Anda di halaman 1dari 5

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PETANI

1. PENGERTIAN

Keselamatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja
atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya baik fisik, mental maupun sosial
dengan usaha mencegah dan mengobati penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan
dan lingkungan serta terhadap penyakit umum. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya
pelindungan yang diajukan kepada semua yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga
kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma†™mur, 2006).

2. TUJUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Menurut Suma†™mur (2006) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :

1. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan
psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar meningkatkan keserasian dan partisipasi kerja.
5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
6. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Sedangkan tujuan dari penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Satria (2008 ) adalah sebagai berikut: – Melindungi para
pekerja dan orang lain di tempat kerja – Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara
aman dan efisien – Menjamin proses produksi berjalan lancar.

3. FAKTOR RISIKO KESEHATAN KERJA PETANI

Gabungan konsep kualitas kesehatan tenaga kerja sebagai modal awal untuk bekerja dengan resiko bahaya
lingkungan pekerjaannya.

Petani Indonesia pada umumnya tidak memerlukan transportasi menuju tempat pekerjaannya, namun bagi
petani perkebunan apalagi yang tinggal diperkotaan yang memerlukan waktu lama menuju tempat kerjanya
maka kualitas dan kapasitas kerjanya akan berkurang. Terlebih lagi bagi petani yang menggunakan sepeda
motor yang harus exposed terhadap pencemaran udara dan kebisingan jalan raya. Tentu akan menimbulkan
beban yang lebih berat.

Mengacu pada teori kesehatan kerja maka resiko kesehatan petani yang ditemui di tempat kerjanya adalah
sebagai berikut :

1. Mikroba : factor resiko yang memberikan konstribusi terhadap kejadian penyakit infeksi, parasit,
kecacingan, maupun malaria. Penyakit kecacingan dan malaria selain merupakan ancaman kesehatan
juga merupakan factor risiko pekerjaan petani karet, perkebunan lada, dan lain-lain. Berbagai factor
risiko yang menyertai leptospirosis, gigitan serangga, dan binatang berbisa.
2. Faktor lingkungan kerja fisik : sinar ultraviolet, suhu panas, suhu dingin, cuaca, hujan, angin, dan lain-
lain.
3. Ergonomi : kesesuaian alat dengan kondisi fisik petani seperti cangkul, traktor, dan alat-alat pertanian
lainnya.
4. Bahan kimia toksik : agrokimia seperti pupuk, herbisida, akarisida, dan pestisida.

4. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA – Alat


Pelindung Diri

Alat perlindungan diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau
seluruh tubuh dari adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.

Menurut Djoyosumarto (2000) penggunaan APD harus dipakai bukan saja waktu menyemprot, tetapi sejak dari
mulai mencampur dan mencuci peralatan menyemprot maupun sesudah selesai menyemprot. Alat perlindungan
diri yang harusnya digunakan adalah sebagai berikut :

1. Bagian Wajah Atas

1. Penutup Kepala: Penutup kepala yang diperlukan untuk petani biasanya hanya topi atau helm khusus.
Topi digunakan jika bekerja di terik matahari, topi juga bermanfaat pada bahaya tanaman dan binatang
berbisa.
2. Pelindung pernafasan: Pelindung ini digunakan untuk mencegah masuknya kecil debu yang timbul saat
memanem padi atau menyemprot padi dengan pestisida. Contohnya: masker, jika tidak ada dapat
gunakan kain untuk menutupi hidung dan mulut
3. Pelindung mata dan muka: Perlindungan harus diberikan untuk menjaga kontak mata dengan uap iritan
dari larutan penyemprot seperti pestisida. Contohnya: kaca mata (jika diperlukan)
4. Bagian Bawah
5. Celana dan baju lengan panjang. Gunanya adalah:

– Untuk menjaga tubuh dari sinar matahari langsung atau menghindarkan diri dari udara yang dingin,

– Menjaga kulit dari bulu ulat, miang atau getah tanaman, dan gigitan binatang berbisa

1. Sepatu lars (sepatu boot) dari karet. Sepatu yang dapat menutup kaki sampai betis ini berguna untuk:

– menghindarkan kaki dari benda tajam

– menjaga kaki dari gigitan ular dan binatang berbisa

– menghindarkan diri dari penyakit cacing tambang

– Jika tidak ada dapat diganti dengan menggunakan plastik/kresek yang dapat menutupi kaki

1. Sarung tangan Untuk melindungi jari-jari dari alat kerja pertanian dan larutan penyemprotan agar tidak
menembus kulit. Sarung tangan yang digunakan terbuat dari karet karena tidak tembus air. Jika tidak ada
dapat diganti dengan menggunakan plastik/kresek yang dapat menutupi tangan

Keracunan Pestisida dan Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh Manusia

1. Keracunan Pestisida
Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam tubuh manusia melalui kontak langsung,
inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Penggunaan pestisida dapat
mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

 Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit dan
diare.
 Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernafas, keluar air liur,
pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat, pingsan.
 Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan menimbulkan gangguan kesehatan.
Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya:
iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan
pernafasan.

Ada 4 macam pekerjaan yang dapat menimbulkan kontaminasi dalam penggunaan pestisida yakni :

1. Membawa, menyimpan dan memindahkan konsentrat pestisida (Produk pestisida yang belum di
encerkan).
2. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.
3. Mengaplikasikan atau menyemprotkan pestisida.
4. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.

Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas yang paling sering menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan
mengaplikasikan, terutama menyemprotkan pestisida. Namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan
mencampur pestisida. Saat mencampur, kita bekerja dengan konsentrat (pestisida dengan kadar tinggi), sedang
saat menyemprot kita bekerja dengan pestisida yang sudah diencerkan.

2. Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh Manusia

Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni: kontaminasi memalui kulit (dermal
Contamination), terhisap masuk kedalam saluran pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan
makanan lewat mulut (oral).

1. Kontaminasi Melalui Kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit bias meresap masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan keracunan.
Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya
berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi
lewat kulit. Risiko bahaya karena kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:

 Toksitas dermal (dermal LD 50) pestisida yang bersangkutan maka makin rendah angka LD 50 makin
berbahaya.
 Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat pestisida maka semakin besar
bahayanya.
 Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi cair lebih mudah diserap kulit dari
pada formulasi butiran.
 Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali meresapkan pestisida. Kulit
punggung tangan lebih mudah meresapkan pestisida dari pada kulit telapak tangan.
 Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar makin besar risikonya.
 Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik seseorang, maka semakin tinggi risiko
keracunannya.

Dalam penggunaanya atau aplikasi pestisida, pekerjaan-pekerjaan yang menimbulkan risiko kontaminasi lewat
kulit adalah:

 Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh droplet atau drift pestisidanya
dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.
 Pencampuran pestisida
 Mencuci alat-alat pestisida.

1. Terhisap masuk ke dalam saluran pernapasan (inhalation)

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung merupakan yang terbanyak kedua sesudah
kontaminasi kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging) dapat
masuk kedalam paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput lendir hidung atau di
kerongkongan. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran pernapasan juga dipengaruhi oleh LD 50 pestisida
yang terhirup dan ukuran partikel dan bentuk fisik pestisida.

Pestisida berbentuk gas yang masuk ke dalam paru-paru dan sangat berbahaya. Partikel atau droplet yang
berukuran kurang dari 10 mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari 50
mikron mungkin tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan pada selaput lendir hidung dan
kerongkongan. Gas beracun yang terhisap ditentukan oleh:

 Konsentrasi gas di dalam ruangan atau di udara


 Lamanya paparan
 Kondisi fisik seseorang (pengguna)

Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah:

 Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur dan sebagainya) di ruangan tertutup atau yang
ventilasinya buruk.
 Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas (misalnya fumigasi), aerosol serta
fogging, terutama aplikasi di dalam ruangan; aplikasi pestisida berbentuk tepung (misalnya tepung
hembus) mempunyai risiko tinggi.
 Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan)

1. Masuk kedalam saluran pencernaan makanan melalui mulut (oral)

Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi
kulit. Karacunan lewat mulut dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut:

 Kasus bunuh diri.


 Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.
 Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi
pestisida.
 Drift (butiran halus) pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
 Meniup kepala penyembur (nozzle) yang tersumbat dengan mulut, pembersihan nozzle dilakukan
dengan bantuan pipa kecil.
 Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya diangkut atau disimpan dekat pestisida yang
bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau kemasan pestisida.
 Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam bekas wadah makanan atau disimpan tanpa label
sehingga salah ambil.

Penyakit Endemik sebagai Faktor Resiko

1. Malaria

Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria, habitat utama di persawahan dan perkebunan.
Parasit malaria akan menyerang dan berkembang biak dalam butir darah merah sehingga seseorang yang
terkena malaria akan menderita demam dan anemia sedang hingga berat. Anemia dan kekurangan hemoglobin
dapat mengganggu kesehatan tubuh serta stamina petani. Seseorang yang menderita anemia akan memiliki
stamina yang rendah, loyo, cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.

2. Tubekulosis

Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani adalah tuberculosis (TBC).
Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adalah golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi
ekonomi lemah tersebut. TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa ventilasi dengan
lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab, pengap, yang akan memperpanjang masa viabilitas atau daya
tahan kuman TBC dalam lingkungan.

Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan produktivitas rendah, dan akan
membebani keluarga.

3. Kecacingan dan Gizi Kerja

Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari pasokan makanan. Namun makanan
yang diperoleh dengan susah payah dan seringkali tidak mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit
menular dan kecacingan. Masalah lain yang dihadapi ankgatan kerja petani adalah kekurangan gizi. Kekurangan
gizi dapat berupa kekurangan kalori untuk tenaga maupun zat mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat
pengetahuan yang rendah dan kemiskinan.

4. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar merupakan salah satu factor risiko utama timbulnya penyakit-penyakit infeksi baik yang akut
seperti kolera, hepatitis A, disentri, Infeksi Bakteri Coli maupun penyakit kronik lainnya.

Tidak mungkin petani bekerja dengan baik kalau sedang menderita malaria kronik atau diare kronik. apalagi
TBC. Untuk meningkatkan produktivitas, seorang petani harus senantiasa mengikuti pengembangan diri. Lalu
tidak mungkin mengikuti pelatihan dengan baik kalau tidak sehat. Untuk itu diperlukan khusus kesehatan dan
keselamatan kerja petani sebagai modal awal seseorang atau kelompok tani agar bisa bekerja dengan baik dan
lebih produktif.

Sumber:

Djoyosumarto P. (2000). Petsisida & Aplikasi. PT. Agromedia Pustaka Departemen Pertanian : Jawa Timur
Suma†™mur. (2005). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT. Toko Gunung Agung : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai