Anda di halaman 1dari 106

GAMBARAN POLA MAKAN DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS

PADA LANSIA DI DESA AEK RASO KECAMATAN TORGAMBA


KABUPATEN LABUHABATU SELATAN

SKRIPSI

OLEH
MELATI INDAH MUSTIKA
NIM : 131000651

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GAMBARAN POLA MAKAN DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA
LANSIA DI DESA AEK RASO KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN
LABUHABATU SELATAN

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
MELATI INDAH MUSTIKA
NIM : 131000651

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN POLA MAKAN

DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA DI DESA AEK RASO

KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN

2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap

menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Februari 2018


Yang membuat pernyataan

Melati Indah Mustika


NIM. 131000651

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ
pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Indonesia akan
mengalami peningkatan yang signifikan dari semula 8,4 juta penderita pada tahun 2000
hingga 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Pola makan yang buruk, riwayat keluarga
dan kurangnya olahraga sangat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus. Berdasarkan
Riskesdas Sumut 2013 prevalensi diabetes melitus usia >15 tahun di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan sebesar 0,8%. Data diabetes melitus di posyandu lansia desa Aek Raso menyebutkan
terdapat 17,16% lansia menderita diabetes melitus. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan
lansia dengan pola makan yang tinggi mengkonsumsi karbohidrat, manis dan konsumsi
makanan yang tidak beranekaragam.
Tujuan penelitian in untuk mengetahui gambaran pola makan dan kejadian diabetes
melitus pada lansia di desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah lansia sebanyak 2.097 orang dengan sampel sebanyak 95
orang. Data yang sudah terkumpul maka dilakukan analisis data dengan mendeskripsikan
besarnya persentase pada seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi karekteristik lansia, pola makan dan kejadian diabetes melitus. Selanjutnya
melakukan tabulasi data dan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan
persentase. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif dengan
komputerisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola lansia berdasarkan jenis makanan 54,7%
tidak beragam, kecukupan energi pada kategori lebih 57,9%, kecukupan karbohidrat pada
kategori lebih 62,2%, kecukupan protein pada kategori lebih 61,6%, dan kecukupan lemak
pada kategori lebih 66,1%. Dan yang mengalami kejadian diabetes melitus dengan kadar gula
darah sewaktu >200 mg/dL sebanyak 56,8%.
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Labusel, Puskesmas Kecamatan,
serta petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai masalah diabetes melitus
serta pola makan sehat dan seimbang dengan tujuan menambah pengetahuan dan
kewaspadaan tentang diabetes melitus yang dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain
sehingga prevalensi diabetes melitus menurun serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

Kata Kunci : Pola Makan, Kejadian Diabetes melitus, Lansia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Diabetes mellitus is a chronic disease characterized by elevated blood sugar levels


as a result of a metabolic system disorder in the body, where the pancreas organ is unable to
produce insulin according to the body's needs. Indonesia will experience a significant
increase from the original 8.4 million sufferers in 2000 to 21.3 million in 2030. Poor diet,
family history and lack of exercise greatly affect the occurrence of diabetes mellitus.
According to Riskesdas Sumut 2013, the prevalence of diabetes mellitus> 15 years in
Labuhanbatu Selatan Regency is 0.8%. Diabetes melitus data at posyandu elderly village Aek
Raso mention there are 17,16% elderly suffering from diabetes mellitus. This is related to the
eating habits of the elderly with a diet that consumes high carbohydrate, sweet and
consumption of foods that are not diverse.
The purpose of this research is to know the description of eating pattern and the
incidence of diabetes mellitus in elderly in Aek Raso village, Torgamba District, South
Labuhanbatu regency. The research type used is descriptive with cross sectional research
design. The population in this study is elderly as many as 2097 people with a sample of 95
people. Data that have been collected then performed data analysis by describing the
percentage of all research variables and presented in the form of distribution tables
characteristic of elderly, diet and the incidence of diabetes mellitus. Next perform tabulation
of data and data analysis presented in the form of distribution table and percentage. Data
analysis used is descriptive analysis with computerization.
The results showed that the pattern of elderly by type of food 54,7% not vary,
energy sufficiency in category 57,9% more, carbohydrate adequacy in category more 62,2%,
protein sufficiency in category more 61,6%, and fat sufficiency at category over 66.1%. And
who experienced the incidence of diabetes mellitus with blood sugar levels> 200 mg/dL as
many as 56,8%.
It is expected that the District Health Office of Labusel, Puskesmas Kecamatan, and
health workers to do counseling about diabetes mellitus problem and healthy and balanced
diet with the aim of increasing knowledge and awareness about diabetes mellitus that can
lead to complications of other diseases so that the prevalence of diabetes melitus decreases
and improves health community.

Keywords: Dietary pattern, Diabetes mellitus, Elderly.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“GAMBARAN POLA MAKAN DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA

LANSIA DI DESA AEK RASO KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN

LABUHANBATU SELATAN”, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

memberikan saran dan arahan kepada penulis.

4. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

pengerjaan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak

memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Fitri Ardiani, S.K.M, M.P.H selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan

bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.

7. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan berkas-berkas penelitian dengan

tepat waktu.

9. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

11. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Muhammad Rame dan Ibunda Erni Sri Yanti,

yang tiada henti memberikan kasih sayang, do’a, bimbingan, arahan, motivasi, serta

memberikan apapun yang bisa dan mampu diberikan demi kebahagiaan dan kesuksesan

anak-anaknya.

12. Saudara/iku tersayang, dr. Eko, dr Sri M, Budi St, Putri, Indra Amd, Ira, Ady SH,

Khoironil Am.Keb, Dan Dinda Am.keb yang selalu memberikan do’a, kasih sayang,

dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.

13. Kepada Ilham Pasaribu SE yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, motivasi,

dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.

14. Kepala Puskesmas desa Aek Raso yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian di Puskesmas desa Aek Raso Kecamtan Torgamba Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

15. Sahabat-sahabat yang turut membantu secara langsung dalam masa proses penelitian dan

penyusunan skripsi “Anak Sholehah” , Nur Arsi Ramadani, Nurul Mawaddah, Eva

Elisna Tanjung dan Sri Masitoh Hasibuan.

16. Para sahabat yang telah bersama sejak awal di FKM USU, terkhusus Evi Anggraini,

Risya Sepria Alfarah, Fahmaliza Dan Cintia Vina Asdiany yang juga memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dukungan, semangat serta doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

17. Teman-teman PBL “Desa Petuaran Hilir” dan juga teman-teman LKP “Puskesmas

Rantang”.

18. Teman-teman angkatan 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, khususnya kepada teman-teman dan kakak-kakak di Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kemakluman dan pengertian dari berbagai

pihak dalam membaca skripsi ini.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung skripsi ini,

penulis mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2018

Penulis,

Melati Indah Mustika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

ABSTRACT ................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ............. 7

2.1 Diabetes Melitus .................................................................................... 7

2.1.1 Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus ............................................. 8

2.1.2 Penyebab Diabetes Melitus………………………………. .......... 9

2.2 Pola Makan.......…………………………………………......................... 12

2.2.1 Jumlah Kalori………………………………. ............................... 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.2 Jenis Makanan……………………………….......................….. .. 16

2.2.3 Frekuensi Makan ......................................................................... 19

2.2.4 Jadwal Makan .............................................................................. 20

2.3 Hubungan Pola Makan Dengan Timbulnya Diabetes Melitus..........……. 21

2.4 Kerangka Konsep................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 25

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 25

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 25

3.3.1 Populasi ....................................................................................... 25

3.3.2 Sampel ......................................................................................... 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 26

3.4.1 Data Primer ................................................................................. 26

3.4.2 Data Sekunder ............................................................................. 27

3.5 Defenisi Operasional.............................................................................. 27

3.6 Metode Pengukuran .............................................................................. 28

3.6.1 Pola Makan ................................................................................... 28

3.6.2 kejadian Diabetes Melitus ............................................................. 30

3.7 Metode Pengolahan dan Analisi Data..................................................... 30

3.7.1 Pengolahan Data ........................................................................... 30

3.7.2 Analisi Data ................................................................................. 31

3.8 Rumus Rasio Prevalensi......................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 33

4.1 Gambaran lokasi penelitian .................................................................... 33

4.2 Karakteristik Lansia ............................................................................... 33

4.3 Pola Makan ............................................................................................ 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.1 Jenis Makanan………………………………. ............................... 34

4.3.2 Jumlah Kalori ( Energi, Karbohidrat, Protein, dan Lemak) ............ 35

4.3.3 Frekuensi Makan ………………………….. ................................. 35

4.3.3.1 Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Pokok…. 36

4.3.3.2 Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Lauk Pauk 36

4.3.3.3 Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Sayur-Sayuran…. . 37

4.3.3.4 Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Buah- Buahan.. ..... 38

4.3.3.5 Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Selingan. 39

4.3.3.6 Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Minuman………. .. 40

4.3.4 Jadwal Makan ............................................................................... 41

4.4 Kejadian Diabetes Melitus ..................................................................... 43

4.4.1 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin..........……. 43

4.4.2 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Pola Makan .................... 44

4.4.2.1 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan jenis makanan ........... 44

4.4.2.2 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Jumlah Kalori ........... 48

4.4.2.3Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Frekuensi Makan ....... 48

4.4.2.4 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Jadwal Makan ........... 49

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 51

5.1 Kejadian diabetes melitus ...................................................................... 51

5.2 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Pola Makan ............................. 51

5.2.1 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Makanan ............... 52

5.2.2 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan jumlah kalori (Karbohidrat, Protein, Lemak
dan Energi).................................................................................... 53

5.2.3 Frekuensi MakanBerdasarkan Kejadian Diabetes Melitus ............. 56

5.2.4Jadwal Makan Berdasarkan Kejadian Diabetes Melitus.................. 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 59

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 59

6.2 Saran...................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61

DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden................................34


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan................................................34
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi, Kecukupan
Karbohidrat, Kecukupan Protein, dan Kecukupan Lemak ............. 35
Tabel 4.4 Distribusi Makan Responden Berdasarkan Makanan Pokok .......... 36

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan


Lauk Pauk ..................................................................................... 37
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan
Makanan Sayuran ......................................................................... 38
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan
Makanan Buah-Buahan ................................................................. 39
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan
Makanan Selingan ........................................................................ 40
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Minuman ............... 40

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Pagi ....... 41

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Siang ..... 41

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Malam ... 42

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kategori Jadwal Makan 42

Tabel 4.14 Distribusi Lansia Berdasarkan Gejala Diabetes Melitus ................ 43

Tabel 4.15 Distribusi Kejadian Diabetes Melitus ............................................ 43

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan Jenis Kelamin .... 44

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Jenis Makanan Berdasarkan Diabetes Melitus ..... 44

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan


Kecukupan Karbohidrat ............................................................... 46
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan
Kecukupan Protein....................................................................... 47
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan
Kecukupan Lemak ....................................................................... 47
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kecukupan Energi ....................................................................... 48
Tabel 4.22 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan
Frekuensi Makan ......................................................................... 49

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan


Jadwal Makan .............................................................................. 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 64

Formulir Food Frequency..............................................................69

Formulir Food Recall 24 Jam ...................................................... 71

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...................................... 72

Lampiran 3.Master Data.................................................................................... 73

Lampiran 4. Lembar Output .............................................................................. 84

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat...........102

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas Desa Aek Raso..................103

Lampiran 7. Lembar Bukti Telah Selesai Melakukan Penelitian.......................104

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian.................................................................105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Melati Indah Mustika, dilahirkan pada tanggal 19 Februari

1995 di Sei Kebara Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara. Beragama

Islam, dan merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda

Muhammad Rame dan Ibunda Erni Sri Yanti. Alamat penulis berada di desa Aek Raso

Kecamtan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Pendidikan formal penulis dimulai di Raudhatul Athfal Al-Anshor desa Aek Raso

pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri 118299 pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan

pendidikan di MTS PP Al-Kautsar Al-Akbar kota Medan pada tahun 2007 dan selesai pada

tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MAS PP Al-Kautsar Al-Akbar kota

Medan pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan

pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Diabetes Melitus (DM) atau dikenal juga di masyarakat sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem

metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai

kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung

jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk

merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh

manusia. Hormon insulin juga berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Kegagalan

pankreas untuk menghasilkan insulin atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan

menyebabkan glukosa tidak dapat masuk kedalam tubuh dan tidak terserap oleh sel-sel dalam

tubuh. Maka glukosa meningkat di dalam darah menyebabkan terjadinya penyakit Diabetes

Melitus.

Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar

di Dunia setelah India, China dan Amerika serikat (WHO, 2000). Beban global DM tahun

2000 adalah 135 juta, dimana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta

orang pada tahun 2025. Pada tahun 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes

terbesar di Dunia. Prevalensi DM tertinggi terdapat pada usia >60 tahun dengan insiden

tertinggi pada lansia (Khairani,2007). WHO memperkirakan terdapat peningkatan jumlah

penderita diabetes melitus tipe II yang banyak dialami oleh Negara-Negara berkembang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


termasuk Indonesia. Indonesia akan mengalami peningkatan yang signifikan dari semula 8,4

juta penderita pada tahun 2000 hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang.

Riset kesehatan dasar tahun 2007 dan 2013 melakukan wawancara untuk menghitung

proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun keatas. Didefinisikan sebagai diabetes melitus

jika pernah didiagnosis menderita diabetes melitus oleh dokter atau belum pernah didiagnosis

menderita diabetes melitus oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering

lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan menurun.

Hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi diabetes melitus pada Riskesdas

2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diperoleh Proporsi penduduk

≥15 tahun dengan diabetes melitus (DM) adalah 6,9 persen. Prevalensi penderita DM

berdasarkan wawancara (pernah didiagnosa dan ada gejala) mengalami peningkatan dari

1,1% (tahun 2007) menjadi 2,1% (tahun 2013). Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter dan

atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan

Sulawesi Selatan (3,4%). Proporsi penduduk umur ≥15 tahun dengan toleransi glukosa

terganggu (TGT) mencapai 29,9%. Hal ini berarti akan semakin banyak penduduk yang

berisiko tinggi untuk menderita DM (Balitbangkes, 2013).

Data Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi Diabetes di

Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data

International Diabetes Federation tahun 2015 menyatakan jumlah estimasi penyandang

Diabetes di Indonesia deperkirakan sebesar 10 juta. Diabetes kini menjadi salah satu

penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014

menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia

dengan persentase sebesar 6,7% setelah stroke (21,1%) dan jantung koroner (12,9%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi

penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan

menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6

yaitu 5,8%.

Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu propinsi dengan prevalensi penderita

diabetes melitus tertinggi di Indonesia dengan prevalensi sebesar 2.3% yang di diagnose

dokter berdasarkan gejala, hal ini membuat Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu dari

10 besar provinsi dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi di Indonesia ( Kemenkes,

2014). Tingginya prevalensi pasien diabetes melitus di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas

dari masih banyaknya pasien yang tidak mengetahui secara benar tentang penyakit diabetes

melitus, gaya hidup yang buruk, pola makan/ nutrisi yang tidak sehat dan kurangnya aktifitas

fisik.

Penyakit diabetes melitus di Medan, pada tahun 2012 merupakan penyakit dengan

penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 terlihat jumlah kasus yang terbanyak

setelah hipertensi adalah kasus diabetes melitus. Hingga tahun 2012 ada 10347 penderita

diabetes melitus yang berobat ke 39 Puskesmas di kota Medan. Data tersebut menunjukkan

bahwa penderita diabetes melitus di Kota Medan sangat tinggi (STPTM Dinas Kesehatan

Kota Medan, 2012).

Jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat terus menerus tiap tahunnya. Hal

ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak seimbang. Gaya

hidup merupakan variabel utama penyebab berbagai masalah kesehatan khususnya masalah

DM. Sembilan puluh delapan persen dari keseluruhan faktor risiko penyakit DM tipe 2 adalah

gaya hidup. Gaya hidup yang terkait dengan pola makan yang tidak seimbang dan pola

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


aktivitas fisik yang tidak optimal menjadi kontributor utama timbulnya penyakit DM (Hotma,

2014).

Prevalensi diabetes melitus usia >15 tahun di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebesar

0,8% (Riskesdas Sumut 2013). Berdasarkan data diabetes melitus di Posyandu Lansia Desa

Aek Raso menyebutkan terdapat 17,16% atau sekitar 360 lansia penderita diabetes dari 2.097

orang lansia atau sekitar 28,07% penduduk Desa Aek Raso. Diketahui bahwa penduduk Desa

Aek Raso umumnya adalah suku jawa (±55%) dan suku batak (±45%). Kebiasaan makan

lansia di desa tersebut wajib makan pokok 3 kali sehari, nasi, lauk dan sayur selalu tersedia,

namun terkadang lansia hanya mengkonsumsi nasi dan lauk saja, ada juga nasi dan sayur

saja, mie instan dan nasi, mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis, seperti setiap

pagi, sore, dan malam hari selalu mengkonsumsi minuman manis seperti teh dan kopi, belum

lagi apabila berkunjung ke rumah tetangga pasti akan dijamu dengan minuman seperti teh,

sirup dan kopi. Makanan cemilan atau snack seperti kolak pisang, bubur, getuk, klepon (buah

malaka) dan lain sebagainya. Dalam pembuatan makanan camilan seperti bubur atau kolak

menggunakan gula merah sebagai pewarnanya saja lalu ditambah dengan gula putih

tergantung kesukaan tanpa takaran tertentu agar terasa lebih manis. Makanan cemilan

dimakan sore hari, dan jika malam hari masih ada sehabis makan malam dimakan lagi.

Makanan Adat istiadat dan kebiasaan di desa tersebut seperti makan sehari-hari, syukuran,

pesta dan jamuan terhadap tamu tak terlepas dari makanan dan minuman yang dapat menjadi

penyebab diabetes melitus seperti yang disebutkan diatas. Pola makan masyarakat

berdasarkan kesukaan dan kebiasaannya. Penderita diabetes melitus di desa tersebut tak

jarang dalam perekonomian menegah keatas saat ini. Kejadian diabetes sendiri merupakan

dampak dan gambaran dari pola makan masa lalu masyarakat penderita diabetes melitus.

Kebiasaan makan masyarakat yang telah diuraikan tersebut yang dicurigai dapat

menjadi penyebab timbulnya diabetes melitus. Oleh karena itu peneliti ingin melihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus pada lansia di Desa Aek Raso

Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten

Labuhanbatu Selatan berpotensi menderita diabetes melitus karena banyak mengonsumsi

makanan yang manis”.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus pada lansia

di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan pengembangan pelayanan kesehatan pada penderita

diabetes melitus di posyandu lansia dalam pola makan serta meningkatkan kualitas hidup

dan pelayanan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

Diabetes melitus berasal dari (bahasa Yunani yaitu : diabainein, tembus atau pancuran

air) dan (Bahasa latin yaitu melitus : rasa manis), yang juga dikenal di Indonesia dengan

istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak

faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin

(insulin resistance).

Penyakit Diabetes Melitus tipe 1 sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM) atau Diabetes Melitus yang bergantung pada insulin. Diabetes tipe 1 ini berkaitan

dengan kerusakan atau gangguan fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin .

Diabetes Melitus tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi

dengan semestinya. Diabetes tipe 2 ini dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus tanpa tergantung pada insulin. Sekitar

90% hingga 95% penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering

diderita oleh orang dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah

secara bertahap.

Diabetes Melitus Gestasional adalah suatu bentuk diabetes yang berkembang pada

beberapa wanita selama kehamilan. Diabetes Gestasional terjadi karena kelenjar pankreas

tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah (glukosa)

wanita hamil tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang di

kandungnya.

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita diabetes mellitus atau

kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


peningkatan kadar gula darah puasa mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan urine penderita

diabetes melitus yang mengandung gula (glukosa), sehingga urine sering di kerumuni semut.

Tabel 2.1 Batasan hasil pemeriksaan gula darah

Hasil pemeriksaan kadar gula darah Hasil pemeriksaan kadar gula


dikatakan normal jika : darah di diagnosis diabetes melitus
jika :

1. Gula darah sewaktu : < 110 mg/dL 1. Kadar gula darah sesaat (tanpa
memperhatikan terakhir makan) :
> 200 mg/dL

2. Gula darah puasa : 70-110 mg/dL 2. Gula darah puasa : > 126 mg/dL

3. 1 jam setelah makan : < 160 mg/dL 3. Kadar gula darah pada 2 jam
setelah makan : > 200 mg/dL

4. 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL 4. Pada wanita hamil : 140 mg/dL

5. Pada waktu hamil : < 140 mg/dL

(Tes berdasarkan pada Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) )

2.1.1 Tanda dan gejala diabetes melitus

Tanda dan gejala umum yang dapat dilihat pada penderita diabetes melitus meskipun

tidak semua dialami oleh penderita antara lain: Polyuria (jumlah urine yang di keluarkan

lebih banyak), polydipsia (sering atau cepat merasa haus), polyfhagia (lapar yang berlebihan

atau makan banyak), glycosuria (frekuensi urine meningkat / kencing terus), penurunan berat

badan yang tidak jelas sebabnya, kesemutan / mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan

dan kaki, cepat lelah dan lemah setiap waktu, mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba,

apabila luka / tergores ( korengan) lambat penyembuhannya, mudah terkena infeksi terutama

pada kulit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.2 Penyebab diabetes melitus

Faktor penyebab penyakit diabetes melitus antara lain: pola makan (terlalu banyak

mengonsumsi karbohidrat), banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gula, kurang

tidur, merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan faktor keturunan. Pola makan terlalu banyak

mengonsumsi karbohidrat dapat menjadi penyebab timbulnya diabetes mellitus karena

keterbatasan tubuh dalam mengolah makanan yang dikonsumsi, serta kurangnya aktivitas

yang membutuhkan energi lebih maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam

darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya

penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala

diabetes melitus.

Pada kehidupan sehari-hari banyak sekali dijumpai makanan yang mengandung gula

seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain.

Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa disadari mengandung banyak gula.

Perlu diwaspadai berapa takaran gula yang terkandung dalam makanan dan minuman

tersebut. Berbeda dengan minuman seperti teh dan kopi yang kita buat sendiri, yang sudah

kita ketahui berapa takarannya. Minum teh dan kopi diperbolehkan apabila masih dalam

batas yang wajar.

Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh

mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok

mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Istirahat secukupnya, yaitu 8 jam dalam sehari

agar tubuh tetap fit.

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum-minuman

beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru,

merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga

dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kurangnya aktivitas fisik, gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika

berada di kantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik

lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan

lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih. Sebagai pencegahan,

dapat dengan memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja . Perubahan pola hidup, pola

konsumsi pangan serta kesibukan bekerja membuat masyarakat lebih memilih makanan siap

saji yang tanpa di sadari mengandung tinggi karbohidrat, tinggi gula, tinggi lemak dan sedikit

mengandung serat serta zat gizi, sementara aktifitas fisik yang tidak sesuai memicu timbulnya

berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus.

Diabetes melitus juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya

jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga

menderita penyakit yang sama. Para ahli telah sepakat menetukan presentase kemungkinan

terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orangtuanya (bapak dan ibu) menerita

diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu

orangtuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan anaknya

menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orangtuanya normal/tidak

menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 15%.

Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis

makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,

mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Apabila pola makan yang baik sesuai

kebutuhan tubuh akan berdampak baik pula bagi tubuh dan tidak memicu terjadinya kejadian

diabetes melitus, sebaliknya apabila pola makan tidak baik maka akan memicu timbulnya

diabetes melitus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.2 Contoh Menu Makanan Penderita Diabetes Melitus

Waktu makan Menu makanan

Sarapan pagi (06.30 wib) Nasi putih


Telur bebek rebus
Tumis bayam
Pepaya

Snack (pukul 09.30 wib) Talas rebus

Makan siang (pukul 12.30 wib) Nasi putih


Ayam semur
Tempe goreng
Sup sawi dan wortel
Apel

Snack (pukul 15.30 wib) Pastel

Makan malam (pukul 18.30 wib) Nasi putih


Ikan gembung sambal
Tumis buncis dan wortel
Pisang

Snack (pukul 21.30 wib) Perkedel

Sumber : modifikasi diet penderita diabetes melitus

2.2 Pola Makan

Pola makan sering diartikan sebagai kebiasaan makan seseorang setiap harinya. Menurut

Baliwati (2004), pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi

seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pembentukan pola makan seseorang

didasari oleh faktor-faktor tertentu di lingkungan sekitarnya. Pendapat ahli menyatakan

bahwa pola makan merupakan cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk

memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,

psikologis, budaya dan sosial (Harper, 1986). Pola makan juga merupakan berbagai informasi

yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh

setiap orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu (Ranti dan

Soegeng, 2004). Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan kegiatan terencana dari

seseorang atau merupakan sebuah acuan dalam pemilihan makanan dan penggunaan bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan,

dan frekuensi makan. (Sediaoetama, 2009)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola makan adalah cara atau

kebiasaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok dalam hal mengonsumsi makanan yang

dilakukan secara berulang-ulang pada waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama serta

merupakan reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial di lingkungan

sekitarnya.

Pola makan terdiri dari gambaran mengenai jumlah, frekuensi, jenis, dan asupan

makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh

seseorang atau sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan makanan dalam

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, asupan makanan, dan jenis

makan yang berdasarkan faktor-faktor sosial budaya dimana mereka hidup.

Aktivitas dapat kita laksanakan dengan baik apabila kita menerapkan pola makan

yang sehat. Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah,

frekuensi dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dengan demikian,

pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan

kegiatan makan secara sehat.

Pola makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya

semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein

merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral merupakan

zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh. Kebutuhan zat gizi tubuh

hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang bervariasi dan beragam, sebab tidak ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


satupun bahan makanan yang mengandung makronutrien dan mikronutrien yang lengkap,

maka semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka

semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal.

Proses makan pada manusia sering dikaitkan dengan aspek sosial budaya. Aspek

sosial budaya makan adalah fungsi makanan dalam masyarakat yang berkembang sesuai

keadaan lingkungan agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat. Perubahan gaya

hidup suatu masyarakat terkait makanan berhubungan dengan perubahan budaya. Makanan

alamiah yang berasal dari pertanian, seperti beras, gandum, jagung ubi dan singkong, menjadi

lebih menarik lagi apabila diolah dengan modern sesuai dengan tuntunan zaman. Dahulu

bahan makanan tersebut hanya diolah dengan cara direbus atau dikukus. Sekarang ini, bahan

makanan tersebut juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan lezat seperti cake,

berbagai macam kue, popcorn, keripik dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan dan

peningkatan perekonomian sebagian masyarakat juga membentuk kebiasaan makannya.

Makanan siap saji/fast food dan junk food yang tinggi gula, tinggi lemak, tinggi

garam tetapi rendah serat dan vitamin dapat memicu timbulnya berbagai penyakit

degeneratif, Misalnya makanan kalengan, olahan keju, mie instan, makanan manis dalam

bentuk beku dan lain sebagainya. Kandungan gizi terutama vitamin dari makanan kaleng

sudah banyak yang rusak. Buah kalengan biasanya ditambahkan dengan kadar gula yang

tinggi. Jika buah kalengan dalam bentuk cair tersebut dikonsumsi, maka tubuh akan

menyerapnya dengan sangat cepat. Hal ini dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat

dan membuat pankreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin, serta dapat memicu

timbulnya penyakit diabetes mellitus. Makanan olahan keju seperti cake, kue keju telur,

biasanya tinggi lemak dan gula. Sering mengonsumsi makanan olahan keju dapat

menyebabkan penambahan berat badan dan peningakatan kadar gula darah. Makanan manis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam bentuk beku adalah es krim, cake beku,coklat manis dan lain sebagainya. Makanan ini

mengandung tinggi kalori dan mempunyai kadar gula yang tinggi.

Pola makan terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat dapat menjadi penyebab

timbulnya diabetes melitus karena keterbatasan tubuh dalam mengolah makanan yang

dikonsumsi, serta kurangnya aktivitas yang membutuhkan energi lebih maka tubuh akan

menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap

hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh.

Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes melitus.

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai asupan

makanan, jenis makanan, jadwal makan dan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari

(Persagi, 2006). Penjelasan komponen pola makan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

2.2.1 Jumlah Kalori

Jumlah makanan yang dikonsumsi individu dalam sehari. Penilaian jumlah kalori

biasanya dilihat melalui jumlah zat-zat gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang masuk terdiri

dari makronutrien yakni karbohidrat, protein dan lemak serta mikronutrien yang terdiri dari

vitamin dan mineral.

Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energi yang

dikeluarkan. Makanan yang dikosumsi harus seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan

dengan umur dan piramida makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan protein

15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan maka

akan mengalami kelebihan berat badan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.3 Angka kecukupan zat gizi (Energi, Protein, Kalsium, Fe, Vit.A, Vit.C) untuk
lansia per orang per hari

Angka kecukupan gizi

Pria Wanita
Zat gizi 50-64 tahun >65 tahun 50-64 tahun >65 tahun

Energi (kal) 2350 2050 1750 1600

Protein (g) 60 60 50 45

Kalsium (mg) 800 800 800 800

Fe (mg) 13 13 12 12

Vitamin A 600 600 500 500


Vitamin C 90 90 75 75

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004)

2.2.2 Jenis makanan

Jenis makanan adalah macam-macam makanan yang biasa di sajikan. Bahan makanan

yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu

sehat dan seimbang. Menyediakan makanan yang bervariasi merupakan salah satu cara untuk

mengatasi rasa bosan yang mengurangi selera makan. Variasi menu yang tersusun oleh

kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan

sehat baik secara kualitas dan kuantitas.

Di alam terdapat berbagai jenis bahan pangan baik pangan nabati maupun pangan

hewani. Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi

dan ada yang kekurangan zat gizi tertentu. Oleh karena itu manusia memerlukan berbagai

macam bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat

dipenuhi dalam jumlah yang cukup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat, protein, lemak dan

nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari gandum, beras, terigu, buah dan

sayuran. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi adalah karbohidrat yang berserat tinggi.

Karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-manis sebaiknya

dikurangi yakni 3-5 sendok makan perhari saja.

Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber

protein nabati didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari

ikan, telur, dan daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat

pada vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning telur),

vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel),

vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu, ikan dan kedelai).

Makanan terbagi atas dua jenis yaitu makanan utama dan makanan selingan. Makanan

utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayur, buah dan minuman.

Makanan selingan adalah makanan yang dikonsumsi disela-sela waktu makanan utama.

Penjelesan lebih lanjut mengenai dua jenis makanan tersebut dijelaskan dibawah ini :

1) Makanan Utama

Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi,

makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah,

dan minuman. Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting

dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi sebagai sumber energi (kalori)

dalam tubuh dan memberi rasa kenyang. (Soediaoetama, 2004).

