh

peraturan yang berlaku dengan rumus jumlah item pengungkapan dibagi seluruh

item pengungkapan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa

penngungkapan sukarela mempunyai rental nilai antara 0,27 sampai dengan 0,76

dengan rata-rata 0,5498 dan standar deviasi sebesar 0,10888 dengan jumlah

sampel sebanyak 48 perusahaan.

Hal ini berarti rata-rata pengungkapan sukarela perusahaan yang terdaftar

di JII periode 2013 – 2015 cukup tinggi yaitu sebesar 51,39% atau sebesar 17 item

pengungkapan sukarela dari 33 item pengungkapan sukarela yang diteliti.

Pengungkapan sukarela terendah sebesar 27,27% atau sebanyak 8 item


57

pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang memiliki

item pengungkapan terendah pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk periode

2015. Sedangkan item pengungkapan sukarela tertinggi sebesar 72,73% atau

sebanyak 24 item pengungkapan sukarela yang dimiliki oleh PT. Semen Gresik

Tbk periode 2015.

Ukuran perusahaan (size) dalam penelitian ini merupakan gambaran

perusahaan yang menunjukan seberapa besar nilai perusahaan yang biasanya

dilihat dari total aset yang dirumuskan dengan menggunakan logaritma natural

(Ln) total aset. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa ukuran

perusahaan (size) memiliki nilai minimum sebesar 15,89 dan nilai maksimum

sebesar 23,63 dengan rata-rata sebesar 18.4716 dan standar deviasi sebesar

2.21130 dengan jumlah sampel sebanyak 48 perusahaan.

Ukuran perusahaan terbesar dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah

Tbk periode 2015 atau memiliki total asset sebesar Rp. 18.312.141.566,00 dan

perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan terendah adalah PP London

Sumatra Tbk periode 2013 sebesar 15,89 atau memiliki total asset sebesar Rp.

7.974.876,00.

Variabel asimetri informasi (SPREAD) merupakan suatu keadaan dimana

manajeman memiliki informasi yang lebih mengenai perusahaan dan prospek

dibandingkan dengan pemiliknya. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif

diperoleh rentang nilai asimetri informasi dari 10,26 sampai 108,39 dengan rata-

rata sebesar 53,3879 dan standar deviasi sebesar 20.45899 dengan jumlah sampel

sebanyak 48 perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat asimetri informasi


58

terendah terdapat pada PT Vale indonesia Tbk periode 2015 sebesar 10,26

sedangkan perusahaan dengan tingkat asimetri informasi tertinggi terdapat pada

PT Indo Tambangraya Megah Tbk Tbk periode 2015 sebesar 108,39.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji regresi, peneliti harus memastikan bahwa uji

regresi yang dilakukan adalah bebas dari uji asumsi klasik yang dilihat dari tabel

sebagai syarat uji regresi tersebut. Peneliti harus melakukan uji asumsi klasik

yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji

heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan dengan tujuan untuk melihat apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal yang

dimaksud yaitu dapat dilihat dari hasil uji non parametik Kolmogorov-Smirnov

merupakan uji normalitas dengan nilai residual terstandarisasi distribusi normal

jika nilai Sig > 0,05. Sebagai berikut adalah hasil dari uji tersebut :

Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas

One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 48
a,b 0E-7 0E-7
Normal Parameters
18.39643775 14.68757951
.163 .093
Most Extreme Differences .163 .093
-.073 -.075
Kolmogorov-Smirnov Z 1.129
Asymp. Sig. (2-tailed) .156
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder diolah, 2016
59

Hasil perhitungan Kolmogorov-Sminov menunjukkan bahwa nilai

signifikansinya (p value) sebesar 0,156> 0,05. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi

normalitas atau dapat dikatakan sebaran data penelitian terdistribusi normal.

2. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolnieritas dalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah

terjadi korelasi antara variabel bebas (independen). Mengukur ada tidaknya

korelasi antar variabel bebas dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai tolerance

dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tabel 4.4
Uji Multikolonieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Pengungkapan
0.941 1.063 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sukarela
Size 0.941 1.063 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2016

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel independen

memiliki Tolerance lebih dari 0,1 dan semua variabel independen memiliki nilai

VIF kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

korelasi antar variabel independen sehingga model regresi ini tidak ada masalah

multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model nilai

Sig > 0,05 (α) maka tidak terjadi Heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik
60

adalah yang Homoskesdastisitas atau tidak terjadi Heteroskesdastisitas. Berikut

ini adalah hasil dari uji heteroskedastisitas dengan melihat grafik plot

(scatterplot). Model regresi yang baik dimana penyebaran titik-titik terbentuk

secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah peyebarannya

berada diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian dapat

dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak

digunakan.

Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas
a
Coefficients

Model Unstandardized Standardize t Sig.


Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -159.955 87.058 -1.837 .073
Pengungkapan Sukarela 292.811 155.790 2.714 1.880 .067
1 Size 8.799 4.734 1.656 1.858 .070
Interaksi Pengungkapan
-14.809 8.558 -2.591 -1.730 .091
Sukarela dengan Size
a. Dependent Variabel: AbsRes

Berdasarkan gambar Tabel 4.5 diatas dari Uji Glejser menunjukkan bahwa

tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen nilai AbsRes. Hal ini terlihat dari nilai sig

diatas tingkat kepercayaan 0.05 jadi dapat disimpulkan model regresi tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier pada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu terhadap periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi maka


61

dinamakan masalah Autokorelasi. Autokorelasi muncul biasanya pada observasi

yang berurutan waktu yang berkaitansatu sama dengan yang lainnya. Dalam

penelitian ini uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson. Tabel di bawah

ini menunjukkan hasil dari uji autokorelasi sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-
Estimate Watson
1 .438a .191 .136 19.01325 1.756
Du= 1,670 4-du = 2,3292
a. Predictors: (Constant), Interaksi Pengungkapan dan Size, Size (Z),
Pengungkapan Sukarela (X)
b. Dependent Variabel: Asimetri Informasi
Sumber : Data Sekunder diolah, 2016

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson diperoleh

nilai dw 1.756 lebih besar dari batas atas (du) 1.670 dan kurang dari (4-du)

2.3292. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam

penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

4.2.3 Uji Kelayakan Model

1. Uji F

Uji F diperlukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan dan untuk mengetahui ketepatan model regresi

yang digunakan. Uji ketepatan model bertujuan untuk mengetahui apakah

perumusan model tepat atau fit.


62

Tabel 4.7
Hasil Uji F

a
ANOVA
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 3766.648 3 1255.549
3.473 .024b
1 Residual 15906.159 44 361.504
Total 19672.807 47
a. Dependent Variabel: Asimetri Informasi (Y)
b. Predictors: (Constant), X*Z, Size (Z), Pengungkapan Sukarela (X)
Sumber: Data skunder diolah, 2016

Hasil uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar (3,473) > F tabel ( 2,81 ) dengan

nilai signifikannya sebesar 0,024 pada tingkat signifikan 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi yang dipilih sudah tepat digunakan dalam

penelitian ini atau model regresi yang digunakan adalah fit.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi berfungsi untuk mengukur proporsi atau presentasi

sumbangan dari seluruh variabel bebas (X) yang terdapat dalam model regresi

terhadap variabel terikat (Y).

Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Mode R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
l
1 0.438a 0.191 0.136 19.01325
a. Predictors: (Constant), Interaksi Pengungkapan Sukarela dengan Size, Size,
Pengungkapan Sukarela
Sumber: Data skunder diolah, 2016

Koefisien determinasi Hasil dari output pada tebel menunjukkan besarnya

nilai R Square sebesar 0,191. Hal ini menunjukkan bahwa Adjust R2


63

menggambarkan variasi perubahan asimetri informasi sekitar 19.1% dapat

dijelaskan oleh pengungkapan sukarela. Nilai Adjust R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel independen menjelaskan bahwa variabel dependen masih

kurang dan masih perlu adanya penambahan variabel independen. Sedangkan

sisanya 80.9% dijelaskan oleh variabel lain.

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan analisis MRA (Moderated Regression

Analysis). Berikut hasil uji regresi analisis MRA:

Tabel 4.9
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -102.920 36.849 -2.793 .008
Pengungkapan
-18.922 6.247 -4.183 -3.029 .004
1 Sukarela (X)
Size (Z) 24.424 7.884 2.640 3.098 .003
X*Z -42.080 14.251 -4.227 -2.953 .005
a. Dependent Variabel: Asimetri Informasi (Y) T tabel = 2.0129
Sumber: Data sekunder diolah, 2016

Pengujian hipotesis menggunakan analisis MRA dimana digunakan untuk

mengetahui arah memperkuat atau memperlemah antara variabel independen

dengan dependen. Variabel pengungkapan sukarela memiliki thitung sebesar -3,029

dan variabel ukuran perusahaan (size) memiliki thitung sebesar 3,098. Hasil analisis

moderating diperoleh nilai thitung sebesar -2,953 lebih besar dibandingkan ttabel

sebesar 2,0129 pada taraf signifikansi 5% (0,05) yang berarti ukuran perusahaan

(size) mampu memoderasi pengaruh pengungkapan sukarela terhadap asimetri


64

informasi. Namun arahnya negatif sehingga dengan adanya ukuran perusahaan

dapat memperlemah hubungan pengungkapan sukarela terhadap asimteri

informasi perusahaan yang terdaftar di JII periode 2013 – 2015.

Selain itu dari tabel 4.9 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -102,920 – 18,922X + 24,424Z – 42,080X*Z + e. Dari persamaan ini dapat

diinterpretasikan:

a. Nilai konstanta (a) sebesar -102,920 berarti pengungkapan sukarela, ukuran

perusahaan dan interaksi antara pengungkapan dengan ukuran perusahaan

saat bernilai 0, sehingga asimteri informasi akan turun sebesar 102,920.

b. Nilai kofisien (b1) sebesar -18,922; artinya pengungkapan sukarela bernilai

negatif sebesar 18,922 yang berarti jika pengungkapan sukarela meningkat

maka asimetri informasi akan mengalami penurunan sebesar 18,922.

c. Nilai kofisien (b2) sebesar 24,424; artinya ukuran perusahaan bernilai positif

sebesar 24,424 yang berarti jika ukuran perusahaan meningkat maka asimetri

informasi akan mengalami peningkatan sebesar 24,424.

d. Nilai kofisien (b3) sebesar -42,080; artinya jika pengungkapan sukarela dan

ukuran perusahaan meningkat satu satuan, maka ukuran perusahaan sebagai

variabel moderating akan memperkuat pengungkapan sukarela terhadap

asimetri informasi sehingga menurunkan nilai asimetri informasi sebesar

42,080.
65

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data

4.3.1 Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pengungkapan

sukarela bernilai negatif sebesar 18,922 dengan nilai t hitung (3,029) < t tabel

(2,0129), jadi Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada pengaruh antara

pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi pada perusahaan yang

terdaftar di JII periode 2013-2015. Nilai koefisien regresi negatif disini dapat

diartikan bahwa semakin luas pengungkapan sukarela maka semakin kecil nilai

asimetri informasi, begitu pula sebaliknya semakin sempit pengungkapan sukarela

maka semakin besar nilai asimetri informasi perusahaan.

Menurut Purwandari (2012) semakin banyak item yang diungkapkan oleh

perusahaan, semakin banyak juga angka indeks yang diperoleh perusahaan.

Perusahaan dengan angka indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut telah melakukan praktek pengungkapan secara lebih

komprehenshif dibanding perusahaan yang lain.

