Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa.
Masalah kesehatan yang dihadapi dunia antara lain adalah penyakit campak. Campak dan polio
adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah (Depkes RI, 2011). Campak
merupakan penyakit serius yang mudah ditularkan melalui udara. Tingkat penularan infeksi
campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa).

Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000
kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000
kematian karena campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian
campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000
hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima
tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan
infrastruktur kesehatan lemah (WHO, 2008). Hal ini sangat disayangkan meningat campak
adalah salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan (PD3I).

Hasil dari paparan World Health Organization (WHO) menyebutkan, pada periode Januari
hingga Juli 2011, tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 negara di benua Eropa. Jumlah kasus
yang berhasil terekam WHO itu, menunjukkan kasus campak di benua Eropa meningkat 276 %
dibandingkan periode yang sama pada 2007 lalu.

Indonesia pada saat ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan kejadian
luar biasa (KLB). Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan
KLB. Jumlah kasus campak menurun pada semua golongan umur di Indonesia terutama anak-
anak di bawah lima tahun pada tahun 1999 s/d 2001, namun setelah itu insidence rate tetap,
dengan kejadian pada kelompok umur < 1 tahun dan 1-4 tahun selalu tinggi daripada kelompok
umur lainnya. Pada umumnya- KLB yang terjadi di beberapa provinsi menunjukkan kasus
tertinggi selalu pada golongan umur 1-4 tahun (Depkes, 2006).

Hingga saat ini Indonesia belum bisa terlepas dari penyakit campak, data terakhir menunjukkan
penyakit campak sebanyak 11.704 kasus pada tahun 2011 (Dirjen P2PL, 2012). Campak
merupakan suatu infeksi penyakit akut yang menular ,disebabkan oleh paramixovirus dengan
genus morbilivirus yang pada umumnya menyerang anak-anak (Julia andriani, 2009). Penyakit
campak termasuk penyakit yang sering menyerang anak-anak, karena itu penyakit akibat virus
ini sering disepelekan dan masyarakat kita masih berpikiran kalau anak kena campak adalah hal
yang biasa dan wajar (Soedjatmiko, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian penyakit campak ?
2. Bagaimanakah epidemiologi penyakit campak ?
3. Apa saja gejala penyakit campak ?
4. Bagaimana cara penularan penyakit campak ?
5. Bagaimana langkah-langkah surveilans penyakit campak ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari penyakit campak.


2. Mengetahui epidemiologi penyakit campak.
3. Dapat memahami gejala-gejala penyakit campak.
4. Mengetahui cara penularan penyakit campak.
5. Mengetahui langkah-langkah surveilans penyakit campak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Campak

Penyakit campak atau lebih dikenali sebagai demam campak ialah penyakit berjangkit yang
disebarkan oleh virus, khususnya Paramiksovirus dari genus Morbillivirus, menyerang sistem
pernafasan melalui titisan lembapan bersin atau batuk.

Menurut Soegijanto (2008) penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
penyakit campak yang sangat menular pada anak-anak. Penyakit ini disebabkan karena infeksi
virus campak golongan Paramyxovirus, genus Morbili. Penyakit ini cukup berbahaya karena
dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian. Kejadian mengenai penyakit ini sangat
berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak.

Campak merupakan penyakit serius yang mudah ditularkan melalui udara. Tingkat penularan
infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa).
Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak.
Penyakit ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya dan diketahui bahwa seseorang hanya
akan terkena penyakit ini sekali seumur hidup. Sesuai dengan sifat alami penyakit campak yang
monotipik, yaitu hanya terdiri dari satu tipe saja, setelah pemberian imunisasi campak
seharusnya seorang anak akan kebal seumur hidup. Namun ada beberapa kasus mengenai anak
yang dinyatakan terkena penyakit campak oleh dokter, padahal orang tuanya telah melakukan
imunisasi campak pada anak tersebut.

2.2 Epidemiologi Penyakit Campak

Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah
15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran penyakit campak berdasarkan umur berbeda
dari satu daerah dengan daerah lain, tergantung dari kepadatan penduduknya,
terisolasi atau tidaknya daerah tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat, transmisi
virus campak sangat tinggi.

