BAB 1
PENDAHULUAN
1
macam gerakan massa secara brutal tanpa mengindahkan kaidah hokum yang
berlaku. Masyarakat yang mendapat dukungan dana Internasional dengan alasan
menegakkan HAM tidak segan-segan menyeret saudara sendiri keMahkamah
International dengan kesalahan yang tidak sepadan.
Oleh karena itu tugas berat kalangan Intelektual untuk mengemblikan
persepsi rakyat yang keliru tersebut kearah cita-cita bangsa Indonesia dalam hidup
bernegara.
b. Landasan Kulktural
Setiap bangsa memiliki cirri khas serta pandangan hidup yang berbeda
dengan bangsa lain. Negara Komunisme dan Liberalis meletakan dasar filsafat
2
negaranya pada suatu konsep Ideology tertentu , misalnya komunisme
mendasarkan ideologinya pada konsep pemikiran Karl Marx.
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara pada suatu azas cultural yang dimiliki
dan melekat pada bangsa itu sendiri melalui proses refleksi filosofi para pendiri
Negara seperti Soekarno , M.Yamin, M.Hatta, Soepomo,serta tokoh pendiri
Negara lainnya.
Satu-satunya Karya besar Bangsa Indonesia sejajar dengan karya besar
bangsa lain didunia ini adalah pemikiran tentang bangsa dan Negara yang
berdasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila sila
Pancasila.
c. Landasan Yuridis.
Landasan Yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila dan pendidikan
tinggi tertuang dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang system
Pendidikan Nasional.
Demikian juga berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional RI,
No.232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Surat Keputusan No. 38 / DKTI / Kep / 2002 tentang rambu-rambu
Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Pada Pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertujuan
menguasai kemampuan berpikir, bersikap Rasional dan dinamis, berpandangan
luas sebagai manusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK
Pancasila tersebut adalah terdiri atas segi histories, filosofis, Ketatanegaraan,
kehidupan berbangsa dan bernegara juga dikembangkan etika politik.
d. Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar Negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia . Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objektif
bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan berenegara mendasarkan
3
pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasil yang secara filosofis
merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara.
Secara filosofi Bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah
sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan. Hal ini berdasakan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah mehluk Tuhan Yang Maha Esa .
Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi karena
rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara.
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara. Oleh karena itu realisasi
kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu
keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan baik dalam pembangunan nasnional ekonomi, politik, hukum, sosial,
budaya maupun pertahanan keamanan.
4
C. PEMBAHASAN PANCASILA SECARA ILMIAH.
Pembahasan pancasila termasuk filsafat Pancasila sebagai suatu kajian
ilmiah, harus memenuhi syarat ilmiah sebagai dikemukakan oleh I.R
Poedjowitjatno dalam bukunya “ Tahu dan Pengetahuan “ yang memrinci syarat-
syarat ilmiah sbb: berobjek, bermetode, bersistem, bersifat universal.
1. Berobjek
Syarat pertama bagi suatu pengetahuan memenuhi syarat ilmiah adalah
bahwa ilmu pengetahuan harus memiliki objek. Objek didalam filsafat ilmu
pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu : Objek Forma, Objek Materia.
1. Objek Forma
Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan Pancasila , atau
dari sudut pandang apa Pancasila itu dibahas. Pada hakikatnya Pancasila dapat
dibahas dari sudut pandang yaitu dari : Sudut Pandang Moral, Sudut pandang
Ekonomi, Sudut pandang Pers, Sudut pandang hokum, Sudut pandang filsafat.
2. Objek Materia,
Pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran Pembahasan dan
pengkajian Pancasila yang bersifat empiris maupun Non empiris .
Pancasila merupakan hasil budaya, bangsa Indonesia sebagai kuasa
materialis Pancasila atau sebagai asal mula nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu
objek materi pembahasan Pancasila dapat berupa hasil budaya bangsa Indonesia
berupa , Lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah, benda-benda
budaya, lembaran Negara, lembaran hokum maupun naskah-naskah kenegaraan
lainya, maupun adat istiadat bangsa Indonesia sendiri.
2. Bermetode.
Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu seperangkat
System pendekatan dalam rangka pembahasan Pancasila untuk
mendapatkan suatu ketenaran yang bersifat objektif. Salah satu metode
dalam pembahasan Pancasila ,metode analitico syntetic yaitu metode
untuk menemukan makna dibalik objek, demikian juga metode koherensi
histori , serta metode pemahaman , penafsiran dan interpretasi dan metode-
5
metode tersebut senantiasa didasarkan atas hukum-hukum logika dalam
penafsiran kesimpulan.
3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan bulat dan utuh. Bagian dari
pengetahuan ilmiah itu harus merupakan kesatuan baik berupa hubungan
interelasi ( saling berhubungan ) maupun interdependensi ( saling
ketergantungan ) . Pembahasan Pancasila secara ilmiah dengan sendirinya
sebagai suatu system dalam dirinya sendiri, yaitu Pancasila sebagai objek
pambahasan ilmiah senantiasa bersifat koheren ( runtut ) tanpa adanya
pertentangan didalamnya. Sehingga Pancasila merupakan suatu kesatuan
yang bersistem.
4. Bersifat Universal
Kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat universal , artinya
Kebenaran tidak terbatas oleh waktu,. Ruang, keadaan, situasi, kondisi
maupun jumlah tertentu. Dalam hakikatnya dengan kajian Pancasila
ontologism nilai-nilai Pancasila bersifat universal.
6
pandangan hidup bangsa, sebagai kepribadian bangsa, sebagai dasar Negara
Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia.
2. Pengetahuan Kausal.
Pengetahuan Kausal yaitu pengetahuan tentang jawaban sebab akibat.
Dalam Kaitannya dengan kajian proses kausalitas terjadinya Pancasila
yang meliputi empat kausa yaitu, kausa materialis, kausa formalis, kausa
efisien dan kausa finalis.
3. Pengetahuan Normatif.
Suatu pertanyaan “ kemana “. Pengetahuan Normatif senantiasa berkaitan
dengan ukuran parameter serta norma-norma, maka kita dapat membedakan
normatif realisasi atau pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan atau “das
sollen “ dari Pancasila dan realisasi dalam kenyataan faktualnya atau “ das sein “
dari Pancasia yang senantiasa berkaitan dengan dinamika kehidupan serta
perkembangan zaman.
4.Pengetahuan Essensial .
Pengetahuan essensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab
suatu pertanyaan yang terdalam yaitu suatu pertanyaan tentang hakikat segala
sesuatu, dan hal ini dikaji dalam ilmu filsafat . Kajian Pancasila secara essesial
pada hakikatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan tentang inti sari atau
makna yang terdalam dari sila Pancasila.
7
Tingkatan pengetahuan ilmiah essensial dibahas dalam bidang filsafat Pancasila ,
yaitu membahas sila-sila sampai inti sarinya.
8
a. Mr. Muhammad Yamin ( 29 Mei 1945 )
Dalam Sidang BPUKI pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin
mengemukakan pemikirannya tentang dasar Negara yang berisikan Lima Azas
dasar Negara Indonesia merdeka :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
Didalam pembukaan dari rancangan UUD tsb tercantum rumusan lima
asas dasar Negara yang rumusanya sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusuiaan Yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945 )
Dalam Pidatonya pada tangga 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengajukan
secara lisan usulan lima asas sebagai dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk
rumusannya Sbb:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. kesejahteraan social.
5. Ketuhanan yang berbudaya.
Selanjutnya Beliau mengusulkan bahwa kelima sila tsb menjadi
“ Tri Sila “rumusannya :
1. Sosio Nasionalisme yaitu “ Nasionalisme dan International “.
2. Sosio Demokrasi Yaitu “ Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat “.
3. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Adapun “ Tri Sila “ tersebut menjadi “ Eka Sila “ atau satu
9
Sila yang ‘ intinya adalah “ gotong royong “ sehingga pada tanggal 1 Juni 1945
dikenal sebagai lahirnya Pancasila.
c. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional mengadakan pertemuan
membahas pidato serta usul-usul mengenai dasar Negara yang dikemukakan
dalam siding Badan Penyidik atau yang dikenal “ Panitia Sembilan “ yang
berhasil menyusun sebuah naskah piagam yang dikkenal “ Piagam Jakarta “. Yang
memuat Pancasila, sebagai buah hasil pertama kali disepakati oleh sidang.
Adapun rumusan Pancasila sebagaimana termuat dan piagam Jakarta adalah
sbb :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-
Pemeluknys
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pengertian Pancasila secara Terminologis.
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) mengadakan siding,
dalam
Sidangnya tanggal 18 Agusutus 1945 telah mengesahkan UUD Negara Republik
Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945 .
Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu
Pembukaan UUD 45
Pasal-pasal UUD 45 yang berisi 37 pasal. :
- 1 aturan peralihan yang terdiri atas 4 pasal.
- 1 aturan tambahan yang terdiri dari 2 ayat.
Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa .
2. Kemanusiaan Yang Adil dan beradab.
10
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan social seluruh rakyat Indonesia.
Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, dalam upaya bangsa
Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensi Negara dan bangsa
Indonesia maka Terdapat pula rumusan-rumusan Pancasila sebagai berikut :
a. Dalam konstitusi RIS ( Republik Indonesia Serikat ) .
Yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 sampai dengan 17 agustus 1950,
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan .
4. Kerakyatan.
5. Keadilan social.
b. Dalam UUD ( Undang-Undang Dasar Sementara 1950 ).
Yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950 sampai dengan tanggal 5 July
1959, terdapat pula rumusan Pancasila seperti rumusan yang tercantum dalam
konstitusi RIS.
c. Rumusan Pancasila dikalangan Masyarakat.
Selain itu terdapat juga rumusan Pancasila dasar Negara yang beredar
dikalangan masyarakat luas yaitu sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Perikemanusiaan.
3. Kebangsaan.
4. Kedaulatan Rakyat.
5. Keadilan social..
Dari bermacam-macam rumusan Pancasila tersebut diatas yang sah dan benar
secara konstitusional adalah sebagiamana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 yang diperkuat dengan ketetapan No.XX / MPRS / 1966 dan Inpres No.12
tanggal 13 April 1968
11
BAB 11
PANCASILA DALAM KONTEKS
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA .
A. Pengantar.
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI , nilai-nilainya telah ada pada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
Negara yang berupa nilai-nilai adap-istiadat , kebudayaan serta nilai-nilai
Religius, materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri. Sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis
Pancasila. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan
dalam siding-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia “ 9 “ siding BPUPKI kedua
, serta akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia.
Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia . Proses sejarah terbentuknya Negara
dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak
zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV dank e V
kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke IIV
yaitu ketika timbulnya kerajaan sriwijaya, kemudian kerajaan Majapahit, dan
kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan Nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan Negara. Titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam
mendirikan Negara tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.
B. Zaman Kutai.
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa ( tiang batu ), Yupa itu sebagi tanda
terima kasih raja yang dermawan , yang dibangun Indonesia pertama kalinya ini
12
menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan ,
kenduri , serta memberi sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno ( 400 – 1500 ) terdapat dua kerajaan yang berhasil
mencapai intergritas dengan wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan
seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan sriwijaya disumatera dan
majapahit yang berpusat dijawa .
C. Zaman Sriwijaya.
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap Yaitu :
Pertama : Zaman sriwijaya dibawah Wangsa Syailendra ( 600 – 1400 ) yang
Bercirikan kadatuan.
Kedua : Negara kebangsaan Zaman Majapahit ( 1293 – 1525 ) yang bercirikan
Keprabuan.
Kedua tahap tersebut merupakan Negara Indonesia lama.
Ketiga : Negara Kebangsaan Modern yaitu Indonesia merdeka ( sekarang Negar
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pada zaman kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang
cukup disegani dikawasan asia selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengerajin dan pegawai kerajaan disebut sebagai
pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat lebih mudah
memasarkan barang dagangannya. Demikian pula dalam system pemerintahannya
terdapat pegawai pengurus pajak , harta benda kerajaan ,rokhaniwan yang menjadi
teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat
itu kerajaan dalam menjalankan system Negaranya tidak dapat dilepaskan dengan
nilai ketuhanan.
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu
Universita agama Budha, yang sangat terkenal dinegara lain diAsian. Cita-cita
tentang kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercemin pada kerajaan
sriwijaya tersebut yaitu suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur.
13
D. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kearajaan Majapahit.
Sebelum Kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai-nilai Nasionalisme, telah muncul Kerajaan-Kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur,secara silih berganti. Refleksi puncak Budaya dari jawa
tengah dalam periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi
Borobudur dan candi Prambanan.
Raja Airlangga membuat banguan keagamaan dan asrama dan raja ini
memiliki sikap toleransi dalam beragama. Raja Airlangga juga telah mengadakan
hubungan dagang dan bekerjasama dengan Banggala, Chola dan Champa., ini
menunjukan nilai-nilai kemanusiaan dan tahun 1019 para pengikutnya , rakyat
dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan agar Airlangga bersedia
menjadi Raja, meneruskan tradisi istana sebagai nilai-nilai sila keempat. Pada
tahun 1037 Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk
untuk kesejahteraan pertanian rakyat hal ini sesuai dengan nilai-nilai sila kelima.
E. Kerajaan Majapahit.
Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang
semenanjung melayu ( Malaysia sekarang ) sampai irian barat melalui Kalimantan
utara. Pada waktu itu agama Hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan . Empu Prapanca menulis Negarakertagama ( 1365 ) Dalam
kitab suci tersebut telah terdapat istilah “ Pancasila “ . Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma dan didalam buku itulah kita jumpai seloka Persatuan Nasional
yaitu : “ Bhineka Tunggal Ika “ yang bunyi lengkapnya “ Bhineka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrua “ artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya
sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Toleransi positif
dalam bidang agama dijunjung tinggi sejak masa bahari yang silam.
Dalam pemerintahan kerajaan majapahit terdapat semacam penasehat , hal
ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh system
pemerintahan.
14
Kerajaan majapahit berangsur-angsur memudar dan akhirnya mengalami
keruntuhan, tetapi banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam
nasionalisme Negara kebangsaan Indonesia 17 Agustus 1945.
=========================
15
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Landasan Pendidikan Pancasila………………………………….2
B. Tujuan Pendidikan Pancasila…………………………………….4
C. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah…………………………….5
D. Beberapa Pengertian Pancasila…………………………………..8
BAB II SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ……………12
A. Pengantar………………………………………………………..12
B. Zaman Kutai…………………………………………………….13
C. Zaman Sriwijaya…………………………………………………13
D. Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Majapahit………………....14
E. Kerajaan Majapahit ……………………………………………...14
16
HASIL RANGKUMAN DISKUSI KELOMPOK I
TENTANG
PENDIDIKAN PANCASILA
DISUSUN OLEH
17
PONTIANAK
2008
18