Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

“Impetigo Bulosa”

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Umum di Bagian Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin

Pembimbing :

dr. Irma Yasmin, Sp. KK

Disusun oleh :

Amril Yus Ubaidillah H2A011006

Khansa Firhati H2A013022

Ratri Cahyaningtyas H2A013029

Dini Sakinah H2A013036

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kulit manusia adalah salah satu organ yang penting sebagai barier atau
pelindung tubuh dari trauma, gesekan, serta mikroorganisme dari luar. 1 Pada
bagian permukaan kulit banyak mengandung nutrisi yang sangat penting bagi
pertumbuhan mikroorganisme, antara lain lemak, bahan-bahan yang mengandung
nitrogen , mineral dan lainlain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi
atau yang merupakan hasil appendiks kulit.2 Kulit merupakan organ tubuh yang
terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Warna
kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, dari kulit yang berwarna
terang, pirang, hitam, bahkan ada yang berwarna merah muda pada telapak kaki
dan tangan serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. Selain itu
terdapat variasi mengenai kelembaban, ketebalan dan ketipisan kulit yang
mempengaruhi kemampuan kulit dalam menjalankan fungsinya.2
Apabila kulit mengalami kelainan berupa barier kulit yang tidak intak
misalnya akibat mikotrauma akan memudahkan untuk terjadinya penyakit kulit,
salah satunya penyakit infeksi. Penyakit infeksi ini bisa disebabkan oleh virus,
bakteri, parasit, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Salah satu jenis infeksi yang
paling banyak dijumpai adalah infeksi bakteri, di mana organism yang sering
mengakibatkan infeksi bakteri adalah dari golongan Staphylococcus dan
Streptococcus.2 Infeksi yang biasanya disebabkan oleh kedua jenis bakteri tersebut
biasanya hanya terbatas pada bagian epidermis dan dapat memberikan gambaran
klinis berupa impetigo. Terdapat 2 jenis impetigo yang umum terjadi yaitu
Impetigo Bulosa dan impetigo non bulosa.3
Dari hasil penelitian tahun 2005 yang dipublikasikan oleh E-Medicine
dikemukakan bahwa di Amerika Serikat serta Eropa bakteri Staphylococcus
aureus merupakan bakteri yang tersering menyebabkan terjadinya impetigo baik
Impetigo Bulosa maupun impetigo non bulosa.4,5 Impetigo dapat berasal dari
proses primer karena memang terjadi kerusakan pada kulit yang intak atau utuh
tersebut, atau dapat terjadi karena proses infeksi sekunder yang disebabkan oleh

2
karena proses infeksi yang sebelumnya atau karena terjadinya suatu proses
sistemik.4 Oleh karena itu identifikasi awal sangat penting untuk dapat melakukan
pencegahan serta dapat memberika penanganan yang tepat.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 8 bulan 26 hari
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan :-
Pendidikan Terakhir :-
No RM :-
Tanggal Periksa : 17 April 2017

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Poli Kulit RSUD Tugurejo Semarang pada
tanggal 17 April 2017 pukul 11.30 WIB secara alloanamnesis.
Keluhan utama
Terdapat plenting di daerah leher, punggung, dan dada.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien An.F pada tanggal 17 April 2017 berobat ke poli kulit
dengan keluhan terdapat plenting di daerah leher, punggung dan dada.
Plenting-plenting muncul sejak 3 hari yang lalu. Plenting muncul
pertama kali di leher bagian atas. Plenting meluas hingga dada dan
punggung. Plenting berisi cairan bening, nanah, dan beberapa pecah
dengan sendirinya. Tidak ada faktor yang memperberat ataupun
memperingan. Pasien mengaku belum memberikan pengobatan
apapun. Ibu pasien mengaku pasien tidak rewel, tidak ada demam,
tidak ada batuk pilek.

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat sakit serupa : disangkal
2. Riwayat alergi : disangkal
3. Alergi makanan : disangkal
4. Alergi obat : disangkal

4
5. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
6. Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal
7. Riwayat Kencing manis : disangkal
8. Penyakit lain :Keterlambatan
perkembangan
Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat sakit serupa : ada
2. Alergi makanan : disangkal
3. Alergi obat : disangkal
4. Riwayat Hipertensi : disangkal
5. Riwayat Penyakit Jantung dan Paru : disangkal
6. Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal
7. Riwayat Kencing manis : disangkal
Riwayat Pribadi
1. ASI : Tidak Ekslusif
2. Imunisasi : belum lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi :
Ayah dari An.F berprofesi sebagai nelayan, sedangkan ibu nya
adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien berobat menggunakan biaya
sendiri. Kesan ekonomi kurang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan di Poli Kulit RSUD Tugurejo Semarang pada
tanggal 17 April 2017 pukul 11.35 WIB.
1. Status Generalisata
a. Keadaan Umum : tampak lemah
b. Kesadaran : Compos mentis

2. Vital Sign
a. TD :-
b. Nadi : 82 x/menit
c. RR : 25 x/menit
d. Suhu : 36°C
e. BB : 8,7 kg
f. TB :-
g. BMI :-
h. Status Gizi :-
3. Pemeriksaan Fisik lain
a. Mata : Corpus alineum (-/-), sklera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), Edem palpebra (-/-), Pupil anisokor.
b. Hidung : Dalam batas normal
c. Mulut : Dalam batas normal
d. Telinga : Dalam batas normal
e. Jantung : Dalam batas normal
f. Paru : Dalam batas normal

5
g. Hati : Dalam batas normal
h. Lien : Dalam batas normal
i. Ekstremitas : Akral pucat (-), deformitas(-), Kapilari
refil normal (< 2 detik), Akral dingin (-)

4. Status Dermatologis
Gambar UKK pada pasien :

a. Inspeksi
Lokasi : regio coli, thorax anterior dan posterior
Ukuran lesi : bula : >0,5 cm
vesikel : <0,5 cm
pustula : <0,5 cm
bula hipopion : >0,5 cm
erosi
Morfologi
UKK Primer : bula, bula hipopion, vesikel, pustula

6
UKK Sekunder : erosi
Distribusi : lokalisata regio colli dan thorax anterior
dan posterior
Konfigurasi : berbatas tegas, bentuk teratur dan tidak
teratur
b. Palpasi : permukaan halus dan kasar, nyeri (-),
perabaan hangat (-), peninggian (+), konsistensi lunak.
5. Status venerologis
Inspekulo : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

E. RESUME
Pasien An.F usia 8 bulan 26 hari datang ke poli kulit RSUD
Tugurejo tanggal 17 April 2017. Dengan keluhan utama terdapat bula,
pustul,vesikel, krusta, erosi, bula hipopion, korelet eritema, yang
berawal di daerah coli dan menyebar ke darah thorax anterior dan
posterior. Keluhan dirasa sejak 3 hari yang lalu. pasien tidak rewel dan
tidak ada demam. Tidak ada riwayat sakit yang serupa dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Terdapat keterlambatan tumbuh kembang
pada pasien.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal. Status
generalisata dalam batas normal. Status lokalis ditemukan UKK primer
berupa bula, bula hipopipon, pustul, vesikel, dan UKK sekunder
berupa erosi dan krusta, korelet eritema.

F. DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Masalah pasif
Impetigo bulosa Tumbuh kembang
1
terlambat

G. INITIAL PLAN
Diagnosis : Impetigo bulosa

7
Diagnosis Banding : Impertigo krustosa
Varisela
Pemvigus vulgaris
Terapi :
a. Medikamentosa
Amoxilin 25 mg/kgBB/hari selama 3 dd 1/2 cth selama 3 hari
Mupirosin 2% 2 dd 1 ue
b. Non-medikamentosa
1) Menjaga higiene tubuh dengan baik, seperti mengganti baju
tiap berkeringat dan mandi dengan air bersih
2. Memperkuat daya tahan tubuh, seperti mengonsumsi buah-
buahan, multivitamin, dan beristirahat cukup
3. Menjaga agar kulit pasien tidak terluka agar terhindar dari
infeksi sekunder pada kulit pasien
Monitoring :
Kontrol satu minggu lagi ke poli kulit.

H. PROGNOSIS
Que ad Vitam : ad bonam
Que ad Sanam : ad bonam
Que ad Cosmeticam : ad bonam

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Impetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit
yang mengenai epidermis superfisial, bersifat sangat menular. Impetigo
sering menyerang anaka-nak terutama di tempat beriklim panas dan
lembap. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan
dinding tegang, terkadang tampak hipopion.1,2,4,5
b. Epidemiologi
Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih sering dijumpai pada
laki-laki, dan pada usia 2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling sering
dijumpai pada neonatus dan bayi, 90% kasus anak di bawah 2 tahun.2,4,5
c. Etiologi
Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
paling sering tipe 71. Strain ini memiliki toksin yang dapat menyebabkan
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).2 Faktor predisposisi antara
lain higiene buruk, malnutrisi, lingkungan kotor dan musim panas dengan
banyak debu, serta kerusakan epidermis.1
d. Patofisiologi
Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh eksotoksin Staphylococcus
aureus yang masuk melalui kulit terluka menyebabkan lepasnya adhesi
dermis superfi sial yang menimbulkan lepuh dan menyebabkan
terkelupasnya kulit dengan membelahnya sel granular epidermis.2
e. Gambaran Klinis
Pada bayi, impetigo vesikobulosa sering ditemukan di daerah
selangkangan, ekstremitas, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup
pakaian.2 Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa yang dengan
cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion.3 Impetigo bulosa
berisi cairan jernih kekuningan berisi bakteri S.aureus dengan halo
eritematosa. Bula bersifat superfisial di lapisan epidermis, mudah pecah
karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular dengan bagian

9
tengah eritema (koleret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar
membentuk gambaran polisiklik.3,4,5
Sering kali bula sudah pecah saat berobat, sehingga yang tampak
ialah lesi koleret dengan dasar eritematosa. Pasien berusia di bawah 1
tahun atau bayi, akan tampak rewel karena rasa nyeri di kulit membuat
pasien merasa tidak nyaman. Keadaan umum biasanya baik.2,3,4

f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pewarnaan Gram: adanya bakteri S. aureus, tampak kuman coccus
berkelompok seperti anggur.
2. Kultur Cairan: adanya Staphylococcus beta hemolyticus grup A
3. Histopatologi: vesikel formasi subkorneum atau stratum granulosum, sel
akantolisis, edema papila dermis, serta infi ltrat limfosit dan neutrofi l
di sekitar pembuluh darah pada pleksus superfisial.2,3,4
g. Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh
2. Menghindari faktor predisposisi
3. Memperkuat daya tahan tubuh
Medikamentosa:

10
1. Topikal: mupirocin krim 2%, asam fusidat krim 2%, atau tetrasiklin
krim atau salep, kompres NaCl 0,9%
2. Oral: eritromisin 2 x 500 mg pada dewasa, pada anak 40 mg/KgBB/hari
dibagi 4 dosis; atau amoksisilin-klavulanat 3 x 500 mg pada dewasa,
pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis; atau cephalexin 2 x 500 mg
pada dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis.
h. Prognosis
Impetigo vesikobulosa bukan penyakit yang mengancam nyawa
jika faktor risiko dihindari dan segera diobati. Jika ada faktor risiko seperti
higiene atau daya tahan tubuh rendah, angka kekambuhan cukup tinggi.
Prognosis umumnya baik.2,4
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu penyakit


kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.p.57-63.

2. Lewis LS. Impetigo [Internet]. 2014 Sept 10. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a0156.

3. Harahap M. Infeksi bakteri kulit stafi lokok dan streptokok. Ilmu Penyakit
Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp. 46-9.

4. Craft N. Superfi cial Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Wolff K,


Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leff ell DJ, et al (eds).
FitzPatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed.. USA: McGraw Hill Co;
2007.pp.16948.

5. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of
clinical dermatology. 7th ed. USA: McGraw Hill Co. pp.525-29.

11

Anda mungkin juga menyukai