Anda di halaman 1dari 3

KOLESISTITIS

1. Definisi kolesistitis
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian
besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu.
Keadaan dimana terdapat atau terbentuk batu empedu, bisa terdapat dalam kandung
empedu (cholecystolithiasis) atau dalam duktus choledochus (choledocholithiasis).

2. Etiologi
kolesistitis atau batu empedu masih belum diketahui sempurna. Sejumlah
penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu
yang sangat jenuh dengan kolesterol.2 Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena
tingginya kalori dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan
menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras
untuk menghasilkan cairan empedu.4,19 Kolesterol yang berlebihan ini mengendap
dalam kandung empedu dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya.

3. Tanda dan gejala


Gejala dan tanda lokal
 Tanda Murphy
 Nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
 Massa di kuadran kanan atas abdomen
Gejala dan tanda sistemik
 Demam
 Leukositosis
 Peningkatan kadar CRP

4. Diagnosis
Gold standar untuk memeriksan kolesistisis adalah USG, sensifitas USG mencapai
90%-95%. Gambaran USG kolesistitis adalah
 Tidak ditemukan batu kandung empedu
 Penebalan dinding kandung empedu
 Nyeri saat probel USG di tekan pada daerah kandung empedu

5. Klasifikasi
1. Kolesistitis akut ringan (derajat 1)
Inflamasi kandung empedu dan disfungsi organ.
2. Kolesistitis akut sedang (derajat 2)
a. Leukositosis
b. Masa teraba di abdomen kuadran atas
c. Keluhan berlangsung lebih dari 72 jam
d. Inflamasi local yang jelas
3. Kolesistitis akut berat (derajat 3)
a. Disfungsi kardiovaskuler
b. Disfungsi neurologis
c. Disfunggsi pernapasan
d. Disfungsi renal
e. Disfungsi hematologi

6. Pathogenesis
Adanya masalah dislipidemia dari hasil pemeriksaan profil lipid pasien dimana
kolesterol total pasien ini adalah mg/dL, juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya
kolesistitis akut, dimana disebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya kerusakan pada lapisan mukosa dinding kandung empedu adalah kolesterol.
Patofisiologi terjadinya kolesistitis akalkulus akut umumnya dipengaruhi banyak hal
dan belum dimengerti sepenuhnya.
Namun secara umum, terdapat tiga mekanisme yang dipikirkan berkaitan
dengan timbulnya kondisi ini yakni: mediator inflamasi sistemik dan trauma, stasis
bilier, dan iskemia sistemik atau lokal pada kandung empedu. Secara patologis, dapat
ditemui jejas pada endotel, iskemi kandung empedu, dan stasis, yang mengakibatkan
terkonsentrasinya garam-garam empedu dan bahkan nekrosis pada jaringan kandung
empedu.
Perforasi dinding kandung empedu dapat terjadi pada beberapa kasus. Pada
beberapa kasus, keterlibatan flora usus gram negatif dapat mencetuskan kondisi ini.
Kolesistitis akalkulus akut pernah dilaporkan dihubungkan dengan infeksi Salmonella
typhoid, Staphylococcus, dan Brucella sp. Pada pasien-pasien dengan SIDA,
kolesistitis dihubungkan dengan adanya infeksi cytomegalovirus dan cryptosporidium.
Adanya iskemia sistemik ataupun lokal, kadang dihubungkan dengan adanya kejadian
vaskulitis pembuluh darah kecil (small vessel vasculitis).

7. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


 Pemeriksaan fisik
a. Pada Pemeriksaan fisik teraba masa kandung empedu, nyeri tekan
disertai tanda-tanda peritonitis lokal (tanda Murphy).
b. Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin
<4,0mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan
adanya batu di saluran empedu ekstra hepatik.
c. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta
kemungkinan peninggian serum transaminase dan fosfatase alkali.
Apabila keluhan nyeri bertambah hebat disertai suhu tinggi dan
menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empyema dan
perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan
 Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos abdomen
b. Kolesistografi oral
c. Pemeriksaan USG (dikerjakan secara rutin karena dapat
memperlihatkan bentuk, ukuran, penebalan dinding kandung empedu,
batu dan saluran empedu ekstra hepatik)
d. Skintigrafi
e. CT Scan

8. Prognosis
Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu
menjadi tebal, fibrotic, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang
menjadi kolesistitis rekuren. Kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi
gangrene, empyema dan perforasi kandung empedu, abses hati atau peritonitis umum.
Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotic yang adekuat pada awal serangan.
Tindakan bedah akut pada usia tua (>75th) mempunyai prognosis jelek disamping
kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.

9. Komplikasi
Proliferasi bakteri pada kandung empedu yang mengalami obstruksi dapat
menimbulkan empyema pada organ bersangkutan. Pada kasus yang jarang terjadi,
sebuah batu empedu yang besar dapat mengikis dinding kandung empedu dan keluar
ke organ visceral lainyang berdekatan, biasanya ke duodenum. Sehingga, batu empedu
tersebut dapat melekat di ileum terminal atau di bulbus/pylorus duodenum,
menyebabkan ileus paralitik batu empedu (gallstone ileus).
Kolesistitis emfisematosa terjadi pada 1% kasus dan ditendai dengan adanya
gas dalam dinding kandung empedu akibat invasi organisme yang memproduksi gas,
seperti E.Coli, Clostridia perfringens, dan spesies Klebsiella. Komplikasi ini lebih
sering pada pasien diabetes , laki-laki. Komplikasi lainnya adalah sepsis dan
pankreatitits
Daftar Pustaka
 Kenichi I, Suzuki T, Kimura K. Laparoscopic cholecystectomia the elderly; J.
gastroenterol-ogyand hepatology, 1995; 10: 517-22
 Lawrence WW, Sleisenger MH. Cholelithiasis; chronic and acute cholecystitis.
Gastrointestinal disease; Pathofisiology diagnosis and management fourth edition.
WB Saunder Company Philadelphia, London, 1989.
 Mahon AJ, Ronn S,Baxter IN. Symptomatic and come 1 year after laparoscopic and
mini laparotomy cholecys tectomi. British J of Surgery; 1995;82: 1378-82.
 Sherlock SD. Disease of the liver and biliary tree eight edition. Blackwell Scientific
Publication. Oxford London 1990.
 Ginting, Setiamenda. A description characteristicrisk factor of the kolelitiasis disease
in Colombia Asian Medan hospital 2011.
 Widiastuty, Astri S. Patogenesis Empedu. Volume 1 Edisi 1. September 2010.
 Marschal HU, Einarsson C. Gallstones disease. J Intern Med; 261: 529-542
 Rumack. Diagnostic Ultrasonography, 2nd Edition.

Anda mungkin juga menyukai