Lauk pauk berfungsi sebagai pelengkap makanan pokok pada menu makanan sehari-

hari. Menurut jenisnya, lauk pauk terbagi atas lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati. Kedua

jenis lauk-pauk tersebut mempunyai kandungan protein hewani dan nabati serta berfungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk membangun sel-sel yang rusak dan membentuk zat pengatur seperti enzim dan

hormon.

Sayur adalah salah satu komponen yang penting yang harus dikonsumsi setiap

harinya. Sayuran dikonsumsi dengan cara yang bermacam-macam, baik sebagai bagian dari

menu utama maupun sebagai makanan sampingan. Buah merupakan jenis hidangan yang

dimakan sebagai pencuci mulut. Buah - buahan pada umumnya berfungsi sebagai sumber

vitamin dan mineral. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Sekitar

60 – 70 % dari tubuh manusia merupakan air. Syarat-syarat air minum adalah tidak berasa,

tidak berbau, tidak berwarna.

2) Makanan Selingan

Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang dijual di

depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan selingan menurut bentuknya terdiri

dari : Makanan selingan bentuk kering seperti (kripik pisang, kripik singkong, kacang telur,

pop corn dan sebagainya), Makanan selingan berbentuk basah seperti (lemper, dadar, bolu

kukus, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya). Makanan selingan berbentuk kuah

seperti (bakso, mie ayam, empek-empek, mie ketupat dan sebagainya).

Salah satu syarat susunan menu adalah bervariasi, artinya jenis bahan makanan yang

digunakan dalm hidangan harus berganti-ganti setiap harinya. Untuk itu perlu diketahui

bahan makanan pengganti bagi setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk- pauk, sayur

dan buah) (Sediaoetama, 2006).

2.2.3 Frekuensi Makan

Frekuensi adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau kejadian yang berulang.

frekuensi makan adalah sejumlah pengulangan yang dilakukan dalam hal mengonsumsi

makanan baik kualitatif maupun kuantitatif yang terjadi secara berkelanjutan. Frekuensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


makan juga dapat diartikan sebagai seberapa seringnya seseorang melakukan kegiatan makan

dalam sehari baik makan utama maupun makan selingan.

Frekuensi makan merupakan jumlah waktu makan dalam sehari meliputi makanan

lengkap (full meat) dan makan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga

kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa

diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang dan makan malam.

Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari

mulut sampai usus halus. Pada umumnya setiap orang melakukan kegiatan makan makanan

utama 3 kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore.

Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi sebab dapat membekali

tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein yang berguna sebagai

cadangan energi untuk melakuakan aktivitas dalam sehari. Makan siang diperlukan setiap

orang karena sejak pagi merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Selain makan utama yang

dilakukan tiga kali, makan selingan juga harus dilakukan yakni sekali atau dua kali diantara

waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama.

2.2.4 Jadwal makan

Pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering tidak teratur seperti yang

seharusnya. Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga makan utama yaitu makan pagi,

makan siang, dan makan malam. Jadwal makan sehari dibagi menjadi makan pagi (sebelum

pukul 09.00), makan siang (jam 12.00-13.00), dan makan malam (jam 18.00-19.00).

sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara

makan siang dan makan malam.

Secara alamiah, makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari

mulut sampai usus halus. Lama makanan dicerna dalam lambung tergantung sifat dan jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


makanannya. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan

ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Persagi, 2009).

Pola makan yang dianjurkan adalah pola makan 6 kali sehari dalam porsi kecil. Pola

makan tersebut penting untuk mendapatkan simpanan energi yang dapat meningkatkan sistem

metabolisme tubuh. Karena melewatkan waktu makan justru dapat menurunkan metabolisme

tubuh dan membuat pembakaran kalori terhambat (Persagi, 2009). Apabila terlambat makan

akan terjadi hipoglikemia dengan gejala seperti pusing, mual dan pingsan. Apabila hal ini

terjadi segera minum air gula. Air gula merupakan karbohidrat sederhana yang akan langsung

masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah meningkat dengan cepat. Jika hal ini

terus terjadi maka dapat berdampak terhadap timbulnya penyakit diabetes melitus.

2.3 Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Diabetes Melitus

Salah satu penyebab timbulnya penyakit diabetes mellitus yaitu pola makan yang

tidak baik terdiri dari jadwal, frekuensi, jenis dan asupan makanan yang tidak tepat. Pola

makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan

maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit. Perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi makanan khususnya di

kota besar dipicu oleh perbaikan/peningkatan di sektor pendapatan (ekonomi), kesibukkan

kerja yang tinggi, dan promosi makanan ala barat fast food maupun health food yang populer

di Amerika dan Afrika, namun tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran gizi yang

mengakibatkan budaya makan berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan

rendah zat gizi mikro serta jadwal makan yang tidak teratur (Suiraoka, 2012).

Mekanisme terkait pola makan dengan timbulnya diabetes melitus yakni pola makan

terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, serba instan dan banyak mengandung gula semakin

sulit untuk dihindari seperti es krim, minuman kemasan, aneka jajanan kue dan lain-lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tanpa disadari dapat menjadi penyebab timbulnya diabetes mellitus karena keterbatasan tubuh

dalam mengolah makanan yang dikonsumsi, serta kurangnya aktivitas yang membutuhkan

energi lebih maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika

hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen

yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes melitus. Apabila

dibiarkan lama kelamaan akan memicu berbagai komplikasi DM dapat berupa akut yaitu

hipoglikemia dan kronis seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan

penglihatan (mata), impotensi, ulkus kaki dan gangren (Ditjen PP dan PL, 2008).

Diabetes melitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini

bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang menyebabkan

berkurangnya produksi insulin hingga menjadi abnormal yang menghasilkan resistensi

terhadap kerja insulin. Dasar dari ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein pada penderita diabetes merupakan akibat dari berkurangnya kerja insulin pada

jaringan. Berkurangnya hasil kerja insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan /

atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon.

Jumlah makanan, jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan sangat berperan

dalam terjadinya diabetes melitus. Konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung

glukosa serta makanan dan minuman yang manis tanpa di iringi dengan aktifitas fisik yang

sesuai dapat memicu peningkatan kadar gula dalam darah. Sehingga pankreas tidak mampu

memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Idris, dkk (2014), terhadap hubungan pola makan

dengan kadar gula darah pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Kota Makasar menunjukkan pola konsumsi buah dan sayur yang tidak baik

memiliki hubungan terhadap tidak terkontrolnya kadar gula darah, asupan karbohidrat dan

lemak yang kurang dari kebutuhan memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar gula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


darah, asupan protein yang kurang dari kebutuhan tidak berhubungan dengan kadar gula

darah. Sampel pada penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-

rata 41-55 tahun (dewasa akhir dan lansia) bekerja sebagai ibu rumah tangga dan pendidikan

terakhir SMA 50%. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pola makan dengan kadar

gula darah pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kota

Makasar.

Penelitian yang dilakukan oleh Fibriana dan Dian (2005) tentang hubungan pola

makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus pada pasien yang berkunjung

ke Laboratorium Klinik Pratama Analisa Pekalongan dimana sampel paling banyak pada

kelompok umur 50-69 tahun. Pola makan sampel terbanyak terdapat pada pola makan yang

tidak baik yaitu jika salah satu dari ketepatan jenis makan, jumlah kalori, atau ketepatan

waktu makan yang tidak tepat, kadar gula darah buruk dengan persentase terbanyak terdapat

pada sampel pola makan yang tidak baik. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan

yang signifikan antara pola makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Amtiria (2015) mengenai hubungan pola makan

dengan kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Rata-rata responden berjenis kelamin

perempuan, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir SMA, sebagian besar

responden memiliki kadar gula darah 2 jam setelah makan lebih dari normal, beberapa

responden memiliki pola makan dengan jumlah asupan makan, jenis makan, dan jadwal

makan yang tidak baik. Hasil penelitian menunjukan didapatkan variabel jumlah asupan,

jenis makanan, jadwal makan dan pola makan dinyatakan memiliki hubungan yang signifikan

dengan kadar gula darah 2 jam setelah makan pada pasien penyakit DM rawat jalan di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4 Kerangka Konsep

Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pola makan dan kejadian diabetes

melitus pada lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu

Selatan.

Pola Makan
1. Jumlah kalori
2. Jenis Makanan Kejadian Diabetes
3. Frekuensi Makan ► Melitus
4. Jadwal Makan

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi

gambaran pola makan dan kejadian diabetes melitus pada lansia di Desa Aek Raso

Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penelitan ini menggunakan desain

cross sectional. penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mendapatkan gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diteliti.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten

Labuhanbatu Selatan. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2016 sampai Desember

2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan jumlah 2.097 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yaitu lansia di Desa Aek Raso. Dimana jumlah

sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rumus Slovin :

n = ___N____
N(d)2 + 1

Keterangan: n = sampel, N = populasi, d = nilai presisi 90% atau sig. = 0,1

n = ___N____
N(d)2 + 1

n = ___2097_____
2097(0,1) 2 + 1

n = ___2097_____
21,97

n = 95,4 dibulatkan 95 orang

Untuk menentukan cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada Lansia yang

meliputi :

a. Karakteristik responden seperti umur , jenis kelamin dan pendidikan. Data diperoleh

melalui keterangan yang ditulis dalam form kuesioner.

b. Data pola makan Lansia (jenis makanan, jumlah kalori, frekuensi makan dan jadwal

makan) yang diperoleh menggunakan kuesioner, food frquency questionnaire (FFQ), dan

recall 24 jam.

c. Data kejadian diabetes melitus diperoleh dengan pengecekan kadar gula darah sewaktu.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan puskesmas yang berupa jumlah lansia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pola Makan adalah kebiasaan makan lansia sehari-hari yang dinilai berdasarkan jenis

makanan, jumlah kalori, jadwal makan dan frekuensi makan.

2. Jenis makanan adalah macam-macam makanan yang biasa disajikan untuk dimakan

dinilai berdasarkan keanekaragamannya.

3. Jumlah kalori adalah makanan yang dikonsumsi lansia dalam sehari yang dinilai

berdasarkan jumlah karbohidrat, protein, lemak yang dibandingkan dengan angka

kecukupan gizi.

4. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis bahan makanan dikonsumsi oleh

responden, perhari, perminggu dan perbulan.

5. Jadwal makan merupakan waktu makan secara teratur yaitu makan pagi, makan siang

dan makan malam.

6. Kejadian diabetes melitus adalah ada tidaknya penderita diabetes melitus pada lansia.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pola Makan

1. Jenis Makanan

Jenis makanan diukur dengan menggunakan food recall 24 jam.

a) Beragam : Apabila dalam konsumsi makanan terdiri dari

makanan pokok, lauk pauk (hewani atau nabati), sayuran dan

buah- buahan yang dikonsumsi dalam sehari.

b) Tidak Beragam : Apabila dalam konsumsi makanan tidak ada

salah satu dari makanan pokok, lauk pauk ( hewani atau nabati),

sayuran dan buah- buahan yang dikonsumsi dalam sehari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Jumlah kalori

Jumlah makanan yang dikonsumsi (kecukupan karbohidrat, kecukupan protein,

kecukupan lemak) kemudian hasilnya dibandingkan dengan AKG menggunakan rumus

sebagai berikut:

Setelah jumlah makanan yang dikonsumsi di dapat dalam bentuk persen, hasil persen

tersebut dapat dikategorikan atas (WNPG 2004, dalam Marpaung, 2015).

Lebih : Konsumsi dikategorikan lebih apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi perhari >

110% dari AKG.

Baik : Konsumsi dikategorikan baik apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi perhari 80% -

110% dari AKG.

Kurang : Konsumsi dikategorikan kurang apabila jumlah zat gizi yang dikonsumsi perhari <

80% dari AKG.

Data kecukupan karbohidrat, kecukupan protein, dan kecukupan lemak diperoleh

melalui food recall 24 jam dan dikonversikan dari URT ke dalam ukuran berat (gram).

3. Frekuensi makan

Frekuensi makan diukur dengan menggunakan food frequency dengan kategori:

1) Selalu dikonsumsi : >1×/hari

2) Sering dikonsumsi : 1×/hari

3) Biasa dikonsumsi : 4-6×/minggu

4) Kadang-kadang dikonsumsi : 1x/bulan

5) Tidak pernah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6.2 Kejadian Diabetes Melitus

Gambaran diabetes melitus didapatkan melalui pengukuran pengecekkan kadar gula

darah sewaktu dengan menggunakan alat glukometer lalu disesuaikan dengan data puskesmas

penderita diabetes melitus dan dengan menggunakan kuesioner yang pertanyaan-

pertanyaannya dapat mewakili keluhan gejala diabetes seperti Polyuria (Jumlah urine yang di

keluarkan lebih banyak), Polydipsia (sering atau cepat merasa haus), Polyfhagia (lapar yang

berlebihan atau makan banyak), Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, Apabila

luka / tergores (korengan) lambat penyembuhannya, Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf

ditelapak tangan dan kaki. Pilihan jawaban terdiri atas dua pilihan yaitu jawaban Ya (jika

mengalami gejala seperti disebutkan diatas) dan jawaban Tidak (jika tidak mengalami gejala

tersebut diatas).

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data yang sudah terkumpul akan diolah melalui langkah-langkah berikut :

a. Editing

Editing adalah upaya yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan dan dilakukan setelah data terkumpul. Pada tahap ini peneliti menghitung

banyaknya kuesioner yang telah diisi, kemudian dijumlahkan semuanya. Pada proses

pengecekkan ini diperiksa apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap (semua

pertanyaan sudah terisi jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan apakah relevan dengan

pertanyaan), dan konsisten (apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi

jawabannya konsisten). Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi

dengan mewawancarai ulang lansia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Coding juga merupakan kegiatan merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan coding. Pemberian kode dilakukan setelah

semua data telah dikumpulkan.

c. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan mengolah data kedalam bentuk tabel distribusi

frekuensi untuk mempermudah analisis data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan,

data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis dengan menggunakan

software statistik ( SPSS).

3.7.2 Analisis Data

Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisis data dengan mendeskripsikan

besarnya persentase pada seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi baik dari data karakteristik lansia, pola makan (jenis makanan, frekuensi makan,

jadwal makan dan jumlah makanan), dan kejadian diabetes mellitus. Tahap selanjutnya

melakukan tabulasi data dan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase. Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif

dengan komputerisasi.

3.8 Rumus Rasio Prevalensi

RP a/(a+b)
c/(c+d)

a/(a+b) = proporsi subjek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek.

c/(c+d) = proporsi subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jika rasio prevalensi :

RP <1 maka faktor risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya

menghambat penyakit atau bersifat protektif.

RP = 1 maka faktor risiko tidak ada pengaruhnya atau bersifat netral.

RP >1 maka faktor risiko benar merupakan faktor timbulnya penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Aek Raso merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Torgamba,

Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Penduduk Desa Aek Raso

memiliki penghidupan pada sektor pertanian yaitu kelapa sawit dan getah karet. Pekerjaan

yang terdapat di desa tersebut antara lain buruh panen, buruh harian lepas, berdagang,

bengkel dan lain sebagainya.

Penduduk Desa Aek Raso berjumlah ± 6.061 jiwa. Diantaranya terdapat 28.07% atau

sekitar 2.097 jiwa lansia. Luas wilayah desa Aek Raso ± 126,3 km².

Jenis ikan yang banyak terdapat di desa tersebut ialah jenis ikan air tawar seperti ikan mas

dan nila. Adapun jenis ikan laut yang terdapat di pasar setiap minggunya seperti ikan asin,

ikan teri, ikan dencis, ikan tongkol, ikan kembung, udang, cumi-cumi dan sebagainya.

Jenis sayur-sayuran banyak terdapat disana yang dapat dibeli di pasar setiap

minggunya dan juga kedai harian. Ada juga beberapa jenis sayur yang ditanam di dekat

rumah seperti daun ubi, daun katu, pohon pepaya dan lain-lain.

4.2 Karakteristik Lansia

Pada penelitian ini karakteristik lansia yang diamati adalah umur, jenis kelamin,

pendidikan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian dapat kita ketahui pada tabel 4.1 dilihat

bahwa dari 95 orang responden ditemukan usia terbanyak berusia 60-69 tahun yaitu sebanyak

86 orang (90,53%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 71 orang (74,74%),

pendidikan terakhir terbanyak SLTP dengan jumlah 39 orang (41,05%). Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 4.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan Terakhir.
No Karakteristik Responden n (=95) %

1. Umur (tahun)
a. 60-69 86 90,53

b. 70-79 7 7,37
c. >80 2 2,10
2. Jenis Kelamin
a. Laki- Laki 24 25,26
b. Perempuan 71 74,74
3. Pendidikan Terakhir
a. Tidak Tamat SD 13 13,69
b. SD 16 16,84
c. SLTP 39 41,05
d. SLTA 26 27,37
e. Akademik/ Sarjana 1 1,05

4.3 Pola Makan

Pola makan lansia pada penelitian ini berdasarkan jenis makanan, frekuensi makan,

jumlah kalori dan jadwal makan.

4.3.1. Jenis makanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mengkonsumsi jenis

makanan yang tidak beragam yaitu sebanyak 52 orang (54,7%). Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Makanan Lansia di Desa Aek Raso Kecamatan
Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No. Jenis Makanan n (=95) %

1. Beragam 43 45,3
2. Tidak beragam 52 54,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.2. Jumlah kalori (energi, karbohidrat, protein dan lemak)

Pada tabel 4.3 dapat dilihat hanya kecukupan karbohidrat yang mengalami kategori

kurang yaitu sebanyak 13 orang (13,7%), dan pada kategori lebih terdapat kecukupan energi

sebanyak 55 orang (57,9%), kecukupan karbohidrat sebanyak 29 orang (30,5%), kecukupan

protein sebanyak 73 orang (76,8%) dan kecukupan lemak sebanyak 56 orang (58,9%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kecukupan Energi, Karbohidrat, Protein, dan Lemak
No Klasifikasi n =(95) %

1. Kecukupan Energi

a. Lebih 55 57,9

b. Baik 40 42,1

c. Kurang 0 0

2. Kecukupan Karbohidrat

a. Lebih 29 30,5

b. Baik 53 55,8

c. Kurang 13 13,7

3. Kecukupan Protein

a. Lebih 73 76,8

b. Baik 22 23,2

c. Kurang 0 0

4. Kecukupan Lemak

a. Lebih 56 58,9

b. Baik 39 41,1

c. Kurang 0 0

4.3.3 Frekuensi makan

Frekuensi makan lansia dilihat berdasarkan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,

sayuran, buah- buahan, makanan selingan dan minuman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.3.1 Frekuensi makan responden berdasarkan makanan pokok

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 95 orang responden, nasi

merupakan jenis makanan yang selalu dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat (1-3 kali

sehari) sebanyak 100%.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Pokok


Frekuensi Makan

Makann Selalu Sering Biasa (4- Kadang- Tidak Total


Pokok (>1x/hari) (1x/hari) 6x/ming kadang pernah
gu) (1x/bulan)

n % n % n % n % n % n %

Nasi 95 100 0 0 0 0 0 0 0 0 95 100

Ubi 0 0 0 0 1 1,05 0 0 94 98,95 95 100

Mie 0 0 6 6,3 0 0 17 17,9 72 75,8 95 100

Roti 15 15,8 12 12,6 24 25,3 5 5,3 39 41,0 95 100

4.3.3.2 Frekuensi makan responden berdasarkan lauk pauk

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lauk yang selalu (>1x/sehari) dikonsumsi lansia adalah

ikan gembung sebanyak 58,9%, ikan tongkol sebanyak 57,9%, Ikan yang sering (1x/hari)

dikonsumsi adalah ikan teri sebanyak 37,9%, ikan lele sebanyak 35,8%, ikan asin dan tahu

sebanyak 30,5%. Jenis ikan yang selalu dan sering dikonsumsi karena ketersedian banyak dan

mudah diperoleh di pasar dan kedai. Untuk lauk pauk dari sumber nabati tempe merupakan

jenis yang selalu dikonsumsi sebanyak 41,0%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Lauk Pauk
Frekuensi Makan

Makanan Selalu Sering Biasa (4- Kadang- Tidak Total


lauk pauk (>1x/hari) (1x/hari) 6x/mingg) kadang pernah
(1x/bln)

n % n % n % n % n % n %

Ikan mas 0 0 0 0 58 61,0 29 30,5 8 8,4 95 100

Ikan nila 35 36,8 6 6,3 34 35,8 16 16,9 4 4,2 95 100

Ikan dencis 43 45,3 17 17,9 25 26,3 10 10,5 0 0 95 100

Ikan 56 58,9 25 26,3 7 7,4 3 3,2 4 4,2 95 100


kembung

Ikan 55 57,9 14 14,7 15 15,8 6 6,3 5 5,3 95 100


tongkol

Ayam 44 46,3 14 14,7 8 8,4 18 18,9 11 11,6 95 100

Telur 14 14,7 17 17,9 57 60,0 6 6,3 1 1,0 95 100

Udang 0 0 23 24,2 39 41,0 28 29,5 5 5,3 95 100

Cumi 0 0 25 26,3 37 38,9 26 27,4 7 7,4 95 100

Ikan asin 0 0 29 30,5 21 22,1 32 33,7 13 13,7 95 100

Ikan lele 15 15,8 34 35,8 20 21,0 15 15,8 11 11,6 95 100

Daging 0 0 6 6,3 26 27,3 58 61,0 5 5,3 95 100

Ikan teri 2 2,1 36 37,9 26 27,3 29 30,5 2 2,1 95 100

Tahu 38 40,0 29 30,5 21 22,1 7 7,4 0 0 95 100

Tempe 39 41,0 25 26,3 22 23,1 9 9,5 0 0 95 100

4.3.3.3 Frekuensi makan responden berdasarkan sayur-sayuran

Jenis sayuran yang selalu dikonsumsi (>1x/hari) dan sering (1x/hari) dikonsumsi adalah

daun ubi, bayam, dan kangkung. Daun ubi sebanyak 44,2 % dan 34,7%, bayam sebanyak

36,8% dan 35,8%, dan kangkung sebanyak 21,0% dan 34,7%. Jenis sayuran yang selalu dan

sering dikonsumsi karena mudah diperoleh dan banyak ditanam dipekarangan rumah. Daun

ubi biasanya lebih sering digulai, untuk olahan bayam biasanya lebih sering di rebus dan di

tumis dan kangkung lebih sering ditumis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Sayuran
Frekuensi Makan

Makanan Selalu Sering Biasa (4- Kadang- Tidak


sayur- (>1x/har (1x/hari) 6x/minggu kadang pernah
sayuran i) ) (1x/bln) Total

n % n % n % n % n % n %

Daun ubi 42 44,2 33 34,7 20 21,0 0 0 0 0 95 100

Bayam 35 36,8 34 35,8 15 15,8 9 9,5 2 2,1 95 100

Kangkung 20 21,0 33 34,7 24 25,3 15 15,8 3 3,2 95 100

Sawi 11 11,6 29 30,5 38 40,0 17 17,9 0 0 95 100

Kol 5 5,3 14 14,7 44 46,3 25 26,3 7 7,4 95 100

Jipang 9 9,5 23 24,2 47 49,5 16 16,8 0 0 95 100

Kcg pjg 4 4,2 9 9,5 45 47,4 25 26,3 12 12,6 95 100

Wortel 6 6,3 14 14,7 36 37,9 37 38,9 2 2,1 95 100

kentang 6 6,3 17 17,9 39 41,0 33 34,7 0 0 95 100

pepaya muda 0 0 37 38,9 27 28,4 31 32,6 0 0 95 100

Nangka 15 15,8 34 35,8 24 25,3 15 15,8 7 7,4 95 100

4.3.3.4 Frekuensi makan responden berdasarkan buah-buahan

Untuk buah-buahan sebagian besar lansia pada kategori sering (1x/hari) dikonsumsi

adalah jeruk sebanyak 55,8%, pisang sebanyak 45,3% dan salak sebanyak 34,7% karena

mudah didapat dipasar setiap minggunya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Buah-
Buahan
Frekuensi Makan

Makanan Selalu Sering Biasa (4- Kadang- Tidak Total


buah- (>1x/hari) (1x/hari) 6x/mingg) kadang pernah
buahan (1x/bln)

n % n % n % n % n % n %

Jeruk 28 29,5 53 55,8 14 14,7 0 0 0 0 95 100

Pisang 29 30,5 43 45,3 23 24,2 0 0 0 0 95 100

Salak 23 24,2 33 34,7 39 41,0 0 0 0 0 95 100

Apel 5 5,3 18 18,9 38 40,0 33 34,7 1 1,0 95 100

Pir 6 6,3 14 14,7 44 46,3 29 30,5 2 2,1 95 100

Anggur 0 0 8 8,4 42 44,2 45 47,4 0 0 95 100

Pokat 0 0 9 9,5 31 32,6 55 57,9 0 0 95 100

Sawo 24 25,3 14 14,7 35 36,8 22 23,2 0 0 95 100

4.3.3.5 Frekuensi makan responden berdasarkan makanan selingan

Makanan selingan yang selalu (>1x/sehari) dikonsumsi adalah kolak pisang sebanyak

33,7% dan bubur kacang hijau 30,5%. Makanan selingan yang sering (1x/hari) dikonsumsi

adalah gorengan sebanyak 40,0%, kue basah sebanyak 34,7% dan bubur kacang hijau 32,6%.

Gorengan yang sering dikonsumsi adalah bakwan, pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, dan

tempe goreng. Sedangkan jenis kue yang sering dikonsumsi adalah kue dadar, lemper, kue

lapis, bolu kukus, kacang hijau, getuk dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Makanan Selingan
Frekuensi Makan

Makanan Selalu Sering Biasa (4- Kadang- Tidak Total


selingan (>1x/hari) (1x/hari) 6x/mngg) kadang pernah

(1x/bln)

n % n % n % n % n % n %

Bakso 0 0 24 25,3 29 30,5 34 35,8 8 8,4 95 100

Gorengan 0 0 38 40,0 23 24,2 27 28,4 7 7,4 95 100

Martabak 0 0 22 23,2 18 18,9 55 57,9 0 0 95 100

Kue basah 0 0 33 34,7 43 45,2 19 20,0 0 0 95 100

Sate 0 0 12 12,6 32 33,7 46 48,4 5 5,2 95 100

B.k.hijau 29 30,5 31 32,6 28 29,5 7 7,4 0 0 95 100

Kolak psg 32 33,7 25 26,3 31 32,6 7 7,4 0 0 95 100

4.3.3.6 Frekuensi makan responden berdasarkan minuman


Jenis minuman yang selalu (>1x/hari) dikonsumsi adalah teh manis sebanyak 56,8%

dan susu sebanyak 52,6 %.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Makan Responden Berdasarkan Minuman


Frekuensi Makan

Minuman Selalu Sering Biasa (4- Kadang- Tidak Total


(>1x/hari) (1x/hari) 6x/mggu) kadang pernah
(1x/bln)

n % n % n % n % n % n %

Teh manis 54 56,8 23 24,2 9 9,5 9 9,5 0 0 95 100

Kopi 31 32,6 27 28,4 19 20,0 7 7,4 11 11,6 95 100

Susu 50 526 31 32,6 5 5,3 3 3,2 6 6,3 95 100

Jus buah 14 14,7 42 44,2 13 13,7 17 17,9 9 9,5 95 100

Sirup 0 0 4 4,2 18 18,9 71 74,7 2 2,1 95 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.4 Jadwal makan

Jadwal makan merupakan waktu pada saat lansia melakukan kegiatan makan. Jadwal

makan terdiri dari jadwal makan pagi, makan siang dan makan malam. Distribusi lansia

menurut pembagian jadwal makan dijelaskan sebagai berikut :

4.3.4.1. Makan pagi

Makan pagi merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan karena makan pagi

dapat memberikan energi untuk melakukan aktifitas sepanjang hari. Jadwal makan pagi

dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 37,9% lansia

memiliki jadwal makan pagi sebelum pukul 09.00 WIB. Distribusi lansia menurut jadwal

makan paginya tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Pagi


No. Jadwal Makan Pagi n =(95) %

1. <09.00 WIB 36 37,9

2. >09.00 WIB 59 62,1

4.3.4.2. Makan siang

Mengonsumsi makanan pada tengah hari akan mengembalikan energi pada tubuh dan

menaikkan kembali kadar gula darah ketika fokus dan konsentrasi mulai menurun. Waktu

makan siang setiap orang pun berbeda-beda. Pada tabel 4.11. dapat dilihat bahwa sebagian

besar lansia memiliki jadwal makan siang 12.00 - 13.00 WIB yakni sebanyak 56,8%. Adapun

distribusi jadwal makan siang lansia disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Siang


No. Jadwal Makan Siang n =(95) %

1. 12.00 – 13.00 WIB 54 56,8

2. >13.00 WIB 41 43,2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.4.3. Makan malam

Makan malam sering dikhawatirkan menjadi penyebab timbulnya kelebihan berat

badan pada seseorang dan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti diabetes

melitus. Hal ini bukan menjadi kesimpulan bahwa makan malam tidak baik untuk dilakukan.

Pemilihan waktu makan yang tepat merupakan cara yang baik untuk mencegah masalah

kenaikan berat badan tersebut. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

mengonsumsi makan malam >19.00 WIB dengan total 62,1%. Distribusi jadwal makan

malam lansia tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jadwal Makan Malam


No. Jadwal Makan Malam n =(95) %

1. 18.00 – 19.00 WIB 30 31,6

2. >19.00 WIB 65 68,4

Berdasarkan jadwal makan pagi, makan siang, dan makan malam tersebut,

selanjutnya dilakukan pengkategorian jadwal makan yaitu jadwal makan teratur dan tidak

teratur. Jadwal makan dikategorikan teratur apabila sarapan sebelum jam 09.00, makan siang

jam 12.00-13.00, dan makan malam 18.00-19.00. Jadwal makan dikategorikan tidak teratur

apabila sarapan setelah jam 09.00, makan siang setelah jam 12.00-13.00, dan makan malam

setelah 18.00-19.00.

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa lansia memiliki jadwal makan yang tidak teratur

yakni sebanyak 57,9%. Distribusi lansia menurut kategori jadwal makan ditampilkan sebagai

berikut :

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kategori Jadwal Makan

No. Kategori Jadwal Makan n =(95) %

1. Teratur 40 42,1

2. Tidak teratur 55 57,9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4 Kejadian Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian penilaian gejala diabetes melitus pada lansia didapatkan

melalui kuesioner. Hasil dari kuesioner tersebut didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.14 Distribusi Lansia Berdasarkan Gejala Diabetes Melitus


No. Gejala diabetes n %

1. Polyuria 54 56,8

2. Polydipsia 63 66,3

3. Polyfhagia 70 73,7

4. Penurunan berat badan 26 27,4

5. Luka sulit sembuh 12 12,6

6. Kesemutan pada ujung syaraf 48 50,5

7. Cepat lelah 89 93,7

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar gula darah dari 95 responden

berada pada kategori diabetes melitus dengan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dL

sebanyak 54 orang (56,8%), dan pada kategori tidak diabetes dengan kadar gula darah

sewaktu <110 mg/dL sebanyak 41 orang (43,2%). Dimana terdapat kadar gula darah sewaktu

tertinggi yaitu 480mg/dL sebanyak 1 orang dan terendah yaitu 98mg/dL sebanyak 1 orang.