Mardiyah (2001), bahwa apabila terjadi asimetri informasi rendah,

maka dibutuhkan pengungkapan dengan tingkat yang tinggi untuk

menurunkan biaya modal. Pengungkapan sukarela yang disampaikan dalam

laporan tahunan berguna untuk memberikan tambahan informasi guna

menurunkan asimetri informasi karena pengungkapan dalam laporan tahunan

merupakan sumber informasi yang penting bagi investor untuk pengambilan

keputusan investasi.
66

Secara umum hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Utami (2006) tentang dampak pengungkapan sukarela dan manajeman laba

terhadap Asimetri Informasi menyatakan bahwa pengungkapan sukarela dan

manajeman laba secara simultan berpengaruh terhadap asimetri informasi.

Sedangkan pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap asimeri

informasi. Wulandari dan Shanti ( 2008) tentang pengaruh pengungkapan sukarela

terhadap asimetri informasi pada perusahaan perbankan yang go public di PT.

Bursa Efek Indonesia membuktikan bahwa variabel pengungkapan sukarela

berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi.

Putri (2012) tentang pengaruh pengungkapan sukarela dan kepemilikan

blockholder terhadap asimetri informasi dan kensinkronan harga saham penelitian

ini menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat asimetri informasi. Indriani (2013) meneliti faktor-

faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dan implikasinya

terhadap asimetri informasi model penelitian tahap pertama menunjukkan variabel

luas pengungkapan terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap asimetri

informasi.

4.3.2 Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi yang

Dimoderasi oleh Ukuran Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis moderasi yang telah dilakukan diperoleh nilai

thitung untuk variabel pengungkapan sukarela sebesar 3,029 dengan signifikansi

sebesar 0,004< 0,05 dan variabel ukuran perusahaan (size) diperoleh nilai thitung

sebesar 3,098 dengan signifikansi sebesar 0,003 > 0,05. Sedangkan hasil moderasi
67

interaksi antara pengungkapan sukarela dengan ukuran perusahaan (size)

diperoleh nilai thitung sebesar 2,953 dengan signifikansi sebesar 0,005 < 0,05,

sehingga dapat diartikan bahwa ukuran perusahaan mampu memodersi pengaruh

antara pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi.

Perusahaan yang besar memiliki basis kepentingan yang lebih luas

daripada perusahaan kecil, sehingga nilai informatif yang terkandung di laporan

keuangannya harus lebih baik daripada perusahaan kecil. Dengan bertambahnya

ukuran perusahaan diikuti dengan luasnya kepentingan yang terlibat di dalamnya,

diharapkan kualitas pengungkapan pelaporan keuangan yang dihasilkan semakin

tinggi sehingga dapat mengurangi asimetri informasi.

Dari nilai koefisien regresi yang negatif disini menunjukkan bahwa dengan

adanya ukuran perusahaan justru dapat memperkuat pengaruh pengungkapan

sukarela terhadap asimetri informasi. Hal ini dikarenakan asimetri informasi yang

dimiliki mayoritas perusahaan yang terdaftar di JII periode 2013 – 2015 lumayan

tinggi serta mempunyai ukuran perusahaan yang cukup besar, bertambahnya

ukuran perusahaan disini diikuti dengan semakin meningkatnya pengungkapan

sukarela sehingga mampu mengurangi asimetri informasi.

Perusahaan besar maupun kecil ketika go public maka mereka akan

menjadi sorotan publik dan berada di bawah pengawasan lembaga pemerintahan

atau bursa efek sehingga akan melaksanakan pengungkapan sukarela dengan baik.

Karena keseluruhan perusahaan publik wajib menerapkan pengungkapan sukarela

dengan baik atau minimal sesuai dengan aturan Bapepam terlepas dari ukuran

perusahaan baik besar ataupun kecil, maka dari itu ukuran perusahaan justru
68

memperlemah hubungan antara pengungkapan sukarela dengan asimetri

informasi.

Putri (2012) berpendapat dalam penelitiannya bahwa dasar perlunya

prektik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang

saham dapat dijelaskan melalui teori keagenan. Dalam prakteknya masalah

keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham,

kreditor dan manajer. Konflik kepentingan yang terjadi sering disebabkan adanya

asimetri informasi antara manajer, pemegang saham dan kreditor. Perbedaan

kepentingan antara manajer, pemegang saham dan kreditor mengakibatkan

manajer cenderung menyembunyikan atau tidak mengungkapakan informasi yang

diketahuinya.

Menurut Novriansyah (2016) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

mayoritas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pengungkapan sukarelanya masih berkategori wajar. Pengungapan sukarela

dengan kategori wajar (fair disclosure) adalah pengungkapan yang menyatakan

tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca

laporan keuangan, sehingga diharapkan isi laporan keuangan dapat dimengerti

oleh semua pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.

Jumlah perusahaan yang melakukan pengungkapan penuh (full) masih

tergolong sangat minim, hal ini cukup beralasan karena pada kenyataannya

banyak perusahaan manufaktur di Indonesia yang berusaha membatasi tingkat

pengungkapan dari laporan tahunannya, hal ini berdasarkan observasi dan kajian

tedahulu disebabkan oleh ketakutan manajemen akan adanya free riding, dimana
69

ada pihak tertentu yang memanfaatkan informasi yang potensial untuk tujuan

kurang baik bagi perusahaan yang bersangkutan serta adanya hitung-hitungan

biaya, dimana apabila menyediakan informasi tambahan memerlukan biaya yang

tidak sedikit dan biasanya keuntungan dari biaya tersebut lebih rendah dari biaya

yang dibutuhkan.

Pembatasan ini tentu saja menimbukan asimetri informasi antara pihak

manajemen perusahaan yang memiliki informasi yang lebih banyak sedangkan

pihak lain memiliki informasi lebih sedikit. Secara umum perusahaan manufaktur

di Indonesia melakukan pengungkapan secara wajar, pengungkapan dengan

tingkat wajar ini lebih banyak dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia

dikarenakan perusahaan manufaktur di Indonesia sebagian besar memiliki prinsip

mengungkapkan informasi yang menguntungkan bagi perusahaannya selain itu

adanya ketakutan jika harus mengungkapkan seluruh informasi untuk mengurangi

asimetri informasi.
70

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh

pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi dengan ukuran perusahaan

sebagai variable moderating (Studi pada perusahaan yang terdaftar di JII periode

2013-2015). Penelitian ini menggunakan metode analisis MRA, dari pembahasan

yang telah diuraikan diatas berdasarkan data penulis peroleh maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara pengungkapan sukarela terhadap asimetri

informasi. Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 3,029 < t tabel (2,0129)

dengan signifikansi 0,004 > 0,05.

2. Ukuran perusahaan memperkuat pengaruh pengungkapan sukarela terhadap

asimetri informasi. Hal ini terbukti dari nilai t hitung sebesar 2,953 > t tabel

(2,0129) dengan signifikansi sebesar 0,005 < 0,05.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:

1. Penelitian ini terbatas pada periode penelitian yang dilakuka hanya selama 3

tahun, karena rentang waktu yang terbatas maka hasil penelitian ini kurang

dapat digeneralisasikan.

2. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan yang terdaftar di JII, sehingga

jumlah sampel yang bisa terpenuhi sesuai kriteria pemilihan sampel purposive
71

sampling hanya sebanyak 16 perusahaan selama 1 tahun. Hal tersebut

menyebabkan penelitian ini kurang dapat digeneralisasi dengan baik.

3. Masih banyak variabel lainnya selain variabel pada penelitian ini yang belum

diteliti sebagai variabel independen maupun variabel moderating yang dapat

mempengaruhi asimetri informasi.

5.3 Saran

Berdasrakan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Investor

Sebaiknya lebih memperhatikan informasi yang tersedia di pasar modal

untuk digunakan secara efektif dan efisien, sehingga dapat menurunkan risiko

investasi.

2. Bagi Perusahaan

Disarankan untuk mengontrol pengungkapan sukarela dalam perusahaan,

sehingga dapat memberikan dampak yang baik nantinya bagi perusahaan dan

dapat mengurangi asimetri informasi antara pihak perusahaan dengan para

steakholder.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan untuk menambah periode penelitian lebih dari 3 tahun sehingga

hasil penelitian dapat semakin menjelaskan kondisi secara nyata dan dapat

digeneralisasikan.

b. Disarankan untuk melakukan penelitian tentang faktor lain yang berpengaruh

pada asimetri informasi baik sebagai variabel independen ataupun sebagai


72

variabel moderating seperti manajemen laba, biaya modal, implementasi

corporate governance.

c. Disarankan agar jumlah sampel yang bisa terpenuhi sesuai kriteria pemilihan

sampel secara purposive sampling lebih besar dengan memperluas obyek

penelitian tidak hanya yang terdasftar di JII namun juga perusahaan yang

terdaftar di BEI, sehingga hasil penelitian mampu menjelaskan kondisi secara

nyata.
73

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, N. (2012). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan


sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Adisulistyo, I. (2009). Pengaruh pengumuman right issue terhadap return saham
dan tingkat likuiditas saham di bursa efek indonesia tahun 2003-2007(
Analisis abnormal return dengan market model). Skripsi. Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.
Agustina, L. (2008). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas
pengungkapan informasi keuangan pada website perusahaan. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang pasar modal syariah.


Baridwan, Z. (2010). Intermediate accounting. Cet. Ke-tujuh. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Benardi, M. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan
dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Jurnal Symposium
Sasional Akuntasi (SNA) XII. Palembang.
Evans, Thomas G. (2003). Accounting Theory. Contemporary Accounting issue.
USA : Sounth Western.
Fanani, Z. (2009). Kualitas pelaporan keuangan: berbagai faktor penentu
dan konsekuensi ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Vol.6, No. 10, 20-45.
Fidhyatin, N. (2012). Analisis nilai perusahaan, kinerja perusahaan dan
kesempatan bertumbuh perusahaan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang listing di BEI. The Indonesia Accounting Review, Vol 2,
No. 2 : 203-214.
Fuad, M. (2006). Uji empiris faktor-faktor yang mempengaruhi disclosure
perusahaan manufaktur di BEJ. Jakarta: ISSN 1412-0240, Vol 6, No.1.
Ghozali, I. (2013). Analisis multivariate dengan program SPSS. Cet. Ke-tujuh.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. (2003). Ekonometri Dasar ( Sumarno Zain, penerjemah). Jakarta:


Erlangga
Hargyantoro, F. (2010). Pengaruh internet financial reporting dan tingkat
pengungkapan informasi website terhadap frekuensi perdagangan saham
perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
74

Hariyanti, R. (2013). Pengaruh pengungkapan sukarela dan manajemen laba pada


cost of equity capital dengan asimetri informasi sebagai variabel
intervening. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , Vol.5, No.2 , 398-
416, ISSN: 2302-8556
Hasibuan, M.R. (2001). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
pengungkapan sosial (social disclosure) dalam laporan tahunan 76 emiten
di BEJ dan BES ( Thesis. Universitas Diponegoro).
Indriani, E. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan
sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi. Accounting Analysisi
Journal (4) 2013 ISSN 2252-6765.
Ismail. (2004). Analisis pengaruh ukuran perusahaan trhadap kemampuan
menanggung resiko operasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya. Malang.
Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Cet. Ke-tiga.
Yogyakarta: BPFE.
Leland , H , dan D. pyle. (1977). Information asymmetry, financial structure, and
financial intermediation. Journal of finance. Vol.32,no. 2, hal. 353-385.
Mahendra, A.A dan Suarjaya. (2012). Pengaruh kinerja keuangan terhadap Nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirusahaan. Vol. 6, No. 2,130-138.
Mardiyah, A.A. (2001). Pengaruh asimetri informasi dan disclosure terhadap cost
of capital. Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung: 787-819.
Jaelani La , Et al. (2001). Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi struktur
pendanaan dan pengaruhnya bersama beban bunga, ROA terhadap
rentabilitas modal sendiri. Fakultas Ekonomi Universitas Darussalam,
Ambon. TEMA. Vol. 2 No. 1, maret 2011.
Miller, C, dan H. Whiting. (2005). Voluntary disclosure of intellectual capital and
the hidden velue. Proceedings of the accounting and finance association of
asutralia and new zeland conference.
Naim .A dan fu’ad .R. (2000). Analisis hubungan antara kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kpemilikan
perusahaan. Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia. Vol. 15 no.1 Hal. 70-82.
Novriansyah. (2016). Analisis praktik pengungkapan sukarela pada perusahaan
manufaktur di bursa efek Indonesia. Jurnal ekonomia.LPPM STIE. Sumatra
Selatan. vol. 6 no. 2 ISSN : 1858-2451.
75

Ompusunggu, K.B dan Bawono I.R. (2006). Pengaruh partisipasi anggaran dan
job relevansi information (JRI) terhadap asimetri informasi. Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang
Priyatno, D. (2008). Paham Analisis Statistik data dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex
Media Komputer
Purwandari, A dan Agus .P. (2012). Pengaruh profitabilitas, leverage, struktur
kepemilikan dan status perusahaam terhadap pengungkapan laporan
keuangan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Diponegoro journal of
Accounting Vol. 1, No.2, 1 – 10.
Putri, A.E. (2012). Pengaruh pengungkapan sukarela dan kepemilikan
blockholder terhadap asimetri informasi dan kensinkronan harga saham.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rahmawati, Y dan Nurul .Q. (2006). Pengaruh asimetri informasi terhadap praktik
manajeman laba pada perusahaan perbankan publik yang terdaftar di BEJ.
Simposium Nasional 9, Padang:1-24.

Said, S. (2012). Pemikiran ekonomi muslim tentang pasar modal syariah. Al-Fikr.
Vol. 16. No. 2.
Santoso, A. (2012). Pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap asimetri informasi
dengan ukuran perusahaan sebagai variable moderating pada perusahaan
manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah mahasiswa akuntansi, Vol.1, No.4, Hal: 32-
37.
Saputra, E. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan
sukarela dan implikasinya terhadap asimetri informasi (studi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode
2012-2014). Skripsi .Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji.
nd
Scott, W.R. (2000). Financial accounting theory, 2 edition. Prentice-Hall
Canada Inc: Scarborough, Ontario.
Spiegel, Methew, and Xiaotong wang. (2005). Cross sectional variation in stock
return; liquidity and Idiosyncratic risk. Working Paper. Yale university.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian bisnis. Cet ke-lima belas. Bandung: CV.
Alvabeta.
Suwardjono. (2006). Teori Akuntasi perekayasaan pelaporan keuangan. Cet. Ke-
tiga. Yogyakarta: BPFE UGM.
Utami, W. (2006). Dampak pengungkapan sukarela dan manjeman laba terhadap
asimetri informasi. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.6.
No.1,19-49.
76

Veronica. (2003). Good Corporate Covernace, information asymmetry, and


earning managemen. SNA VII Denpasar-Bali, 2-3 Desember 2003.
Wallance, R. S. And K. Nasser. (1995). Firm-speacific of the comprehensive of
mandatory discosure in the corporate annual report of firm listd on the stock
exchange of Hongkong. Jurnal of Accounting and Public Policy.
Widiyatmoko, R. (2011). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
pengungkapan laporan tanggung jawab sosial ( studi empiris pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia)
Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Wolk dkk, (2001). Accounting theory; A conceptual Institusional Approach. Fifth
edition. Sounth-western; College Publishing.
Wulandari .C, dan Shanti. (2008). Pengaruh pengungkapan sukarela terhadap
asimetri informasi pada perusahaan perbankan yang go public di PT.Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan manajemen, Vol.19, No. 3, 173-183.
www.duniainvestasi.com diakses tanggal 9 Desember 2016

www.Idx.co.id diakses tanggal 16 November 2016

www.ojk.go.id diakses tanggal 16 November 2016

Yoga. (2010). Hubungan teori signalling dengan under pricing saham pada
penawaran perdana (ipo) di BEJ. Eksplorasi vol.5, no.1, edisi maret 2010.
77

Anda mungkin juga menyukai