SKRIPSI
OLEH
MELATI INDAH MUSTIKA
NIM : 131000651
OLEH
MELATI INDAH MUSTIKA
NIM : 131000651
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN POLA MAKAN
2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
4. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
6. Fitri Ardiani, S.K.M, M.P.H selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan
7. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
tepat waktu.
9. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
10. Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya
11. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Muhammad Rame dan Ibunda Erni Sri Yanti,
yang tiada henti memberikan kasih sayang, do’a, bimbingan, arahan, motivasi, serta
memberikan apapun yang bisa dan mampu diberikan demi kebahagiaan dan kesuksesan
anak-anaknya.
12. Saudara/iku tersayang, dr. Eko, dr Sri M, Budi St, Putri, Indra Amd, Ira, Ady SH,
Khoironil Am.Keb, Dan Dinda Am.keb yang selalu memberikan do’a, kasih sayang,
13. Kepada Ilham Pasaribu SE yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, motivasi,
14. Kepala Puskesmas desa Aek Raso yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
Labuhanbatu Selatan.
15. Sahabat-sahabat yang turut membantu secara langsung dalam masa proses penelitian dan
penyusunan skripsi “Anak Sholehah” , Nur Arsi Ramadani, Nurul Mawaddah, Eva
16. Para sahabat yang telah bersama sejak awal di FKM USU, terkhusus Evi Anggraini,
Risya Sepria Alfarah, Fahmaliza Dan Cintia Vina Asdiany yang juga memberikan
skripsi ini.
17. Teman-teman PBL “Desa Petuaran Hilir” dan juga teman-teman LKP “Puskesmas
Rantang”.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kemakluman dan pengertian dari berbagai
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung skripsi ini,
penulis mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis,
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................ iv
5.2.2 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan jumlah kalori (Karbohidrat, Protein, Lemak
dan Energi).................................................................................... 53
6.2 Saran...................................................................................................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Pagi ....... 41
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Siang ..... 41
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Malam ... 42
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan Jenis Kelamin .... 44
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Jenis Makanan Berdasarkan Diabetes Melitus ..... 44
Penulis yang bernama Melati Indah Mustika, dilahirkan pada tanggal 19 Februari
1995 di Sei Kebara Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara. Beragama
Islam, dan merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda
Muhammad Rame dan Ibunda Erni Sri Yanti. Alamat penulis berada di desa Aek Raso
Pendidikan formal penulis dimulai di Raudhatul Athfal Al-Anshor desa Aek Raso
pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri 118299 pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan
pendidikan di MTS PP Al-Kautsar Al-Akbar kota Medan pada tahun 2007 dan selesai pada
tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MAS PP Al-Kautsar Al-Akbar kota
Medan pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan
PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes Melitus (DM) atau dikenal juga di masyarakat sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai
kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung
jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk
merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh
manusia. Hormon insulin juga berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Kegagalan
pankreas untuk menghasilkan insulin atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan
menyebabkan glukosa tidak dapat masuk kedalam tubuh dan tidak terserap oleh sel-sel dalam
tubuh. Maka glukosa meningkat di dalam darah menyebabkan terjadinya penyakit Diabetes
Melitus.
Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar
di Dunia setelah India, China dan Amerika serikat (WHO, 2000). Beban global DM tahun
2000 adalah 135 juta, dimana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta
orang pada tahun 2025. Pada tahun 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes
terbesar di Dunia. Prevalensi DM tertinggi terdapat pada usia >60 tahun dengan insiden
penderita diabetes melitus tipe II yang banyak dialami oleh Negara-Negara berkembang
juta penderita pada tahun 2000 hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang.
Riset kesehatan dasar tahun 2007 dan 2013 melakukan wawancara untuk menghitung
proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun keatas. Didefinisikan sebagai diabetes melitus
jika pernah didiagnosis menderita diabetes melitus oleh dokter atau belum pernah didiagnosis
menderita diabetes melitus oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering
lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan menurun.
Hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi diabetes melitus pada Riskesdas
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diperoleh Proporsi penduduk
≥15 tahun dengan diabetes melitus (DM) adalah 6,9 persen. Prevalensi penderita DM
berdasarkan wawancara (pernah didiagnosa dan ada gejala) mengalami peningkatan dari
1,1% (tahun 2007) menjadi 2,1% (tahun 2013). Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter dan
atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan
Sulawesi Selatan (3,4%). Proporsi penduduk umur ≥15 tahun dengan toleransi glukosa
terganggu (TGT) mencapai 29,9%. Hal ini berarti akan semakin banyak penduduk yang
Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data
Diabetes di Indonesia deperkirakan sebesar 10 juta. Diabetes kini menjadi salah satu
penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014
dengan persentase sebesar 6,7% setelah stroke (21,1%) dan jantung koroner (12,9%).
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan
menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6
yaitu 5,8%.
Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu propinsi dengan prevalensi penderita
diabetes melitus tertinggi di Indonesia dengan prevalensi sebesar 2.3% yang di diagnose
dokter berdasarkan gejala, hal ini membuat Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu dari
2014). Tingginya prevalensi pasien diabetes melitus di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas
dari masih banyaknya pasien yang tidak mengetahui secara benar tentang penyakit diabetes
melitus, gaya hidup yang buruk, pola makan/ nutrisi yang tidak sehat dan kurangnya aktifitas
fisik.
Penyakit diabetes melitus di Medan, pada tahun 2012 merupakan penyakit dengan
penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 terlihat jumlah kasus yang terbanyak
setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus. Hingga tahun 2012 ada 10347 penderita
diabetes melitus yang berobat ke 39 Puskesmas di kota Medan. Data tersebut menunjukkan
bahwa penderita diabetes melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan
Jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat terus menerus tiap tahunnya. Hal
ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak seimbang. Gaya
hidup merupakan variabel utama penyebab berbagai masalah kesehatan khususnya masalah
DM. Sembilan puluh delapan persen dari keseluruhan faktor risiko penyakit DM tipe 2 adalah
gaya hidup. Gaya hidup yang terkait dengan pola makan yang tidak seimbang dan pola
2014).
Prevalensi diabetes melitus usia >15 tahun di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebesar
0,8% (Riskesdas Sumut 2013). Berdasarkan data diabetes melitus di Posyandu Lansia Desa
Aek Raso menyebutkan terdapat 17,16% atau sekitar 360 lansia penderita diabetes dari 2.097
orang lansia atau sekitar 28,07% penduduk Desa Aek Raso. Diketahui bahwa penduduk Desa
Aek Raso umumnya adalah suku jawa (±55%) dan suku batak (±45%). Kebiasaan makan
lansia di desa tersebut wajib makan pokok 3 kali sehari, nasi, lauk dan sayur selalu tersedia,
namun terkadang lansia hanya mengkonsumsi nasi dan lauk saja, ada juga nasi dan sayur
saja, mie instan dan nasi, mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis, seperti setiap
pagi, sore, dan malam hari selalu mengkonsumsi minuman manis seperti teh dan kopi, belum
lagi apabila berkunjung ke rumah tetangga pasti akan dijamu dengan minuman seperti teh,
sirup dan kopi. Makanan cemilan atau snack seperti kolak pisang, bubur, getuk, klepon (buah
malaka) dan lain sebagainya. Dalam pembuatan makanan camilan seperti bubur atau kolak
menggunakan gula merah sebagai pewarnanya saja lalu ditambah dengan gula putih
tergantung kesukaan tanpa takaran tertentu agar terasa lebih manis. Makanan cemilan
dimakan sore hari, dan jika malam hari masih ada sehabis makan malam dimakan lagi.
Makanan Adat istiadat dan kebiasaan di desa tersebut seperti makan sehari-hari, syukuran,
pesta dan jamuan terhadap tamu tak terlepas dari makanan dan minuman yang dapat menjadi
penyebab diabetes melitus seperti yang disebutkan diatas. Pola makan masyarakat
berdasarkan kesukaan dan kebiasaannya. Penderita diabetes melitus di desa tersebut tak
jarang dalam perekonomian menegah keatas saat ini. Kejadian diabetes sendiri merupakan
dampak dan gambaran dari pola makan masa lalu masyarakat penderita diabetes melitus.
Kebiasaan makan masyarakat yang telah diuraikan tersebut yang dicurigai dapat
menjadi penyebab timbulnya diabetes melitus. Oleh karena itu peneliti ingin melihat
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten
Untuk mengetahui gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus pada lansia
diabetes melitus di posyandu lansia dalam pola makan serta meningkatkan kualitas hidup
Diabetes melitus berasal dari (bahasa Yunani yaitu : diabainein, tembus atau pancuran
air) dan (Bahasa latin yaitu melitus : rasa manis), yang juga dikenal di Indonesia dengan
istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin
(insulin resistance).
Penyakit Diabetes Melitus tipe 1 sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) atau Diabetes Melitus yang bergantung pada insulin. Diabetes tipe 1 ini berkaitan
Diabetes Melitus tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya. Diabetes tipe 2 ini dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus tanpa tergantung pada insulin. Sekitar
90% hingga 95% penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering
diderita oleh orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah
secara bertahap.
Diabetes Melitus Gestasional adalah suatu bentuk diabetes yang berkembang pada
beberapa wanita selama kehamilan. Diabetes Gestasional terjadi karena kelenjar pankreas
tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah (glukosa)
wanita hamil tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang di
kandungnya.
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita diabetes mellitus atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
diabetes melitus yang mengandung gula (glukosa), sehingga urine sering di kerumuni semut.
