Abstract:
Act is an essential instrument in the rule of law. As the basic for governmental regulation,
the accuracy and legality of its drafting process should be placed as the main concern.
This article examines such models of delegated legislation. In severe legislation product,
some problems regarding the mistaken in the delegation process was still founded. This
article recommends the importancy of limiting substance for each level of regulation to
avoid redundancy. Regulation synchronization is needed in order to avoid inefficiency and
reach the maximum aim of what the regulations made for.
Keywords : Delegation of Regulation, The Impact Delegation of Regulation
Abstrak:
Undang-undang merupakan instrumenn hukum yang utama bagi suaru negara hukum.
Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa substansi juga penting. Sebagai landasan bagi
pelaksanaan pemerintah, ketepatan dan keabsahan prosedur pembentukan undang-undang
dan instrument yang terletak secara hierarkhis di bawah undang-undang haruslah menjadi
fokus utama pemerintah. Artikel ini hendak menganalisis beberapa model peraturan
pendelegasian. Pada beberapa peraturan perundang-undangan ditemukan beberapa
pendelegasian yang kurang tepat. Tulisan ini berkesimpulan bahwa pendelegasian
hendaknya dilakukan secara terperinci dan jelas untuk menghindari arena pilihan yang
dapat mengundang diskresi yang tidak terukur yang pada akhirnya menghasilkan tumpang
tindih aturan.
Kata Kunci : Pendelegasian pengaturan, Akibat hukum pendelegasian pengaturan.
yang memuat perintah apa yang harus dan faktanya, dari 205 perkara yang diputus oleh
tidak boleh dilakukan. Undang-undang Mahkamah Konstitusi dalam kurun 2003-
juga memuat sanksi sebagai pemaksa 2005, sejumlah 150 diantaranya adalah
agar terwujud suatu keteraturan dalam perkara pengujian undang-undang3. Hal
pelaksanaan hak dan kewajiban. ini menandakan masih perlunya perhatian
Undang-undang bagi kehidupan khusus pemerintah dalam menjaga kualitas
berbangsa dan bernegara adalah juga produk hukumnya. Padahal, pengaturan
merupakan implementasi asas legalitas, yang didasarkan pada undang-undang yang
nullum delictum nulla poena sinne praevia diujikan itu, tentu tidak sedikit jumlahnya.
lege poenali dimana seseorang tidak Dapat dibayangkan, bagaimana wajah
dapat dihukum tanpa ada ketentuan yang hukum kita jika dilihat dari wajah produk
mendahului perbuatan yang dilarang itu. hukum yang kita hasilkan.
Selain demi menjamin kepastian hukum, Permasalahan lain yang dapat digali
asas legalitas memiliki dua fungsi lain yakni, dari banyaknya pengajuan uji materiil
sebagai tolok ukur keabsahan tindakan undang-undang adalah banyaknya konflik
penguasa, dan sebagai jaminan perlindungan norma dalam undang-undang itu sendiri,
bagi subjek hukum dalam negara1. bahkan tidak jarang ada pengaturan di bawah
Prof. Siti Sundari Rangkuti dalam undang-undang yang seharusnya bersumber
bukunya juga mengatakan posisi penting pada undang-undang justru muatannya
undang-undang. “Undang-undang bertentangan.
merupakan landasan hukum yang menjadi “…. dalam pertimbangannnya
dasar pelaksanaan dari seluruh kebijakan Mahkamah (Mahkamah Konstitusi-
yang akan dibuat oleh Pemerintah. Legal pen) menyebutkan Undang-undang
policy yang dituangkan dalam undang- nomor 21 tahun 2001 tidak taat asas
undang menjadi sebuah sarana rekayasa (inkonsisten) dan bersifat mendua
sosial yang memuat kebijaksanaan (ambivalen). Inkonsistensi dan
yang hendak dicapai pemerintah, untuk ambivalensi itu tersebut terlihat
mengarahkan masyarakat menerima nilai- dalam penjelasan umum Undang-
nilai baru”2. undang a quo yang mengakui wilayah
Dengan urgensi yang dimilikinya, provinsi papua barat terdiri atas 12
mestinya pembentukan undang-undang serta kabupaten dan 2 kota………sementara
pengaturan yang bersumber pada undang- itu Undang-undang nomor 21 tahun
undang menjunjung tinggi kecermatan. Pada 2001 tidak menyinggung sedikitpun
keberadaan provinsi Irian Jaya Barat
1
ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), dan Irian Jaya Tengah, padahal kedua
Position Paper Advokasi RUU KUHPSeri#1 Asas Legalitas
Dalam Rancangan KUHP. provinsi itu dibentuk dengan Undang-
2
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan
3
Kebijaksanaan Lingkungan Nasional (edisi ketiga), Ikhtisar Putusan Mahkamah Konstitusi 2003-2008,
Surabaya, Airlangga University Press, 2005, h.12. Jakarta, Sekretariat MK, 2008.
Sukardi dan E. Prajwalita Widiati: Pendelegasian Pengaturan Oleh Undang-Undang 143
Sebagaimana dikutip dari situs derived from two Latin word, legis meaning
parlemen Inggris mengenai pengertian law and latum meaning to make, put or
“delegated legislation”. “Delegated or set. Etymologically, legislation means the
secondary legislation is usually concerned making or the setting of law”.12
with detailed changes to the law made Mengutip pendapat Salmon dan Grey,
under powers from an existing Act of V.D. Mahajan menyatakan “Menurut
Parliament. Statutory instruments form the Salmond, legislasi adalah sumber hukum,
majority of delegated legislation but it can berwujud aturan hukum yang dikeluarkan
also include Rules or Codes of Practice.”11. oleh lembaga yang berwenang. Menurut
Dari dua definisi ini dapat disimpulkan, Gray, legislasi berarti “pernyataan formal
bahwa produk legislasi atau undang-undang dari badan legislative” (According to
tentu saja dibuat oleh lembaga legislative, Salmond: “Legislation is that source of law
namun di luar itu juga diakui adanya aturan which consists in the declaration of legal
hukum yang dibuat selain oleh lembaga rules by a competent authority.” According
legislasi. Aturan hukum yang dibuat oleh to Gray, legislation means “the formal
selain lembaga legislasi ini juga diakui utterances of the legislative organs of the
keberadaannya sebagai bagian dari produk society”.)13
perundang-undangan. Dasar dibentuknya
Menurut Salmond, terdapat dua jenis
aturan selain oleh lembaga legislasi ini
legislasi, yaitu legislasi utama (supreme
berasal dari peraturan yang dibuat oleh
legislation) dan legislasi delegasian
badan legislasi itu sendiri. Siapakah badan
(subordinate legislation). Legislasi utama
selain badan legislasi yang dapat membuat
ditetapkan oleh lembaga pemegang
produk perundang-undangan itu? Ialah
kedaulatan dalam negara14. Legislasi utama
badan eksekutif yang dengan kekuasaan
ini tidak dapat dicabut, dihilangkan atau
pemerintahannya kemudian menjadi
dikontrol oleh lembaga legislatif lain. Di lain
badan paling legitimate untuk mendapat
pihak, legislasi delegasian merupakan produk
pendelegasian pembentukan peraturan.
dari lembaga lain di luar lembaga pemegang
Peraturan yang dibuat itu tidak lain dan
kedaulatan. Keberadaan dan keabsahan dari
tidak bukan ditujukan untuk kepentingan
legislasi delegasian ini tergantung kepada
menerjemahkan lebih rinci produk legislasi
lembaga yang mempunyai wewenang lebih
agar dapat diimplementasikan dalam
tinggi15..
kehidupan bernegara.
Kata ‘legislation’ berasal dari dua kata 12
V.D. Mahan, Op.Cit, h. 178.
13
Ibid
bahasa latin, yaitu ‘legis’ yang berarti hukum 14
Di Indonesia, menurut Pasal 1 ayat (2) UUDNRI
Tahun 1945, kedaulatan ditangan rakyat dilaksanakan
dan ‘latum’ yang berarti membuat. Hal ini menurut Undang-Undang Dasar. Dengan demikian badan
sesuai dengan pernyataan V.D. Mahajan legislasi di Indonesia bukanlah pemegang kedaulatan
utama. Demikian juga MPR bukanlah badan legislasi
sebagai berikut : “The term ‘legislation’ is utama.
15
V.D. Mahayan, Op. Cit, h.179.
www.parliament.uk .
11
Sukardi dan E. Prajwalita Widiati: Pendelegasian Pengaturan Oleh Undang-Undang 147
19
Singapore, Third Edition, Malayan Law Journal, Lihat: Sir William Wade and Christopher Forsyd,
Op. Cit. , h. 840-841.
1997, h. 42. 20
MP Jain, Op. Cit, h. 41
Sukardi dan E. Prajwalita Widiati: Pendelegasian Pengaturan Oleh Undang-Undang 149
selain dalam ketentuan ini, antara undang. Di dalam ketentuan Pasal 31 ayat
lain peraturan yang dikeluarkan oleh (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan menyatakan bahwa Mahkamah Agung
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan menyatakan tidak sah peraturan perundang-
Perwakilan Daerah, Mahkamah undangan di bawah undang-undang atas
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan alasan bertentangan dengan peraturan yang
Pemeriksa Keuangan, Gubernur bank lebih tinggi atau pembentukannya tidak
Indonesia, Menteri, Kepala Bidang, memenuhi ketentuan yang berlaku.
Lembaga, atau Komisi yang setingkat Alasan adanya delegated legislation
yang dibentuk oleh Undang-undang ini memang dibutuhkan sebagai peraturan
atau pemerintah atas perintah undang- pelaksana dari suatu undang-undang.
undang, Dewan Perwakilan Rakyat Namun dasarnya tidak hanya sampai disitu,
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan dalam tulisan Prof. Hermann Punder bahkan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ dibahas cukup komprehensif mengenai
Kota, Bupati/ Walikota, Kepala Desa Democratic Legitimation of Delegated
atau yang setingkat. Legislation. Dalam tulisan ini beliau
Di dalam praktek penyelenggaraan membandingkan delegated legislation di 3
negara di Indonesia, hierarki peraturan negara yakni, Amerika, Inggris dan Jerman.
perundang-undangan sebagaimana diatur Delegated legislation adalah hal yang juga
di dalam ketentuan Pasal 7 UU No.10 demokratis dan mutlak adanya mengingat
Tahun 2004 justru akan menyulitkan, oleh pemerintah yang berkuasa juga merupakan
karenanya tidak akan dapat dilaksanakan pilihan rakyat yang dilaksanakan melalui
secara konsisten. Sebagai contoh, untuk pemilu. Dengan demikian legitimasi yang
membentuk peraturan daerah dalam diberikan kepada pemerintah sebenarnya
rangka pelaksanaan urusan wajib daerah telah cukup kuat sebagai dasar bagi
tidak mungkin harus menunggu keluarnya pemerintah untuk membuat aturan pelaksana
Peraturan Presiden maupun Peraturan dimana itu semua ditujukan untuk mengatur
Pemerintah terlebih dahulu. masyarakat.
Di samping pembagian kekuasaan, Dalam konteks hukum Indonesia,
konstitusi secara umum juga mengatur produk legislasinya adalah undang-undang
tentang hubungan antar kekuasaan. Terkait yang dibuat oleh DPR bersama dengan
dengan tulisan ini, UUDNRI Tahun 1945 Presiden. Kemudian sebagai delegated
mengatur mekanisme hubungan Mahkamah legislation adalah peraturan di bawah
Agung dengan Pemerintah. Pasal 24A undang-undang, dimana diatur dalam
ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 menyatakan konstitusi Indonesia UUD NRI 1945 pasal
bahwa Mahkamah Agung berwenang 5 ayat (2), “Presiden menetapkan peraturan
menguji peraturan perundang-undangan di pemerintah untuk menjalankan undang-
bawah undang-undang terhadap undang- undang sebagaimana mestinya”. Kemudian
Sukardi dan E. Prajwalita Widiati: Pendelegasian Pengaturan Oleh Undang-Undang 151
dengan dasar hubungan antara pemerintah membentuk Perda yang dalam memberikan
pusat dengan pemerintah daerah, pemerintah sanksi dibatasi dengan maksimal 6 bulan
daerah dalam rangka mewujudkan otonomi pidana kurungan dan maksimal denda
dalam kerangka NKRI juga diberikan Rp. 50.000.000,-. Sedangkan delegasi
delegasi untuk membuat peraturan. kewenangan diartikan sebagai pelimpahan
“Pemerintah Daerah berhak menetapkan kewenangan membentuk peraturan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan perundang-undangan yang dilakukan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas oleh peraturan yang lebih tinggi kepada
pembantuan”22. peraturan yang lebih rendah baik dinyatakan
Selanjutnya Prof. Maria Farida dalam dengan tegas maupun tindakan.25 Contohnya
bukunya membahas delegated legislation sebagaimana yang diatur dalam pasal 15
dengan istilah peraturan pelaksana ayat (3) Undang-undang nomor 2 tahun
(verordnung) yang disejajarkan juga 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
dengan aturan otonom (autonome satzung). Indonesia, “Tata cara pelaksanaan ketentuan
Peraturan pelaksana dan peraturan otonom sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf
ini merupakan peraturan-peraturan yang a dan d diatur lebih lanjut dengan Peraturan
terletak di bawah undang-undang yang Pemerintah.”
berfungsi menyelenggarakan ketentuan- Sumber wewenang dalam pembentukan
ketentuan dalam undang-undang23. Pembeda peraturan perundang-undangan ini menjadi
dari peraturan pelaksana (verordnung) penting jika dikaitkan dengan pasal 7 ayat
dan (autonome satzung) terletak pada (1) jis pasal 7 ayat (4), pasal 1 angka 2
sumber wewenangnya. Peraturan pelaksana Undang-undang nomor 10 tahun 2004.
bersumber dari kewenangan delegasi Pada pasal 1 angka 2, yang disebut sebagai
sedangkan peraturan otonom bersumber dari peraturan perundang-undangan adalah
kewenangan atribusi24. Contoh dari atribusi peraturan tertulis yang dibuat oleh pejabat
kewenangan dalam pembentukan peraturan yang berwenang dan mengikat secara
perundang-undangan diantaranya adalah umum. Kemudian di pasal 7 ayat (1) yang
sebagaimana diatur dalam pasal 22 ayat (1) menyebutkan jenis dan hierarkhi peraturan
mengenai kewenangan membentuk Perpu perundang-undangan dikatakan,
yang diberikan kepada Presiden jika terjadi “Jenis dan hierarkhi peraturan perundang-
ihwal kegentingan yang memaksa. Contoh undangan adalah sebagai berikut :
lainnya adalah pasal 136 Undang-undang
a. UUD NRI 1945.
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang memberikan kewenangan b. Undang-undang/Perpu
kepada Pemerintah Daerah untuk c. Peraturan Pemerintah
22
d. Peraturan Presiden
Pasal 18 ayat (6), UUD NRI 1945.
23
Indrati, Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan, e. Peraturan Daerah
Yogyakarta, Kanisius : 2007, h. 55.
24 25
Ibid. Ibid, h. 56.
152 Yuridika: Volume 27 No 2, Mei-Agustus 2012
Pada teorinya setidaknya ada beberapa (1) Retribusi ditetapkan dengan Peraturan
sumber wewenang yang menjadi dasar Daerah.
pembentukan peraturan perundang- (2) Peraturan Daerah tentang Retribusi
undangan. Sumber wewenang tersebut adalah tidak dapat berlaku surut.
Atribusi, Delegasi dan Mandat. Sumber
(3) Peraturan Daerah tentang Retribusi
wewenang yang ketiga yakni mandat, lebih
paling sedikit mengatur ketentuan
sering digunakan dalam konteks perbuatan
mengenai:
hukum pemerintah dalam kaitannya dengan
hukum administrasi. Karena makna mandat a. nama, objek, dan Subjek
26
adalah pelimpahan wewenang dari atasan PM Hadjon, Tentang Wewenang,YURIDIKA,
1997.
Sukardi dan E. Prajwalita Widiati: Pendelegasian Pengaturan Oleh Undang-Undang 153
produk hukum yang ada di bawah PP, perangkat-perangkat yang dapat digunakan
perumusan peraturan DPRD tentang Tatib untuk merancang, menerapkan hingga
harus menunggu PP? menguji suatu aturan hukum. Satu aturan
Berikutnya yang diangkat pada tulisan hukum yang dibuat, kendati ditujukan
ini adalah Pasal 66 Undang-undang Nomor untuk menyelesaikan masalah, tentu tidak
43 Tahun 2009 mengenai arsip statis. mungkin bisa menyentuh semua sisinya
secara menyeluruh. Untuk itulah suatu aturan
(1) Untuk kepentingan tulisan dan
hukum perlu didetailkan dari aturan yang
pengembangan ilmu pengetahuan,
umum hingga aturan yang teknis. Disinilah
kepentingan penyelidikan dan
dibuat jenis dan macam aturan hukum.
penyidikan, arsip sebagaimana
Setiap aturan hukum dibuat berjenjang dan
dimaksud pada ayat (1) dapat diakses
setiap jenjang memiliki materi muatannya
dengan kewenangan kepala lembaga
masing-masing. Dengan adanya aturan yang
kearsipan yang ketentuannya diatur
jelas maka diharapkan dapat menutup arena
dengan peraturan kepala ANRI.
pilihan yang mengakibatkan ketidakjelasan
Sedangkan dalam pasal 67 Ketentuan penerapan hukum.
lebih lanjut mengenai akuisisi, pengolahan, Masalahnya yang kemudian akan
preservasi, dan akses arsip statis timbul adalah ketika ada ketidakselarasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 atau tumpang tindih pengaturan antara
sampai dengan Pasal 66 diatur dengan aturan hukum yang lebih rendah terhadap
peraturan pemerintah. Dalam 2 pasal ini aturan hukum yang lebih tinggi ataupun
akses terhadap arsip statis terkesan diatur sesame aturan hukum dalam satu level
oleh 2 peraturan sekaligus yakni PP dan dikarenakan oleh pendelegasian yang tidak
Peraturan Kepala ANRI. Pengaturan seperti tepat dalam Undang-undang. Hal ini tentu
ini tentu tumpang tindih. daja dapat memicu permasalahan hukum
ditambah lagi permasalahan pendelegasian
c. Akibat hukum pendelegasian
yang mengakibatkan tumpang tindih aturan
pengaturan oleh Undang-Undang
hukum ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
kepada pengaturan yang lebih
melakukan judicial review27.
rendah
Dibuatnya aturan hukum sesungguhnya Penutup
ditujukan agar aturan itu dapat ditegakkan Dalam beberapa peraturan perundang-
secara maksimal, jika aturan yang telah undangan yang menjadi perhatian dalam
dibuat itu dapat ditegakkan secara maksimal tulisan ini ditemukan adanya model
maka diharapkan akan dapat menciptakan pendelegasian wewenang oleh Undang-
dua hal; keadilan dan kepastian hukum. undang terhadap peraturan yang lebih
Dalam rangka mencapai kedua maksud Hoesein, Zainal Arifin, Judicial Review di
27
ini maka diciptakanlah ajaran-ajaran dan Mahkamah Agung RI (tiga dekade pengujian peraturan
perundang-undangan), Jakarta:Rajawali Press, h. 197
Sukardi dan E. Prajwalita Widiati: Pendelegasian Pengaturan Oleh Undang-Undang 155
rendah, dimana dalam pendelegasian itu dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki
ternyata terdapat norma yang tidak tepat. perwajahan hukum itu sendiri. Sekali lagi
Seperti yang terjadi dalam Undang-undang peraturan-perundang-undangan merupakan
Pajak Daerah dan Retribusi, disebutkan “hukum” dan “tools” untuk meraih tujuan
bahwa Retribusi diatur dalam Peraturan kehidupan bernegara yang lebih baik. Di
Daerah, namun penetapan tarif yang samping itu, reformasi hukum dan penegakan
diamanatkan oleh undang-undang harus praktek hukum tidak akan berubah tatkala
dilakukan peninjauan paling lama 3 tahun normatifnya tidak dibenahi dengan baik.
sekali justru ditetapkan dengan Peraturan Sampai dengan keberlakuannya, peraturan
Kepala Daerah. perundang-undangan telah melewati proses
Manfaat dari konsistensi pendelegasian yang panjang, biaya yang besar, juga sumber
oleh Undang-undang terhadap peraturan daya yang tidak sedikit. Sesungguhnya ini
di bawahnya sebenarnya adalah untuk merupakan suatu kerugian ketika produk
menjamin adanya satu lajur kepastian hukum hukum yang telah dihasilkan kemudian
yang menghindari tumpang tindih aturan. tidak bisa dilaksanakan dengan baik,
Perlu dipertimbangkan bahwa aturan hukum tidak bias diimplementaiskan dengan
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan baik, atau bahkan aturan yang dibuat
dengan aturan hukum yang lebih tinggi, untuk menyelesaikan masalah ini justru
sehingga seharusnya aturan hukum secara menimbulkan masalah baru. Kerugian ini
tertib dan bertahap didelegasikan ke semestinya dapat dihindari jika drafter
peraturan yang setingkat di bawahnya, lalu memperhatikan guidline perancangan
setingkat lagi di bawahnya, agar setiap secara seksama. Menaati kaidah-kaidah
aturan hukum tidak mengatur melebihi yang naskah akademik serta kaidah-kaiadah
didelegasikannya. Selain itu fungsi guideline penormaan, juga memperhatikan hierarkhi
dari aturan yang lebih tinggi adalah untuk peraturan perundang-undangan. Dalam
menghasilkan aturan yang semakin ke bawah kajian ROCCIPI, Huruf R yang berarti
semakin detail, rigid, teknis dan prosedural analisa tentang “Rule” sangat penting
sehingga tidak membuka arena pilihan yang dilakukan dengan teliti. Pisau analisis
dapat disalahgunakan dan aturan hukum ini mengharuskan agar researcher
yang sudah dibuat dapat ditegakkan secara mengumpulkan semua aturan-aturan hukum
maksimal. yang terkait dengan masalah yang hendak
diangkat dalam peraturan perundang-
Berdasarkan kesimpulan yang didapat,
undangan dengan pertanyaan inti apakah
maka saran yang dapat dikemukakan
sebelumnya ada peraturan yang mengatur,
melalui tulisan ini adalah Legal Reform
atau apakah pengaturan tentang masalah
Oriented, seyogyanya menjadi semangat
ini akan beririsan dengan aturan yang
para pengambil kebijakan dan perancang
lain? Kajian mengenai Rule ini tidak saja
peraturan ketika merumuskan produk
terhadap aturan hukum yang lebih tinggi
legislasi dan regulasi. Hal ini tidak lain
156 Yuridika: Volume 27 No 2, Mei-Agustus 2012
namun juga terhadap kemungkinan adanya Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum,
peraturan yang lebih rendah. Sinkronisasi Kencana, Jakarta, 2009.
Peraturan Perundang-undangan. Pekerjaan Yuliandri, Asas-asas Pembentukan
ini agaknya patut menjadi tugas berat Peraturan Perundang-undangan
Kementrian Hukum dan HAM. Sinkronisasi yang Baik: Gagasan pembentukan
Undang-undang berkelanjutan, PT.
ini penting dilakukan untuk menghindari
Raja Grafindo Persada, Jakarta,2009.
inefisiensi peraturan perundang-undangan.
Terlalu banyaknya aturan hukum yang saling Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan
dan Kebijaksanaan Lingkungan
tumpang tindih akan menyulitkan Law
Nasional (edisi ketiga), Airlangga
Impemeting Agencies dalam menegakkan University Press, Surabaya, 2005.
aturan.
Sir William Wade and Christopher Forsyth,
Daftar Bacaan Administrative Law, eighth edition,
Oxford university Press, New York,
Asshiddiqie, Jimly, Perihal Undang-undang, 2000.
Rajawali Pers, Jakarta, 2010.
ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi
Bahan Tayangan Materi Sosialisasi UUD Masyarakat), Position Paper Advokasi
NRI 1945, Sekretariat Jenderal MPR RUU KUHPSeri#1 Asas Legalitas
RI, Jakarta,2009. Dalam Rancangan KUHP, 2008.