Anda di halaman 1dari 13

Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

KUALITAS HIDUP LANJUT USIA

Quality of Life Elderly

Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3

1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bendungan Sutami no. 188 A Malang 65145
Telp. 0341-552443 Fax 0341-582060
2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo, Surabaya
e-mail: 1)ners_anis@yahoo.com

ABSTRAK

Sebagian besar lanjut usia memiliki kesulitan pada upaya mereka untuk mengatasi proses penuaan.
Panti werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia mempunyai peran penting
untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka. Akan tetapi, banyak peneliti sebelumnya mengatakan bahwa
kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di panti lebih rendah daripada di rumah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi faktor dominan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasinya adalah
semua lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lingkungan, sedangkan variabel dependennya adalah
kualitas hidup lanjut usia. Pengambilan data menggunakan kuesioner The Bref Version of World Health
Organization’s Quality of Life Questionnaire and Quality of Life Index: Generic Version-III. Analisis
regresi linier digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dengan level
signifikan d”0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fisik berpengaruh pada kualitas hidup (p=0.000),
faktor psikologis berpengaruh pada kualitasn hidup (p=0.000), faktor sosial berpengaruh pada kualitas
hidup (p=0.001), dan faktor lingkungan berpengaruh pada kualitas hidup (p=0.004). Dari penilitian ini dapat
disimpulkan bahwa faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lingkungan berpengaruh pada
kualitas hidup dan faktor psikologis menjadi faktor yang paling dominan.

Kata kunci : kualitas hidup, lanjut usia, faktor dominan

ABSTRACT

Most of aged individuals or elderly have difficulties in their effort to cope with the aging process.
Folk home as a place with long stay rehabilitation and care for elderly have important roles to solve their
problems. However, many previous researches said that the elderly’s quality of life which stay at folk home
is lower than those stay at home. The purpose of this study was to identify the dominant factor that
influences the elderly’s quality of life in Hargo Dedali Folk Home Surabaya. This study used cross sectional
design. The population was all elderly in Hargo Dedali Folk Home Surabaya. The independent variables
in this study were physical factor, psychological factor, social factor, and environment factor. The dependent
variable was the elderly’s quality of life. Data were collected using The Bref Version of World Health
Organization’s Quality of Life Questionnaire and Quality of Life Index: Generic Version-III. Linier regression
analysis was done to determine factors influencing the quality of life with significant level d” 0.05. The
result showed that physical factor influenced the quality of life (p = 0.000), psychological factor influenced
the quality of life (p=0.000), social factor influenced the quality of life (p=0.001), and environment factor
influenced the quality of life (p=0.004). It was concluded that physical factor, psychological factor,
social factor, and environment factor had influenced the quality of life and psychological factor had
become the dominant factor.

Key words : quality of life, elderly, factor dominant

120 Juli 2012: 120 - 132


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

LATAR BELAKANG dan Hargo Dedali Surabaya yang didapatkan


bahwa lanjut usia yang tinggal di panti
Proses penuaan merupakan suatu sebanyak 17 orang responden (26,6%)
proses alami yang tidak dapat dicegah dan memiliki kualitas hidup rendah, 12 orang
merupakan hal yang wajar dialami oleh orang responden (18,8%) memiliki kualitas hidup
yang diberi karunia umur panjang, dimana sedang, dan 3 orang responden (4,7%)
semua orang berharap akan menjalani hidup memiliki tingkat kualitas hidup tinggi.
dengan tenang, damai, serta menikmati masa Berdasarkan data di atas, diperlukan langkah
pensiun bersama anak dan cucu tercinta untuk mengidentifikasi penyebab agar bisa
dengan penuh kasih sayang (Hamid, 2006). dilakukan upaya perbaikan kondisi kualitas
Tidak semua lanjut usia dapat mengecap hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo
kondisi idaman ini. Proses menua tetap Dedali Surabaya.
menimbulkan permasalahan baik secara fisik, Pada masa lanjut usia, seseorang akan
biologis, mental maupun sosial ekonomi mengalami perubahan dalam segi fisik,
(Nugroho, 2000). Disinilah pentingnya adanya kognitif, maupun dalam kehidupan
panti werdha sebagai tempat untuk psikososialnya (Papalia, et al, 2001; Ariyanti,
pemeliharaan dan perawatan bagi lansia, di 2009). Darnton-Hill (1995; Oye Gureje, 2008)
samping sebagai long stay rehabilitation juga menekankan pentingnya harapan hidup
yang tetap memelihara kehidupan dan kualitas hidup bagi lanjut usia. Keempat
bermasyarakat (Nenk, 2010). Namun domain dalam kualitas hidup adalah
berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya kesehatan fisik, kesehatan psikologi,
menyebutkan bahwa quality of life lanjut hubungan sosial, dan aspek lingkungan
usia yang tinggal di panti werdha lebih rendah (WHOQOL Group; Jackie Brown, 2004).
daripada lansia yang tinggal di rumah (Ekwall, Empat domain kualitas hidup diidentifikasi
2005; Elvinia, 2006). sebagai suatu perilaku, status keberadaan,
Hasil penelitian pendahuluan yang kapasitas potensial, dan persepsi atau
diambil peneliti pada bulan April 2010, jumlah pengalaman subjektif (WHOQOL Group,
lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali 1994). Ratna (2008) juga menambahkan jika
Surabaya ada 41 orang. Hasil pengambilan kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi,
data awal yang dilakukan peneliti, dari 5 orang akan timbul masalah-masalah dalam
lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali, kehidupan lanjut usia yang akan menurunkan
sebagian besar (80%) dari mereka kualitas hidupnya. Pada penelitian yang
mengungkapkan dan mengeluh tentang dilakukan oleh Rahmania (2008) dijelaskan
kehidupannya di masa tua yang sangat susah. bahwa sebagian besar lanjut usia di Panti
Mereka merasa terbatas aktivitasnya, sering Werdha Hargo Dedali Surabaya mengalami
sakit, lingkungan kurang bersahabat, dan tidak tingkat depresi sedang karena kurangnya
percaya diri dengan penampilan fisiknya aktivitas yang dilakukan oleh lanjut usia
sekarang. Ini menjadi tanda rendahnya selama di panti dan didukung dengan belum
kualitas hidup lanjut usia disana karena adanya pelayanan konsultasi atau
mereka tidak bisa menikmati masa tuanya. pemeriksaan psikologis bagi lansia yang
Hal ini sesuai dengan Hardiwinoto (2005; mengalami depresi. Depresi pada usia lanjut
Risdianto, 2009) yang menyebutkan bahwa akan mempunyai dampak yang cukup serius
kesejahteraan menjadi salah satu parameter pada kehidupan sosial dan fisik dimana hal
tingginya kualitas hidup lanjut usia sehingga tersebut akan menyebabkan penurunan
mereka dapat menikmati kehidupan masa kualitas hidup serta menyebabkan lanjut usia
tuanya. Data awal peneliti juga didukung bergantung pada orang lain
dengan hasil penelitian Yanta Mahareza (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005). Kondisi
(2008) yang dilakukan di Panti Werdha Usia

Kualitas Hidup Lanjut Usia 121


Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

lansia secara umum jika digambarkan yang tidak sedang mengalami sakit berat,
memang kurang menggembirakan. Usia tua, demensia, tuli, kelainan psikologis, dan
kesepian, sosial ekonomi yang kurang penurunan kesadaran. Kriteria eksklusi dalam
sejahtera, serta munculnya penyakit-penyakit penelitian ini adalah: (1) Mengalami gangguan
degeneratif seperti kanker, jantung, reumatik, berkomunikasi; (2) Lanjut usia yang tidak
serta katarak menyebabkan produktivitas bersedia menjadi responden. Besar sampel
menurun serta mempengaruhi kehidupan yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini
sosial (Dahlia Amareta, 2008). Semua hal di sebanyak 19 orang.
atas adalah dampak dari rendahnya kualitas Penelitian ini menggunakan 3 instrumen
hidup lanjut usia. Hal ini bisa disebabkan oleh yang sudah baku sebagai pedoman dalam
kondisi fisik yang semakin lemah, hubungan pengumpulan data. Adapun instrumen
personal yang buruk, ketiadaan kesempatan tersebut adalah: (1) Kuesioner data demografi
untuk memperoleh informasi, keterampilan dari WHO; (2) Kuesioner WHOQOL-BREF
baru, dan sebagainya. Semua penjelasan di (The Bref Version of World Health
atas sesuai dengan konsep WHOQOL Group Organization’s Quality of Life
(1996) yang menyatakan bahwa ada empat Questionnaire); (3) Quality Of Life Index:
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, Generic Version-III. Data yang telah
yaitu faktor kesehatan fisik, kesehatan terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji
psikologis, hubungan sosial, dan faktor regresi linear sederhana untuk mencari
lingkungan (Rapley, 2003). pengaruh yang paling dominan dari faktor fisik,
Kualitas hidup pasien seharusnya psikologis, sosial, dan lingkungan pada kualitas
menjadi per hatian penting bagi para hidup lanjut usia.
profesional kesehatan karena dapat menjadi
acuan keberhasilan dari suatu tindakan, HASIL DAN PEMBAHASAN
intervensi, atau terapi (Ayu, 2007). Disamping
Hasil
itu, data tentang kualitas hidup juga dapat
merupakan data awal untuk pertimbangan
Karakteristik Responden Berdasar Usia,
merumuskan intervensi atau tindakan yang
Pendidikan, dan Status Pernikahan
tepat bagi pasien (Ayu, 2007). Oleh karena
itu, timbul ketertarikan peneliti untuk
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia
mengetahui faktor dominan yang
responden paling banyak adalah sekitar 75 –
mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia
90 tahun yaitu 63%, pendidikan responden
berdasarkan WHOQOL ( The World Health
sebagian besar adalah SD yaitu 36%, dan
Organization Quality of Life) di Panti
sebagian besar responden berstatus sebagai
Werdha Hargo Dedali Surabaya.
janda, yaitu sebanyak 74%.
METODE
Variabel yang diteliti
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian cross sectional study dengan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
teknik Nonprobability Sampling tipe besar responden memiliki kualitas hidup
Purposive Sampling pada lanjut usia di Panti sedang, yaitu sebanyak 58%, faktor fisik yang
Werdha Hargo Dedali yang memenuhi kurang baik sebanyak 52%, faktor psikologis
kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Adapun yang stabil sebesar 42%, faktor sosial yang
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: (1) kurang aktif sebesar 42%, dan faktor
Lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha lingkungan yang cukup memadai sebesar
Hargo Dedali Surabaya lebih dari satu bulan; 47%.
(2) Berusia 60 tahun ke atas; (3) Lanjut usia

122 Juli 2012: 120 - 132


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasar Usia, Pendidikan, dan Status Pernikahan


No. Karakteristik Frekuensi Prosentase %
1. Usia
- 60-74 tahun 6 32
- 75-90 tahun 12 63
- >90 tahun 1 5
Jumlah 19 100
2. Pendidikan
- Tidak Sekolah 2 11
- SD 7 36
- SMP/Sederajat 4 21
- SMA/Sederajat 6 32
- Perguruan TInggi 0 0
Jumlah 19 100
3. Status Pernikahan
- Tidak Menikah 1 5
- Janda 14 74
- Bercerai 3 16
- Menikah 1 5
Jumlah 19 100
Tabel 2. Kualitas hidup lanjut usia, faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor lingkungan
lanjut usia.
No Variabel Frekuensi Prosentase
1. Kualitas Hidup
- Tinggi 5 16
- Sedang 11 58
- Rendah 3 16
Jumlah 19 100
2. Faktor Fisik
- Kurang Baik 10 52
- Cukup Baik 3 16
- Baik 6 32
- Sangat Baik 0 0
Jumlah 19 100
3. Faktor Psikologis
- Kurang Stabil 5 26
- Cukup Stabil 6 32
- Stabil 8 42
- Sangat Stabil 0 0
Jumlah 19 100
4. Faktor Sosial
- Kurang Aktif 8 42
- Cukup Aktif 7 37
- Aktif 4 21
- Sangat Aktif 0 0
Jumlah 19 100
5. Faktor Lingkungan
- Kurang Memadai 2 11
- Cukup Memadai 9 47
- Memadai 8 42
- Sangat Memadai 0 0
Jumlah 19 100

Uji Regresi Linear Sederhana terdapat pengaruh faktor fisik pada kualitas
hidup lanjut usia dengan keeratan hubungan
Tabel 3 menunjukkan nilai p = 0,000, sebesar r = 0,753, sedangkan r2 didapatkan
dimana Ho ditolak dan H1 diterima, artinya

Kualitas Hidup Lanjut Usia 123


Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

0,567. Hal ini menunjukkan bahwa faktor fisik kualitas hidup lanjut usia dengan keeratan
berpengaruh 56,7% pada kualitas hidup. hubungan sebesar r = 0,704, sedangkan r2
Tabel 4 menunjukkan nilai p = 0,000, didapatkan 0,495. Hal ini menunjukkan bahwa
dimana Ho ditolak dan H1 diterima, artinya faktor sosial berpengaruh 49,5% pada kualitas
terdapat pengaruh faktor psikologis pada hidup.
kualitas hidup lanjut usia dengan keeratan Tabel 6 menunjukkan nilai p = 0,004,
hubungan sebesar r = 0,814, sedangkan r2 dimana Ho ditolak dan H1 diterima, artinya
didapatkan 0,662. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor lingkungan pada
faktor psikologis berpengaruh 66,2% pada kualitas hidup lanjut usia dengan keeratan
kualitas hidup. hubungan sebesar r = 0,626, sedangkan r2
Tabel 5 menunjukkan nilai p = 0,001, didapatkan 0,392. Hal ini menunjukkan bahwa
dimana Ho ditolak dan H1 diterima, artinya faktor lingkungan berpengaruh 39,2% pada
terdapat pengaruh faktor sosial terhadap kualitas hidup.
Tabel 3. Pengaruh faktor fisik pada kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.
Faktor Fisik Kualitas Hidup Lanjut Usia Total
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 5 26 5 26 0 0 10 52
Cukup Baik 0 0 3 16 0 0 3 16
Baik 0 0 3 16 3 16 6 32
Sangat Baik 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 5 26 11 58 3 16 19 100
Koefisien Korelasi (r) =0,753
Koefisien Determinasi (r 2 ) = 0,567
Signifikasi (p) = 0,000
Tabel 4. Pengaruh faktor psikologis terhadap kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo
Dedali Surabaya.
Faktor Fisik Kualitas Hidup Lanjut Usia Total
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Stabil 2 10 3 16 0 0 5 26
Cukup Stabil 3 16 3 16 0 0 6 32
Stabil 0 0 5 26 3 16 8 42
Sangat Stabil 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 5 26 11 58 3 16 19 100
Koefisien Korelasi (r) =0,814
Koefisien Determinasi (r 2 ) = 0,662
Signifikasi (p) = 0,000
Tabel 5. Pengaruh faktor sosial pada kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali
Surabaya.
Faktor Fisik Kualitas Hidup Lanjut Usia Total
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Aktif 5 26 3 16 0 0 8 42
Cukup Aktif 0 0 6 32 1 6 7 38
Aktif 0 0 2 10 2 10 4 20
Sangat Aktif 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 5 26 11 58 3 16 19 100
Koefisien Korelasi (r) =0,704
Koefisien Determinasi (r 2 ) = 0,495
Signifikasi (p) = 0,001

124 Juli 2012: 120 - 132


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

Tabel 6. Pengaruh faktor lingkungan pada kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali
Surabaya.
Faktor Fisik Kualitas Hidup Lanjut Usia Total
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Memadai 1 5 1 6 0 0 2 11
Cukup Memadai 4 21 5 26 0 0 9 47
Memadai 0 0 5 26 3 16 8 42
Sangat Memadai 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 5 26 11 58 3 16 19 100
Koefisien Korelasi (r) =0,626
Koefisien Determinasi (r 2 ) = 0,392
Signifikasi (p) = 0,004
Pembahasan potensial, dan persepsi atau pengalaman
subjektif (WHOQOL Group, 1994). Jika
Kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi,
Hargo Dedali Surabaya akan timbul masalah-masalah dalam
kehidupan lanjut usia yang akan menurunkan
Dari hasil penelitian, sebagian besar kualitas hidupnya (Ratna, 2008).
responden memiliki kualitas hidup sedang. Berdasarkan teori di atas, kesejahteraan
Perolehan nilai responden dengan kategori menjadi salah satu parameter tingginya
kurang baik didapatkan pada faktor fisik dan kualitas hidup lanjut usia. Kesejahteraan ini
faktor sosial, kategori cukup didapatkan pada bisa dicapai bila keempat faktor yang
faktor lingkungan, dan kategori baik mempengaruhi kualitas hidup, seperti faktor
didapatkan pada faktor psikologis. fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan dapat
Kualitas hidup adalah sejauh mana mencapai kondisi sejahtera (well-being).
seseorang dapat merasakan dan menikmati Kualitas hidup diperoleh ketika kebutuhan
terjadinya segala peristiwa penting dalam dasar seseorang telah terpenuhi dan adanya
kehidupannya sehingga kehidupannya kesempatan untuk mengejar pengayaan dalam
menjadi sejahtera (Rapley, 2003). Jika kehidupannya Schalock dan Parmenter (2000;
seseorang dapat mencapai kualitas hidup yang Rapley, 2003). Menurut hasil penelitian sebagian
besar responden memiliki kualitas hidup sedang.
tinggi, maka kehidupan individu tersebut Hal ini bisa disebabkan karena faktor fisik, sosial,
mengarah pada keadaan sejahtera (well- dan lingkungan responden belum mengarah
being), sebaliknya jika seseorang mencapai optimal pada keadaan sejahtera (well-being).
kualitas hidup yang rendah, maka kehidupan Mereka belum bisa memperoleh nilai maksimal di
individu tersebut mengarah pada keadaan keempat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
menurut WHOQOL. Kondisi ini masih
tidak sejahtera (ill-being) (Brown, 2004). Hal memerlukan upaya peningkatan kualitas hidup
ini sesuai dengan Hardiwinoto (2005; dari sedang menjadi tinggi untuk mencapai
Risdianto, 2009) yang menyebutkan bahwa kehidupan lanjut usia yang sejahtera. Tentunya
kesejahteraan menjadi salah satu parameter upaya ini harus dilakukan secara menyeluruh
tingginya kualitas hidup lanjut usia sehingga pada keempat faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup seperti yang telah dijelaskan pada teori di
mereka dapat menikmati kehidupan masa
atas.
tuanya. Menurut WHOQOL Group (1994;
Ayu Prawesti, dkk, 2007) menyebutkan
Pengaruh faktor fisik pada kualitas hidup
bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh
lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali
kesehatan fisik, kesehatan psikologis,
Surabaya
hubungan sosial, dan aspek lingkungan. Empat
domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas
suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas
lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali

Kualitas Hidup Lanjut Usia 125


Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

berada pada kondisi faktor fisik yang kurang mengaktualisasikan dirinya disebabkan
baik. Sebagian besar responden dalam keterbatasan fisik yang dimiliki. Keterbatasan
penelitian ini berusia 75-90 tahun. Hasil yang tersebut akan menghambat pencapaian
didapatkan dengan menggunakan uji statistik kesejahteraan fisik, yang pada akhirnya akan
Regresi Linear Sederhana didapatkan nilai berdampak pada kualitas hidup yang rendah.
p = 0,000, dimana Ho ditolak dan H1 diterima, Usia tua dialami dengan cara yang
artinya terdapat pengaruh faktor fisik berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang
terhadap kualitas hidup lanjut usia dengan mampu melihat arti penting usia tua dalam
keeratan hubungan sebesar r = 0,753. konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai
Untuk mencapai penuaan yang masa hidup yang memberi mereka
berkualitas, maka harus tercakup ketiga fitur kesempatan-kesempatan untuk tumbuh
berikut, yaitu kemungkinan yang rendah berkembang. Ada juga lanjut usia yang
mengalami penderitaan suatu penyakit atau memandang usia tua dengan sikap-sikap yang
ketidakmampuan dikarenakan penyakit berkisar antara kepasrahan yang pasif dan
tertentu, kognitif dan fisik yang tetap berfungsi pemberontakan, penolakan, dan
baik, dan keterlibatan yang aktif dalam keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci
kehidupan (Rowe & Khan, 1999; Hoyer & dalam diri mereka sendiri dan dengan
Roodin, 2003). Menurut teori Felce dan Perry demikian semakin cepat proses kemerosotan
(1996) kesejahteraan fisik difokuskan pada jasmani dan mental mereka sendiri. Proses
kesehatan. Pada masa lanjut usia, seseorang dan kecepatan penurunan fungsi-fungsi tubuh
akan mengalami perubahan dalam segi fisik, yang terjadi pada perubahan fisik ini sangat
kognitif, maupun dalam kehidupan berbeda untuk masing-masing individu
psikososialnya (Papalia, Olds, & Feldman, meskipun usia mereka sama. Selain itu juga
2001; Ariyanti, 2009). Optimum aging bisa pada bagian tubuh yang berbeda pada individu
diartikan sebagai kondisi fungsional lansia yang sama terjadi proses dan kecepatan
berada pada kondisi maksimum atau optimal, penurunan yang bervariasi. Diharapkan lanjut
sehingga memungkinkan mereka bisa usia dapat melakukan penyesuaian dengan
menikmati masa tuanya dengan penuh makna, perubahan fisik dan kesehatan yang semakin
membahagiakan, berguna, dan berkualitas. menurun.
Sesuai dengan teori di atas, kondisi Kondisi fisik yang semakin renta
kesehatan fisik secara keselur uhan membuat lanjut usia merasa kehidupannya
mengalami kemunduran sejak seseorang sudah tidak berarti lagi dan putus asa dengan
memasuki fase lansia dalam kehidupannya. kehidupan yang dijalani sekarang ini. Ini
Hal ini antara lain ditandai dengan munculnya menjadi salah satu tanda rendahnya kualitas
berbagai gejala penyakit yang belum pernah hidup lanjut usia di sana karena mereka tidak
diderita pada usia muda. Sebagian besar bisa menikmati masa tuanya. Oleh karena itu,
responden berusia 75-90 tahun. Secara pelayanan kesehatan bagi penduduk lansia
umum, pada usia tersebut terjadi perubahan- sangat menuntut perhatian, agar kondisi
perubahan pada lanjut usia baik psikososial, mereka tidak sakit-sakitan dalam
fisiologis, maupun mental. Fisik yang menghabiskan sisa usia. Di sinilah pentingnya
berfungsi baik memungkinkan lanjut usia adanya panti werdha sebagai tempat untuk
untuk mencapai penuaan yang berkualitas. pemeliharaan dan perawatan bagi lansia, di
Namun, ketidaksiapan lanjut usia menghadapi samping sebagai long stay rehabilitation
keadaan tersebut akan berdampak pada yang tetap memelihara kehidupan
rendahnya pencapaian kualitas hidupnya. bermasyarakat (Nenk, 2010). Untuk
Faktor fisik yang kurang baik akan membuat memperoleh optimum aging aktivitas fisik
seseorang kehilangan kesempatan untuk lansia sangat diperlukan, misalnya olahraga

126 Juli 2012: 120 - 132


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

yang dilakukan secara rutin dan teratur akan fungsi fisiologis, misalnya fungsi pendengaran
sangat membantu kebugaran dan menjaga menurun menyebabkan para lanjut usia gagal
kemampuan psikomotorik lansia. untuk mengerti apa yang orang lain katakan,
tekanan darah tinggi mengakibatkan
Pengaruh faktor psikologis pada kualitas kerusakan intelektual pada lanjut usia.
hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo Perubahan psikologis berasal dari kesadaran
Dedali Surabaya tentang merosotnya dan perasaan rendah diri
apabila dibandingkan dengan orang yang lebih
Pada faktor psikologis, mayoritas lanjut muda, kekuatan, kecepatan, dan
usia yang menjadi responden penelitian keterampilan. Pada tahap perkembangan
memiliki psikologis yang stabil dengan jumlah lanjut usia, tugas perkembangan yang utama
8 responden (47%). Hal ini berdampak pada adalah mengerti dan menerima perubahan-
kualitas hidup yang tinggi. Hasil yang perubahan fisik dan psikologis yang
didapatkan dengan menggunakan uji statistik dialaminya, serta menggunakan pengalaman
Regresi Linier Sederhana didapatkan nilai hidupnya untuk menyesuaikan diri terhadap
p = 0,000, dimana Ho ditolak dan H1 diterima, perubahan fisik dan psikologis. Tugas-tugas
artinya terdapat pengaruh faktor psikologis dalam perkembangan merupakan pola
pada kualitas hidup lanjut usia dengan perilaku yang disetujui pada berbagai usia
keeratan hubungan sebesar r = 0,814. sepanjang rentan kehidupan. Adapun
Pada teori Felce dan Perry (1996) definisinya adalah tugas yang muncul pada
disebutkan bahwa kesejahteraan psikologis saat atau sekitar suatu periode tertentu dari
meliputi pengaruh, pemenuhan, stres dan kehidupan individu, yang jika berhasil akan
keadaan mental, harga diri, status dan rasa menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke
hormat, keyakinan agama, dan seksualitas. arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-
Pada masa lanjut usia, seseorang akan tugas berikutnya. Akan tetapi, apabila gagal
mengalami perubahan dalam segi fisik, akan menimbulkan kesulitan dalam
kognitif, maupun dalam kehidupan menghadapi tugas berikutnya.
psikososialnya (Papalia, Olds, & Feldman, Sebagian besar responden dalam
2001; Ariyanti, 2009). Kestabilan penelitian ini berpendidikan SD. Pendidikan
kesejahteraan psikologis menjadi salah satu dapat membentuk kecerdasan emosional.
faktor yang ikut berperan dalam Seseorang yang memiliki kecerdasan
meningkatkan kesejahteraan psikologis emosional tinggi akan mampu menguasai diri,
(Renwick & Brown, 1996). Kesehatan mengelola emosi, memotivasi diri dan
psikologis mengacu pada afek positif, mengarahkan dirinya untuk lebih produktif
spiritualitas, berfikir, belajar, memori dan dalam berbagai hal yang dikerjakan. Apabila
konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, kecerdasan emosionalnya rendah maka orang
harga diri, dan afek negatif (WHO, 1996; akan menjadi cemas, menyendiri, sering takut,
Rapley, 2003). merasa tidak dicintai, merasa gugup, sedih
Berdasarkan teori di atas, kesejahteraan dan cenderung mudah terkena depresi. Stres
psikologis menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkatan untuk
menentukan kualitas hidup lansia. Faktor memperoleh kepuasan dalam hidup dan
psikologis merupakan faktor penting bagi menjadi salah satu faktor yang ikut berperan
individu untuk melakukan kontrol terhadap untuk menurunkan kualitas hidup. Dalam hal
semua kejadian yang dialaminya dalam hidup. ini, spiritual juga berperan dalam menentukan
Begitu juga dengan lanjut usia di Panti Werdha kesehatan psikologis seseorang. Hal ini sesuai
Hargo Dedali. Penurunan kemampuan dengan penjelasan teori di atas. Seseorang
psikologis disebabkan karena penurunan yang kondisi spiritualnya baik, mekanisme

Kualitas Hidup Lanjut Usia 127


Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

kopingnya akan lebih baik sehingga dia setiap lanjut usia untuk mengadakan
mampu menyelesaikan semua permasalahan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan
hidupnya. Kondisi ini akan mendukung sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
individu ter sebut untuk mencapai serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
kesejahteraan psikologis. Jika seseorang hak dan kewajiban asasi manusia (Setiabudi,
mampu mencapai kesejahteraan psikologis 2005; Risdianto, 2009). Kualitas hidup dikenal
yang baik akan berpengaruh pada sebagai indikasi level fungsi sosial pada
peningkatan kualitas hidupnya. kesehatan mental (Menlowics & Stein, 2000;
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan Shahrir, dkk, 2006). Hal ini penting dalam
faktor psikologis sebagai faktor dominan yang mendukung hubungan sosial (social
mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di belonging) dan hubungan komunitas
Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. (community belonging) yang merupakan
Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji statistik ikatan yang dimiliki oleh seseorang dengan
Regresi Linear Sederhana, di mana lingkungan sosialnya, diantaranya senang
koefisien korelasi (r) pada faktor fisik sebesar berkumpul dengan teman-teman, mempunyai
0,753, faktor psikologis sebesar 0,814, faktor hubungan sosial, aktif serta tidak mengalami
sosial sebesar 0,704, dan faktor lingkungan kesulitan dalam hubungan sosial. Aktivitas-
sebesar 0,626. Arief Wibowo, dkk (2008) aktivitas spiritualitas dan sosial akan
menjelaskan bahwa nilai r merupakan nilai memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk
multiple coefficient correlation. Nilai r menemukan kebermaknaan dan rasa harga
berkisar antara -1 sampai 1. Jika nilai semakin dirinya (Syamsuddin, 2008).
mendekati -1 atau 1 menunjukkan hubungan Sesuai dengan teori di atas,
semakin kuat. Jika nilai semakin mendekati 0 kesejahteraan sosial menjadi salah satu faktor
(nol) menunjukkan hubungan semakin lemah. dalam menentukan kualitas hidup seseorang.
Jadi dari keempat faktor yang berpengaruh Pengukuran well-being melibatkan pemetaan
pada kualitas hidup, faktor psikologis yang keseluruhan hidup dan mempertimbangkan
paling dominan. setiap kejadian dalam hidup atau konteks
sosial yang sangat potensial untuk
Pengaruh faktor sosial pada kualitas mempengaruhi kualitas hidup individu.
hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dengan menggunakan istilah kualitas
Dedali Surabaya membuat kita mengaitkannya dengan suatu
standar kesempurnaan yang berhubungan
Dari hasil penelitian, mayoritas lanjut dengan karakteristik manusia dan nilai-nilai
usia dengan kualitas hidup rendah memiliki positif seperti kebahagiaan, kesuksesan,
faktor sosial yang kurang aktif dengan jumlah kesehatan, dan kepuasan, dimana hidup
8 responden (42%). Hasil yang didapatkan mengindikasikan bahwa konsep tersebut
dengan menggunakan uji statistik Regresi menekankan aspek penting pada eksistensi
Linear Sederhana didapatkan nilai p = 0,001, manusia.
dimana Ho ditolak dan H1 diterima, artinya Semakin bertambahnya usia, kegiatan
terdapat pengaruh faktor sosial pada kualitas sosial pun semakin berkurang. Disebut juga
hidup lanjut usia dengan keeratan hubungan sebagai “social disengagement”, yaitu suatu
sebesar r = 0,704. proses pengunduran diri secara timbal balik
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah pada masa lanjut usia dan lingkungan sosial
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, (Kalish, 1976; Hurlock, 2002). Sering
baik material maupun spiritual, yang diliputi diungkapkan dalam bentuk penyusutan
rasa keselamatan, kesusilaan, dan sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan untuk
ketentraman lahir batin yang memungkinkan melakukan kontak sosial dan menurunnya

128 Juli 2012: 120 - 132


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

partisipasi sosial. Aktivitas-aktivitas merupakan kontrak multidimensional yang


spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai dipengaruhi oleh faktor personal dan
tertinggi bagi lansia untuk menemukan lingkungan sekitar, seperti hubungan dekat
kebermaknaan dan rasa harga dirinya, (intimate relationships), kehidupan
dengan banyak berdzikir dan melaksanakan berkeluarga, pertemanan, dunia kerja,
ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih bertetangga, kota tempat tinggal,
tenang dalam hidupnya dan kecemasan akan permukiman, pendidikan, kesehatan, standar
kematian bisa direduksi. Dengan aktif dalam hidup, dan keadaan di suatu negara (Schalock
aktivitas sosial, seperti tergabung dalam dan Parmenter, 2000; Rapley, 2003). Renwick
paguyuban lansia atau karang werdha akan & Brown (2000) mengemukakan bahwa
menjadi ajang bagi mereka untuk saling individu tinggal di dalam suatu lingkup
bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan lingkungan yang disebut sebagai tempat
saling memberikan perhatian. Kurang tinggal, sehingga kualitas hidup berkaitan
harmonisnya hubungan sosial antar lanjut usia dengan dimana lingkungan tempat individu
di Panti Werdha Hargo Dedali dan minimnya tersebut tinggal.
kegiatan bagi para lansia menjadi penyebab Berdasarkan teori di atas, tempat tinggal
rendahnya kesejahteraan sosial di sana. harus dapat menciptakan suasana yang
Seharusnya, banyaknya kegiatan yang tentram, damai, dan menyenangkan bagi para
dilakukan oleh lanjut usia dapat memfasilitasi penghuninya sehingga penghuni dapat merasa
hubungan antara lanjut usia satu dengan lanjut betah serta merasa terus ingin tinggal di
usia lainnya sehingga terbentuk reaksi sosial tempat tersebut. Dengan demikian, lanjut usia
yang baik di antara lanjut usia tersebut, yang akan terdukung oleh lingkungan untuk
pada akhirnya akan berpengaruh pada kualitas mencapai kualitas hidup yang tinggi. Kualitas
hidup mereka. Oleh karena itu, ketidakaktifan hidup individu berkaitan secara intrinsik
lansia dalam aktivitas sosial akan berdampak dengan kualitas hidup orang lain yang berada
pada penurunan kualitas hidupnya. di lingkungannya. Hal ini didukung oleh
pendapat Goode (1994; Nuran, 2009) bahwa
Pengaruh faktor lingkungan pada kualitas hidup seseorang merefleksikan
kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha kekayaan kultural dari seseorang dan mereka
Hargo Dedali Surabaya yang berada di sekitarnya. Begitu juga dengan
para lanjut usia di Panti Werdha Hargo
Pada faktor lingkungan, mayoritas lanjut Dedali. Mereka merasa cukup terdukung
usia berada pada kondisi yang cukup memadai dengan fasilitas panti saat ini. Hal ini akan
dengan jumlah 9 responden (47%). Hasil yang mendukung mereka dalam melaksanakan
didapatkan dengan menggunakan uji statistik aktivitas kehidupan mereka sehari-hari.
Regresi Linear Sederhana didapatkan nilai Terciptanya suasana tempat tinggal yang asri
p = 0,004, dimana Ho ditolak dan H1 diterima dan menyenangkan untuk ditinggali sangat
artinya terdapat pengaruh faktor lingkungan bergantung pada interaksi para anggota di
pada kualitas hidup lanjut usia dengan dalamnya yang memiliki komitmen bersama
keeratan hubungan sebesar r = 0,626. antar sesama anggota dan sadar akan tugas
Kualitas hidup didefinisikan sebagai dan kewajibannya masing-masing. Jika para
persepsi seseorang tentang posisinya dalam lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali
hidup dalam kaitannya dengan budaya dan mampu mewujudkan hal tersebut, maka
sistem tata nilai di mana ia tinggal dalam kesejahteraan lingkungan akan tercapai.
hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, Dengan tercapainya kesejahteraan
dan hal-hal menarik lainnya (WHOQOL lingkungan akan mendukung para lansia
Group, 1994; Nuran, 2009). Kualitas hidup dalam memperoleh kualitas hidup yang
maksimal.

Kualitas Hidup Lanjut Usia 129


Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

KESIMPULAN DAN SARAN Brown, Jackie, et all. (2004). Models of


Quality of Life: A Taxonomy, Overview
Simpulan yang didapat dari hasil and Systematic Review of The Literatur.
penelitian adalah faktor psikologis menjadi European Forum on Population
faktor dominan yang mempengaruhi kualitas Ageing Research. Page: 6, 8, 46.
hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo Brown, Roy I. (1997). Quality of Life for
Dedali Surabaya karena memiliki koefisien People with Disabilities second
korelasi yang paling besar. Edition: Models, Research and
Saran yang dapat diberikan adalah: 1) Practice. Cheltenham United Kingdom:
Diadakannya pemeriksaan kesehatan rutin Stanley Thornes (Publishers) Ltd. Page:
untuk menunjang kesejahteraan fisik lansia 56, 60, 61.
yang optimal. Kegiatan ini bisa bekerja sama Elvinia. (2006). Quality of Life pada Lanjut
dengan Puskesmas Menur Pumpungan atau Usia Studi Perbandingan pada Janda
instansi kesehatan yang mengadakan praktik atau Duda Lansia Antara Yang
di Panti Wer dha Hargo Dedali; 2) Tinggal di Rumah Bersama Keluarga
Diadakannya pengajian secara rutin oleh Dengan Yang Tinggal di Panti
pengurus harian Panti Werdha Hargo Dedali Werdha. Tesis Universitas Katolik
Surabaya untuk menunjang kesejahteraan Indonesia Atma Jaya. Tidak
psikologis lansia yang optimal. Pelaksanaan dipublikasikan.
Felce, David dan Jonathan Perry. (1997).
kegiatan ini bisa bekerja sama dengan
Quality of Life: the scope of the term
mahasiswa yang sedang praktik dan instansi
and its breadth of measurement.
yang akan mengadakan bakti sosial di Panti
h t t p :/ / b oo k s . g oo g l e. c o. i d/ b o ok s ?i d
Werdha Hargo Dedali. Kegiatan keagamaan
=1Mxe0YmyTeQC&pg=PA56&lpg=
ini juga bisa dilakukan tanpa menghadirkan
PA 5 6 & d q = m o d el + o f + q u a l i t y +
narasumber secara langsung, yaitu dengan
of+life+by+felce+dan+perry&source
memutar kaset atau video; 3) Pegurus harian
=bl&ots=YlTBdJjoz&sig=
Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
cTUOF2M1Q6J7zzkjLLfY7d
mengadakan kegiatan-kegiatan positif yang Abr6w&hl=id&ei=uRvzS-
dibutuhkan para lanjut usia, seperti pelatihan 7rFcO4rAefo_XBDQ&sa=X&oi=
ketrampilan dan kesempatan menyalurkan b ook_ r es u lt & ct = r es u lt & r es nu m
hobi. Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat = 6& ved= 0C D YQ6 AEwBQ# v
dipandu oleh pengurus harian panti maupun =onepage&q&f= false. Tanggal 12 Mei
mahasiswa yang sedang melaksanakan 2010. Jam 06.09 WIB
praktik di Panti Werdha Hargo Dedali Gureje, Oye, et all. (2008). Determinant of
Surabaya. Dengan kegiatan tersebut, para Quality of Life of Elderly Nigerians:
lanjut usia dapat mengisi hari-harinya di Panti result from the Ibadan Study of
Werdha Hargo Dedali Surabaya dengan lebih Ageing. http://ukpmc.ac.uk/classic/
berkualitas. articlerender.cgi?accid=PMC2820711.
Tanggal 23 Mei 2010. Jam 10.23 WIB.
DAFTAR PUSTAKA Hoyer, William J., Paul A. Roodin. (2003).
Adult Development and Aging, 5th
Bonomi, Amy E., dkk. (2000). Validation of
edition. New York: Mc Graw and Hill.
The United States’ Version of The World
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi
Health Organization Quality of Life Perkembangan: Suatu Pendekatan
(WHOQOL) Instrument. Journal of
Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi
Clinical Epidemiology 53. Page: 1-2,
Kelima (Ter jemahan). Jakarta:
11. Erlangga. Hal: 10, 381, 386-402, 397, 398

130 Juli 2012: 120 - 132


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

Hwang, Hei-Fen. (2003). Suitability of The Renwick, R., dan Brown, I. (1996). Quality
WHOQOL-BREF For Community- of Life in Health Promotion and
Dwelling Older People In Taiwan. Rehabilitation. California: Sage
Journal of Age and Ageing Vol.32. Publication, Inc. Page: 6, 295.
Page: 595 Renwick, R., dan Brown, I. (2000). Quality
Kimura, Miako dan Jose Vitor da Silva. 2009. of Life Model. http://www.utoronto.ca/
Ferrans and Powers quality of life qol/profile/adultversion.htm. Tanggal 25
index.http://www.scielo.br/scielo.php? April 2010. Jam 15.06 WIB
pid=S008062342009000500014& Renwick, R., dan Brown, I. (2000). Quality
script= sci_arttext&tlng=en. Tanggal of Life Concepts. http://
29 Mei 2010. Jam 9.02 WIB w w w. u t o r o n t o . c a / q o l / p r o f i l e /
Mangoenprasodjo, A., dan Hidayati, S. R. adultversion.htm. Tanggal 5 Mei 2010.
(2005). Mengisi Hari Tua dengan Jam 20.35 WIB.
Bahagia. Jogjakarta: Pradipta. Hal: 4, Risdianto. (2009). Hubungan Dukungan
8 Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut
Marniyah. (2007). Pengaruh Senam Yoga Usia di Desa Kembang Kuning
Terhadap Peningkatan Kebugaran Cepogo Boyolali. Skripsi Fakultas Ilmu
Pada Lansia di Panti Werdha Hargo Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Dedali Surabaya. Skripsi Fakultas Surakarta. Tidak dipublikasikan
Keperawatan Universitas Airlangga. Sharir, dkk. (2007). Social Support and
Tidak dipublikasikan. Quality of Life Among Psychiatric
Nenk. (2010). Masalah Kesehatan Jiwa Patients in Residential Homes.
pada Lanjut Usia. http://www.e- International Journal of
p s i k o l o g i . c o m/ e p s i / Psychosocial Rehabilitation. Page:
lanjutusia_detail.asp?id=182. Tanggal 14 http://www.psychosocial.com/IJPR_11/
April 2010. Jam 20.43 WIB Social_Support_and_QOL_Sharir.html.
Nuran. (2009). Quality of Life of Elderly Tanggal 15 Mei 2010. Jam 17.25 WIB
People Aged 65 Years and Over Living Titisari Raharjo. 2008. Hubungan
at Home in Sivas, Turkey. Turkish Dukungan Sosial dengan Kualitas
Journal of Geratrics. Page: 182 Hidup pada Lanjut Usia. Skripsi
Rahmania. (2008). Pengaruh Olah Raga Fakultas Psikologi, Universitas
Senam Lansia Terhadap Tingkat Airlangga. Tidak dipublikasikan
Depresi Pada Usia Lanjut di Panti World Health Organization. (2010). WHO
Werdha Hargo Dedali Surabaya. Quality of Life-BREF (WHOQOL-
Skripsi Fakultas Keperawatan BREF). http://www.who.int/
Universitas Airlangga. Tidak substa nce_abuse/ r esear ch_t ools/
dipublikasikan. whoqolbref/en/. Tanggal 31 Mei 2010.
Rapley, Mark. (2003). Quality of Life Jam 23.58 WIB.
Research: a critical introduction. World Health Organization. (2004). The
London: Sage Publications. Page: 53, World Health Organization Quality of
54, 92-94, 180-181, 235, 236, 238-242, Life (WHOQOL)-BREF. http://
244-248 ww w. w ho. int / s u b s t a nc e_ a b u s e/
Ratna. (2008). Pengaruh Faktor-Faktor r e s e a r c h _ t o o l s / e n /
Kesehatan, Ekonomi, dan Hubungan indonesian_whoqol.pdf. Tanggal 31 Mei
Sosial Terhadap Kemandirian Orang 2010. Jam 15.04 WIB
Lanjut Usia. http://www.damandiri. World Health Organization. (2000).
or.id/file/ ratna suhartini unair bab1 .pdf. Workbook 1: Planning Evaluation.
Tanggal 21 April 2010. Jam 09.08 WIB http://whqlibdoc.who.int/hq/2000/

Kualitas Hidup Lanjut Usia 131


Anis Ika Nur Rohmah1, Purwaningsih2, Khoridatul Bariyah3 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

WHO_MSD_MSB_00.2b.pdf. Tanggal
31 Mei 2010. Jam 23.52 WIB
World Health Organization. (1998).
Programme on Mental Health:
WHOQOL User Manual. http://
www.who.int/mental_health/evidence/
who_qol_user_manual_98.pdf. Tanggal
31 Mei 2010. Jam 23.45 WIB
World Health Organization. (1996).
WHOQOL-BREF: Introduction,
Administration, Scoring, and Generic
Version of The Assessment. http://
www.who.int/mental_health/media/en/
76.pdf. Tanggal 21 Mei 2010. Jam 16.47
WIB.
Yanta Mahareza. (2008). Perbedaan
Kualitas Hidup Lanjut Usia yang
Tinggal di Panti Werdha dan yang
Tinggal Bersama Keluarga. Skripsi
Fakultas Psikologi, Universitas
Airlangga. Tidak dipublikasikan.

132 Juli 2012: 120 - 132

Anda mungkin juga menyukai