Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN
Dosen Pengajar
Ide Bagus Arief S. S.Pd

Disusun Oleh
NIDA FITHRIYA
(NIM 032401SO1231)

AKADEMI KEBIDANAN MARTAPURA


YAYASAN MARTA BERLIAN HUSADA TAHUN
2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Didalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin terlepas dari norma-norma dan
ajaran yg berlaku. Tentunya norma-norma tersebut tercipta sejak kita lahir bahkan sejak
peradaban sebelum kita. Karena pada dasarnya norma-norma dan aturan dalam sebuah
aspek kehidupan sangatlah penting. Dan dalam makalah ini, saya akan menjelaskan
tentang bagaiman norma-norma serta aturan yang berlaku dalam ruang lingkup kebidanan
pada umumnya dan bidan itu sendiri pada khususnya yang menjadi objek dalam
pembahasan ini.
Menjadi seorang bidan bukanlah sebuah hal yang mudah, tentunya harus berani
menerima resiko serta tanggung jawab yang besar terhadap suatu pekerjaan yang
berhubungan dengan keselamatan ibu dan anak.
Dalam hal ini, sangat dibutuhkan sebuah pelayanan yang berdasarkan etika dan
moral yang memang seharusnya telah dimiliki oleh bidan itu sendiri. Seorang bidan haruslah
melayani serta membantu orang-orang yang membutuhkannya dengan hati nurani dan
keikhlasan.
Namun, terkadang yang sangat memprihatinkan adalah dizaman modern ini kita
sering menjumpai seorang bidan yang seharusnya mengabdi pada masyarakat sosial,
khususnya masyarakat-masyarakat yang berada didaerah terpencil, yang pada dasarnya
sangat membutuhkan tenaga medis terutama tenaga bidan sebagai pembantu proses
melahirkan.Mereka masih memandang status sosial masyarakat itu sendiri dimana ada
sebagian diantara mereka yang masih memegang prinsisp “Sehat itu mahal” jadi siapa yang
ingin sehat harus siap mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Sehingga hilanglah sebuah pengabdian dari bidan itu sendiri.

2.RUMUSAN MASALAH
 Bolehkah seorang bidan menyimpang dari etika kebidanan dalam
sebuah pengabdian?
 Terpenuhikah Hak asasi manusia tentang kesehatan bagi ibu hamil dan
melahirkan disebuah pedesaan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Bidan dan masyarakat
Bidan dan masyarakat tentunya dua objek yang tidak dapat dipisahkan,
mereka saling bersinggungan satu sama lain. Bidan merupakan orang yang membantu
dalam proses bertumbuh kembangnya generasi-generasi baru yang nantinya generasi-
generasi itulah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Sedangkan masyarakat itu
sendiri tidak mungkin dapat terlepas dari tenaga kebidanan, karena tentunya sangatlah
dibutuhkan tenaga-tenaga ahli untuk membantu proses kelahiran tersebut.
Dan ketika kita berbicara tentang perbandingan antara masyarakat modern
dan masyarakat disebuah pedesaan, kita akan menemukan sebuah budaya yang
berbeda. Dimana ketika masyarakat modern memahami tentang pentingnya tenaga
medis yang ahli dalam bidang kebidanan untuk membantu mereka dalam proses
melahirkan, masyarakat dipedesaan ternyata masih banyak kita jumpai yang mana
mereka itu sendiri masih mempercayakan kelahiran bayi mereka pada seorang dukun
beranak yang pada dasarnya dukun beranak tersebut tidak mengerti tentang ilmu
kebidanan itu sendiri. Kadang, mereka meyakini dukun beranak lebih ahli dibanding
bidan swasta karena mereka yang berada dipedesaan melakukan budaya tersebut
secara turun temurun dan sulit bagi mereka untuk menerima tenaga medis yang
menurut mereka itu sebuah hal yang asing.
Sekalipun mereka berkeinginan untuk mempercayakan kelahiran bayi mereka
pada bidan swasta, mereka tidak mampu untuk membayar proses persalinan tersebut
yang tentunya harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Itulah yang menyebabkan
mengapa masyarakat pedesaan sangat mempercayakan proses kelahiran bayi mereka
pada seorang dukun beranak.
Lalu, bagaimana dengan seorang bidan yang ditempatkan disebuah
pedesaan untuk mengabdi kepada masyarakat didesa tersebut, sementara pelayanan
mereka kurang memuaskan. Dalam artian mereka melayani bukan sebagaimana
pengabdian seorang bidan pada umumnya, mereka meletakkan tarif yang tinggi untuk
konsultasi dan proses kehamilan. Sedangkan mereka tahu mereka sedang berada disebuah
pedesaan yang mayoritas tentunya berpenghasilan ekonomi kelas bawah. Sehingga terjadi
ketidaknyamanan antara bidan swasta dan masyarakat dipedesaan itu sendiri.

B.Hak asasi manusia tentang kesehatan


Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi, karena itu
kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan,
seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak
akan mampu memperoleh hak-hak lainnya. Sehingga kesehatan menjadi salah satu ukuran
selain tingkat pendidikan dan
ekonomi, yang menentukan mutu dari sumber daya manusia.Semua manusia memiliki hak
untuk sehat, tidak terkecuali bagi ibu melahirkan dan bayi. Bagaimana bisa mereka merasa
nyaman dan terselamatkan dengan kehadiran bidan swasta didesa mereka sementara bidan
tersebut tidak memenuhi kode etik seorang bidan yang pada dasarnya mengabdi kepada
masyarakat dan memenuhi hak asasi manusia pada khususnya ibu dan anak. Karena Hak
asasi manusia tercantumdalam komentar umum No 14 tentang hak atas standar kesehatan
tertinggi yang dapat dijangkau sesuai bunyi pasal 12 ayat (2)International Covenant
on Economic, Social and Cultural Right (ICESCR) memberikan contoh umum dan spesifik
berbagai langkah-langkah yang muncul dari adanya definisi yang luas dari hak atas
kesehatan dalam pasal 12 ayat (1) sehingga dapat menggambarkan isi dari hak atas
kesehatan tersebut, yaitu :
Hak ibu, Hak anak dan kesehatan reproduksi.
- mengurangi angka kematian bayi dan anak di bawah usia 5 tahun
- pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
- akses terhadap Keluarga Berencana (KB)
- perawatan sebelum dan sesudah melahirkan
- pelayanan gawat darurat dalam bidang obstetri (kebidanan)
- akses dan sumber daya yang dibutuhkan sehubungan dengan kesehatan reproduksi.

Setelah meninjau dari segi hak asasi seorang ibu dan anak pada keterangan diatas,
seharusnya seorang bidan yang mengabdi tidaklah memberikan kesulitan bagi pasien-
pasiennya yang sangat membutuhkan tenaga medis khususnya tenaga kebidanan.
Berikanlah pelayanan-pelayanan yang memadai serta memberikan kenyamanan pada
masyarakat itu sendiri, walau mereka berada dikalanagn ekonomi kelas bawah. Namun
mereka juga memilik hak untuk sehat dan bereproduksi.
C.Kesimpulan
Bidan dan masyarakat adalah dua objek yang tidak dapat dipisahkan, mereka
saling bersinggungan satu sama lain.
Hak asasi manusia tercantum dalam komentar umum No 14 tentang hak atas
standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau sesuai bunyi pasal 12 ayat (2)International
Covenant on Economic, Social and Cultural Right (ICESCR) memberikan contoh umum dan
spesifik berbagai langkah-langkah yang muncul dari adanya definisi yang luas dari hak atas
kesehatan dalam pasal 12 ayat (1) sehingga dapat menggambarkan isi dari hak atas
kesehatan tersebut.
Bidan yang mengabdi tidaklah memberikan kesulitan bagi pasien-pasiennya yang
sangat membutuhkan tenaga medis khususnya tenaga kebidanan. Berikanlah pelayanan-
pelayanan yang memadai serta memberikan kenyamanan pada masyarakat itu sendiri,
walau mereka berada dikalanagn ekonomi kelas bawah. Namun mereka juga memilik hak
untuk sehat dan bereproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmu Kedokteran, Maret 2008, Jilid 2 Nom or 1. ISSN 1978 – 662X
2012-0916 11:42:52- Sumber: http://www.depkes.go.idindex.php?

Anda mungkin juga menyukai