Berdasarkan tempat penyebarannya, penyakit campak berbeda, dimana daerah perkotaan


siklus epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan di daerah pedesaan penyakit
campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu-waktu terdapat penyakit campak maka serangan
dapat bersifat wabah dan menyerang kelompok umur yang rentan. Berdasarkan profil
kesehatan tahun 2008 terdapat jumlah kasus campak yaitu 3424 kasus di Jawa barat, di
Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus.

Daerah risiko tinggi campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB campak, dilihat dari
(Dirjen P2PL, 2008):

 Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80%)


 Lokasi yang padat dan kumuh antara lain pengungsian
 Daerah rawan gizi
 Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan
 Daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi

Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Sutomo
Surabaya pada tahun 1989, ditemukan bahwa campak di Indonesia terjadi sepanjang tahun,
dimana peningkatan kasus terjadi pada bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Mei,
Agustus, September dan Oktober.

2.3 Gejala Penyakit Campak

Secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase, yakni sebagi berikut :

1. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini,
anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-
bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
2. Fase kedua (fase prodormal). Pada fase ini barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu,
seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat
sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik
putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari
kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius.
3. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang
terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan
merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya
pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler.

Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun
tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka
bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya
sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun makin lama menjadi
kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode
ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

2.4 Cara Penularan Penyakit Campak

Penyebaran virus campak maksimal adalah melalui percikan ludah (droplet) dari mulut selama
masa prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi sebelum
diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah
pemajanan, pada beberapa keadaan dapat menularkan hari ke 7. Virus campak ini dapat hidup
dan berkembang biak pada selaput lender tenggorokan, hidung, dan saluran pernafasan.

Campak merupakan salah satu infeksi manusia yang paling mudah ditularkan. Berada di dalam
kamar yang sama saja dengan seorang penderita campak dapat mengakibatkan infeksi.

Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit dari saat sebelum gejala timbul sampai
empat hari setelah ruam timbul. Waktu dari eksposur sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari.
Ruam biasanya timbul kirakira 14 hari setelah eksposur. Masa inkubasi adalah 10-14 hari
sebelum gejala muncul.

2.5. Surveilans Penyakit Campak

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus-
menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak
yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2,
2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi
dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya
surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001).

Peranan surveilans dalam program reduksi campak sangat penting, surveilans dapat menilai
perkembangan program pemberantasan campak serta dapat membantu menentukan strategi
pemberantasannya di setiap daerah, terutama untuk perencanaan, pengendalian dan evaluasi
program pemberantasan campak di Indonesia.

WHO mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya pemberantasan campak, dengan tekanan
strategi yang berbeda-beda pada setiap tahap yaitu :

1. Tahap Reduksi

Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :

1. Tahap pengendalian campak

Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak rutin dan upaya
imunisasi tambahan di daerah dengan morbiditas campak yang tinggi. Daerah -daerah ini masih
merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan
pola epidemiologi kasus campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.

1. Tahap Pencegahan KLB

Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi >80% dan merata, terjadi penurunan tajam kasus
dan kematian, insiden campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB
antara 4-8 tahun.

1. Tahap Eliminasi

Cakupan imunisasi sangat tinggi >95% dan daerah -daerah dengan cakupan imunisasi rendah
sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi.
Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imuniasi
campak.

1. Tahap Eradikasi.

Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah tidak ditemukan.
Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki
tahap eliminasi.

Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999,
menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan
Kejadian Luar Biasa (KLB).

TUJUAN SURVEILANS CAMPAK

Adapun tujuan surveilans campak adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perubahan epidemiologi campak


2. Mengidentifikasi populasi risiko tinggi

3. Memprediksi dan mencegah terjadinya KLB campak

4. Penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak.

STRATEGI SURVEILANS CAMPAK

Strategi surveilans campak meliputi :

1. 1. Surveilans Rutin

Surveilans rutin merupakan Pengamatan Epidemiologi kasus campak yang telah dilakukan
secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada serta sumber data lain yang
mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya.

1. 2. SKD dan Respon KLB Campak

Pelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah diketahui atau adanya laporan 1
kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki polulas rentan lebih 5%.

1. 3. Penyelidikan dan Penanggulangan Setiap KLB Campak

Setiap KLB harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi
pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi,
pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi
campak/ring vaksinasi (program cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

1. 4. Pemeriksaan Laboratorium pada Kondisi Tertentu

 Pada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB : pemeriksaan laboratorium


dilakukan terhadap 10 -15 kasus baru pada setiap KLB.
 Pada tahap eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan
laboratorium.

1. 5. Studi Epidemiologi

Melakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational research (OR) sebagai tindak
lanjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi data/informasi surveilans yang diperlukan
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perbaikan program (corrective action).
PELAKSANAN SURVEILANS CAMPAK

Kegiatan surveilans campak dalam program eradikasi campak adalah sebagai berikut:

1. A. Surveilans Rutin

Surveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans puskesmas serta surveilans


kabupaten/kota.

Kegiatan surveilans rutin yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi nasional adalah
sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :

 Tingkat Puskesmas : Pengumpulan data dari puskesmas, pembantu, praktek


dokter,bidan,perawat dan pelayanan kesehatan swasta lainnya, masyarakat/Posyandu
maupun petugas desa siaga. Setelah dilaksanakan pengumpulan data lalu dilakukan
pencatatan dan pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
 Tingkat Rumah Sakit : Kegiatan surveilans campak di RS lebih ditekankan pada
penemuan kasus secara aktif. Setiap hari petugas kesehatan di bangsal dan poliklinik
anak memeriksa adanya kasus maupun kematian campak. Perlu diingat bahwa kematian
akibat campak sebagian besar disebabkan oleh komplikasi terutama broncho pneumonia,
diare dan encephalitis. Setelah penemuan kasus lalu dilakukan pencatatan dan pelaporan
ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

1. B. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campak

Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya KLB perlu dilaksanakan kegiatan kewaspadaan


dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB campak ada dua, yakni :

a) Pemantauan populasi rentan

b) Pemantauan kasus campak (PWS Campak)

a) Pemantauan Populasi Rentan

Prc = Px -0,85 ( Cix .Px ) -BS -AM

Populasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi campak dapat dihitung dengan rumus
:

Prc = Jumlah populasi rentan campak pada tahun(x)

Px = Jumlah populasi bayi pada tahun (x)


Ci.x = % cakupan imunisasi tahun (x)

BS = Jumlah Bayi sakit campak selama periode thn x

AM = Jurnlah Bayi meninggal selama periode tahun (x)

Batas nilai populasi rentan adalah = 5%.

Dalam pemantauan populasi rentan dilakukan juga pemantauan terhadap :

o Status gizi balita

o Keterjangkaun pelayanan kesehatan (asesibilitas)

o Kelompok pengungsi

b) Pemantauan Kasus Campak Melalui PWS-Campak

Apabila ditemukan satu (1) kasus pada desa dengan cakupan tinggi (>90%), rnasih perlu
diwaspadai pula mengingat adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin vaksin atau karena
cakupan imunisasi yang kurang dipercaya.

Menurut WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah, maka kernungkinan ada 17-
20 kasus di lapangan pada jumlah penduduk rentan yang tinggi.

1. C. Penyelidikan dan Penanggulangan KLB

Dalam tahap reduksi campak maka setiap KLB campak harus dapat dilakukan penyelidikan
epiderniologi baik oleh surveilans puskesmas maupun bersama-sama dengan surveilans dinas
kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB Campak dilakukan apabila hasil pengamatan SKD
KLB/PWS kasus campak ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus dan penyelidikan Pra
KLB menunjukkan terjadi KLB, atau adanya laporan peningkatan kasus atau kematian campak
dari rnasyarakat, media masa, dan laim-lain.

Strategi penanggulangan KLB Campak ada 3, yakni sebagai berikut:

a. Penyelidikan Epidemiologi

b. Penanggulangan

c. Perneriksaan spesimen di laboratorium.


a. Penyelidikan Epidemiologi KLB campak

KLB campak harus segera diselidiki untuk melakukan diagnose secara dini (early diagnosis),
agar penanggulangan dapat segera dilaksanakan.

b. Penanggulangan KLB campak

Penanggulangan KLB campak didasarkan analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB
campak, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak
meluas serta rnembatasi jumlah kasus dan kematian. KLB campak harus segera didiagnosa
secara dini (early diagnosis) dan segera ditanggulangi (out break respons) agar KLB tidak
meluas dan membatasi jumlah kasus dan kematian.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk mendukung diagnosa campak pada saat KLB, maka perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium, yaitu dengan mengambil spesimen. darah sebanyak 10-15 penderita baru, dan
waktu sakit kasus kurang dari 21 hari, serta beberapa sampel urine kasus campak untuk isolasi
virus.

D. Upaya Memperkuat Surveilans

a. Memperkuat dukungan politis

Advokasi (advocacy) kepada pimpinan pemerintah daerah, (Bupati, Bapeda, Binsos, dll) dan
DPRD, Kepala Dinas dan lintas program serta sektor terkait lainnya untuk mendapatkan
dukungan politis dan pendanaan.

b. Pemasaran Sosial/Komunikasi Informasi dan Edukasi ( K I E )

Kegiatan surveilans dalam upaya pemberantasan campak perlu disebarluaskan kepada Lintas
Sektor, lintas program dan media massa.

c. Kemitraan

Kemitraan terutama dengan intern program pemberantasan penyakit menular serta sektoral
terkait dan LSM.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Penyakit campak atau lebih dikenali sebagai demam campak ialah penyakit berjangkit
yang disebarkan oleh virus, khususnya Paramiksovirus dari genus Morbillivirus.
2. Penyakit campak ini sering menyerang anak-anak dan daerah risiko tinggi campak yaitu
daerah yang berpotensi terjadinya KLB campak, adalah daerah dengan cakupan imunisasi
rendah (< 80%), lokasi yang padat dan kumuh antara lain pengungsian, daerah rawan
gizi, daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan, dan daerah dimana
budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi.
3. Adapun gejala-gejala penyakit campak adalah sebagai berikut:

 Hari 1-3 : Panas makin hari makin naik, mata merah dan sakit bila kena cahaya, anak
batuk/pilek
 Hari 3-4 : Panas agak turun, Timbul bercak-bercak merah pada kulit dimulai dibelakang
telinga menjalar ke muka, Mata bengkak terdapat cairan kuning kental, Seluruh tubuh
terlihat bercak-bercak.
 Hari 4-6 : Bercak berubah menjadi kehitaman dan mulai mongering Selanjutnya
mengelupas secara berangsur-angsur, Akhirnya kulit kembali seperti semula tanpa
menimbulkan Bekas

1. Adapun cara penularan penyakit campak adalah melalui percikan ludah (droplet) dari
mulut selama masa prodormal (stadium kataral).
2. Langkah-langkah pelaksanaan surveilans campak adalah sebagai berikut:

 Surveilans Rutin
 Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campak
 Penyelidikan dan Penanggulangan KLB
 Upaya Memperkuat Surveilans

3.2 Saran

Adapun saran terkait makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Terapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu mendapatkan asupan gizi
yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.

2) Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan. Jika anak
belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda
pemberian imunisasi campak (MMR)

3) Kenali gejala-gejala campak agar dapat dideteksi sedini mungkin.

4) Jaga jarak dengan penderita campak agtau suspek campak.

5) Keberhasilan surveilans penyakit termasuk keberhasilan reduksi campak di Indonesia


sangat dipengaruhi dedikasi dan motivasi petugas dalam menjalankan peran dan fungsinya, serta
komitmen yang tinggi dari semua pihak dalam mendukung kegiatan surveilans seperti tersedia
alokasi dana dan sumber daya yang memadai.

Advertisements

Share this:

 Twitter
 Facebook

Related
OPTIMALISASI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERAWATAN KESEHATAN
DASAR (PRIMARY HEALTH CARE) MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN TIM
(TEAM LEARNING)In "Promosi Kesehatan"

TUGAS EPTM ; EPIDEMIOLOGI KANKER PARUIn "Kuliah"

'Dikepung' Sederet Penyakit, Terapkan Selalu PHBSIn "Promosi Kesehatan"

This entry was posted in Kuliah. Bookmark the permalink.

Post navigation
← TUGAS EPTM ; EPIDEMIOLOGI KANKER PARU
Tugas Individu EPTM “KANKER SUMSUM TULANG BELAKANG” →

Leave a Reply

Pencarian
Search

Terbaru
 (no title) June 7, 2014
 my first project February 16, 2014
 Teman Lama di SPBU February 14, 2014
 Empat Cara Membuat Jantung Lebih Sehat February 7, 2014
 ‘Dikepung’ Sederet Penyakit, Terapkan Selalu PHBS February 7, 2014

PENGUNJUNG
Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai