Skripsi
Oleh :
EKA PUJI PRATIWI
NPM 13310113
i
ii
iii
Motto
“Don’t Give Up On Things When You Think You Can Fight For it.
It’s Difficult To Wait But It’s More Difficult To Regret, Always Try
and Be Patient To Get What You Want”
iv
PERSEMBAHAN
Denagn ridho Allah Swt, kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan rasa
Ayahanda tercinta H. Sukiman S.H dan Ibundaku tercinta Hj. Ayuna Arisandi
S.Pd M.Si, lewat doa restu dan dukungan dari beliau berdua anakmu ini dapat
Teruntuk adik kandungku yang sangat kusayangi Daffa Dwi Prasetyo serta adik
sepupuku Alvionita Destavia dan Rhaditya Al-Faroq serta keluargaku dan orang
tua ke duaku Syofan Oktavian dan Melda Sari terimakasih sudah memberikan
Dosen pembimbingku dr. Eka Silvia M.Kes, dr.Fitri Septrianingsih serta dr.
Resati Nando Panonsih, MSc, Sp.KK selaku pembimbing I, II dan Penguji, serta
kesabaran dalam membimbing dan memberikan saran sehingga skripsi ini dapat
Teman-temanku yang luar biasa yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri..
Dwi Ruth Rahayu Manurung, Anissa Metha Puspa Dyra, MG. Rizky Ayu, Irna
Anggraini, Intan Anggriani Yulissa, Riska O, Elvin Yufira, Dony Kadafi, Fadilah
Wanda, Fajri Okta, Eka Mura, Hudli Bambang, Sutandi serta 603ku tercinta
terkasih sayangku Dian Febiola, Shyntia NK, Sasqia Aulia, Febi Fahri, Yasmin
kusebutkan satu persatu. Kisah berama kalian adalah hal yg takbisa tergantikan.
With love
v
BIODATA PENULIS
NPM : 13310113
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
vi
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, 20 September 2017
ABSTRAK
Latar belakang :Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel
pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang
khas. Antibiotik digunakan sebagai terapi yang efektif dalam menyembuhkan
akne vulgaris. Antibiotik bekerja sebagai bakterisidal ataupun bakteriostatik
terhadap koloni propionibacterium acnes.
Tujuan penelitian : Mengetahui adanya pengaruh penggunaan antibiotik oral
clindamycin yang tidak adekuat terhadap kesembuhan pasien akne vulgaris di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Metode penelitian : Dilakukan secara analitik observasional dengan pendekatan
retrospektif. Penelitian dilakukan di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada bulan Juli 2017. Sampel pada penelitian
ini diambil secara purposive sampling berjumlah 50 responden dari data rekam
medik berdasarkan kriteria inklusi. Data dikumpulkan dan dilakukan uji analisis
menggunakan uji chi square dengan menggunakan program komputer statistik.
Hasil : Responden rata – rata berusia 22.5 tahun dengan sebagian besar berjenis
kelamin perempuan (70%). Responden yang menggunakan antibiotik secara
adekuat sebanyak 76% dan yang tidak 12%. Sebagian besar responden mengalami
perbaikan setelah diberikan terapi (78%). Hasil analisis bivariat menunjukan ada
pengaruh signifikan penggunaan antibiotik oral doksisiklin terhadap kesembuhan
pasien akne vulgaris di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
(p=0,033).
Kesimpulan : Penggunaan antibiotik oral clindamycin yang adekuat dapat
meningkatkan kesembuhan akne vulgaris.
vii
GENERAL MEDICINE STUDY PROGRAM
FACULTY OF MEDICINE OF MALAHAYATI UNIVERSITY
Undergraduate Thesis, September 2017
ABSTRACT
viii
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Oral Clindamycin Yang Tidak Adekuat Terhadap Kesembuhan Akne
Vulgaris Pada Pasien Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung”.
Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka
dengan selesainya proposal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
xi
semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para
pembaca sekalian, Amin.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiii
2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko ................................................... 8
2.1.4 Klasifikasi ............................................................................. 12
2.1.5 Patogenesis ........................................................................... 14
2.1.6 Diagnosis .............................................................................. 17
2.1.7 Diagnosis Banding ............................................................... 17
2.1.8 Penatalaksanaan .................................................................... 18
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 46
5.2 Saran ................................................................................................. 47
5.2.1 Bagi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek ......................................... 47
5.2.2 Bagi Institusi Malahayati ......................................................... 47
5.2.3 Responden ................................................................................ 47
5.2.4 Penelitian Selanjutnya ............................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AV : Akne Vulgaris
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Dokumentasi
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
2013). Penyakit ini merupakan penyakit kulit yang sudah dikenal luas dan
sering dikeluhkan. Akne vulgaris bukan penyakit gawat darurat kulit dan tidak
Kejadian akne vulgaris dapat mengenai mulai remaja, dewasa muda dan dapat
Angka kejadian akne vulgaris berkisar 85% terjadi pada usia 14-17 tahun,
pada wanita 16-19 tahun pada laki-laki 19-20 tahun dengan lesi predominan
komedo dan papula. Akne vulgaris sudah timbul pada anak usia 9 tahun
namun puncaknya pada laki-laki terutama usia 17-18 tahun sedangkan wanita
usia 16-17 tahun. Akne vulgaris umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita pada rentang usia 15-44 tahun yaitu 34% pada
laki-laki dan 27% pada wanita (Tjekyan, 2008). Sedangkan pada dewasa akne
vulgaris lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Akne tidak hanya
terbatas pada kalangan remaja saja, 12% pada wanita dan 5% pada pria diusia
25 tahun memiliki akne. Bahkan pada usia 45 tahun, 5% pria dan wanita
2006 dan 80% pada tahun 2007 (Kabau, 2012). Prevalensi di Lampung sendiri
belum banyak data prevalensi yang tersedia, namun di Poliklinik Kulit dan
salah satu dari 10 penyakit kulit yang sering dijumpai (Afriyanti, 2015).
papul, pustula, nodus, atau kista dan dapat disertai rasa gatal. Predileksi Akne
vulgaris terdapat dimuka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
kualitas hidup dari penderita akne vulgaris. Salah satu jenis terapi yang sering
digunakan untuk jerawat derajat sedang dan berat adalah terapi topikal
(Griffths, 2016).
Antibiotik sudah secara luas digunakan sebagai salah satu cara efektif
tidak hanya menurunkan jumlah P. acnes pada kulit, tetapi juga bekerja
al., 2016).
memicu kejadian resistensi pada P. acnes secara luas pada beberapa strain
resistensi P. acnes.
Benzoil peroksida adalah salah satu zat yang dapat digunakan untuk
digunakan untuk akne vulgaris yang aman untuk anak-anak, dewasa dan ibu
hamil. Zat ini telah tersedia dalam bentuk krim, gel, losio, dan pencuci muka,
biasanya digunakan pada konsentrasi 2,5, 5 dan 10%. Benzoil peroksida dapat
digunakan tunggal maupun dalam bentuk kombinasi dan telah banyak beredar
kesembuhan pasien acne vulgaris pada pasien di Poliklinik Kulit dan kelamin
pada pasien di Poliklinik Kulit dan kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung?”
Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung.
5
Provinsi Lampung.
akne vulgaris.
Umum.
Penelitian ini dilakukan di ruang Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
pada bekas luka. Komedo adalah lesi utama jerawat dapat dilihat sebagai
papula datar atau sedikit lebih tinggi dengan pembukaan tengah yang
(James, 2016).
2.1.2 Epidemiologi
dan oleh karena itu merupakan kejadian fisiologis pada kelompok ini.
Meski biasanya dianggap sebagai penyakit usia muda, akne sering kali
survei baru-baru ini, 35% wanita dan 20% pria melaporkan memiliki
jerawat di usia 30-an, sementara 26% wanita dan 12% pria masih
terpengaruh pada usia 40-an tahun. Anak laki-laki dan laki-laki etnis
2012).
Pasien dengan kondisi ini cenderung memiliki jerawat lebih parah yang
Penyebab pasti timbulnya akne vulgaris sampai saat ini belum diketahui
secara jelas. Tetapi sudah pasti disebabkan oleh multifaktorial, baik yang
berasal dari luar (eksogen) maupun dari dalam (endogen) (Kabau, 2012).
a. Genetik
34C/C homozigot Chinese men) dalam sel tubuh manusia yang bisa
b. Hormon Endokrin
Pada 60–70% wanita lesi akne menjadi lebih aktif kurang lebih satu
c. Makanan (Diet)
d. Kosmetik
dan bahan kimia murni (asam oleik, butil stearat, lauril alkohol,
e. Trauma
kulit.
f. Psikis
g. Infeksi
Occupational Acne.
i. Kondisi Kulit
dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati
berpori besar.
keriput, berpigmen.
2.1.4 Klasifikasi
papulopustul
Klasifikasi dari bagian Ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI / RSUPN Dr.
a. Acne Mild (Jerawat Ringan), bila beberapa lesi tidak beradang pada 1
c. Acne Severe (Jerawat Berat), bila banyak lesi tidak beradang pada 1
2.1.5 Patogenesis
sebasea lebih padat dan lebih lekat, sehingga lebih sulit terlepas satu
mudah terjadi. Proses penyumbatan akan lebih cepat bila ada bakteri
yang merupakan tahap awal dari lesi akne yang bisa berkembang
Propionilbacteriurn Acnes.
dan ruptur sehingga isi folikel (lipid dan keratin) masuk ke dalam
2.1.6 Diagnosis
2016).
Tabel 2.2 Tabel diagnosa banding pada Akne Vulgaris (Bolognia, 2012)
Diagnosa Banding Acne
Akne Komedo
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Medika mentosa
inflamasi.
1. Pengobatan topikal
lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas
Antibiotik oral
Terapi hormon
2. Pengobatan sistemik
3. Bedah kulit
yang berbenjol, bedah beku dengan bubur CO2 beku atau N2 cair
pemencetan lesi yang tidak lege artis yang dapat memperberat lesi
2.2 Clindamycin
2.2.1 Definisi
(Heba, 2015).
2.2.3 Indikasi
2014).
2.2.4 Dosis
jam pada individu normal, dan meningkat hingga 6 jam pada penderita
(Katzung, 2014).
ini serta metabolitnya yang juga aktif diekskresi dalam empedu dan
kadar puncak 2-3 mcg/ml dicapai dalam 1 jam setelah pemberian 150
2.2.6 Kontraindikasi
(Katzung, 2014).
Efek samping yang umum terjadi seperti diare, mual, dan ruam pada
(Katzung, 2014).
2008).
Perawatan wajah dengan obat ini akan memberikan hasil efektif bila
atau dua kali sehari (James, 2016). Benzoil peroksida tersedia dalam
bentuk sabun, losio, krim, dan gel tersedia dalam konsenstrasi 2.5%
Akne 1. Genetik
vulga 2. Hormon
ris 3. Endokrin
4. Diet
1. Hiperproduksi 5. Lingkungan
sebum 6. Psikis
2. Hiperkeratinisasi 7. Kosmetik
duktus 8. Trauma
pilosebaseous 9. Infeksi
3. Infeksi P acnes 10. Kondisi kulit
4. Inflamasi
Kesembuhan
akne
vulgaris
Gambar 2.2 Kerangka Teori (Goldsmtih, 2012; Griffiths, 2016;
Katzung, 2014)
2.5 Hipotesis
Lampung.
Lampung.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
saat ini, sedangkan variabel bebas dilihat berdasarkan riwayat penyakit masa
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
1. Variabel terikat
2. Variabel bebas
clindamycin.
2. Scoring
Tahapan ini dilakukan guna memberi skor pada setiap hasil pengukuran
dari responden, dalam hal ini tidak ada pedoman baku untuk scoring
3. Coding
4. Processing
5. Cleaning
komputer.
33
Mengurus Perizinan
Pengumpulan DataSekunder
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
menggunakan uji bivariat dengan uji Chi Square. Pengujian ini dengan
0,05 yang berarti ada pengaruh yang bermakna antara kedua variabel.
Jika p-value > 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang bermakna antara
kedua variabel.
35
BAB IV
pengambilan data penelitian pada bulan Juni 2017 berdasarkan rekam medik
pasien akne vulgaris yang berobat di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr.
adalah 22,5 tahun dan 50% berusia 22,5 tahun ke bawah dan 50%
berusia 22,5 tahun ke atas. Tingkat variasi umur 4,239 dengan usia
36
lama hari adalah 22,88 hari dan 50% lama pemakaian selama 23 hari ke
bawah dan 50% selama 23 hari ke atas. Tingkat variasi lama pemakaian
Vulgaris
Tabel 4.5. Hasil uji chi kuadrat pengaruh penggunaan antibiotik oral
clindamycin yang tidak adekuat terhadap kesembuhan pasien
akne vulgaris di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek
Penggunaan Kesembuhan akne vulgaris
Total P-Value
atibioti Sembuh Perbaikan Tetap
k N (%) N (%) N (%) N (%)
Adekuat 4 (10,5) 32 (84,2) 2 (5,3) 38 (100)
Tidak 1 (8,3) 7 (58,6) 4 (33,3) 12 (100)
0,033
adekuat
Total 5 (10) 39 (78) 6 (12) 50 (100)
(33,3%) tetap. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,033 < nilai α =
4.2 Pembahasan
folikel pilosebasea, ditandai dengan komedo, papula, pustula, nodul dan pada
Pada hasil penelitian diketahui bahwa usia responden rata – rata dan usia
median adalah 22,5 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori
yang ada. Akne vulgaris umumnya muncul pada usia pubertas dan umumnya
dewasa berusia > 25 tahun dengan derajat akne vulgaris sedang sampai berat
selama 12 minggu.
munculnya komedo. Keberadaan akne pada pada periode ini dipengaruhi oleh
wajah dan punggung pada wanita antara usia 26 sampai 44 tahun (Zaenglein,
2012).
Akne vulgaris sebagian besar dapat berkurang pada dekade ketiga, namun
pada 20% remaja dapat memiliki akne yang bertahan sampai dewasa dengan
mayoritas terjadi pada wanita. Prevalensi akne vulgaris pada usia dewasa
terjadi dapat disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat pada masa
remaja atau pada akhir onset penyakit (Gold, 2015). Pemikiran sejak lama
diketahui bahwa kondisi peradangan pada wajah dan rahang bawah pada
wanita dewasa dipicu oleh lesi inflamasi dan distribusi komedo pada masa
secara adekuat sebesar 38 responden atau 76% dan yang tidak adekuat
secara teratur dan sesuai dosis dianggap sudah sebagai terapi yang adekuat.
dan akan memberikan hasil terapi terbaik pada waktu pemakaian selama 12
Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,033 < nilai α = 0,05 artinya dapat
akne vulgaris di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
terdapat penurunan jumlah lesi akne vulgaris secara bermakna (p=0,001) pada
minggu.
antibiotik yang bekerja dengan target pada ribosom bakteri subunit 50s dan
2015). Selain memiliki efek anti bakteri, clindamycin juga memiliki efek anti
fagositosis, opsonisasi dan respon inflamasi yang lebih baik (Del Rosso,
besar dalam pengobatan akne vulgaris, obat ini jarang digunakan sebagai
(Leyden, 2007)
merupakan salah satu topical drug of choice dalam pengobatan akne vulgaris
mengatakan bahwa uji klinik gel benzoil peroksida lebih cepat menurunkan
yang menggunakan clindamycin oral sedikit, data dalam rekam medik yang
rekam medik sehingga sulit menilai responden yang drop out dalam
penelitian. Penelitian ini juga sulit dalam menilai apakah terapi antibiotik oral
topikal.
45
BAB V
A. Simpulan
kesimpulan:
perempuan (35%) dan memiliki derajat akne sedang (60%) dengan rerata
perbaikan (78%).
(p=0,033).
46
B. Saran
penelitian ini terhadap peserta didik dalam ilmu penyakit kulit dan
3. Penelitian selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Bienenfeld, A., Nagler, A.R., Orlow, S.J. (2017). Oral Antibacterial Therapy for
Acne Vulgaris- An Evidence Based Review. Am J Clin Dermatol. DOI
BPOM RI. (2009). Bahan Kosmetik Sebagai Anti Acne. Naturakos, 4(10), hal. 1–
12.
Cuncliffe, W. J., Perera, D. H., Thackeray, P., Williams, M., Froster, R. A.,
Williams, S. M.(2007). Pilosebaceuous Duct Physiology, Observation on the
Number and Size of Pilosebaceuous Ducts in Acne Vulgaris. But J Dermatol.
95(4): 153-155.
Djuanda, P. D. dr. A., Hamzah, dr. M., & Aisah, P. D. dr. S. (2010). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin . Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 165-169
Fulton, James Jr. (2010). Acne Vulgaris. Jakarta : Elseiver Saunders. 8-15.
Goh CL, Abad-Casintahan F, Aw DC, Baba R, Chan LC, HungNT, et al. (2015).
South-East Asia Study Alliance Guidelines on TheManagement of Acne
Vulgaris in South-East Asian Patients. J Dermatol. 42(10):945–53.
Griffiths, C., Barker, J., Bleiker, T., Chalmer, R., Creamer, D. (2016). Rook`s
Textbook of Dermatology Ninth Edition Volume 2. United Kingdom: Willey-
Blackwell Publication.
Hanna, S., Sharma, J., & Klotz, J. (2003). Acne vulgaris: More than skin deep.
Dermatology Online Journal, 9(3), 8. Retrieved from
http://escholarship.org/uc/item/0t2870v9#
Leccia, M.T., Auffret, N., Poli, F., Claudel, J.P., Corvec, S., Dreno, B. (2015).
Topical Acne Treatments in Europe and The Issue of Antimicrobial
Resistance. J Eur Acad Dermatol Venereol. 29:1485–1492.
Leyden, J.J., Del Rosso, J.Q., Webster, G.F. (2007). Clinical Considerations in the
Treatment of Acne Vulgaris and Other Inflammatory Skin Disorders: Focus
on Antibiotic Resistance. Cutis. 79:9–25.
Maryawati, A. (2006). Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat Benzoil
Peroksida-HPMC. [Skripsi]. Padang: Universitas Andalas.
Ramdani, R., & Sibero, H. T. (2015). Treatment for acne vulgaris, 4, 87–95.
Rimadhani, M., Rahmadewi. (2015). Antibiotik Oral pada Pasien Akne Vulgaris:
Penelitian Restrospektif. Berkala Ilmu kesehatan Kulit dan Kelamin. 27(2):
84-89.
Siregar, R. (2013). Saripati Penyakit Kulit. (D. H. Hartanto, Ed.) (Edition 2).
Jakarta: EGC.
Tanghetti, E. A., Kawata, A. K., Daniels, Sr, et al. (2014). Understanding the
Burden of Adult Female Acne. J Clin Aesthet Dermatol.7: 22–30.
Thiboutot D. M., et al. (2009). New Insights into the Management of Acne: an
Update from the Global Alliance to Improve Outcomes in Acne Group.J Am
Acad Dermatol. 10.1016/j.jaad.2009.01.019
Zaenglein, A. L., Graber, E. M., Thiboutot, D.M. (2012). Acne Vulgaris dan
Acneiform Eruption. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, Wolff K eds. Fitzpatrick`s Dermatology In General Medicine
Eight Edition. New York : McGraw Hill. Pp. 897-917.