Distribusi kejadian diabetes melitus pada lansia tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 4.15 Distribusi Kejadian Diabetes Melitus


No Klasifikasi n =(95) %

1. Diabetes melitus 54 56,8

2. Tidak Diabetes 41 43,2

4.4.1 Kejadian diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin dari 95

responden sebagian besar yang mengalami kejadian diabetes adalah perempuan sebanyak 41

orang (43,1%), dan laki- laki sebanyak 13 orang (13,7%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kejadian diabetes melitus

Diabetes Tidak Total % p RP


Diabetes

Laki- laki 13 13,7 11 11,6 24 25,3

Perempuan 41 43,1 30 31,6 71 74,7 0,760 0,95

Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan jenis kelamin menggunakan uji

chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan jenis kelamin dengan nilai p=0,760, dan RP < 1 maka

faktor risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit

atau bersifat protektif.

4.4.2 Kejadian diabetes melitus berdasarkan pola makan

Pola makan lansia dilihat dari jenis makanan, frekuensi makan, jumlah makanan, dan

jadwal makan yang dikonsumsi lansia setiap harinya. Gambaran kejadian diabetes melitus

berdasarkan komponen-komponen pola makan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

4.4.2.1. Kejadian diabetes melitus berdasarkan jenis makanan


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 95 responden dengan

kategori jenis makanan tidak beragam sebanyak 26 orang (27,4%) yang mengalami kejadian

diabetes dan 26 orang (27,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes. Sedangkan dari

kategori jenis makanan yang beragam yang mengalami kejadian diabetes sebanyak 28 orang

(29,5%), dan tidak mengalami kejadian diabetes ssebanyak 15 orang (15,8%).

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Jenis Makanan Berdasarkan diabetes melitus


Jenis Makanan Kejadian diabetes melitus

Diabetes Tidak Total % p RP


diabetes

Beragam 28 29,5 15 15,8 43 45,3

Tidak beragam 26 27,4 26 27,4 52 54,7 0,139 1,3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan jenis makanan menggunakan uji

chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan jenis makanan dengan nilai p=0,139, dan RP > 1 maka

faktor risiko benar merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

4.4.2.2 Kejadian diabetes melitus berdasarkan jumlah kalori (kecukupan karbohidrat,


kecukupan protein, dan kecukupan lemak)
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari 95 orang responden dengan jumlah

kecukupan karbohidrat pada kategori lebih terdapat 18 orang yang mengalami kejadian

diabetes melitus (62,1%) dan 11 orang (37,9%) yang tidak mengalami kejadian diabetes

melitus, sedangkan kecukupan karbohidrat pada kategori baik sebanyak 33 orang (62,3%)

yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 20 orang (37,7%) yang tidak mengalami

kejadian diabetes melitus.

Penelitian yang telah dilakukan diketahui dari 95 orang responden dengan jumlah

kecukupan protein pada kategori lebih terdapat 45 orang (61,6%) yang mengalami kejadian

diabetes melitus dan 28 orang (38,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus,

sedangkan kecukupan protein pada kategori baik sebanyak 9 orang (40,9%) yang mengalami

kejadian diabetes melitus dan 13 orang (59,1%) yang tidak mengalami kejadian diabetes

melitus.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 95 orang responden dengan

kecukupan lemak pada kategori lebih sebanyak 37 orang (66,1%) yang mengalami kejadian

kejadian diabetes melitus dan 19 orang (33,9%) yang tidak mengalami kejadian diabetes

melitus, sedangkan kecukupan lemak pada kategori baik sebanyak 17 orang (43,6%) yang

mengalami kejadian diabetes melitus dan 22 orang (56,4%) yang tidak mengalami kejadian

kejadian diabetes melitus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.18 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kecukupan
karbohidrat
Kecukupan Kejadian Diabetes Melitus
karbohidrat

Diabetes Tidak
diabetes

Total % p RP
n=95 % n=95 %

Lebih 51 62,2 31 37,8 82 86,3

Baik 3 23,1 10 76,9 13 13,7 0,008 2,69

Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan kecukupan karbohidrat

menggunakan uji chi-square dengan jenis tabel 3x2. Tetapi setelah diuji tabel tersebut tidak

layak uji karena adanya expected count kurang dari lima, sehingga peneliti melakukan

penggabungan sel untuk menggabungkan kelompok kecukupan karbohidrat kategori lebih

dan kategori baik. Kemudian setelah dilakukan penggabungan sel, peneliti menguji kembali

data tersebut dengan uji chi-square dengan jenis tabel 2x2, dari uji yang kedua tidak

didapatkan sel dengan nilai expected count yang kurang dari lima sehingga tabel tersebut

dinyatakan sudah layak uji. Maka dari hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan yang

bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan karbohidrat dengan nilai p=0,008,

dan RP > 1 maka faktor risiko benar merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kecukupan Protein
Kecukupan Kejadian Diabetes Melitus
Protein

Diabetes Tidak
Diabetes

Total % p RP
n=95 % n=95 %

Lebih 45 61,6 28 38,4 73 76,8

Baik 9 40,9 13 59,1 22 23,2 0,085 1,52

Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan kecukupan protein menggunakan

uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan protein dengan nilai p=0,085, dan RP > 1

maka faktor risiko benar merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kecukupan Lemak
Kecukupan Kejadian Diabetes Melitus
Lemak

Diabetes Tidak
Diabetes

Total % p RP
n=95 % n=95 %

Lebih 37 66,1 19 33,9 56 58,9

Baik 17 43,6 22 56,4 39 41,1 0,030 1,53

Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan kecukupan lemak menggunakan

uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan lemak dengan nilai p=0,030 dan RP > 1

maka faktor risiko benar merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

4.4.2.2.1 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kategori Jumlah Kalori

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa dari 95 orang responden dengan kecukupan energi

pada kategori lebih sebanyak 37 orang (67,3%) yang mengalami kejadian diabetes melitus

dan 18 orang (32,7%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus, sedangkan kecukupan

energi pada kategori baik sebanyak 17 orang (42,5%) yang mengalami kejadian diabetes

melitus dan 23 orang (57,5%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.21 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Kecukupan Energi
Kecukupan Kejadian Diabetes Melitus
Energi

Diabetes Tidak
Diabetes

Total % p RP
n=95 % n=95 %

Lebih 37 67,3 18 32,7 55 57,9

Baik 17 42,5 23 57,5 40 42,1 0,16 1,58

Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan kecukupan energi menggunakan

uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan energi dengan nilai p=0,16, dan RP > 1 maka

faktor risiko benar merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

4.4.2.3 Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Frekuensi Makan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 95 responden dengan

kategori frekuensi makanan kurang sebanyak 32 orang (33,7%) yang mengalami kejadian

diabetes dan 7 orang (7,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan

pada frekuensi makan baik sebanyak 22 orang (23,1%) mengalami diabetes melitus dan 34

orang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Adapun distribusi lansia yang mengalami

kejadian diabetes melitus berdasarkan frekuensi makan dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Frekuensi Makan
Frekuensi Kejadian Diabetes Melitus
Makan
Mengalami Tidak Total
Megalami
p RP

n % n % n =(95) %

Baik 22 23,1 34 35,8 56 58,9

Kurang 32 33,7 7 7,4 39 41,1 0,000 0,47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan frekuensi makan menggunakan

uji chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan frekuensi makan dengan nilai p=0,000 dan RP < 1 maka

faktor risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit

atau bersifat protektif.

4.4.2.4 Kejadian diabetes melitus berdasarkan jadwal makan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 95 responden menunjukkan

bahwa lansia yang memiliki jadwal makan tidak teratur mengalami kejadian diabetes melitus

yaitu sebanyak 51,6% dan lansia yang memiliki jadwal makan tidak teratur tidak mengalami

kejadian diabetes melitus sebanyak 6,3%. Distribusi lansia yang mengalami kejadian diabetes

melitus berdasarkan jadwal makan dapat dilihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Tabulasi Silang Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Jadwal Makan
Jadwal Makan Kejadian Diabetes Melitus

Mengalami Tidak Total


Mengalami
p RP

n % n % n =(95) %

Teratur 5 5,3 35 36,8 40 42,11

Tidak teratur 49 51,6 6 6,3 55 57,89 0,000 0,14

Hubungan antara kejadian diabetes melitus dengan jadwal makan menggunakan uji

chi-square dengan jenis tabel 2x2 didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara

kejadian diabetes melitus dan jadwal makan dengan nilai p=0,000, dan RP < 1 maka faktor

risiko merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit atau

bersifat protektif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Kejadian Diabetes Melitus

Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa lansia di desa Aek Raso yang

mengalami diabetes melitus ada sebesar 56,8%. Berdasarkan hasil penelitian lansia

mengalami diabetes melitus dikarnakan tingginya konsumsi makanan yang manis, makanan

bersumber dari karbohidrat dan protein. Penelitian yang dilakukan oleh wicaksono dan

witasari yang melaporkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan manis memiliki risiko

terkena diabetes melitus dua kali lipat. Sedangkan karbohidrat merupakan sumber kalori

tertinggi penyebab diabetes melitus yakni sebesar 62,2%.

Berdasarkan jenis kelamin diketahui perempuan lebih banyak mengalami kejadian

diabetes melitus sebesar 43,1%, dan laki- laki yang mengalami kejadian diabetes melitus

sebesar 13,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian Indriyani (2007) menyatakan bahwa diabetes

melitus pada usia 40-70 tahun lebih banyak terjadi pada perempuan.

5.2. Kejadian Diabetes Melitus Berdasarkan Pola Makan

Pola makan dalam penelitian ini digambarkan melalui jenis makanan, frekuensi

makan, jumlah kalori (berdasarkan kecukupan karbohidrat, kecukupan protein, kecukupan

lemak) dan jadwal makan.

5.2.1 Kejadian diabetes melitus berdasarkan jenis makanan

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lansia dengan jenis makanan

tidak beragam sebesar 43,2% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 11,6% yang

tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan dengan jenis makanan yang beragam

sebesar 30,5% mengalami kejadian diabetes dan 14,7% yang tidak mengalami kejadian

diabetes melitus. Hal ini dikarenakan sebagian lansia hanya mengkonsumsi makanan pokok,

lauk, dan sayur namun jarang mengkonsumsi buah setiap hari. Selain itu mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengkonsumsi makanan sehari-hari berdasarkan kebiasaan dan kesukaan bukan karena

makanan seimbang yang harus dikonsumsi hal ini yang menyebabkan mereka sering

mengkonsumsi makanan yang tidak beranekaragam.

Konsumsi makanan dengan jenis makanan yang tidak beragam menyebabkan

kecenderungan terjadinya kelebihan konsumsi pada salah satu sumber zat gizi terutama

karbohidrat yang bersumber dari makanan pokok. Pola makan yang berlebihan dalam

konsumsi karbohidrat, protein dan lemak dapat menyebabkan terjadinya obesitas memicu

timbulnya kejadian diabetes melitus.

Uji Chi-Square yang dilakukan mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang

bermakna antara kejadian diabetes melitus dan jenis makanan dengan nilai p=0,139. Beragam

dan tidak beragamnya jenis makanan yang di konsumsi lansia tidak mempengaruhi terjadinya

kejadian diabetes melitus.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyana D(2014)

yang juga menyatakan bahwa tidak adanya hubungan ketepatan jenis makanan dengan status

glukosa darah puasa pasien DM tipe 2 rawat jalan.

5.2.2 Kejadian diabetes melitus berdasarkan jumlah kalori (kecukupan karbohidrat,


kecukupan protein, kecukupan lemak dan kecukupan energi)
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa lansia dengan jumlah kecukupan karbohidrat

pada kategori lebih sebesar 62,1% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 37,9%

yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan dengan jumlah kecukupan

karbohidrat pada kategori baik sebesar 62,3% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan

37,7% yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus serta jumlah kecukupan karbohidrat

pada kategori kurang sebesar 23,1% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 76,9%

yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus.

Sumber karbohidrat utama yang sering dikonsumsi oleh lansia adalah nasi, dimana

nasi merupakan salah satu sumber karbohidrat terbesar. Karbohidrat memiliki fungsi utama,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yaitu sebagai penyedia energi bagi tubuh. Jika mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang

berlebih maka akan menyebabkan asupan energi meningkat dan mengakibatkan diabetes.

Selain itu mereka juga sering mengkonsumsi dari jenis makanan jajanan seperti kolak pisang,

bubur kacang hijau, gorengan. Dimana kacang dan pisang merupakan salah satu sumber

karbohidrat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris dkk pada

pasien rawat jalan DM tipe II di wilayah kerja puskesmas kota Makasar yang juga

menyatakan bahwa asupan karbohidrat memiliki hubungan yang bermakna dengan kontrol

kadar gula pasien diabetes melitus.

Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan didapatkan adanya

hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan karbohidrat

dengan nilai p=0,008.

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lansia dengan jumlah kecukupan

protein pada kategori lebih sebesar (61,6%) yang mengalami kejadian diabetes melitus dan

28 orang (38,4%) yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus. Sumber protein yang

selalu dikonsumsi oleh lansia adalah ikan kembung, ikan tongkol dan jenis ikan yang sering

dikonsumsi oleh lansia pada penelitian ini adalah ikan teri, ikan lele, ikan asin sedangkan

sumber protein nabati yang sering dikonsumsi lansia adalah tempe dan tahu. Hal ini sejalan

dengan penelitian Wulansari yang juga menyatakan bahwa asupan protein berhubungan

dengan kejadian diabetes melitus.

Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan hasil adanya hubungan

yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan protein dengan nilai p=0,085.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa jumlah kecukupan lemak pada

kategori lebih sebesar 66,1% yang mengalami kejadian kejadian diabetes melitus dan 33,9%

yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus, sedangkan kecukupan lemak pada kategori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


baik sebanyak 43,6% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 56,4% yang tidak

mengalami kejadian kejadian diabetes melitus.

Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan di dapat hasil tidak adanya

hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan lemak dengan

nilai p=0,030.

Sumber lemak yang paling sering dikonsumsi oleh lansia berasal dari makanan yang

digoreng, seperti bakwan, pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, dan tempe goreng. Oleh karena

itu akumulasi lemak di dalam tubuh menjadi semakin bertambah sehingga dapat

menyebabkan terjadinya obesitas dan memicu terjadinya diabetes melitus. Hal ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris dkk bahwa asupan lemak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kontrol kadar gula darah penderita diabetes melitus.

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa responden dengan jumlah

kecukupan energi pada kategori lebih sebesar 67,3 % yang mengalami kejadian diabetes

melitus dan 32,7% yang tidak mengalami kejadian diabetes melitus.

Energi merupakan hasil dari metabolosme karbohidrat, lemak, dan protein (Pujiati,

2010). Seseorang membutuhkan asupan energi dari makanan untuk menutupi pengeluaran

energi yang dilakukannya dalam sehari- hari. Sumber makanan yang mengandung tinggi

energi ialah makanan yang mengandung lemak, seperti minyak, kacang- kacangan, dan biji-

bijian. Selain itu, bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi- padian, umbi- umbian dan

gula murni juga merupakan bahan makanan sumber energi (Almatsier, 2010).

Berdasarkan penelitian sebesar 67,3 % yang mengalami kejadian diabetes melitus

pada kategori kecukupan energi lebih. Pada penelitian ini, kecukupan energi diperoleh dari

makanan yang mengandung sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Rahmawati (2015)

menyatakan dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi asupan energi, maka semakin tinggi

asupan karbohidrat, protein, dan lemak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris dkk pada pasien

rawat jalan yang mengalami diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas kota Makasar

menyatakan bahwa sebagian besar pasien berada pada asupan energi baik 76,1% yang

tersebar pada kategori kadar gula darah tidak terkontrol sebesar 85,7%.

Berdasarkan penelitian dari uji chi square yang dilakukan didapat hasil tidak adanya

hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan energi dengan nilai

p=0,16.

5.2.3 Frekuensi makan berdasarkan kejadian diabetes melitus

Frekuensi makan yang diteliti berdasarkan pengelompokan makanan untuk makanan

pokok sumber karbohidrat, nasi merupakan jenis makanan yang selalu dikonsumsi 100%.

Jenis makanan lauk pauk yang selalu dikonsumsi oleh lansia adalah ikan gembung dan ikan

tongkol sebesar 58,9% dan 57,9%. Jenis ikan yang sering dikonsumsi oleh lansia pada

penelitian ini adalah ikan teri sebesar 37,9%, ikan lele 35,8%, ikan asin dan tahu 30,5%.

Adapun lauk pauk dari sumber nabati tempe merupakan jenis yang selalu dikonsumsi sebesar

41%, selanjutnya tahu sebanyak 40%. Pada kelompok makanan sayuran, daun ubi merupakan

jenis makanan yang selalu dikonsumsi oleh lansia sebesar 44,2%, bayam 36,8% dan

kangkung 21%. Hal ini dikarenakan jenis sayuran tersebut mudah didapat. Buah yang sering

dikonsumsi adalah jeruk 55,8% dan pisang 45,3%. Untuk buah-buahan sering dikonsumsi

karena mudah didapat dipasar setiap minggunya dan terjangkau. Untuk kelompok makanan

selingan yang selalu dikonsumsi adalah kolak pisang 33,7%, sementara makanan selingan

yang sering dikonsumsi adalah gorengan 40%, kue basah 34,7%, dan bubur kacang hijau

32,6%. Jenis kue yang sering dikonsumsi adalah kue dadar, lemper, kue lapis, bolu kukus,

kacang hijau, getuk dan sebagainya. Selanjutnya untuk kelompok minuman yang selalu

dikonsumsi adalah teh manis sebanyak 56,8% dan susu sebanyak 52,6 %.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliartha dan Sudhana

pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Karangasem 1 yang juga

menyatakan bahwa nasi merupakan jenis makanan yang selalu dikonsumsi 100%, lauk

hewani yang selalu dikonsumsi sebanyak 43,2 %. Tempe dan tahu yang selalu dikonsumsi

sebanyak 37,2%. Sayuran yang selalu dikonsumsi sebanyak 19,6%. Buah yang selalu

dikonsumsi sebanyak 19,6 %. Sedangkan untuk makanan selingan yang selalu dikonsumsi

sebanyak 40,9%.

Uji Chi-Square yang dilakukan mendapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan frekuensi makanan dengan nilai p=0,000. frekuensi

makan lansia mempengaruhi terjadinya kejadian diabetes melitus.

5.2.4 Jadwal makan berdasarkan kejadian diabetes melitus

Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lansia dengan jadwal makan

tidak teratur sebesar 51,6% yang mengalami kejadian diabetes melitus dan 6,3% yang tidak

mengalami kejadian diabetes melitus. Sedangkan dengan jadwal makan yang teratur sebesar

5,3% mengalami kejadian diabetes melitus dan 36,8% yang tidak mengalami kejadian

diabetes melitus. Hal ini dikarenakan lansia tidak makan tepat waktu dan ketika lapar

mrngonsumsi minuman manis atau cemilan yang manis sehingga cepat menaikan kadar gula

darah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putro dan Suprihatin

tahun 2012 tentang pola diit tepat jumlah, jadwal dan jenis terhadap kadar gula darah pasien

diabetes melitus tipe II diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan diit tidak tepat

jadwal sebesar 73,3% dan 26,7% responden yang melakukan diit tepat jadwal.

Uji Chi-Square yang dilakukan mendapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna

antara kejadian diabetes melitus dan jadwal makan dengan nilai p=0,000. Jadwal makanan

lansia mempengaruhi terjadinya kejadian diabetes melitus atau tidak, ketepatan waktu makan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


akan menekan rasa ingin mengkonsumsi makanan lain seperti camilan kue, bakso, bubur,

kolak dan sebagainya. Apabila makan menunggu perut lapar dan melewatkan waktu makan

akan membuat tubuh menjadi lemas, pusing, oyong, sehingga akan mencari makanan yang

instan terutama makanan yang manis atau minuman manis. Sedang minuman manis akan

dengan cepat langsung diserap oleh tubuh dan meningkatkan kadar gula darah dengan

spontan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pola makan lansia belum beranekaragam, yaitu sebanyak 43,2% Hal ini dikarenakan

sebagian besar lansia mengkonsumsi makanan sehari-hari berdasarkan kebiasaan dan

kesukaan bukan karena makanan seimbang yang harus dikonsumsi hal ini yang

menyebabkan mereka sering mengkonsumsi makanan yang tidak beranekaragam.

2. Pola makan lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba berdasarkan frekuensi

makan sebagian besar termasuk pada kategori kurang, Berdasarkan jadwal makan

sebagian besar lansia tidak tepat jadwal, Berdasarkan jumlah kalori sebagian besar

termasuk pada kategori lebih.

3. Kejadian diabetes melitus pada lansia di desa Aek Raso Kecamatan Torgamba lebih

banyak berada pada kategori yang mengalami kejadian diabetes melitus yaitu

sebanyak 56,8%.

4. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diabetes melitus dan jenis makanan lansia di

Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP > 1 maka faktor risiko benar merupakan

faktor risiko timbulnya penyakit.

5. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diabetes melitus dan kecukupan energi lansia

di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP > 1 maka faktor risiko benar

merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

6. Adanya hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan frekuensi

makan lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP < 1 maka faktor risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit atau

bersifat protektif..

7. Adanya hubungan yang bermakna antara kejadian diabetes melitus dan jadwal makan

lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba dan RP < 1 maka faktor risiko

merupakan faktor yang menguntungkan karena sifatnya menghambat penyakit atau

bersifat protektif.

6.2. Saran

1. Puskesmas Desa Aek Raso agar menerapkan program penanganan diabetes melitus di

wilayah kerja puskesmas sehingga penderita diabetes dapat memiliki tingkat glukosa

darah terkontrol.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Puskesmas Aek Raso agar

lebih meningkatkan penyuluhan gizi di setiap desa-desa dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat terutama penduduk yang mengalami diabetes melitus.

3. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai

masalah diabetes melitus serta pola makan sehat dan seimbang sehingga prevalensi

diabetes melitus menurun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA
Adyana, D. 2014. Hubungan pola makan dengan status glukosa darah puasa pasien
diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di rumah sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta.

Amtiria, R. 2015. Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus tipe 2 di poli penyakit dalam RSUP.DR.H. Abdul Moeloek
Lampung.

Baliwati, F.W. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya Beyer.

Erniati. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe II pada
lansia di pos pembinaan terpadu kelurahan cempaka putih. Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fatimah, RN. 2015. Diabetes melitus tipe 2. Lampung: jurnal kedokteran. Vol.4,No.5:93-97.

Fibrina, D. 2005. Hubungan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus.

Frankilawati DAM. 2013. Hubungan antara pola makan,genetik, dan kebiasaan olahraga
terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas
Nusukan surakarta.

Haryono R., Setianingsih S. 2013. Awas musuh-musuh anda setelah usia 40 tahun. Edisi
pertama, Yogyakarta.

Idris, A.M., Jafar, N., Indriasari, R. 2014. Hubungan pola makan dengan kadar gula
darah pasien rawat jalan DM tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Kota
Makasar.

Infodatin-diabetes. Diakses dari www.depkes.go.id. 25 april 2017.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagiBangsa Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Diakses
melaluihttp://gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/PMK%2075-
2013.pdf pada 6 April 2017.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan
Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. Diakses
melalui http://
kesga.kemkes.go.id/.../PMK%20No.%2025%20ttg%20RAN%20Kes.%20Lanjut
%20U. Pada 17 Mei 2017.

Magdalena, C. 2016. Hubungan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal) dan aktivitas fisik
terhadap status kadar gula darahpada penderita diabetes melitus tipe 2 di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Muflikhatin,SK dan Fahrudini.2014. Hubungan antara usia, riwayat keturunan dan pola
makan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di ruang flamboyan RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Muliartha,P dan sudhana,W. 2015. Gambaran pola makan terhadap tingkat glukosa
darah pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas
karangasem I. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Nur A, Fitria E, Zulhaida A, Hanum S.2016. Hubungan pola konsumsi dengan diabetes
melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di RSUD Dr. Fauziah Bireuen
Provinsi Aceh. Loka penelitian dan pengembangan biomedis Aceh, badan
Litbangkes.

Prevalensi diabetes melitus di Indonesia. Diakses dari www.depkes.go.id 25 april 2017

Rahmawati, SA, Hidayanti. 2011. Pola makan dan aktifitas fisik dengan kadar glukosa
darah penderita diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makasar.

Rosyada,A dan Trihandini. Determinan komplikasi kronik diabetes melitus pada lanjut
usia.

Sediaoetama,AD. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta. Dian Rakyat

Sudaryanto, A., Setiyadi, N.A.,& Frankilawati, N.A. 2014. Hubungan antara pola makan,
genetik, dan kebiasaan olahraga terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 di
wilayah kerja puskesmas nusukan banjarsari.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Wandansari K. Hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Yanita B dan Kurniawaty E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


diabetes melitus tipe II. Majority. Vol.5,No 2:27-30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

POLA MAKAN DAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI DESA

AEK RASO KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU

SELATAN

No. Responden

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur : tahun

Tanggal lahir :

Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. perempuan

Suku : a. Jawa

b. batak

Pendidikan terakhir : a. SD

b. SMP

c. SMA

d. D3/S1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. PETUNJUK PENGGUNAAN

Beri tanda (√) pada jawaban yang tepat untuk memberikan skor pada pilihan jawaban

yang telah disediakan.

I. Kebiasaan makan selama sebulan terakhir

1. Dalam sehari berapa kali mengonsumsi makan pokok? Sebutkan waktunya!


a. 1 kali/hari (pukul
b. 2 kali/hari (pukul

c. 3 kali/hari (pukul
d. >3 kali/hari (pukul
2. Apakah anda sarapan sebelum beraktivitas?
a. ya. Pukul
b. tidak. Alasan :
(langsung ke no. 4)
3. Jika ya, seberapa sering anda sarapan per minggu?
a. tidak sering (<3 kali/minggu)
b. sering (4-7 kali/minggu)
4. Apakah anda memiliki kebiasaan makan siang?
a. ya
b. tidak. Alasan :
(langsung ke no. 7)
5. Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda dalam 1 bulan terakhir?
Pukul
a. pukul 11.00 – 14.00
b. <pukul 11.00 atau > pukul 14.00

Alasan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada waktu tersebut?
a. sering (4-7 kali/minggu)

b. tidak sering (<3 kali/minggu)


7. Apakah anda memiliki kebiasaan makan malam?
a. ya

b. tidak. Alasan :
(langsung ke no. 10)
8. Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda dalam 1 bulan terakhir?
Pukul
a. pukul 17.00 – 19.00
b. > pukul 19.00
Alasan:
9. Seberapa sering kebiasaan makan malam anda pada waktu tersebut?
a. sering (4-7 kali/minggu)
b. tidak sering (<3 kali/minggu)
10. Pada pukul berapa anda mengonsumsi makanan terakhir pada malam hari selama 1 bulan
terakhir?
Pukul
a. < pukul 18.00
b. > pukul 18.00
(langsung ke no.12)
11. Jika anda memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan terakhir pada malam hari < pukul
18.00, seberapa sering?
a. sering (4-7 kali/minggu)

b. tidak sering (<3 kali/minggu)


12. Jika anda memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan terakhir pada malam hari > pukul
18.00, seberapa sering?
a. sering (4-7 kali/minggu)

b. tidak sering (<3 kali/minggu)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13. Berapa jam jarak antara makan terakhir dengan waktu tidur?
............jam

a. > 3 jam
b. < 3 jam

14. Seberapa sering anda mengemil?

a. sering (4-7 kali/minggu) jenisnya: manis/gurih*


b. tidak sering (<3 kali/minggu) Ket : * pilih salah satu
15. Seberapa sering anda mengonsumsi makan jadi/ jajanan / fast food?

a. sering (4-7 kali/minggu)


b. tidak sering (<3 kali/minggu)
II. Keluhan gejala diabetes mellitus dalam enam bulan terakhir
1. Apakah anda mengalami sering buang air kecil dan dalam jumlah yang banyak?
a. ya, sering

b. tidak, jarang
2. Apakah anda merasa cepat haus dan lapar berlebihan?
a. ya
b. tidak
3. Apakah anda mengalami penurunan berat badan yang drastis tanpa diketahui sebabnya?
a. ya
b. tidak
4. Apakah anda sering mengalami mati rasa/ kesemutan pasa ujung syaraf telapak tangan dan
kaki?
a. ya

b. tidak
5. Apakah jika anda mengalami luka atau tergores lama sembuh?
a. ya

b. tidak
III. pengukuran gula darah
1. Gula darah sewaktu dikatakan normal : < 110mg/dL
2. Gula darah sewaktu di diagnosis diabetes melitus : > 200 mg/dL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Formulir Food Frequency Questionary (FFQ)

No. Responden

Frekuensi konsumsi
keterangan
Nama bahan >1x/hari 1x/hari 4- 1x/bulan 1x/tahun
makanan 6x/minggu

1. Makanan
pokok

a. beras

b. ubi

c. roti

2. Lauk
hewani

a. ikan

b. ayam

c. telur

d. udang

e. cumi

f. daging

g. ikan asin

h. teri

i. lainnya

3.Lauk nabati

a. tahu

b.tempe

4.Sayur-
sayuran

a. daun ubi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b.bayam

c.kangkung

d. sawi

e. kol

f. jipang

g. lainnya

5. Buah-
buahan

a. jeruk

b.pisang

c.salak

d. apel

e. pir

f. anggur

g. pokat

h. sawo

i. lainnya

6. Lain-lain

a. kolak
pisang

b. bubur

c. bakso

d. gorengan

e. kue basah

f.sate

g. martabak

h. teh manis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i. kopi

j.susu

k. jus buah

l. sirup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Formulir Metode Recall 24 Jam

Bahan makanan

Waktu makan Nama masakan banyaknya

Jenis URT gr

Pagi/Jam

Siang/Jam

Malam/Jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
sebagai responden dan bersedia untuk diambil sampel darahnya :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Telah menerima dan mengerti penjelasan peneliti dalam penelitian yang berjudul
“GAMBARAN POLA MAKAN DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA
LANSIA DI DESA AEK RASO KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN
LABUHAN SELATAN” termasuk tujuan, keuntungan serta efek samping yang
ditimbulkannya. Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia menjadi
peserta dalam penelitian tersebut.

Demikian surat persetujuan ini saya perbuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Medan, 2017

( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
MASTER DATA

jenis
nomor umur jeniskelamin pendidikan kadarguladarah kejadiandm makanan jlhenergi jlhenergipersen kec.energi jlhkarbohidrat jlhkarbohidratpersen kec.karbohidrat jl

1 1 2 5 449 1 1 1589,6 83,66 2 228,8 65,55 2

2 1 2 4 385 1 1 2244,5 118,1 1 295,4 84,6 1

3 1 2 1 108 2 2 1899 118,3 1 281,6 91,13 1

4 1 2 4 322 1 1 2681,5 141,1 1 317 90,83 1

5 1 2 3 417 1 2 2483,6 115,5 1 435,2 110,5 1

6 1 2 2 325 1 2 2781,6 123,6 1 424,6 107,8 1

7 2 2 2 380 1 2 1936,1 86,04 2 354,3 94,48 1

8 1 2 4 418 1 1 2010,3 89,34 2 374,3 99,81 1

9 1 2 4 380 1 2 2662,8 101,4 2 394,1 100 1

10 1 1 4 326 1 1 2632,8 113,2 1 314 89,97 1

11 1 2 4 300 1 2 2432,5 113,1 1 369,2 93,7 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12 1 2 3 295 1 1 2254,5 104,9 2 333,8 84,72 1

13 1 2 3 360 1 1 3071,4 136,5 1 454,3 121,1 1

14 1 2 2 317 1 2 2578,5 114,6 1 386,3 103 1

15 1 2 3 275 1 2 2959,4 137,6 1 453 115 1

16 1 2 3 452 1 2 2041,2 90,72 2 301,2 80,32 1

17 1 2 3 460 1 2 2276,4 86,72 2 321 81,47 1

18 1 2 3 326 1 2 2583 94,78 2 317,4 115,4 1

19 1 2 1 314 1 2 2504,4 91,9 2 408,4 148,5 1

20 1 1 4 290 1 2 2875,8 123,7 1 386,9 110,9 1

21 1 2 4 114 2 2 1990 88,44 2 301,9 80,5 1

22 1 2 4 108 2 2 2278,6 101,3 2 347,4 92,64 1

23 1 2 4 125 2 2 2104,9 97,9 2 345,1 87,58 1

24 1 2 4 109 2 1 2423,4 112,7 1 328,5 83,37 1

25 1 2 4 312 1 2 2382 110,9 1 440,5 111,8 1

26 1 2 4 128 2 1 2589 120,4 1 410,2 104,1 1

27 1 2 4 120 2 1 2646,2 117,6 1 414,5 110,5 1

28 1 2 4 113 2 1 2781,6 123,6 1 424,6 107,8 1

29 1 2 4 124 2 1 2775,7 123,4 1 469,9 119,3 1

30 1 1 4 317 1 1 3288,3 141,4 1 407,6 116,8 1

31 1 2 4 115 2 1 1719,3 90,48 2 233,6 66,93 2

32 1 1 4 120 2 1 2254 104,9 2 333,8 84,72 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33 1 2 3 412 1 1 2517,8 132,5 1 315,8 90,5 1

34 1 2 3 107 2 1 1992,7 90,48 2 507 145,3 1

35 1 2 3 119 2 1 2583 94,78 2 317,4 115,4 1

36 1 2 3 122 2 1 2504,4 91,9 2 408,4 148,5 1

37 1 2 3 116 2 1 1877,3 98,8 2 233,6 66,93 2

38 2 2 1 122 2 1 1754,9 113,2 1 240,9 77,96 2

39 2 2 1 217 1 1 1899 118,3 1 281,6 91,13 1

40 1 1 3 122 2 1 2681,5 141,1 1 317 90,83 1

41 1 1 3 319 1 1 2875,8 123,7 1 386,9 110,9 1

42 1 2 4 290 1 1 2517 132,4 1 315 90,5 1

43 1 2 3 128 2 1 3042,4 141 1 480,2 121,9 1

44 2 1 1 315 1 2 3026,9 123,5 1 455,1 121,4 1

45 1 1 2 127 2 2 2373,1 110,4 1 326,3 82,81 1

46 1 2 3 300 1 1 2562,5 119,2 1 356,9 90,58 1

47 1 2 3 326 1 2 1719 90,47 2 233,5 66,9 2

48 1 2 3 416 1 1 2376,4 125,1 1 321 81,47 1

49 1 1 2 380 1 1 2517,8 132,5 1 315,8 90,5 1

50 1 1 2 120 2 2 2212,5 116,4 1 301,9 80,5 1

51 1 2 3 120 2 2 1719,3 90,48 2 233,5 66,9 2

52 1 1 3 125 2 2 2067,1 91,87 2 341,5 91,06 1

53 1 2 3 405 1 1 2415,8 112,4 1 408,4 103,7 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54 1 2 4 109 2 2 2276,4 86,72 2 321 81,47 1

55 1 1 3 396 1 1 2980,2 113,5 1 397 100,8 1

56 1 1 3 135 2 2 2868,2 127,5 1 484,9 129,3 1

57 1 1 4 117 2 2 3386,2 150,5 1 482,2 128,6 1

58 1 1 3 122 2 2 2662,8 101,4 2 394,1 100 1

59 1 2 3 140 2 2 1999,1 105,2 2 286,1 81,97 1

60 1 2 2 340 1 2 2104,9 97,9 2 345,1 87,58 1

61 1 2 2 290 1 2 2423,4 112,7 1 328,5 83,37 1

62 1 1 2 315 1 1 2754,5 122,4 1 418,7 111,7 1

63 1 1 2 140 2 1 2743,2 121,9 1 381,2 101,7 1

64 1 1 3 312 1 1 2784,1 123,7 1 420,3 112,1 1

65 1 1 3 287 1 1 3214,8 149,5 1 466,3 118,4 1

66 1 1 3 135 2 2 2816,6 131 1 437,7 111,1 1

67 1 1 3 295 1 1 2721,8 126,6 1 439,3 111,5 1

68 1 1 4 120 2 2 2536,6 112,7 1 398,5 106,3 1

69 2 2 1 300 1 1 1990 88,44 2 301,9 80,5 1

70 1 2 4 108 2 2 2019,9 85,21 2 286,1 81,97 1

71 1 2 4 113 2 2 1963,6 87,27 2 399,5 114,5 1

72 1 2 4 412 1 1 2204,9 116 1 445,1 127,5 1

73 1 2 3 121 2 2 1589 83,6 2 228 65,47 2

74 1 2 3 335 1 2 1670,1 86,98 2 260,1 74,52 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75 1 2 3 125 2 2 1999,1 105,2 2 286,1 81,97 1

76 1 2 3 125 2 2 1740 83,71 2 275 93,06 2

77 1 2 3 410 1 2 1963,6 87,27 2 396,7 100,7 1

78 1 2 3 298 2 2 2708,3 120,4 1 430,2 114,7 1

79 1 2 2 267 1 2 2104,6 97,88 2 315,3 80,02 1

80 1 2 2 102 2 2 1589,6 83,66 2 228,8 65,55 2

81 1 2 3 291 1 1 2382,4 110,9 1 440,5 111,8 1

82 3 2 2 340 1 2 1936,1 86,04 2 354,3 94,48 1

83 1 2 2 275 1 1 2517,9 132,5 1 315,9 90,51 1

84 1 2 2 127 2 2 1748,3 92,01 2 275 93,06 2

85 2 2 1 300 1 2 2019,9 85,21 2 286,1 81,97 1

86 2 2 1 105 2 2 1899,4 122,5 1 269,6 87,24 1

87 1 1 1 480 1 2 2875,8 123,7 1 347,8 112,5 1

88 1 2 2 98 2 2 1671,7 87,98 2 261,6 74,95 2

89 1 2 3 312 1 1 2527,9 142,5 1 315,9 90,51 1

90 1 2 3 290 1 1 2537,9 142,5 1 325,9 100,5 1

91 1 2 1 418 1 2 2517,9 132,5 1 315,9 90,51 1

92 1 2 1 290 1 2 2517 132,4 1 315,9 90,51 1

93 1 2 1 312 1 2 2517,9 132,5 1 315,9 90,51 1

94 1 1 3 326 1 1 2875,8 123,7 1 386,9 110,9 1

95 3 2 1 122 2 2 1589 83,6 2 228 65,47 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :
1. Umur = 1. 60-69 tahun 8. Kecukupan protein = 1. Lebih
2. 70-79 tahun 2. Kurang
3. > 80 tahun 9. Kecukupan lemak = 1. lebih
2. Jenis kelamin = 1. Laki-laki 2. Kurang
2. Perempuan 10. Frekuensi makan = 1. Baik
3. Pendidikan = 1. Tidak tamat SD 2. Kurang
2. SD 11. Jadwal makan = 1. Teratur

3. SLTP 2. Tidak teratur


4. SLTA
5. Akademi D3/S1/S2 12. Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL)
4. Kejadian Diabetes Melitus = 1. Ya
2. Tidak
5. Jenis makanan = 1. Beragam
2. Tidak beragam
6. Kecukupan energi = 1. Lebih
2. Baik
7. Kecukupan karbohidrat = 1. Lebih
2. Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I. I. I. D.
Na U Mi Ro M nil Den Tong Kembu Asi Te Tel Aya Dagi Lel Uda Cum Ta Tem U Kng Baya Kcgp Sa K Wort jipa ktn Nang P.Mu
si bi e ti as a cis kol ng n ri ur m ng e ng i2 hu pe bi kg m jg wi ol el ng g ka da

1 1 5 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 3 5 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2

2 1 5 4 1 3 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 5 3 1 2 1 2 1 3 1 3 3 3 3 3 4

3 1 5 5 1 4 1 1 3 1 4 3 3 1 4 1 3 3 1 1 1 2 4 4 3 4 4 2 3 4 3

4 1 5 5 1 4 3 1 4 1 4 4 3 1 4 3 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2

5 1 5 2 2 3 4 1 1 2 4 2 3 1 4 5 3 4 2 2 3 2 1 3 3 4 4 2 3 5 4

6 1 3 5 5 3 2 1 1 1 5 3 3 1 3 1 4 2 1 2 2 2 1 5 1 3 3 4 4 3 2

7 1 5 5 5 4 3 2 3 1 5 2 3 3 4 3 3 5 1 1 2 1 1 2 2 1 4 1 4 4 3

8 1 5 2 2 3 1 3 1 3 2 3 2 4 4 1 3 4 2 2 1 2 4 4 1 4 4 3 2 3 2

9 1 5 5 1 4 3 1 3 2 4 1 2 1 3 3 4 3 1 2 1 3 2 3 2 3 1 4 4 4 4

1
0 1 5 5 3 4 3 2 3 1 5 4 3 1 4 3 2 4 2 2 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3

1
1 1 5 2 5 3 1 3 1 1 5 2 3 3 4 1 3 5 3 1 1 2 1 4 3 4 4 2 4 3 2

1
2 1 5 5 2 3 3 1 3 3 4 3 2 1 4 1 3 3 1 1 1 1 1 3 1 2 2 3 3 1 4

1
3 1 5 5 3 4 4 1 1 2 2 1 3 3 3 5 2 5 3 1 2 1 2 3 4 3 4 2 4 3 2

1
4 1 5 2 5 3 1 1 1 1 3 3 3 1 4 5 3 3 1 1 2 2 1 2 1 3 3 3 3 5 3

1
5 1 5 5 5 3 3 3 3 2 4 4 3 1 4 3 4 4 1 1 1 2 2 4 2 4 4 2 2 3 2

1
6 1 5 5 5 4 2 1 1 1 5 2 2 1 4 2 3 4 1 1 1 1 1 3 3 3 2 4 4 4 4

1
7 1 5 5 5 4 1 2 3 1 2 3 3 1 3 4 3 2 2 1 2 3 3 2 4 3 4 3 3 1 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1
8 1 5 4 2 3 4 1 1 1 4 2 3 2 4 3 2 3 2 4 1 2 1 4 2 2 3 2 4 3 2

1
9 1 5 5 2 4 3 1 1 3 5 3 3 4 4 2 3 5 3 1 3 1 1 3 3 4 4 4 2 3 4

2
0 1 5 5 3 3 1 3 2 1 2 4 3 1 3 4 4 2 1 4 1 2 1 3 2 3 1 1 4 4 2

2
1 1 5 5 4 4 1 1 1 2 4 3 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 4 4 3 4 4 3 3 4

2
2 1 5 4 1 3 1 2 1 1 4 2 3 4 4 2 4 4 2 2 1 1 3 2 3 4 4 3 4 3 3

2
3 1 5 5 3 3 4 1 1 1 3 5 3 3 4 4 3 2 1 4 1 2 2 5 2 2 3 2 2 5 2

2
4 1 5 5 5 3 3 2 2 1 5 2 2 1 4 2 2 5 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 1 4

2
5 1 5 5 5 4 1 2 5 2 4 4 3 1 4 3 3 4 1 4 2 1 1 3 3 3 2 2 3 4 2

2
6 1 5 5 3 4 1 1 1 4 2 2 3 4 4 5 4 3 1 1 3 1 1 3 2 3 4 4 4 3 3

2
7 1 5 5 2 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 4 3 5 3 4 1 2 3 4 3 2 2 2 2 5 2

2
8 1 5 5 2 3 2 1 1 1 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 1 1 1 3 3 4 4 3 4 3 4

2
9 1 5 5 2 4 1 3 1 1 2 3 2 1 3 2 2 5 1 2 1 2 3 3 2 1 3 4 3 4 2

3
0 1 5 5 1 3 3 1 2 2 4 2 2 1 4 4 2 4 2 2 2 5 1 1 4 4 4 3 4 1 4

3
1 1 5 5 5 3 1 1 1 1 3 4 1 4 2 3 4 2 1 1 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3

3
2 1 5 5 5 3 1 1 5 4 2 3 3 5 4 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 3 3 2 4 4 2

3
3 1 5 4 5 3 3 2 1 4 2 2 4 1 4 2 2 4 3 1 1 3 1 3 3 3 4 1 4 3 4

1 5 5 5 3 1 3 5 1 4 4 2 1 4 5 4 4 3 3 2 5 3 4 4 4 1 3 3 3 2
3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

3
5 1 5 5 3 3 4 1 1 2 4 3 2 4 3 2 3 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 4 5 3

3
6 1 5 5 3 4 1 3 1 1 5 2 3 3 4 2 4 3 2 3 2 1 4 4 4 4 4 2 2 4 4

3
7 1 5 5 5 3 3 2 2 1 4 4 3 1 4 2 3 4 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 4 3 2

3
8 1 5 5 5 4 1 1 1 5 2 3 3 1 4 4 3 3 3 3 1 2 2 3 1 3 2 3 4 3 4

3
9 1 5 5 3 3 1 1 2 2 3 2 1 1 4 3 4 2 1 1 1 5 2 4 4 4 4 4 3 4 3

4
0 1 5 5 1 3 1 4 1 5 4 3 3 4 3 2 2 4 2 1 2 1 3 3 2 3 4 3 3 1 2

4
1 1 5 5 5 3 3 2 3 1 3 2 2 2 4 4 3 3 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 4 3 4

4
2 1 5 4 3 3 3 1 1 5 2 4 3 1 4 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 4 4 3 2 5 3

4
3 1 5 5 5 3 4 2 1 2 4 3 1 1 3 2 4 3 3 3 1 1 4 2 1 2 2 4 4 4 2

4
4 1 5 5 5 4 2 3 2 1 3 5 1 2 4 1 3 3 2 1 1 3 3 3 3 3 4 3 3 1 4

4
5 1 5 4 5 3 3 1 1 1 4 2 4 1 4 5 2 2 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3 2 4 3

4
6 1 5 5 3 4 4 3 3 1 3 3 1 3 3 1 4 3 1 1 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2

4
7 1 5 5 5 3 1 1 1 2 2 4 2 2 4 1 4 2 2 2 2 1 2 4 3 4 4 1 3 4 4

4
8 1 5 5 1 4 3 2 2 2 4 3 2 5 4 4 3 3 1 3 3 2 1 3 3 3 1 3 3 3 3

4
9 1 5 5 4 3 2 1 1 3 4 2 1 1 4 1 4 3 3 1 1 4 3 4 2 1 3 3 3 4 2

5
0 1 5 4 2 3 4 3 1 1 2 4 2 1 4 3 3 4 2 4 1 3 4 1 3 4 5 2 2 1 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5
1 1 5 4 5 3 2 2 3 1 2 2 3 2 4 5 2 3 1 3 1 1 2 5 2 3 3 3 4 3 4

5
2 1 5 5 5 4 1 4 2 1 3 3 3 5 2 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 4 3

5
3 1 5 5 2 3 3 1 1 5 2 4 1 1 4 4 4 2 2 2 3 1 1 3 3 3 4 2 4 3 2

5
4 1 5 5 5 3 3 4 1 1 3 2 3 1 4 2 4 3 1 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2

5
5 1 5 5 5 3 1 1 3 1 2 3 1 2 4 2 5 2 3 2 1 1 2 3 2 3 3 3 3 5 2

5
6 1 5 4 3 3 1 1 1 1 5 2 3 4 4 4 3 4 1 3 2 4 2 4 3 3 5 3 2 2 4

5
7 1 5 5 3 3 3 3 1 1 4 2 3 1 3 2 2 4 3 3 1 3 3 3 4 3 2 2 4 2 3

5
8 1 5 5 1 3 4 1 1 2 2 4 3 1 4 2 4 3 3 3 2 1 1 4 2 2 3 3 3 2 2

5
9 1 5 5 3 4 4 4 2 3 2 4 2 2 4 2 4 2 1 1 2 2 1 3 3 4 3 3 4 2 4

6
0 1 5 4 5 3 3 1 1 1 4 2 3 1 4 2 5 3 3 3 2 4 5 4 4 3 3 2 3 2 2

6
1 1 5 5 5 3 1 2 1 1 3 4 1 1 3 5 2 4 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 1 1 3

6
2 1 5 5 3 3 1 1 3 2 4 2 3 4 4 4 3 3 3 1 1 1 3 5 2 1 2 3 4 2 2

6
3 1 5 5 5 3 3 3 1 3 2 4 3 2 3 2 4 2 3 1 3 3 5 4 3 3 4 4 3 2 2

6
4 1 5 5 2 3 1 4 1 1 3 4 3 1 4 3 2 2 4 1 2 1 2 2 4 4 3 1 2 2 4

6
5 1 5 5 5 3 3 1 1 1 2 2 3 4 3 4 3 4 4 1 2 3 1 4 2 2 1 3 3 2 3

6
6 1 5 5 5 3 1 1 1 1 5 3 4 1 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 3 1 4

1 5 4 1 5 3 2 2 1 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3
6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

6
8 1 5 5 3 3 5 1 1 1 5 2 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 2 4 2 3 4 4 2 2 2

6
9 1 5 5 3 5 5 3 5 2 5 4 3 1 2 5 3 3 4 1 3 4 1 3 3 4 3 3 4 2 2

7
0 1 5 5 5 4 1 2 2 1 2 4 1 1 4 2 4 4 1 1 3 3 1 4 1 3 4 3 3 2 3

7
1 1 5 5 2 5 3 1 1 2 4 2 3 4 3 3 5 3 1 3 2 4 3 1 3 4 2 4 1 1 4

7
2 1 5 5 5 3 1 3 2 1 4 4 3 5 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 1 3 3 4 2 4

7
3 1 5 5 3 3 4 1 1 3 3 3 3 1 4 4 3 4 4 2 2 2 1 4 4 3 3 2 3 2 3

7
4 1 5 5 3 3 5 1 1 1 4 4 3 2 4 4 2 3 2 1 1 3 2 3 3 5 2 3 2 2 2

7
5 1 5 5 5 4 1 2 2 1 5 2 5 1 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4

7
6 1 5 4 4 4 3 3 1 2 2 4 3 4 4 2 5 4 4 2 2 2 1 3 2 3 4 3 1 1 2

7
7 1 5 5 3 5 3 2 1 1 3 4 3 5 5 3 2 3 2 1 3 4 2 4 3 5 3 1 3 2 3

7
8 1 5 4 5 3 1 4 1 1 2 2 4 1 4 2 4 2 1 3 1 4 2 3 3 5 3 3 3 2 4

7
9 1 5 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 1 3 4 3 4 1 2 2 2 2 3 3 2 4 2 1 2 2

8
0 1 5 4 5 5 4 1 5 2 4 2 3 1 5 1 2 3 1 1 1 4 1 5 3 3 2 3 3 2 4

8
1 1 5 5 1 4 3 3 3 1 4 2 1 4 2 3 4 2 1 3 3 2 2 2 1 3 4 3 2 1 3

8
2 1 5 5 5 3 3 4 1 1 3 2 1 5 4 2 4 2 2 2 3 4 2 3 2 5 3 4 4 2 2

8
3 1 5 5 1 3 3 1 4 2 2 4 3 1 3 1 3 3 2 1 2 2 1 5 3 3 4 3 3 2 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8
4 1 5 5 3 4 3 3 1 1 4 2 4 5 3 2 2 4 1 1 1 3 3 3 4 2 2 1 3 2 3

8
5 1 5 5 1 5 3 4 1 1 3 3 3 5 4 1 4 2 2 2 1 3 2 3 2 3 4 3 1 2 2

8
6 1 5 5 5 3 5 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 1 2 1 5 3 5 3 2 4 2 4

8
7 1 5 5 5 4 3 4 1 1 2 2 4 4 5 2 2 4 1 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3

8
8 1 5 5 3 3 1 3 3 2 3 3 3 5 3 1 4 2 1 3 3 4 1 3 3 2 3 4 4 2 4

8
9 1 5 5 3 3 1 4 3 2 4 4 3 2 4 2 3 4 1 2 1 2 2 5 2 3 2 3 3 2 3

9
0 1 5 4 5 4 1 3 1 1 4 2 3 4 5 1 4 3 2 1 1 4 1 3 4 5 4 3 3 1 2

9
1 1 5 4 4 3 4 3 1 1 2 4 1 5 2 1 3 3 2 3 2 3 2 5 3 3 3 2 4 2 4

9
2 1 5 5 3 4 3 1 1 1 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 1 2 1 5 2 5 4 3 3 2 3

9
3 1 5 5 5 5 3 3 4 2 4 3 3 4 2 2 3 3 1 1 2 4 2 2 1 3 4 2 4 2 4

9
4 1 5 5 3 3 4 1 4 1 3 4 3 4 4 2 4 3 1 1 1 3 1 5 3 3 3 3 4 2 3

9
5 1 5 5 1 5 4 3 1 2 2 2 1 2 5 2 2 2 1 1 1 2 1 5 2 2 2 1 3 1 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Res jeruk Pisang salak apel pir anggur pokat sawo bakso Gorengan martabak kuebasah sate bbrkijo klkpsg t.manis kopi susu jusbuah sirup

1 2 1 3 2 1 4 3 2 2 3 3 2 2 1 4 4 4 3 5 3

2 1 2 1 3 3 3 2 5 4 2 2 3 4 2 1 2 1 2 1 4

3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 5 4 3 3 3 2 1 3 1 4 4

4 2 3 2 4 2 2 4 3 2 4 4 4 4 1 3 1 5 1 3 4

5 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 1 4 2 2 2 3

6 1 1 1 4 2 4 4 5 4 2 4 3 4 2 3 3 3 1 4 4

7 2 2 3 3 4 3 3 1 5 2 4 3 3 1 2 2 4 1 1 4

8 2 3 1 1 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 1 2 2 5 2

9 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 1 1 5 1 2 4

10 2 1 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 2 2 4 3 1 3 4

11 2 2 1 2 3 4 3 5 4 2 4 4 2 1 3 4 2 4 2 4

12 1 1 2 4 1 3 4 3 5 4 2 3 4 3 1 2 2 1 2 2

13 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 4 2 3 3 2 1 5 2 3 4

14 1 3 1 4 3 4 4 1 3 5 4 3 4 1 2 1 5 1 1 4

15 2 3 3 1 2 4 3 3 4 4 3 3 4 2 1 3 3 2 4 4

16 3 2 2 4 3 2 4 2 2 2 4 3 2 3 4 2 2 1 2 4

17 2 2 3 3 3 4 4 5 3 3 4 4 3 1 3 1 4 2 5 3

18 2 1 1 2 3 4 3 3 5 2 2 3 4 2 2 4 1 3 2 4

19 1 3 2 4 2 3 3 1 3 2 2 2 3 3 1 2 2 1 3 4

20 3 2 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 1 3 1 3 2 1 4

21 2 2 1 3 3 4 4 3 4 2 4 2 2 3 2 2 5 2 4 5

22 1 1 2 2 2 4 2 5 3 3 4 3 4 2 1 4 2 4 2 4

23 2 2 3 4 3 4 4 3 5 4 3 4 5 1 3 1 2 1 3 4

24 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 4 1 2 1 3 2 2 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25 3 2 1 5 1 4 4 1 2 2 4 2 3 1 4 2 4 1 4 3

26 2 1 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2 3 4 5 2 2 4

27 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 3 1 5 4

28 1 3 1 3 2 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 1 2 3 1 4

29 2 2 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 1 1 2 2 1 3 4

30 3 1 3 2 4 2 3 1 3 2 4 2 4 3 3 1 3 2 2 4

31 2 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 2 2 4 1 1 4 4

32 1 2 1 3 3 4 2 3 4 2 4 3 3 1 1 1 2 1 2 2

33 3 1 3 1 3 3 4 5 4 3 4 2 5 3 2 1 2 1 3 4

34 2 2 1 3 3 4 3 2 2 2 4 4 4 3 3 2 3 2 4 4

35 2 1 2 2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 1 1 1 5 1 1 3

36 1 3 2 4 3 4 3 1 5 4 4 3 4 2 4 4 1 1 5 4

37 2 2 1 3 4 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 1 2 2 2 3

38 1 1 3 4 4 4 4 5 2 3 4 3 4 3 2 1 4 1 2 4

39 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 2 4 3 1 3 2 3 4 3 4

40 2 3 3 3 3 4 4 1 3 2 3 4 2 3 1 1 1 2 1 4

41 2 1 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 1 3 3 2 1 2 4

42 3 2 2 2 3 3 4 5 2 3 4 3 3 2 2 1 5 1 4 4

43 2 3 1 3 4 4 4 1 4 4 4 2 3 3 4 1 3 1 2 4

44 1 1 3 4 2 4 4 2 3 5 4 3 4 3 4 1 1 1 3 3

45 2 2 3 2 1 2 2 1 4 2 2 2 4 1 1 2 2 2 1 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46 1 3 1 3 3 3 3 3 2 4 4 3 5 2 3 1 1 1 2 4

47 2 2 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 3 2 1 3 2 5 4

48 2 1 2 1 3 4 4 1 3 2 4 3 2 4 1 1 1 1 4 4

49 3 3 1 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2

50 2 2 3 4 3 4 3 5 4 2 4 3 4 1 3 1 4 1 3 3

51 2 1 2 2 3 4 4 1 4 3 2 2 4 3 1 1 1 1 2 4

52 2 2 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 2 1 4

53 3 3 3 4 4 3 4 5 2 2 2 2 3 1 1 3 2 3 4 3

54 2 1 1 3 3 4 3 2 4 3 4 3 4 2 1 1 1 1 2 4

55 2 2 3 2 5 4 4 1 3 2 4 2 5 1 2 1 1 2 4 4

56 2 3 2 4 1 3 4 3 4 2 2 3 4 3 4 2 1 2 1 4

57 3 2 2 4 4 4 4 5 2 4 4 3 2 2 1 1 3 1 3 4

58 2 1 1 3 3 4 2 1 3 2 3 2 4 1 3 1 1 1 2 4

59 2 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 1 1 1 2 2 4

60 3 2 2 4 2 4 3 1 4 5 4 4 3 3 2 3 1 1 5 4

61 2 1 3 4 4 2 4 5 2 3 4 3 4 2 3 3 1 1 1 4

62 1 2 1 3 3 4 4 2 4 4 4 2 3 1 3 2 3 1 2 4

63 2 3 3 1 4 4 4 1 3 2 4 3 4 3 1 1 4 1 4 3

64 3 1 2 3 4 3 3 3 5 4 2 2 4 3 3 1 1 5 2 4

65 2 2 2 3 3 3 4 5 4 3 2 2 2 1 3 2 1 5 1 4

66 2 1 3 2 4 4 4 1 2 2 4 3 2 2 2 1 1 2 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67 2 2 1 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 2 1 2 4

68 1 1 3 3 4 4 3 5 4 2 3 4 3 3 1 1 1 2 2 4

69 2 3 2 4 2 3 4 5 4 3 2 4 4 1 1 1 3 1 4 4

70 2 2 1 2 4 4 2 1 2 4 4 3 5 4 3 1 1 5 1 3

71 2 1 3 3 3 2 4 2 3 4 4 2 3 2 2 2 2 1 5 4

72 2 2 2 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 1 1 2 2 5 4

73 1 1 1 4 5 4 3 5 4 3 3 2 3 2 1 1 1 1 2 4

74 2 3 3 3 3 4 4 1 3 4 3 3 4 1 2 1 1 1 4 4

75 2 2 2 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 2 2 1 2 1 1 4

76 1 2 3 4 2 4 4 5 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3

77 2 3 2 3 4 4 3 1 3 5 3 2 4 1 1 3 3 2 2 4

78 1 3 1 2 3 3 4 2 4 3 4 4 3 2 3 1 1 1 4 4

79 1 1 3 4 4 2 3 1 2 2 2 3 4 2 2 1 1 1 2 3

80 1 2 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 1 1 1 2 4

81 2 2 3 4 3 4 3 1 3 4 3 2 4 2 3 2 2 2 2 4

82 1 1 3 3 4 3 2 5 4 2 4 2 3 1 1 3 1 1 2 3

83 2 2 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 2 4

84 1 1 2 3 1 4 4 1 2 2 2 4 4 2 2 1 1 2 2 4

85 1 2 1 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 1 1 1 5 5 2 3

86 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 2 2 4 2 3 1 2 2 2 4

87 1 1 2 3 4 4 4 5 3 2 3 2 3 2 1 2 2 5 2 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88 2 2 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 2 2 1 1 2 2 3

89 1 2 2 3 4 3 4 1 2 2 2 4 3 1 3 1 1 1 2 4

90 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 1 1 1 2 4 4

91 1 1 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 3 2 5 1 2 4

92 2 3 3 3 3 4 4 2 3 5 3 4 4 2 2 1 2 2 2 3

93 1 2 2 3 4 3 4 5 2 2 2 3 3 1 3 2 2 1 2 4

94 1 1 3 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 1 1 3 1 2 4

95 2 2 2 3 2 4 3 2 4 3 3 2 3 4 1 2 5 5 3 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan : Frekuensi makan diukur dengan menggunakan food frequency dengan kategori:

6) Selalu dikonsumsi : >1×/hari

7) Sering dikonsumsi : 1×/hari

8) Biasa dikonsumsi : 4-6×/minggu

9) Kadang-kadang dikonsumsi : 1x/bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10)

11) Tidak pernah

12) Lampiran 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13) Lampiran 6

14)

Lampiran 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 1 dan 2 : wawancara mengenai pola makan dan kejadian diabetes melitus pada lansia

gambar 3dan 4 : pengecekan kadar gula darah sewaktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5: wawancara mengenai pola makan dan kejadian diabetes melitus

Gambar 6 : pengecekan kadar gula darah sewaktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai