Anda di halaman 1dari 4

27

BAB III
ANALISIS KASUS

“ G5P3A1, 44 tahun”

Prevalensi terjadinya molahidatidosa dijumpai lebih sering pada usia


reproduktif (15-45 tahun) dan pada multipara, jadi dengan meningkatnya paritas
kemungkinan menderita mola akan lebih besar. Prevalensi mola hidatidosa lebih
tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negera
Barat.

“ pasien mengaku hamil datang dengan keluhan utama keluar darah dari
jalan lahir sejak ± 5 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS), disertai keluarnya
jaringan, perut terasa mulas.HPHT pasien lupa. Menurut pengakuan pasien, 3
bulan yang lalu pasien mengalami menstruasi/keluar darah dari jalan lahir
banyak tidak seperti biasanya, dilalukan test pack hasilnya (+)”

Pada kasus molahidatidosa biasanya terjadi pada minggu ke 14 – 16.


Terdapat tanda-tanda kehamilan seperti mual dan muntah. Jika dilakukan tes βh-
CG urin (test pack) didapatkan hasil positif (+). Dapat didapatkan juga ukuran
rahim lebih besar dari kehamilan biasa. Pembesaran rahim yang terkadang diikuti
perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti
anggur. Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang
membentuk plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi
memberikan nutrisi untuk janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan
berkembang menjadi suatu masa yang abnormal sehingga tidak dapat berfungsi
secar normal. Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik
sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu.
Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi hCG,
tirotrofin korionik dan progestron.
28

“ Pasien menikah pada tahun 1995, mempunyai 3 orang anak. Pasien


merupakan seorang ibu rumah tangga, pekerjaan suami wiraswasta sebagai
pedagang bakso dan mie ayam. Pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah
Atas (SMA), sehari-hari pasien tidak bekerja “

Molahidatidosa merupakan kondisi dimana kemahilan yang berkembang


tidak wajar dimana vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas. Vili
korionik tumbuh berganda berupa gelembung – gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai seperti anggur. Penyakit ini
disebabkan oleh adanya gangguan genetik, ditambah dengan beberapa faktor
resiko seperti faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan., imunoselektif dari sel trofoblast, keadaan sosioekonomi
yang rendah, paritas tinggi, defisiensi vitamin A, kekurangan protein dan infeksi
virus dan factor kromosom yang belum jelas. Gangguan genetik ini dimana terjadi
pembuahan antara sel telur yang kosong oleh sperma haploid (23 X), yang
kemudian berduplikasi untuk memulihkan komplemen kromosom diploid (46
XX) dan kadang oleh sperma triploid, sering 69 XXY.

“ Dari pemeriksaan fisik abdomen didapatkan Inspeksi Simetris, datar.


Palpasi Nyeri tekan suprasimfisis (+), TFU teraba sedikit. Pada pemeriksaan
genitalia tampak keluar darah dan jaringan dari introitus vagina “
29

Pada molahidatidosa dapat didapatkan juga ukuran rahim lebih besar dari
kehamilan biasa. Pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan
bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur.

“ Pemeriksaan laboratorium dijumpai anemia dgn hasil 8.1 gr/dl “

Hal ini disebabkan oleh adanya perdadarah yang dialami pasien selama 3
bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit seperti menstruasi. Perdarahan uterus
merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari spoting sampai
perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum abortus
atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu
atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering
dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.

“ Pasien dirawat inap selama 5 hari di rumah sakit, diberikan terapi


cairan infus RL 16 tetes permenit (tpm), Transfusi Packed Red Cell (PRC) 2 labu”

Pasien ini mendapatkan transfusi PRC untuk mengatasi anemia yang


dideritanya. Dalam PRC yang bervolume 150 – 250 ml terdapat eritrosit dengan
jumlah plasma yang minimal, HB + 20g/100dl hematokrit 70-80%. PRC diberikan
pada pasien anemia tanpa penurunan volume darah . Dengan 250 ml PRC akan
diperoleh kenaikan Hb sekitar ± 0,5 g/dl.

“ Pada Tanggal 28/8/2016 dilakukan histerktomi total dan mendapat


terapi RL / 8 jam, terpasang foloy chateter urine 200 cc, terpasang PRC labu III.
Instruksi pasca bedah mendapat pengobatan ceftriaxone 3 x 1 gr iv (2 hari ),
metronidazole 3 x 500 mg drip (2 hari ), Kaltrofen supp 2 x 100 mg (2 hari), as.
Traneksamat 3 x 500 mg iv (1 hari), jaringan di PA kan “

Pada pasien ini dilakukan histeriktomi total karena sudah resiko tinggi
dengan usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih.
30

Pada pasien mendapat kombinasi antibiotik berupa ceftriaxone dan


metronidazole. Ceftriaxone merupakan generasi ketiga dari golongan tefalosporin.
Memiliki aktifitas broad spektrum yang luas terhadap kuman gram negatif dan
gram positif. Ceftriaxone bekerja dengan menghambat sintesa dinding sel bakteri,
melalui reaksi asilasi pada enzim transpedtidase pada ikatan membran.
Metronidazole sensitif terhadap bakteri anaerob cara kerjanya dengan
menghambat transkripsi dan replikasi bakteri.
Kaltrofen diberikan untuk mengurangi nyeri pasca operasi. Merupakan
anti-inflamasi non-steroid (AINS) dengan daya analgesik, anti-inflamasi dan
antipiretik. Bekerja menghambat sintesa prostaglandin. Asam traneksamat
diberikan untuk mneghentikan perdarahan pasca operasi. Asam traneksamat
bekerja dengan cara memblok ikatan plasminogen dan plasmin terhadap fibrin ,
inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas pada tingkat tertentu. Asam
traneksamat secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen (melalui
mengikat domain kringle), sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi
plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi pembekuan fibrin, fibrinogen,
dan protein plasma lainnya, termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII. Asam
traneksamat juga langsung menghambat aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih
tinggi diperlukan daripada yang dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan
plasmin.

“ Hari ke 5 pasien diijinkan pulang esok hari “

Anda mungkin juga menyukai