TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
perasaan gelisah dan aktifasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap
samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi yang
fisik dan sistem diri. Ansietas memiliki dua aspek, yaitu aspek sehat dan
8
seseorang. Dua aspek dalam ansietas ini tergantung pada tingkat ansietas,
lama ansietas dan koping yang dimiliki individu dalam menghadapi ansietas
(Suliswati, 2005).
2. Teori Kecemasan
antara lain:
c. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala sesuatu
menghindari kepedihan.
9
d. Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi
3. Neurofisiologi Kecemasan
sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas
selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur utama stress, yaitu sistem endokrin
maka hormon ini akan mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk
10
Selain itu, umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus bagian
Thirotropic Hormone (TTH). TTH ini akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk
Mekanisme kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem saraf otonom.
dan norepinefrin ke dalam darah, untuk kemudian kedua hormon ini dibawa
dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan mengakibatkan
11
normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan kembali respons
simpatis.
4. Etiologi
kecemasannya.
12
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
menghasilkan kecemasan.
harga diri.
budaya.
13
a. Potensi Stressor
b. Maturitas
d. Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera atau operasi akan
e. Tipe Kepribadian.
14
mudah tersinggung, serta otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan
dia tempati.
g. Usia
h. Jenis kelamin
adalah dua banding satu. Perempuan akan lebih mudah cemas dikarenakan
berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling
adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan
15
dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang
7. Tingkat Kecemasan
pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal
16
d. Panik: individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena
8. Gejala
a. Respon fisiologis:
rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun dan denyut nadi
menurun.
nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, dan diare.
17
b. Respon prilaku: gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang
hiperventilasi.
kematian.
dan gelisah.
diukur secara visual dengan pembagian menurut skala kecemasan itu sendiri
memuntir rambut)
6) Tidak bisa tidur
b. Kecemasan sedang dengan gejala :
1) Persepsi menurun, kurang perhatian pada hal tertentu tetapi dapat
mengarahkan perhatian
18
2) Sedikit lebih sulit berkosentrasi, belajar membutuhkan lebih banyak
usaha
3) Memandang pengalaman saat ini berdasarkan masa lalu
4) Gagal memahami apa yang terjadi di situasi sekelilingnya; dapat
mengalami kesulitan
5) Perubahan suara atau nada suara
6) Peningkatan frekuensi nafas dan frekuensi jantung
7) Tremor, gemetar
c. Kecemasan berat dengan gejala :
1) Perubahan persepsi, berfokus pada detail yang tersebar, tidak dapat
berkosentrasi
3) Memandang pengalaman saat ini berdasarkan masa lalu; hampir tidak
suatu pemikiran
4) Tidak mampu berfungsi; biasanya aktivitas motorik meningkat atau
apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat ukur yang
dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur
ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi
19
diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti tidak ada
gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan
nilai 4 gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari ke-14
dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu Total nilai (score) < 14
tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan, nilai 21-27 kecemasan
sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan berat.
20
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
4. Gangguan tidur : 0 1 2 3 4
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
21
a. Takikardia (denyut jantung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
10. Gejala respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4
a. Rasa tertekan atau sempit didada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek/sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum atau sesudah makan
e. Rasa penuh dan kembung
f. Mual atau muntah
g. Buang air besar lembek atau konstipasi
12. Gejala urogenital (perkemihan) 0 1 2 3 4
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
13. Gejala autonom 0 1 2 3 4
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
14. Tingkah laku 0 1 2 3 4
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
22
e. Muka tegang
f. Otot tegang/mengeras
1. Pengertian
baru. Post partum adalah masa enam minggu atau 40 hari sejak bayi lahir
Masa masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
2. Masa Nifas
persalinan.
c. Nifas lanjut, terjadi pada 1 minggu sampai dengan 6 mingggu setelah ibu
23
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa nifas untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan infeksi,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Secara psikologi, ibu pasca persalinan akan
tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yag dialami tidak
berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
f. Perawatan payudara.
h. Motivasi cara perawatan diri dan bayi, menyusui serta pesan untuk periksa
a. Perubahan fisiologi
1) Tekanan darah
24
diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera setalah
2005).
2) Denyut nadi
Denyut nadi tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir.
3) Temperatur
4) Invulosio uteri
Pada akhir tahap ke-3 persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira
turun kira-kira 1-2cm setiap 24 jam. Pada hari ke enam post partum
Proses buang air besar dan berkemih pada persalinan normal tidak ada
25
hambatan. Kecuali pada ibu yang takut akan luka episiotomi (Vivian,
2011).
6) Lokia
Darah yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan
sudah berwarna putih biasa dan bening, ini normal dan tandanya sudah
7) Payudara
26
dan ASI dapat dikeluarkan (Vivian, 2011).
8) Sistem Gastrointestinal
9) Sistem endokrin
Jika ibu dilanda kecemasan, akibat yang jelas antara lain hormon
oksitosin ibu tidak akan keluar, sebaliknya jika ibu merasa tenang,
hatinya senang maka hormon oksitosin bisa keluar dan bekerja dengan
(Vivian, 2011).
b. Perubahan Psikologis
27
perubahan hormonal sering disebut sebagai faktor pencetus terjadinya
Distres post partum (Baby Blues), namun ada juga faktor penyebab lain
dalam hidup mereka, itulah paradoks dari baby blues. Gejala-gejala baby
blues meliputi rasa sedih, rasa jengkel, terus gelisah dan kecemasan. Kadar
(Murkoff H, 2009).
Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan
dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta
pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak
28
1) Fase taking in
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus
perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan
sedang meningkat.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini
dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali
29
secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya
batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya
mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress
terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah
1. Pengertian
Air susu ibu (ASI) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI adalah satu jenis
kekebalan tubuh, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
2. Fisiologi Laktasi
Proses laktasi dimulai saat persalinan, yaitu ketika hormon estrogen dan
30
Proses menyusui secara penuh tidak segera terjadi setelah persalinan.
Selama dua atau tiga hari pertama sesudah melahirkan dikeluarkan kolostrum
cepat sekresi ASI, yang umumnya mencapai puncak pada akhir minggu
(primipara), hal ini baru terjadi pada minggu ketiga atau lebih. Oleh sebab itu
dua atau tiga minggu pertama merupakan periode perkenalan yang dilanjutkan
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks.
bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada
bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks pada ibu yang akan
menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula
darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi
mengisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula
ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar, sehingga makin sering isapan bayi,
makin banyak produksi ASI. Sebaliknya, jika berkurang isapan bayi maka
31
produksi ASI semakin kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme “supply
and demand”.
b. Refleks oksitosin (refleks pengaliran atau pelepasan ASI / let down reflex)
dari sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI
ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut
Hal penting adalah bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila
Ia harus dibantu refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi
perasaan dan sensasi seorang ibu sangat memengaruhi refleks ini. Perasaan
32
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah
2008).
3. Produksi ASI
kelenjar pembuat ASI mulai memproduksi ASI. Apabila tidak ada kelainan,
pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari
dan jumlah akan terus bertambah sehingga mencapai 400-450 ml pada waktu
biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusui selama 5 menit untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi.
Setelah produksi ASI cukup bayi dapat menyusu selama 10-15 menit dan
jumlah ASI yang terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml, 5 menit
bayi adalah tanpa jadwal (on demand) karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak
teratur, tetapi selanjutnya akan memiliki pola tertentu yang dilakukan dengan
dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi, dan
33
ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara setelah melahirkan (4-7 hari) dengan volume 150-300 ml/hari. ASI
transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana
kadar lemak, laktosa dan protein lebih tinggi sedangkan mineral lebih rendah.
Untuk menilai produksi ASI dapat merujuk pada volume ASI yang
ke bayi. Banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan diminum oleh
disusui payudara ibu terasa tegang, ASI yang banyak dapat keluar dari puting
dengan sendirinya, sedangkan ASI yang kurang dapat dilihat saat stimulasi
pengeluaran ASI dan ASI yang keluar hanya sedikit, bayi baru lahir yang
cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali,
warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur
Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi
adalah karakteristik dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan
BAB yang berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan
34
mekonium, BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion
Pola eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan. Bayi
yang meminum ASI, umumnya pola BAB-nya 2-5 kali perhari. BAB yang
dihasilkan adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak
terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola
BAB-nya hanya 1 kali sehari dan BAB berwarna putih pucat (Lawrence A.,
2012).
Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu:
Dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan
disebut juga dengan back to nature karena caranya sederhana, lebih mudah,
wadah bersih yang siap pakai untuk mengumpulkan ASI dan menempatkan
tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola untuk melakukan
hormon mengalir. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk.
Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk
Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat
tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat
35
payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara
b. Pemompa ASI
Cara menampung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif
mahal. Ada cara lain yang lebih terjangkau yaitu piston atau pompa
berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga
bulb. Bentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan oleh banyak ahli ASI.
hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga
4. Pengeluaran ASI
ibu, ketika ibu menyusui harus dalam kondisi tenang dan tidak stres. Berbagai
susu, puting lecet, payudara bengkak, dan ASI kurang. Selain itu ada juga
36
hormon oksitosin yang sering disebut sebagi hormon kasih sayang, sebab
kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa aman,
pengaruhnya terhadap proses menyusui dan produksi ASI. Perasaan stres dan
fisik dan mental yang baik dari ibu dan memahami manajemen laktasi hingga
ibu benar-benar termotivasi untuk menyusui, (2) isapan segera bayi baru lahir
dapat segera merangsang refleks produksi ASI dan pengeluaran ASI, (3) rawat
sesering mungkin untuk meningkatkan produksi ASI (on deman feeding) dan
bukan dijadwal (scheduled), (4) perawatan puting susu semasa hamil mulai
kali menyusui penting dilakukan agar produksi ASI tetap lancar, (6) keadaan
W., 2009).
faktor psikis dan isapan bayi. Apabila ibu makan secara teratur dan cukup
kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Kejiwaan ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
37
volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Isapan bayi juga akan
dan progesteron yang masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon
Pada Hari pertama, bayi cukup di susukan selama 10-15 menit, untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi.
sebagai patokan untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak (Kodrat L.,
2010), adalah :
38
d. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4
jam.
rewel dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat
pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia
0-5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat
badan bayi akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam
menyusui banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi
umum, ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama
setelah bayi lahir, meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap
sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui
sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif
untuk menyusu terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit
payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh
39