Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rencana Bendungan Bener berada di Sungai Bogowonto, yang masuk ke


wilayah administrasi Kabupaten Purworejo. Bendungan ini difungsikan untuk
keperluan irigasi, penyediaan air baku dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo dirancang untuk mencukupi kebutuhan
air Dareah Irigasi Guntur, Daerah Irigasi Loning Kragilan, Daerah Irigasi
Bandung Sudagaran, Daerah Irigasi Kedungputri, Daerah Irigasi Siwantu, dan
Daerah Irigasi Boro. Luas DAS Bogowonto 605,91 km2 dengan potensi air yang
tersedia sebesar 9694,56 lt/dt.

Gambar 1.1 DAS Bogowonto

Perencanaan bangunan pelimpah dari Bendungan Bener mempunyai


tingkat resiko dan biaya investasi yang tinggi, sehingga menuntut ketelitian dan
kajian yang mendalam. Oleh karena itu, perencanaan bendungan ini dipandang
perlu mengadakan pengujian terhadap dimensi-dimensi bangunan yang telah

1
direncanakan dalam bentuk uji model fisik untuk peninjauan bangunan dari segi
hidraulik, sehingga didapatkan keyakinan akan keberhasilan dan keamanan
desain.
Model hidraulik fisik dipilih apabila pemodelan dengan model matematik
sulit dilakukan karena kesulitan dalam merumuskan kondisi fisik yang ada ke
dalam formulasi matematik akibat kompleksnya kondisi fisik yang dihadapi. Hasil
dari uji model fisik yang diperoleh diperlukan untuk memberi masukan-masukan
pada hasil rancangan bendungan, terutama unjuk kerja bangunan pelimpahnya.
Dengan demikian maka diharapkan kesempurnaan hasil rancangan dari segi
hidraulik dapat dicapai.
Untuk memperoleh desain yang memenuhi kondisi hidraulik, dilakukan
pengujian terhadap original design sebagai model seri 0 yaitu yang dibuat sesuai
desain dari konsultan perencanaan. Model seri 0 dimaksudkan untuk mengetahui
fenomena hidraulik pada bangunan dengan berbagai debit operasi. Dari pengujian
original design, diperoleh hasil yang kurang baik. Permasalahan yang terjadi
adalah kondisi aliran dibelokkan oleh dinding vertikal di depan pelimpah sehingga
aliran di saluran transisi terdistribusi kurang merata yang menyebakan cross flow
di saluran peluncur. Berdasarkan hasil pengukuran original design, selanjutnya
dilakukan pengembangan pengujian. Pengujian ini dimaksudkan untuk mencari
solusi dari permasalahan yang terjadi pada original design yang nantinya akan
digunakan sebagai acuan final design. Dalam penelitian ini, dilakukan
pengembangan pengujian terhadap original design dengan melakukan modifikasi
pada saluran transisi dengan penempatan baffle block pada bagian hilir saluran
transisi.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi cross flow pada saluran
peluncur dengan menempatkan baffle block pada akhir saluran transisi sehingga
aliran bisa terdistribusi lebih merata ketika memasuki saluran peluncur.

2
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan
secara umum terutama dalam merencanakan sebuah bendungan yang berkaitan
dengan munculnya cross flow pada saluran peluncur bendungan dalam upaya
penanganannya secara hidraulis yang nantinya akan dijadikan sebagai
pertimbangan dalam perencanaan bendungan.

1.4 Batasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan batasan-batasan sebagai berikut :


1. Penelitian dilakukan untuk melihat perilaku cross flow pada saluran peluncur.
2. Pengujian dilakukan hanya pada salah satu debit yang menyebabkan cross
flow, yaitu : Q = 0,005350 m3/s , setara dengan debit prototip Q50th.
3. Pengambilan data pembacaan kedalaman aliran dilakukan dengan pembagian
grid tidak teratur (jarak antar titik pengukuran tidak konstan).

Anda mungkin juga menyukai