1. Gula darah sewaktu : < 110 mg/dL 1. Kadar gula darah sesaat (tanpa
memperhatikan terakhir makan) :
> 200 mg/dL
2. Gula darah puasa : 70-110 mg/dL 2. Gula darah puasa : > 126 mg/dL
3. 1 jam setelah makan : < 160 mg/dL 3. Kadar gula darah pada 2 jam
setelah makan : > 200 mg/dL
4. 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL 4. Pada wanita hamil : 140 mg/dL
Tanda dan gejala umum yang dapat dilihat pada penderita diabetes melitus meskipun
tidak semua dialami oleh penderita antara lain: Polyuria (jumlah urine yang di keluarkan
lebih banyak), polydipsia (sering atau cepat merasa haus), polyfhagia (lapar yang berlebihan
atau makan banyak), glycosuria (frekuensi urine meningkat / kencing terus), penurunan berat
badan yang tidak jelas sebabnya, kesemutan / mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan
dan kaki, cepat lelah dan lemah setiap waktu, mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba,
apabila luka / tergores ( korengan) lambat penyembuhannya, mudah terkena infeksi terutama
pada kulit.
Faktor penyebab penyakit diabetes melitus antara lain: pola makan (terlalu banyak
tidur, merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan faktor keturunan. Pola makan terlalu banyak
keterbatasan tubuh dalam mengolah makanan yang dikonsumsi, serta kurangnya aktivitas
yang membutuhkan energi lebih maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam
darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya
penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala
diabetes melitus.
Pada kehidupan sehari-hari banyak sekali dijumpai makanan yang mengandung gula
seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain.
Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa disadari mengandung banyak gula.
Perlu diwaspadai berapa takaran gula yang terkandung dalam makanan dan minuman
tersebut. Berbeda dengan minuman seperti teh dan kopi yang kita buat sendiri, yang sudah
kita ketahui berapa takarannya. Minum teh dan kopi diperbolehkan apabila masih dalam
Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh
mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok
mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Istirahat secukupnya, yaitu 8 jam dalam sehari
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum-minuman
beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru,
merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga
berada di kantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik
lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan
lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih. Sebagai pencegahan,
dapat dengan memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja . Perubahan pola hidup, pola
konsumsi pangan serta kesibukan bekerja membuat masyarakat lebih memilih makanan siap
saji yang tanpa di sadari mengandung tinggi karbohidrat, tinggi gula, tinggi lemak dan sedikit
mengandung serat serta zat gizi, sementara aktifitas fisik yang tidak sesuai memicu timbulnya
Diabetes melitus juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya
jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga
menderita penyakit yang sama. Para ahli telah sepakat menetukan presentase kemungkinan
terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orangtuanya (bapak dan ibu) menerita
diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu
orangtuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan anaknya
menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orangtuanya normal/tidak
menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 15%.
Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Apabila pola makan yang baik sesuai
kebutuhan tubuh akan berdampak baik pula bagi tubuh dan tidak memicu terjadinya kejadian
diabetes melitus, sebaliknya apabila pola makan tidak baik maka akan memicu timbulnya
diabetes melitus.
Pola makan sering diartikan sebagai kebiasaan makan seseorang setiap harinya. Menurut
Baliwati (2004), pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pembentukan pola makan seseorang
bahwa pola makan merupakan cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk
psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986). Pola makan juga merupakan berbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh
setiap orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu (Ranti dan
Soegeng, 2004). Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan kegiatan terencana dari
seseorang atau merupakan sebuah acuan dalam pemilihan makanan dan penggunaan bahan
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola makan adalah cara atau
kebiasaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok dalam hal mengonsumsi makanan yang
dilakukan secara berulang-ulang pada waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama serta
merupakan reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial di lingkungan
sekitarnya.
Pola makan terdiri dari gambaran mengenai jumlah, frekuensi, jenis, dan asupan
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh
seseorang atau sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, asupan makanan, dan jenis
Aktivitas dapat kita laksanakan dengan baik apabila kita menerapkan pola makan
yang sehat. Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah,
frekuensi dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan
kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dengan demikian,
pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan
Pola makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya
semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein
merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral merupakan
zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh. Kebutuhan zat gizi tubuh
hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang bervariasi dan beragam, sebab tidak ada
maka semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka
semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal.
Proses makan pada manusia sering dikaitkan dengan aspek sosial budaya. Aspek
sosial budaya makan adalah fungsi makanan dalam masyarakat yang berkembang sesuai
keadaan lingkungan agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat. Perubahan gaya
hidup suatu masyarakat terkait makanan berhubungan dengan perubahan budaya. Makanan
alamiah yang berasal dari pertanian, seperti beras, gandum, jagung ubi dan singkong, menjadi
lebih menarik lagi apabila diolah dengan modern sesuai dengan tuntunan zaman. Dahulu
bahan makanan tersebut hanya diolah dengan cara direbus atau dikukus. Sekarang ini, bahan
makanan tersebut juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan lezat seperti cake,
berbagai macam kue, popcorn, keripik dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan dan
Makanan siap saji/fast food dan junk food yang tinggi gula, tinggi lemak, tinggi
garam tetapi rendah serat dan vitamin dapat memicu timbulnya berbagai penyakit
degeneratif, Misalnya makanan kalengan, olahan keju, mie instan, makanan manis dalam
bentuk beku dan lain sebagainya. Kandungan gizi terutama vitamin dari makanan kaleng
sudah banyak yang rusak. Buah kalengan biasanya ditambahkan dengan kadar gula yang
tinggi. Jika buah kalengan dalam bentuk cair tersebut dikonsumsi, maka tubuh akan
menyerapnya dengan sangat cepat. Hal ini dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat
dan membuat pankreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin, serta dapat memicu
timbulnya penyakit diabetes mellitus. Makanan olahan keju seperti cake, kue keju telur,
biasanya tinggi lemak dan gula. Sering mengonsumsi makanan olahan keju dapat
menyebabkan penambahan berat badan dan peningakatan kadar gula darah. Makanan manis
timbulnya diabetes melitus karena keterbatasan tubuh dalam mengolah makanan yang
dikonsumsi, serta kurangnya aktivitas yang membutuhkan energi lebih maka tubuh akan
menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap
hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh.
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai asupan
makanan, jenis makanan, jadwal makan dan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari
(Persagi, 2006). Penjelasan komponen pola makan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Jumlah makanan yang dikonsumsi individu dalam sehari. Penilaian jumlah kalori
biasanya dilihat melalui jumlah zat-zat gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang masuk terdiri
dari makronutrien yakni karbohidrat, protein dan lemak serta mikronutrien yang terdiri dari
Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energi yang
dikeluarkan. Makanan yang dikosumsi harus seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan
dengan umur dan piramida makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan protein
15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan maka
Pria Wanita
Zat gizi 50-64 tahun >65 tahun 50-64 tahun >65 tahun
Protein (g) 60 60 50 45
Fe (mg) 13 13 12 12
Jenis makanan adalah macam-macam makanan yang biasa di sajikan. Bahan makanan
yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu
sehat dan seimbang. Menyediakan makanan yang bervariasi merupakan salah satu cara untuk
mengatasi rasa bosan yang mengurangi selera makan. Variasi menu yang tersusun oleh
kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan
Di alam terdapat berbagai jenis bahan pangan baik pangan nabati maupun pangan
hewani. Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi
dan ada yang kekurangan zat gizi tertentu. Oleh karena itu manusia memerlukan berbagai
macam bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat
nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari gandum, beras, terigu, buah dan
sayuran. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi adalah karbohidrat yang berserat tinggi.
Karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-manis sebaiknya
Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber
protein nabati didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari
ikan, telur, dan daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat
pada vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning telur),
vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel),
vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu, ikan dan kedelai).
Makanan terbagi atas dua jenis yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan
utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayur, buah dan minuman.
Makanan selingan adalah makanan yang dikonsumsi disela-sela waktu makanan utama.
Penjelesan lebih lanjut mengenai dua jenis makanan tersebut dijelaskan dibawah ini :
1) Makanan Utama
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi,
makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah,
dan minuman. Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting
dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi sebagai sumber energi (kalori)
Lauk pauk berfungsi sebagai pelengkap makanan pokok pada menu makanan sehari-
hari. Menurut jenisnya, lauk pauk terbagi atas lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati. Kedua
jenis lauk-pauk tersebut mempunyai kandungan protein hewani dan nabati serta berfungsi
hormon.
Sayur adalah salah satu komponen yang penting yang harus dikonsumsi setiap
harinya. Sayuran dikonsumsi dengan cara yang bermacam-macam, baik sebagai bagian dari
menu utama maupun sebagai makanan sampingan. Buah merupakan jenis hidangan yang
dimakan sebagai pencuci mulut. Buah - buahan pada umumnya berfungsi sebagai sumber
vitamin dan mineral. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Sekitar
60 – 70 % dari tubuh manusia merupakan air. Syarat-syarat air minum adalah tidak berasa,
2) Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang dijual di
depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan selingan menurut bentuknya terdiri
dari : Makanan selingan bentuk kering seperti (kripik pisang, kripik singkong, kacang telur,
pop corn dan sebagainya), Makanan selingan berbentuk basah seperti (lemper, dadar, bolu
kukus, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya). Makanan selingan berbentuk kuah
Salah satu syarat susunan menu adalah bervariasi, artinya jenis bahan makanan yang
digunakan dalm hidangan harus berganti-ganti setiap harinya. Untuk itu perlu diketahui
bahan makanan pengganti bagi setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk- pauk, sayur
Frekuensi adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau kejadian yang berulang.
frekuensi makan adalah sejumlah pengulangan yang dilakukan dalam hal mengonsumsi
makanan baik kualitatif maupun kuantitatif yang terjadi secara berkelanjutan. Frekuensi
Frekuensi makan merupakan jumlah waktu makan dalam sehari meliputi makanan
lengkap (full meat) dan makan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga
kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa
diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang dan makan malam.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari
mulut sampai usus halus. Pada umumnya setiap orang melakukan kegiatan makan makanan
utama 3 kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore.
Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi sebab dapat membekali
tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein yang berguna sebagai
cadangan energi untuk melakuakan aktivitas dalam sehari. Makan siang diperlukan setiap
orang karena sejak pagi merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Selain makan utama yang
dilakukan tiga kali, makan selingan juga harus dilakukan yakni sekali atau dua kali diantara
waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama.
Pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering tidak teratur seperti yang
seharusnya. Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga makan utama yaitu makan pagi,
makan siang, dan makan malam. Jadwal makan sehari dibagi menjadi makan pagi (sebelum
pukul 09.00), makan siang (jam 12.00-13.00), dan makan malam (jam 18.00-19.00).
sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara
Secara alamiah, makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari
mulut sampai usus halus. Lama makanan dicerna dalam lambung tergantung sifat dan jenis
Pola makan yang dianjurkan adalah pola makan 6 kali sehari dalam porsi kecil. Pola
makan tersebut penting untuk mendapatkan simpanan energi yang dapat meningkatkan sistem
metabolisme tubuh. Karena melewatkan waktu makan justru dapat menurunkan metabolisme
tubuh dan membuat pembakaran kalori terhambat (Persagi, 2009). Apabila terlambat makan
akan terjadi hipoglikemia dengan gejala seperti pusing, mual dan pingsan. Apabila hal ini
terjadi segera minum air gula. Air gula merupakan karbohidrat sederhana yang akan langsung
masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah meningkat dengan cepat. Jika hal ini
terus terjadi maka dapat berdampak terhadap timbulnya penyakit diabetes melitus.
Salah satu penyebab timbulnya penyakit diabetes mellitus yaitu pola makan yang
tidak baik terdiri dari jadwal, frekuensi, jenis dan asupan makanan yang tidak tepat. Pola
makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan
maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi makanan khususnya di
kerja yang tinggi, dan promosi makanan ala barat fast food maupun health food yang populer
di Amerika dan Afrika, namun tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran gizi yang
mengakibatkan budaya makan berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan
rendah zat gizi mikro serta jadwal makan yang tidak teratur (Suiraoka, 2012).
Mekanisme terkait pola makan dengan timbulnya diabetes melitus yakni pola makan
terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, serba instan dan banyak mengandung gula semakin
sulit untuk dihindari seperti es krim, minuman kemasan, aneka jajanan kue dan lain-lain
dalam mengolah makanan yang dikonsumsi, serta kurangnya aktivitas yang membutuhkan
energi lebih maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika
hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen
yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes melitus. Apabila
dibiarkan lama kelamaan akan memicu berbagai komplikasi DM dapat berupa akut yaitu
hipoglikemia dan kronis seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan
penglihatan (mata), impotensi, ulkus kaki dan gangren (Ditjen PP dan PL, 2008).
Diabetes melitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini
bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang menyebabkan
terhadap kerja insulin. Dasar dari ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein pada penderita diabetes merupakan akibat dari berkurangnya kerja insulin pada
jaringan. Berkurangnya hasil kerja insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan /
atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon.
Jumlah makanan, jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan sangat berperan
dalam terjadinya diabetes melitus. Konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung
glukosa serta makanan dan minuman yang manis tanpa di iringi dengan aktifitas fisik yang
sesuai dapat memicu peningkatan kadar gula dalam darah. Sehingga pankreas tidak mampu
Penelitian yang dilakukan oleh Idris, dkk (2014), terhadap hubungan pola makan
dengan kadar gula darah pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Kota Makasar menunjukkan pola konsumsi buah dan sayur yang tidak baik
memiliki hubungan terhadap tidak terkontrolnya kadar gula darah, asupan karbohidrat dan
lemak yang kurang dari kebutuhan memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar gula
darah. Sampel pada penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-
rata 41-55 tahun (dewasa akhir dan lansia) bekerja sebagai ibu rumah tangga dan pendidikan
terakhir SMA 50%. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pola makan dengan kadar
gula darah pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kota
Makasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Fibriana dan Dian (2005) tentang hubungan pola
makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus pada pasien yang berkunjung
ke Laboratorium Klinik Pratama Analisa Pekalongan dimana sampel paling banyak pada
kelompok umur 50-69 tahun. Pola makan sampel terbanyak terdapat pada pola makan yang
tidak baik yaitu jika salah satu dari ketepatan jenis makan, jumlah kalori, atau ketepatan
waktu makan yang tidak tepat, kadar gula darah buruk dengan persentase terbanyak terdapat
pada sampel pola makan yang tidak baik. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara pola makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Amtiria (2015) mengenai hubungan pola makan
dengan kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Rata-rata responden berjenis kelamin
perempuan, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir SMA, sebagian besar
responden memiliki kadar gula darah 2 jam setelah makan lebih dari normal, beberapa
responden memiliki pola makan dengan jumlah asupan makan, jenis makan, dan jadwal
makan yang tidak baik. Hasil penelitian menunjukan didapatkan variabel jumlah asupan,
jenis makanan, jadwal makan dan pola makan dinyatakan memiliki hubungan yang signifikan
dengan kadar gula darah 2 jam setelah makan pada pasien penyakit DM rawat jalan di RSUD
Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pola makan dan kejadian diabetes
melitus pada lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.
Pola Makan
1. Jumlah kalori
2. Jenis Makanan Kejadian Diabetes
3. Frekuensi Makan ► Melitus
4. Jadwal Makan
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus pada lansia di Desa Aek Raso
mendapatkan gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
Labuhanbatu Selatan. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2016 sampai Desember
2017.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yaitu lansia di Desa Aek Raso. Dimana jumlah
n = ___N____
N(d)2 + 1
n = ___N____
N(d)2 + 1
n = ___2097_____
2097(0,1) 2 + 1
n = ___2097_____
21,97
Data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada Lansia yang
meliputi :
a. Karakteristik responden seperti umur , jenis kelamin dan pendidikan. Data diperoleh
b. Data pola makan Lansia (jenis makanan, jumlah kalori, frekuensi makan dan jadwal
makan) yang diperoleh menggunakan kuesioner, food frquency questionnaire (FFQ), dan
recall 24 jam.
c. Data kejadian diabetes melitus diperoleh dengan pengecekan kadar gula darah sewaktu.
Data sekunder diperoleh dari catatan puskesmas yang berupa jumlah lansia.
1. Pola Makan adalah kebiasaan makan lansia sehari-hari yang dinilai berdasarkan jenis
2. Jenis makanan adalah macam-macam makanan yang biasa disajikan untuk dimakan
3. Jumlah kalori adalah makanan yang dikonsumsi lansia dalam sehari yang dinilai
kecukupan gizi.
4. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis bahan makanan dikonsumsi oleh
5. Jadwal makan merupakan waktu makan secara teratur yaitu makan pagi, makan siang
6. Kejadian diabetes melitus adalah ada tidaknya penderita diabetes melitus pada lansia.
1. Jenis Makanan
salah satu dari makanan pokok, lauk pauk ( hewani atau nabati),
sebagai berikut:
Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi di dapat dalam bentuk persen, hasil persen
Lebih : Konsumsi dikategorikan lebih apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi perhari >
Baik : Konsumsi dikategorikan baik apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi perhari 80% -
Kurang : Konsumsi dikategorikan kurang apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi perhari <
melalui food recall 24 jam dan dikonversikan dari URT ke dalam ukuran berat (gram).
3. Frekuensi makan
5) Tidak pernah
darah sewaktu dengan menggunakan alat glukometer lalu disesuaikan dengan data puskesmas
pertanyaannya dapat mewakili keluhan gejala diabetes seperti Polyuria (Jumlah urine yang di
keluarkan lebih banyak), Polydipsia (sering atau cepat merasa haus), Polyfhagia (lapar yang
berlebihan atau makan banyak), Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, Apabila
luka / tergores (korengan) lambat penyembuhannya, Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf
ditelapak tangan dan kaki. Pilihan jawaban terdiri atas dua pilihan yaitu jawaban Ya (jika
mengalami gejala seperti disebutkan diatas) dan jawaban Tidak (jika tidak mengalami gejala
tersebut diatas).
Pengolahan data yang sudah terkumpul akan diolah melalui langkah-langkah berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan dan dilakukan setelah data terkumpul. Pada tahap ini peneliti menghitung
banyaknya kuesioner yang telah diisi, kemudian dijumlahkan semuanya. Pada proses
pengecekkan ini diperiksa apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap (semua
pertanyaan sudah terisi jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan apakah relevan dengan
pertanyaan), dan konsisten (apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
jawabannya konsisten). Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Coding juga merupakan kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan coding. Pemberian kode dilakukan setelah
c. Tabulating
frekuensi untuk mempermudah analisis data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan,
data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis dengan menggunakan
Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisis data dengan mendeskripsikan
besarnya persentase pada seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi baik dari data karakteristik lansia, pola makan (jenis makanan, frekuensi makan,
jadwal makan dan jumlah makanan), dan kejadian diabetes mellitus. Tahap selanjutnya
melakukan tabulasi data dan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif
dengan komputerisasi.
RP a/(a+b)
c/(c+d)
a/(a+b) = proporsi subjek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek.
RP <1 maka faktor risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya
HASIL PENELITIAN
Desa Aek Raso merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Torgamba,
Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Penduduk Desa Aek Raso
memiliki penghidupan pada sektor pertanian yaitu kelapa sawit dan getah karet. Pekerjaan
yang terdapat di desa tersebut antara lain buruh panen, buruh harian lepas, berdagang,
Penduduk Desa Aek Raso berjumlah ± 6.061 jiwa. Diantaranya terdapat 28.07% atau
sekitar 2.097 jiwa lansia. Luas wilayah desa Aek Raso ± 126,3 km².
Jenis ikan yang banyak terdapat di desa tersebut ialah jenis ikan air tawar seperti ikan mas
dan nila. Adapun jenis ikan laut yang terdapat di pasar setiap minggunya seperti ikan asin,
ikan teri, ikan dencis, ikan tongkol, ikan kembung, udang, cumi-cumi dan sebagainya.
Jenis sayur-sayuran banyak terdapat disana yang dapat dibeli di pasar setiap
minggunya dan juga kedai harian. Ada juga beberapa jenis sayur yang ditanam di dekat
rumah seperti daun ubi, daun katu, pohon pepaya dan lain-lain.
Pada penelitian ini karakteristik lansia yang diamati adalah umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian dapat kita ketahui pada tabel 4.1 dilihat
bahwa dari 95 orang responden ditemukan usia terbanyak berusia 60-69 tahun yaitu sebanyak
86 orang (90,53%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 71 orang (74,74%),
pendidikan terakhir terbanyak SLTP dengan jumlah 39 orang (41,05%). Secara rinci dapat
1. Umur (tahun)
a. 60-69 86 90,53
b. 70-79 7 7,37
c. >80 2 2,10
2. Jenis Kelamin
a. Laki- Laki 24 25,26
b. Perempuan 71 74,74
3. Pendidikan Terakhir
a. Tidak Tamat SD 13 13,69
b. SD 16 16,84
c. SLTP 39 41,05
d. SLTA 26 27,37
e. Akademik/ Sarjana 1 1,05
Pola makan lansia pada penelitian ini berdasarkan jenis makanan, frekuensi makan,
makanan yang tidak beragam yaitu sebanyak 52 orang (54,7%). Secara rinci dapat dilihat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Lansia di Desa Aek Raso Kecamatan
Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No. Jenis Makanan n (=95) %
1. Beragam 43 45,3
2. Tidak beragam 52 54,7
Pada tabel 4.3 dapat dilihat hanya kecukupan karbohidrat yang mengalami kategori
kurang yaitu sebanyak 13 orang (13,7%), dan pada kategori lebih terdapat kecukupan energi
protein sebanyak 73 orang (76,8%) dan kecukupan lemak sebanyak 56 orang (58,9%).
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi, Karbohidrat, Protein, dan Lemak
No Klasifikasi n =(95) %
1. Kecukupan Energi
a. Lebih 55 57,9
b. Baik 40 42,1
c. Kurang 0 0
2. Kecukupan Karbohidrat
a. Lebih 29 30,5
b. Baik 53 55,8
c. Kurang 13 13,7
3. Kecukupan Protein
a. Lebih 73 76,8
b. Baik 22 23,2
c. Kurang 0 0
4. Kecukupan Lemak
a. Lebih 56 58,9
b. Baik 39 41,1
c. Kurang 0 0
Frekuensi makan lansia dilihat berdasarkan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 95 orang responden, nasi
merupakan jenis makanan yang selalu dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat (1-3 kali
n % n % n % n % n % n %
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lauk yang selalu (>1x/sehari) dikonsumsi lansia adalah
ikan gembung sebanyak 58,9%, ikan tongkol sebanyak 57,9%, Ikan yang sering (1x/hari)
dikonsumsi adalah ikan teri sebanyak 37,9%, ikan lele sebanyak 35,8%, ikan asin dan tahu
sebanyak 30,5%. Jenis ikan yang selalu dan sering dikonsumsi karena ketersedian banyak dan
mudah diperoleh di pasar dan kedai. Untuk lauk pauk dari sumber nabati tempe merupakan
n % n % n % n % n % n %
Jenis sayuran yang selalu dikonsumsi (>1x/hari) dan sering (1x/hari) dikonsumsi adalah
daun ubi, bayam, dan kangkung. Daun ubi sebanyak 44,2 % dan 34,7%, bayam sebanyak
36,8% dan 35,8%, dan kangkung sebanyak 21,0% dan 34,7%. Jenis sayuran yang selalu dan
sering dikonsumsi karena mudah diperoleh dan banyak ditanam dipekarangan rumah. Daun
ubi biasanya lebih sering digulai, untuk olahan bayam biasanya lebih sering di rebus dan di
n % n % n % n % n % n %
Untuk buah-buahan sebagian besar lansia pada kategori sering (1x/hari) dikonsumsi
adalah jeruk sebanyak 55,8%, pisang sebanyak 45,3% dan salak sebanyak 34,7% karena
n % n % n % n % n % n %
Makanan selingan yang selalu (>1x/sehari) dikonsumsi adalah kolak pisang sebanyak
33,7% dan bubur kacang hijau 30,5%. Makanan selingan yang sering (1x/hari) dikonsumsi
adalah gorengan sebanyak 40,0%, kue basah sebanyak 34,7% dan bubur kacang hijau 32,6%.
Gorengan yang sering dikonsumsi adalah bakwan, pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, dan
tempe goreng. Sedangkan jenis kue yang sering dikonsumsi adalah kue dadar, lemper, kue
(1x/bln)
n % n % n % n % n % n %
n % n % n % n % n % n %
Jadwal makan merupakan waktu pada saat lansia melakukan kegiatan makan. Jadwal
makan terdiri dari jadwal makan pagi, makan siang dan makan malam. Distribusi lansia
Makan pagi merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan karena makan pagi
dapat memberikan energi untuk melakukan aktifitas sepanjang hari. Jadwal makan pagi
dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 37,9% lansia
memiliki jadwal makan pagi sebelum pukul 09.00 WIB. Distribusi lansia menurut jadwal
Mengonsumsi makanan pada tengah hari akan mengembalikan energi pada tubuh dan
menaikkan kembali kadar gula darah ketika fokus dan konsentrasi mulai menurun. Waktu
makan siang setiap orang pun berbeda-beda. Pada tabel 4.11. dapat dilihat bahwa sebagian
besar lansia memiliki jadwal makan siang 12.00 - 13.00 WIB yakni sebanyak 56,8%. Adapun
badan pada seseorang dan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti diabetes
melitus. Hal ini bukan menjadi kesimpulan bahwa makan malam tidak baik untuk dilakukan.
Pemilihan waktu makan yang tepat merupakan cara yang baik untuk mencegah masalah
kenaikan berat badan tersebut. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mengonsumsi makan malam >19.00 WIB dengan total 62,1%. Distribusi jadwal makan
Berdasarkan jadwal makan pagi, makan siang, dan makan malam tersebut,
selanjutnya dilakukan pengkategorian jadwal makan yaitu jadwal makan teratur dan tidak
teratur. Jadwal makan dikategorikan teratur apabila sarapan sebelum jam 09.00, makan siang
jam 12.00-13.00, dan makan malam 18.00-19.00. Jadwal makan dikategorikan tidak teratur
apabila sarapan setelah jam 09.00, makan siang setelah jam 12.00-13.00, dan makan malam
setelah 18.00-19.00.
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa lansia memiliki jadwal makan yang tidak teratur
yakni sebanyak 57,9%. Distribusi lansia menurut kategori jadwal makan ditampilkan sebagai
berikut :
1. Teratur 40 42,1
Berdasarkan hasil penelitian penilaian gejala diabetes melitus pada lansia didapatkan
melalui kuesioner. Hasil dari kuesioner tersebut didapatkan data sebagai berikut :
1. Polyuria 54 56,8
2. Polydipsia 63 66,3
3. Polyfhagia 70 73,7
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar gula darah dari 95 responden
berada pada kategori diabetes melitus dengan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dL
sebanyak 54 orang (56,8%), dan pada kategori tidak diabetes dengan kadar gula darah
sewaktu <110 mg/dL sebanyak 41 orang (43,2%). Dimana terdapat kadar gula darah sewaktu
tertinggi yaitu 480mg/dL sebanyak 1 orang dan terendah yaitu 98mg/dL sebanyak 1 orang.
Distribusi kejadian diabetes melitus pada lansia tersaji dalam tabel berikut :
responden sebagian besar yang mengalami kejadian diabetes adalah perempuan sebanyak 41
Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan jenis kelamin menggunakan uji
chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan jenis kelamin dengan nilai p=0,760, dan RP < 1 maka
faktor risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit
Pola makan lansia dilihat dari jenis makanan, frekuensi makan, jumlah makanan, dan
jadwal makan yang dikonsumsi lansia setiap harinya. Gambaran kejadian diabetes melitus
kategori jenis makanan tidak beragam sebanyak 26 orang (27,4%) yang mengalami kejadian
diabetes dan 26 orang (27,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes. Sedangkan dari
kategori jenis makanan yang beragam yang mengalami kejadian diabetes sebanyak 28 orang
chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan jenis makanan dengan nilai p=0,139, dan RP > 1 maka
kecukupan karbohidrat pada kategori lebih terdapat 18 orang yang mengalami kejadian
diabetes melitus (62,1%) dan 11 orang (37,9%) yang tidak mengalami kejadian diabetes
melitus, sedangkan kecukupan karbohidrat pada kategori baik sebanyak 33 orang (62,3%)
yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 20 orang (37,7%) yang tidak mengalami
Penelitian yang telah dilakukan diketahui dari 95 orang responden dengan jumlah
kecukupan protein pada kategori lebih terdapat 45 orang (61,6%) yang mengalami kejadian
diabetes melitus dan 28 orang (38,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus,
sedangkan kecukupan protein pada kategori baik sebanyak 9 orang (40,9%) yang mengalami
kejadian diabetes melitus dan 13 orang (59,1%) yang tidak mengalami kejadian diabetes
melitus.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 95 orang responden dengan
kecukupan lemak pada kategori lebih sebanyak 37 orang (66,1%) yang mengalami kejadian
kejadian diabetes melitus dan 19 orang (33,9%) yang tidak mengalami kejadian diabetes
melitus, sedangkan kecukupan lemak pada kategori baik sebanyak 17 orang (43,6%) yang
mengalami kejadian diabetes melitus dan 22 orang (56,4%) yang tidak mengalami kejadian
Diabetes Tidak
diabetes
Total % p RP
n=95 % n=95 %
menggunakan uji chi-square dengan jenis tabel 3x2. Tetapi setelah diuji tabel tersebut tidak
layak uji karena adanya expected count kurang dari lima, sehingga peneliti melakukan
dan kategori baik. Kemudian setelah dilakukan penggabungan sel, peneliti menguji kembali
data tersebut dengan uji chi-square dengan jenis tabel 2x2, dari uji yang kedua tidak
didapatkan sel dengan nilai expected count yang kurang dari lima sehingga tabel tersebut
dinyatakan sudah layak uji. Maka dari hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan yang
bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan karbohidrat dengan nilai p=0,008,
dan RP > 1 maka faktor risiko benar merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kecukupan Protein
Kecukupan Kejadian Diabetes Melitus
Protein
Diabetes Tidak
Diabetes
Total % p RP
n=95 % n=95 %
uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kecukupan Lemak
Kecukupan Kejadian Diabetes Melitus
Lemak
Diabetes Tidak
Diabetes
Total % p RP
n=95 % n=95 %
uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan lemak dengan nilai p=0,030 dan RP > 1
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa dari 95 orang responden dengan kecukupan energi
pada kategori lebih sebanyak 37 orang (67,3%) yang mengalami kejadian diabetes melitus
dan 18 orang (32,7%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus, sedangkan kecukupan
energi pada kategori baik sebanyak 17 orang (42,5%) yang mengalami kejadian diabetes
melitus dan 23 orang (57,5%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus.
Diabetes Tidak
Diabetes
Total % p RP
n=95 % n=95 %
uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan energi dengan nilai p=0,16, dan RP > 1 maka
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 95 responden dengan
kategori frekuensi makanan kurang sebanyak 32 orang (33,7%) yang mengalami kejadian
diabetes dan 7 orang (7,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan
pada frekuensi makan baik sebanyak 22 orang (23,1%) mengalami diabetes melitus dan 34
orang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Adapun distribusi lansia yang mengalami
kejadian diabetes melitus berdasarkan frekuensi makan dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Frekuensi Makan
Frekuensi Kejadian Diabetes Melitus
Makan
Mengalami Tidak Total
Megalami
p RP
n % n % n =(95) %
uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan frekuensi makan dengan nilai p=0,000 dan RP < 1 maka
faktor risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit
bahwa lansia yang memiliki jadwal makan tidak teratur mengalami kejadian diabetes melitus
yaitu sebanyak 51,6% dan lansia yang memiliki jadwal makan tidak teratur tidak mengalami
kejadian diabetes melitus sebanyak 6,3%. Distribusi lansia yang mengalami kejadian diabetes
Tabel 4.23 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Jadwal Makan
Jadwal Makan Kejadian Diabetes Melitus
n % n % n =(95) %
Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan jadwal makan menggunakan uji
chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara
kejadian diabetes melitus dan jadwal makan dengan nilai p=0,000, dan RP < 1 maka faktor
risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit atau
bersifat protektif.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa lansia di desa Aek Raso yang
mengalami diabetes melitus ada sebesar 56,8%. Berdasarkan hasil penelitian lansia
mengalami diabetes melitus dikarnakan tingginya konsumsi makanan yang manis, makanan
bersumber dari karbohidrat dan protein. Penelitian yang dilakukan oleh wicaksono dan
witasari yang melaporkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan manis memiliki risiko
terkena diabetes melitus dua kali lipat. Sedangkan karbohidrat merupakan sumber kalori
diabetes melitus sebesar 43,1%, dan laki- laki yang mengalami kejadian diabetes melitus
sebesar 13,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian Indriyani (2007) menyatakan bahwa diabetes
melitus pada usia 40-70 tahun lebih banyak terjadi pada perempuan.
Pola makan dalam penelitian ini digambarkan melalui jenis makanan, frekuensi
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lansia dengan jenis makanan
tidak beragam sebesar 43,2% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 11,6% yang
tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan dengan jenis makanan yang beragam
sebesar 30,5% mengalami kejadian diabetes dan 14,7% yang tidak mengalami kejadian
diabetes melitus. Hal ini dikarenakan sebagian lansia hanya mengkonsumsi makanan pokok,
lauk, dan sayur namun jarang mengkonsumsi buah setiap hari. Selain itu mereka
makanan seimbang yang harus dikonsumsi hal ini yang menyebabkan mereka sering
kecenderungan terjadinya kelebihan konsumsi pada salah satu sumber zat gizi terutama
karbohidrat yang bersumber dari makanan pokok. Pola makan yang berlebihan dalam
konsumsi karbohidrat, protein dan lemak dapat menyebabkan terjadinya obesitas memicu
Uji Chi-Square yang dilakukan mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang
bermakna antara kejadian diabetes melitus dan jenis makanan dengan nilai p=0,139. Beragam
dan tidak beragamnya jenis makanan yang di konsumsi lansia tidak mempengaruhi terjadinya
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyana D(2014)
yang juga menyatakan bahwa tidak adanya hubungan ketepatan jenis makanan dengan status
pada kategori lebih sebesar 62,1% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 37,9%
yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan dengan jumlah kecukupan
karbohidrat pada kategori baik sebesar 62,3% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan
37,7% yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus serta jumlah kecukupan karbohidrat
pada kategori kurang sebesar 23,1% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 76,9%
Sumber karbohidrat utama yang sering dikonsumsi oleh lansia adalah nasi, dimana
nasi merupakan salah satu sumber karbohidrat terbesar. Karbohidrat memiliki fungsi utama,
berlebih maka akan menyebabkan asupan energi meningkat dan mengakibatkan diabetes.
Selain itu mereka juga sering mengkonsumsi dari jenis makanan jajanan seperti kolak pisang,
bubur kacang hijau, gorengan. Dimana kacang dan pisang merupakan salah satu sumber
karbohidrat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris dkk pada
pasien rawat jalan DM tipe II di wilayah kerja puskesmas kota Makasar yang juga
menyatakan bahwa asupan karbohidrat memiliki hubungan yang bermakna dengan kontrol
Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan karbohidrat
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lansia dengan jumlah kecukupan
protein pada kategori lebih sebesar (61,6%) yang mengalami kejadian diabetes melitus dan
28 orang (38,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sumber protein yang
selalu dikonsumsi oleh lansia adalah ikan kembung, ikan tongkol dan jenis ikan yang sering
dikonsumsi oleh lansia pada penelitian ini adalah ikan teri, ikan lele, ikan asin sedangkan
sumber protein nabati yang sering dikonsumsi lansia adalah tempe dan tahu. Hal ini sejalan
dengan penelitian Wulansari yang juga menyatakan bahwa asupan protein berhubungan
Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan hasil adanya hubungan
yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan protein dengan nilai p=0,085.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa jumlah kecukupan lemak pada
kategori lebih sebesar 66,1% yang mengalami kejadian kejadian diabetes melitus dan 33,9%
yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus, sedangkan kecukupan lemak pada kategori
Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan di dapat hasil tidak adanya
hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan lemak dengan
nilai p=0,030.
Sumber lemak yang paling sering dikonsumsi oleh lansia berasal dari makanan yang
digoreng, seperti bakwan, pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, dan tempe goreng. Oleh karena
itu akumulasi lemak di dalam tubuh menjadi semakin bertambah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya obesitas dan memicu terjadinya diabetes melitus. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris dkk bahwa asupan lemak mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kontrol kadar gula darah penderita diabetes melitus.
kecukupan energi pada kategori lebih sebesar 67,3 % yang mengalami kejadian diabetes
Energi merupakan hasil dari metabolosme karbohidrat, lemak, dan protein (Pujiati,
2010). Seseorang membutuhkan asupan energi dari makanan untuk menutupi pengeluaran
energi yang dilakukannya dalam sehari- hari. Sumber makanan yang mengandung tinggi
energi ialah makanan yang mengandung lemak, seperti minyak, kacang- kacangan, dan biji-
bijian. Selain itu, bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi- padian, umbi- umbian dan
gula murni juga merupakan bahan makanan sumber energi (Almatsier, 2010).
pada kategori kecukupan energi lebih. Pada penelitian ini, kecukupan energi diperoleh dari
makanan yang mengandung sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Rahmawati (2015)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi asupan energi, maka semakin tinggi
rawat jalan yang mengalami diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas kota Makasar
menyatakan bahwa sebagian besar pasien berada pada asupan energi baik 76,1% yang
tersebar pada kategori kadar gula darah tidak terkontrol sebesar 85,7%.
Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan didapat hasil tidak adanya
hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan energi dengan nilai
p=0,16.
pokok sumber karbohidrat, nasi merupakan jenis makanan yang selalu dikonsumsi 100%.
Jenis makanan lauk pauk yang selalu dikonsumsi oleh lansia adalah ikan gembung dan ikan
tongkol sebesar 58,9% dan 57,9%. Jenis ikan yang sering dikonsumsi oleh lansia pada
penelitian ini adalah ikan teri sebesar 37,9%, ikan lele 35,8%, ikan asin dan tahu 30,5%.
Adapun lauk pauk dari sumber nabati tempe merupakan jenis yang selalu dikonsumsi sebesar
41%, selanjutnya tahu sebanyak 40%. Pada kelompok makanan sayuran, daun ubi merupakan
jenis makanan yang selalu dikonsumsi oleh lansia sebesar 44,2%, bayam 36,8% dan
kangkung 21%. Hal ini dikarenakan jenis sayuran tersebut mudah didapat. Buah yang sering
dikonsumsi adalah jeruk 55,8% dan pisang 45,3%. Untuk buah-buahan sering dikonsumsi
karena mudah didapat dipasar setiap minggunya dan terjangkau. Untuk kelompok makanan
selingan yang selalu dikonsumsi adalah kolak pisang 33,7%, sementara makanan selingan
yang sering dikonsumsi adalah gorengan 40%, kue basah 34,7%, dan bubur kacang hijau
32,6%. Jenis kue yang sering dikonsumsi adalah kue dadar, lemper, kue lapis, bolu kukus,
kacang hijau, getuk dan sebagainya. Selanjutnya untuk kelompok minuman yang selalu
dikonsumsi adalah teh manis sebanyak 56,8% dan susu sebanyak 52,6 %.
pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1 yang juga
menyatakan bahwa nasi merupakan jenis makanan yang selalu dikonsumsi 100%, lauk
hewani yang selalu dikonsumsi sebanyak 43,2 %. Tempe dan tahu yang selalu dikonsumsi
sebanyak 37,2%. Sayuran yang selalu dikonsumsi sebanyak 19,6%. Buah yang selalu
dikonsumsi sebanyak 19,6 %. Sedangkan untuk makanan selingan yang selalu dikonsumsi
sebanyak 40,9%.
Uji Chi-Square yang dilakukan mendapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan frekuensi makanan dengan nilai p=0,000. frekuensi
Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lansia dengan jadwal makan
tidak teratur sebesar 51,6% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 6,3% yang tidak
mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan dengan jadwal makan yang teratur sebesar
5,3% mengalami kejadian diabetes melitus dan 36,8% yang tidak mengalami kejadian
diabetes melitus. Hal ini dikarenakan lansia tidak makan tepat waktu dan ketika lapar
mrngonsumsi minuman manis atau cemilan yang manis sehingga cepat menaikan kadar gula
darah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putro dan Suprihatin
tahun 2012 tentang pola diit tepat jumlah, jadwal dan jenis terhadap kadar gula darah pasien
diabetes melitus tipe II diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan diit tidak tepat
jadwal sebesar 73,3% dan 26,7% responden yang melakukan diit tepat jadwal.
Uji Chi-Square yang dilakukan mendapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna
antara kejadian diabetes melitus dan jadwal makan dengan nilai p=0,000. Jadwal makanan
lansia mempengaruhi terjadinya kejadian diabetes melitus atau tidak, ketepatan waktu makan
kolak dan sebagainya. Apabila makan menunggu perut lapar dan melewatkan waktu makan
akan membuat tubuh menjadi lemas, pusing, oyong, sehingga akan mencari makanan yang
instan terutama makanan yang manis atau minuman manis. Sedang minuman manis akan
dengan cepat langsung diserap oleh tubuh dan meningkatkan kadar gula darah dengan
spontan.
6.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pola makan lansia belum beranekaragam, yaitu sebanyak 43,2% Hal ini dikarenakan
kesukaan bukan karena makanan seimbang yang harus dikonsumsi hal ini yang
2. Pola makan lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba berdasarkan frekuensi
makan sebagian besar termasuk pada kategori kurang, Berdasarkan jadwal makan
sebagian besar lansia tidak tepat jadwal, Berdasarkan jumlah kalori sebagian besar
3. Kejadian diabetes melitus pada lansia di desa Aek Raso Kecamatan Torgamba lebih
banyak berada pada kategori yang mengalami kejadian diabetes melitus yaitu
sebanyak 56,8%.
4. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diabetes melitus dan jenis makanan lansia di
Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP > 1 maka faktor risiko benar merupakan
5. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan energi lansia
di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP > 1 maka faktor risiko benar
6. Adanya hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan frekuensi
makan lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP < 1 maka faktor risiko
bersifat protektif..
7. Adanya hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan jadwal makan
lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP < 1 maka faktor risiko
bersifat protektif.
6.2. Saran
1. Puskesmas Desa Aek Raso agar menerapkan program penanganan diabetes melitus di
wilayah kerja puskesmas sehingga penderita diabetes dapat memiliki tingkat glukosa
darah terkontrol.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Puskesmas Aek Raso agar
masalah diabetes melitus serta pola makan sehat dan seimbang sehingga prevalensi
Amtiria, R. 2015. Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus tipe 2 di poli penyakit dalam RSUP.DR.H. Abdul Moeloek
Lampung.
Baliwati, F.W. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya Beyer.
Erniati. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe II pada
lansia di pos pembinaan terpadu kelurahan cempaka putih. Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fatimah, RN. 2015. Diabetes melitus tipe 2. Lampung: jurnal kedokteran. Vol.4,No.5:93-97.
Fibrina, D. 2005. Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus.
Frankilawati DAM. 2013. Hubungan antara pola makan,genetik, dan kebiasaan olahraga
terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas
Nusukan surakarta.
Haryono R., Setianingsih S. 2013. Awas musuh-musuh anda setelah usia 40 tahun. Edisi
pertama, Yogyakarta.
Idris, A.M., Jafar, N., Indriasari, R. 2014. Hubungan pola makan dengan kadar gula
darah pasien rawat jalan DM tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Kota
Makasar.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagiBangsa Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Diakses
melaluihttp://gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/PMK%2075-
2013.pdf pada 6 April 2017.
Magdalena, C. 2016. Hubungan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal) dan aktivitas fisik
terhadap status kadar gula darahpada penderita diabetes melitus tipe 2 di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
Muliartha,P dan sudhana,W. 2015. Gambaran pola makan terhadap tingkat glukosa
darah pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas
karangasem I. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Nur A, Fitria E, Zulhaida A, Hanum S.2016. Hubungan pola konsumsi dengan diabetes
melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di RSUD Dr. Fauziah Bireuen
Provinsi Aceh. Loka penelitian dan pengembangan biomedis Aceh, badan
Litbangkes.
Rahmawati, SA, Hidayanti. 2011. Pola makan dan aktifitas fisik dengan kadar glukosa
darah penderita diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makasar.
Rosyada,A dan Trihandini. Determinan komplikasi kronik diabetes melitus pada lanjut
usia.
Sudaryanto, A., Setiyadi, N.A.,& Frankilawati, N.A. 2014. Hubungan antara pola makan,
genetik, dan kebiasaan olahraga terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 di
wilayah kerja puskesmas nusukan banjarsari.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Wandansari K. Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
KUESIONER PENELITIAN
SELATAN
No. Responden
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur : tahun
Tanggal lahir :
b. perempuan
Suku : a. Jawa
b. batak
Pendidikan terakhir : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. D3/S1
Beri tanda (√) pada jawaban yang tepat untuk memberikan skor pada pilihan jawaban
c. 3 kali/hari (pukul
d. >3 kali/hari (pukul
2. Apakah anda sarapan sebelum beraktivitas?
a. ya. Pukul
b. tidak. Alasan :
(langsung ke no. 4)
3. Jika ya, seberapa sering anda sarapan per minggu?
a. tidak sering (<3 kali/minggu)
b. sering (4-7 kali/minggu)
4. Apakah anda memiliki kebiasaan makan siang?
a. ya
b. tidak. Alasan :
(langsung ke no. 7)
5. Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda dalam 1 bulan terakhir?
Pukul
a. pukul 11.00 – 14.00
b. <pukul 11.00 atau > pukul 14.00
Alasan:
b. tidak. Alasan :
(langsung ke no. 10)
8. Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda dalam 1 bulan terakhir?
Pukul
a. pukul 17.00 – 19.00
b. > pukul 19.00
Alasan:
9. Seberapa sering kebiasaan makan malam anda pada waktu tersebut?
a. sering (4-7 kali/minggu)
b. tidak sering (<3 kali/minggu)
10. Pada pukul berapa anda mengonsumsi makanan terakhir pada malam hari selama 1 bulan
terakhir?
Pukul
a. < pukul 18.00
b. > pukul 18.00
(langsung ke no.12)
11. Jika anda memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan terakhir pada malam hari < pukul
18.00, seberapa sering?
a. sering (4-7 kali/minggu)
a. > 3 jam
b. < 3 jam
b. tidak, jarang
2. Apakah anda merasa cepat haus dan lapar berlebihan?
a. ya
b. tidak
3. Apakah anda mengalami penurunan berat badan yang drastis tanpa diketahui sebabnya?
a. ya
b. tidak
4. Apakah anda sering mengalami mati rasa/ kesemutan pasa ujung syaraf telapak tangan dan
kaki?
a. ya
b. tidak
5. Apakah jika anda mengalami luka atau tergores lama sembuh?
a. ya
b. tidak
III. pengukuran gula darah
1. Gula darah sewaktu dikatakan normal : < 110mg/dL
2. Gula darah sewaktu di diagnosis diabetes melitus : > 200 mg/dL
No. Responden
Frekuensi konsumsi
keterangan
Nama bahan >1x/hari 1x/hari 4- 1x/bulan 1x/tahun
makanan 6x/minggu
1. Makanan
pokok
a. beras
b. ubi
c. roti
2. Lauk
hewani
a. ikan
b. ayam
c. telur
d. udang
e. cumi
f. daging
g. ikan asin
h. teri
i. lainnya
3.Lauk nabati
a. tahu
b.tempe
4.Sayur-
sayuran
a. daun ubi
c.kangkung
d. sawi
e. kol
f. jipang
g. lainnya
5. Buah-
buahan
a. jeruk
b.pisang
c.salak
d. apel
e. pir
f. anggur
g. pokat
h. sawo
i. lainnya
6. Lain-lain
a. kolak
pisang
b. bubur
c. bakso
d. gorengan
e. kue basah
f.sate
g. martabak
h. teh manis
j.susu
k. jus buah
l. sirup
Bahan makanan
Jenis URT gr
Pagi/Jam
Siang/Jam
Malam/Jam
(INFORM CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
sebagai responden dan bersedia untuk diambil sampel darahnya :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah menerima dan mengerti penjelasan peneliti dalam penelitian yang berjudul
“GAMBARAN POLA MAKAN DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA
LANSIA DI DESA AEK RASO KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN
LABUHAN SELATAN” termasuk tujuan, keuntungan serta efek samping yang
ditimbulkannya. Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia menjadi
peserta dalam penelitian tersebut.
Medan, 2017
( )
jenis
nomor umur jeniskelamin pendidikan kadarguladarah kejadiandm makanan jlhenergi jlhenergipersen kec.energi jlhkarbohidrat jlhkarbohidratpersen kec.karbohidrat jl
1 1 5 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 3 5 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
2 1 5 4 1 3 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 5 3 1 2 1 2 1 3 1 3 3 3 3 3 4
3 1 5 5 1 4 1 1 3 1 4 3 3 1 4 1 3 3 1 1 1 2 4 4 3 4 4 2 3 4 3
4 1 5 5 1 4 3 1 4 1 4 4 3 1 4 3 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2
5 1 5 2 2 3 4 1 1 2 4 2 3 1 4 5 3 4 2 2 3 2 1 3 3 4 4 2 3 5 4
6 1 3 5 5 3 2 1 1 1 5 3 3 1 3 1 4 2 1 2 2 2 1 5 1 3 3 4 4 3 2
7 1 5 5 5 4 3 2 3 1 5 2 3 3 4 3 3 5 1 1 2 1 1 2 2 1 4 1 4 4 3
8 1 5 2 2 3 1 3 1 3 2 3 2 4 4 1 3 4 2 2 1 2 4 4 1 4 4 3 2 3 2
9 1 5 5 1 4 3 1 3 2 4 1 2 1 3 3 4 3 1 2 1 3 2 3 2 3 1 4 4 4 4
1
0 1 5 5 3 4 3 2 3 1 5 4 3 1 4 3 2 4 2 2 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3
1
1 1 5 2 5 3 1 3 1 1 5 2 3 3 4 1 3 5 3 1 1 2 1 4 3 4 4 2 4 3 2
1
2 1 5 5 2 3 3 1 3 3 4 3 2 1 4 1 3 3 1 1 1 1 1 3 1 2 2 3 3 1 4
1
3 1 5 5 3 4 4 1 1 2 2 1 3 3 3 5 2 5 3 1 2 1 2 3 4 3 4 2 4 3 2
1
4 1 5 2 5 3 1 1 1 1 3 3 3 1 4 5 3 3 1 1 2 2 1 2 1 3 3 3 3 5 3
1
5 1 5 5 5 3 3 3 3 2 4 4 3 1 4 3 4 4 1 1 1 2 2 4 2 4 4 2 2 3 2
1
6 1 5 5 5 4 2 1 1 1 5 2 2 1 4 2 3 4 1 1 1 1 1 3 3 3 2 4 4 4 4
1
7 1 5 5 5 4 1 2 3 1 2 3 3 1 3 4 3 2 2 1 2 3 3 2 4 3 4 3 3 1 3
1
9 1 5 5 2 4 3 1 1 3 5 3 3 4 4 2 3 5 3 1 3 1 1 3 3 4 4 4 2 3 4
2
0 1 5 5 3 3 1 3 2 1 2 4 3 1 3 4 4 2 1 4 1 2 1 3 2 3 1 1 4 4 2
2
1 1 5 5 4 4 1 1 1 2 4 3 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 4 4 3 4 4 3 3 4
2
2 1 5 4 1 3 1 2 1 1 4 2 3 4 4 2 4 4 2 2 1 1 3 2 3 4 4 3 4 3 3
2
3 1 5 5 3 3 4 1 1 1 3 5 3 3 4 4 3 2 1 4 1 2 2 5 2 2 3 2 2 5 2
2
4 1 5 5 5 3 3 2 2 1 5 2 2 1 4 2 2 5 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 1 4
2
5 1 5 5 5 4 1 2 5 2 4 4 3 1 4 3 3 4 1 4 2 1 1 3 3 3 2 2 3 4 2
2
6 1 5 5 3 4 1 1 1 4 2 2 3 4 4 5 4 3 1 1 3 1 1 3 2 3 4 4 4 3 3
2
7 1 5 5 2 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 4 3 5 3 4 1 2 3 4 3 2 2 2 2 5 2
2
8 1 5 5 2 3 2 1 1 1 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 1 1 1 3 3 4 4 3 4 3 4
2
9 1 5 5 2 4 1 3 1 1 2 3 2 1 3 2 2 5 1 2 1 2 3 3 2 1 3 4 3 4 2
3
0 1 5 5 1 3 3 1 2 2 4 2 2 1 4 4 2 4 2 2 2 5 1 1 4 4 4 3 4 1 4
3
1 1 5 5 5 3 1 1 1 1 3 4 1 4 2 3 4 2 1 1 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3
3
2 1 5 5 5 3 1 1 5 4 2 3 3 5 4 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 3 3 2 4 4 2
3
3 1 5 4 5 3 3 2 1 4 2 2 4 1 4 2 2 4 3 1 1 3 1 3 3 3 4 1 4 3 4
1 5 5 5 3 1 3 5 1 4 4 2 1 4 5 4 4 3 3 2 5 3 4 4 4 1 3 3 3 2
3
3
5 1 5 5 3 3 4 1 1 2 4 3 2 4 3 2 3 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 4 5 3
3
6 1 5 5 3 4 1 3 1 1 5 2 3 3 4 2 4 3 2 3 2 1 4 4 4 4 4 2 2 4 4
3
7 1 5 5 5 3 3 2 2 1 4 4 3 1 4 2 3 4 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 4 3 2
3
8 1 5 5 5 4 1 1 1 5 2 3 3 1 4 4 3 3 3 3 1 2 2 3 1 3 2 3 4 3 4
3
9 1 5 5 3 3 1 1 2 2 3 2 1 1 4 3 4 2 1 1 1 5 2 4 4 4 4 4 3 4 3
4
0 1 5 5 1 3 1 4 1 5 4 3 3 4 3 2 2 4 2 1 2 1 3 3 2 3 4 3 3 1 2
4
1 1 5 5 5 3 3 2 3 1 3 2 2 2 4 4 3 3 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 4 3 4
4
2 1 5 4 3 3 3 1 1 5 2 4 3 1 4 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 4 4 3 2 5 3
4
3 1 5 5 5 3 4 2 1 2 4 3 1 1 3 2 4 3 3 3 1 1 4 2 1 2 2 4 4 4 2
4
4 1 5 5 5 4 2 3 2 1 3 5 1 2 4 1 3 3 2 1 1 3 3 3 3 3 4 3 3 1 4
4
5 1 5 4 5 3 3 1 1 1 4 2 4 1 4 5 2 2 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3 2 4 3
4
6 1 5 5 3 4 4 3 3 1 3 3 1 3 3 1 4 3 1 1 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2
4
7 1 5 5 5 3 1 1 1 2 2 4 2 2 4 1 4 2 2 2 2 1 2 4 3 4 4 1 3 4 4
4
8 1 5 5 1 4 3 2 2 2 4 3 2 5 4 4 3 3 1 3 3 2 1 3 3 3 1 3 3 3 3
4
9 1 5 5 4 3 2 1 1 3 4 2 1 1 4 1 4 3 3 1 1 4 3 4 2 1 3 3 3 4 2
5
0 1 5 4 2 3 4 3 1 1 2 4 2 1 4 3 3 4 2 4 1 3 4 1 3 4 5 2 2 1 2
5
2 1 5 5 5 4 1 4 2 1 3 3 3 5 2 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 4 3
5
3 1 5 5 2 3 3 1 1 5 2 4 1 1 4 4 4 2 2 2 3 1 1 3 3 3 4 2 4 3 2
5
4 1 5 5 5 3 3 4 1 1 3 2 3 1 4 2 4 3 1 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2
5
5 1 5 5 5 3 1 1 3 1 2 3 1 2 4 2 5 2 3 2 1 1 2 3 2 3 3 3 3 5 2
5
6 1 5 4 3 3 1 1 1 1 5 2 3 4 4 4 3 4 1 3 2 4 2 4 3 3 5 3 2 2 4
5
7 1 5 5 3 3 3 3 1 1 4 2 3 1 3 2 2 4 3 3 1 3 3 3 4 3 2 2 4 2 3
5
8 1 5 5 1 3 4 1 1 2 2 4 3 1 4 2 4 3 3 3 2 1 1 4 2 2 3 3 3 2 2
5
9 1 5 5 3 4 4 4 2 3 2 4 2 2 4 2 4 2 1 1 2 2 1 3 3 4 3 3 4 2 4
6
0 1 5 4 5 3 3 1 1 1 4 2 3 1 4 2 5 3 3 3 2 4 5 4 4 3 3 2 3 2 2
6
1 1 5 5 5 3 1 2 1 1 3 4 1 1 3 5 2 4 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 1 1 3
6
2 1 5 5 3 3 1 1 3 2 4 2 3 4 4 4 3 3 3 1 1 1 3 5 2 1 2 3 4 2 2
6
3 1 5 5 5 3 3 3 1 3 2 4 3 2 3 2 4 2 3 1 3 3 5 4 3 3 4 4 3 2 2
6
4 1 5 5 2 3 1 4 1 1 3 4 3 1 4 3 2 2 4 1 2 1 2 2 4 4 3 1 2 2 4
6
5 1 5 5 5 3 3 1 1 1 2 2 3 4 3 4 3 4 4 1 2 3 1 4 2 2 1 3 3 2 3
6
6 1 5 5 5 3 1 1 1 1 5 3 4 1 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 3 1 4
1 5 4 1 5 3 2 2 1 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3
6
6
8 1 5 5 3 3 5 1 1 1 5 2 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 2 4 2 3 4 4 2 2 2
6
9 1 5 5 3 5 5 3 5 2 5 4 3 1 2 5 3 3 4 1 3 4 1 3 3 4 3 3 4 2 2
7
0 1 5 5 5 4 1 2 2 1 2 4 1 1 4 2 4 4 1 1 3 3 1 4 1 3 4 3 3 2 3
7
1 1 5 5 2 5 3 1 1 2 4 2 3 4 3 3 5 3 1 3 2 4 3 1 3 4 2 4 1 1 4
7
2 1 5 5 5 3 1 3 2 1 4 4 3 5 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 1 3 3 4 2 4
7
3 1 5 5 3 3 4 1 1 3 3 3 3 1 4 4 3 4 4 2 2 2 1 4 4 3 3 2 3 2 3
7
4 1 5 5 3 3 5 1 1 1 4 4 3 2 4 4 2 3 2 1 1 3 2 3 3 5 2 3 2 2 2
7
5 1 5 5 5 4 1 2 2 1 5 2 5 1 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4
7
6 1 5 4 4 4 3 3 1 2 2 4 3 4 4 2 5 4 4 2 2 2 1 3 2 3 4 3 1 1 2
7
7 1 5 5 3 5 3 2 1 1 3 4 3 5 5 3 2 3 2 1 3 4 2 4 3 5 3 1 3 2 3
7
8 1 5 4 5 3 1 4 1 1 2 2 4 1 4 2 4 2 1 3 1 4 2 3 3 5 3 3 3 2 4
7
9 1 5 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 1 3 4 3 4 1 2 2 2 2 3 3 2 4 2 1 2 2
8
0 1 5 4 5 5 4 1 5 2 4 2 3 1 5 1 2 3 1 1 1 4 1 5 3 3 2 3 3 2 4
8
1 1 5 5 1 4 3 3 3 1 4 2 1 4 2 3 4 2 1 3 3 2 2 2 1 3 4 3 2 1 3
8
2 1 5 5 5 3 3 4 1 1 3 2 1 5 4 2 4 2 2 2 3 4 2 3 2 5 3 4 4 2 2
8
3 1 5 5 1 3 3 1 4 2 2 4 3 1 3 1 3 3 2 1 2 2 1 5 3 3 4 3 3 2 4
8
5 1 5 5 1 5 3 4 1 1 3 3 3 5 4 1 4 2 2 2 1 3 2 3 2 3 4 3 1 2 2
8
6 1 5 5 5 3 5 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 1 2 1 5 3 5 3 2 4 2 4
8
7 1 5 5 5 4 3 4 1 1 2 2 4 4 5 2 2 4 1 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3
8
8 1 5 5 3 3 1 3 3 2 3 3 3 5 3 1 4 2 1 3 3 4 1 3 3 2 3 4 4 2 4
8
9 1 5 5 3 3 1 4 3 2 4 4 3 2 4 2 3 4 1 2 1 2 2 5 2 3 2 3 3 2 3
9
0 1 5 4 5 4 1 3 1 1 4 2 3 4 5 1 4 3 2 1 1 4 1 3 4 5 4 3 3 1 2
9
1 1 5 4 4 3 4 3 1 1 2 4 1 5 2 1 3 3 2 3 2 3 2 5 3 3 3 2 4 2 4
9
2 1 5 5 3 4 3 1 1 1 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 1 2 1 5 2 5 4 3 3 2 3
9
3 1 5 5 5 5 3 3 4 2 4 3 3 4 2 2 3 3 1 1 2 4 2 2 1 3 4 2 4 2 4
9
4 1 5 5 3 3 4 1 4 1 3 4 3 4 4 2 4 3 1 1 1 3 1 5 3 3 3 3 4 2 3
9
5 1 5 5 1 5 4 3 1 2 2 2 1 2 5 2 2 2 1 1 1 2 1 5 2 2 2 1 3 1 2
1 2 1 3 2 1 4 3 2 2 3 3 2 2 1 4 4 4 3 5 3
2 1 2 1 3 3 3 2 5 4 2 2 3 4 2 1 2 1 2 1 4
3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 5 4 3 3 3 2 1 3 1 4 4
4 2 3 2 4 2 2 4 3 2 4 4 4 4 1 3 1 5 1 3 4
5 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 1 4 2 2 2 3
6 1 1 1 4 2 4 4 5 4 2 4 3 4 2 3 3 3 1 4 4
7 2 2 3 3 4 3 3 1 5 2 4 3 3 1 2 2 4 1 1 4
8 2 3 1 1 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 1 2 2 5 2
9 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 1 1 5 1 2 4
10 2 1 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 2 4 3 1 3 4
11 2 2 1 2 3 4 3 5 4 2 4 4 2 1 3 4 2 4 2 4
12 1 1 2 4 1 3 4 3 5 4 2 3 4 3 1 2 2 1 2 2
13 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 4 2 3 3 2 1 5 2 3 4
14 1 3 1 4 3 4 4 1 3 5 4 3 4 1 2 1 5 1 1 4
15 2 3 3 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4 2 1 3 3 2 4 4
16 3 2 2 4 3 2 4 2 2 2 4 3 2 3 4 2 2 1 2 4
17 2 2 3 3 3 4 4 5 3 3 4 4 3 1 3 1 4 2 5 3
18 2 1 1 2 3 4 3 3 5 2 2 3 4 2 2 4 1 3 2 4
19 1 3 2 4 2 3 3 1 3 2 2 2 3 3 1 2 2 1 3 4
20 3 2 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 1 3 1 3 2 1 4
21 2 2 1 3 3 4 4 3 4 2 4 2 2 3 2 2 5 2 4 5
22 1 1 2 2 2 4 2 5 3 3 4 3 4 2 1 4 2 4 2 4
23 2 2 3 4 3 4 4 3 5 4 3 4 5 1 3 1 2 1 3 4
24 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 4 1 2 1 3 2 2 4
26 2 1 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2 3 4 5 2 2 4
27 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 3 1 5 4
28 1 3 1 3 2 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 1 2 3 1 4
29 2 2 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 1 1 2 2 1 3 4
30 3 1 3 2 4 2 3 1 3 2 4 2 4 3 3 1 3 2 2 4
31 2 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 2 2 4 1 1 4 4
32 1 2 1 3 3 4 2 3 4 2 4 3 3 1 1 1 2 1 2 2
33 3 1 3 1 3 3 4 5 4 3 4 2 5 3 2 1 2 1 3 4
34 2 2 1 3 3 4 3 2 2 2 4 4 4 3 3 2 3 2 4 4
35 2 1 2 2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 1 1 1 5 1 1 3
36 1 3 2 4 3 4 3 1 5 4 4 3 4 2 4 4 1 1 5 4
37 2 2 1 3 4 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 1 2 2 2 3
38 1 1 3 4 4 4 4 5 2 3 4 3 4 3 2 1 4 1 2 4
39 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 2 4 3 1 3 2 3 4 3 4
40 2 3 3 3 3 4 4 1 3 2 3 4 2 3 1 1 1 2 1 4
41 2 1 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 1 3 3 2 1 2 4
42 3 2 2 2 3 3 4 5 2 3 4 3 3 2 2 1 5 1 4 4
43 2 3 1 3 4 4 4 1 4 4 4 2 3 3 4 1 3 1 2 4
44 1 1 3 4 2 4 4 2 3 5 4 3 4 3 4 1 1 1 3 3
45 2 2 3 2 1 2 2 1 4 2 2 2 4 1 1 2 2 2 1 5
47 2 2 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 2 1 3 2 5 4
48 2 1 2 1 3 4 4 1 3 2 4 3 2 4 1 1 1 1 4 4
49 3 3 1 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2
50 2 2 3 4 3 4 3 5 4 2 4 3 4 1 3 1 4 1 3 3
51 2 1 2 2 3 4 4 1 4 3 2 2 4 3 1 1 1 1 2 4
52 2 2 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 2 1 4
53 3 3 3 4 4 3 4 5 2 2 2 2 3 1 1 3 2 3 4 3
54 2 1 1 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 2 1 1 1 1 2 4
55 2 2 3 2 5 4 4 1 3 2 4 2 5 1 2 1 1 2 4 4
56 2 3 2 4 1 3 4 3 4 2 2 3 4 3 4 2 1 2 1 4
57 3 2 2 4 4 4 4 5 2 4 4 3 2 2 1 1 3 1 3 4
58 2 1 1 3 3 4 2 1 3 2 3 2 4 1 3 1 1 1 2 4
59 2 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 1 1 1 2 2 4
60 3 2 2 4 2 4 3 1 4 5 4 4 3 3 2 3 1 1 5 4
61 2 1 3 4 4 2 4 5 2 3 4 3 4 2 3 3 1 1 1 4
62 1 2 1 3 3 4 4 2 4 4 4 2 3 1 3 2 3 1 2 4
63 2 3 3 1 4 4 4 1 3 2 4 3 4 3 1 1 4 1 4 3
64 3 1 2 3 4 3 3 3 5 4 2 2 4 3 3 1 1 5 2 4
65 2 2 2 3 3 3 4 5 4 3 2 2 2 1 3 2 1 5 1 4
66 2 1 3 2 4 4 4 1 2 2 4 3 2 2 2 1 1 2 3 4
68 1 1 3 3 4 4 3 5 4 2 3 4 3 3 1 1 1 2 2 4
69 2 3 2 4 2 3 4 5 4 3 2 4 4 1 1 1 3 1 4 4
70 2 2 1 2 4 4 2 1 2 4 4 3 5 4 3 1 1 5 1 3
71 2 1 3 3 3 2 4 2 3 4 4 2 3 2 2 2 2 1 5 4
72 2 2 2 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 1 1 2 2 5 4
73 1 1 1 4 5 4 3 5 4 3 3 2 3 2 1 1 1 1 2 4
74 2 3 3 3 3 4 4 1 3 4 3 3 4 1 2 1 1 1 4 4
75 2 2 2 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 2 2 1 2 1 1 4
76 1 2 3 4 2 4 4 5 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3
77 2 3 2 3 4 4 3 1 3 5 3 2 4 1 1 3 3 2 2 4
78 1 3 1 2 3 3 4 2 4 3 4 4 3 2 3 1 1 1 4 4
79 1 1 3 4 4 2 3 1 2 2 2 3 4 2 2 1 1 1 2 3
80 1 2 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 1 1 1 2 4
81 2 2 3 4 3 4 3 1 3 4 3 2 4 2 3 2 2 2 2 4
82 1 1 3 3 4 3 2 5 4 2 4 2 3 1 1 3 1 1 2 3
83 2 2 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 2 4
84 1 1 2 3 1 4 4 1 2 2 2 4 4 2 2 1 1 2 2 4
85 1 2 1 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 1 1 1 5 5 2 3
86 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 2 2 4 2 3 1 2 2 2 4
87 1 1 2 3 4 4 4 5 3 2 3 2 3 2 1 2 2 5 2 4
89 1 2 2 3 4 3 4 1 2 2 2 4 3 1 3 1 1 1 2 4
90 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 1 1 1 2 4 4
91 1 1 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 3 2 5 1 2 4
92 2 3 3 3 3 4 4 2 3 5 3 4 4 2 2 1 2 2 2 3
93 1 2 2 3 4 3 4 5 2 2 2 3 3 1 3 2 2 1 2 4
94 1 1 3 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 1 1 3 1 2 4
95 2 2 2 3 2 4 3 2 4 3 3 2 3 4 1 2 5 5 3 3
12) Lampiran 5
14)
Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian