Anda di halaman 1dari 3

PENGANTAR 

HEGEMONI
“It was Gramsci who, in the late twenties and thirties, with the rise of fascism and the failure of
the Western European working-class movements, began to consider why the working class was
not necessarily revolutionary, why it could, in fact, yield to fascism.” (Gitlin, 1994: 516)

Konsep Hegemoni

Istilah hegemoni berasal dari istilah yunani, hegeisthai (“to lead�?). Konsep hegemoni banyak
digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan
kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada
penguasa negara (pemerintah).

Hegemoni bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya,
dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan
terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense). Lihat
juga definisi dibawah ini:

Hegemony is the dominance of one group over other groups, with or without the threat of
force, to the extent that, for instance, the dominant party can dictate the terms of trade to its
advantage; more broadly, cultural perspectives become skewed to favor the dominant group.
Hegemony controls the ways that ideas become “naturalized” in a process that informs notions
of common sense (http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony)

“…Dominant groups in society, including fundamentally but not exclusively the ruling
class, maintain their dominance by securing the ‘spontaneous consent’ of subordinate groups,
including the working class, through the negotiated construction of a political and ideological
consensus which incorporates both dominant and dominated groups.” (Strinati, 1995: 165)

Dapat kita simpulkan bahwa:

Dalam hegemoni, kelompok yang mendominasi berhasil mempengaruhi kelompok yang


didominasi untuk menerima nilai-nilai moral, politik, dan budaya dari kelompok dominan (the
ruling party, kelompok yang berkuasa).

Hegemoni diterima sebagai sesuatu yang wajar, sehingga ideologi kelompok dominan
dapat menyebar dan dipraktekkan.

Nilai-nilai dan ideologi hegemoni ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh pihak dominan
sedemikian sehingga pihak yang didominasi tetap diam dan taat terhadap kepemimpinan
kelompok penguasa.
Hegemoni bisa dilihat sebagai strategi untuk mempertahankan kekuasaan

“…the practices of a capitalist class or its representatives to gain state power and maintain it
later.” (Simon, 1982: 23)

Jika dilihat sebagai strategi, maka konsep hegemoni bukanlah strategi eksklusif milik penguasa.
Maksudnya, kelompok manapun bisa menerapkan konsep hegemoni dan menjadi penguasa.
Sebagai contoh hegemoni, adalah kekuasaan dolar amerika terhadap ekonomi global.
Kebanyakan transaksi internasional dilakukan dengan dolar amerika.

Pembentukan Hegemoni

Gramsci (1891-1937) merupakan tokoh yang terkenal dengan analisa hegemoninya. Analisa
Gramsci merupakan usaha perbaikan terhadap konsep determinisme ekonomi dan dialektika
sejarah Karl Marx (lihat Das Capital Marx).

Dalam dialektika sejarah Marx, sistem kapitalisme akan menghasilkan kelas buruh dalam jumlah
yang besar dan terjadi resesi ekonomi. Pada akhirnya, akan terjadi revolusi kaum buruh
(proletar) yang akan melahirkan sistem sosialisme. Dengan kata lain, kapitalisme akan
melahirkan sosialisme. Namun, hal ini tidak terjadi.

Gramsci mengeluarkan argumen bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh ideologi, nilai,
kesadaran diri, dan organisasi kaum buruh tenggelam oleh hegemoni kaum penguasa
(borjuis). Hegemoni ini terjadi melalui media massa, sekolah-sekolah, bahkan melalui khotbah
atau dakwah kaum religius, yang melakukan indoktrinasi sehingga menimbulkan kesadaran baru
bagi kaum buruh. Daripada melakukan revolusi, kaum buruh malah berpikir untuk meningkatkan
statusnya ke kelas menengah, mampu mengikuti budaya populer, dan meniru perilaku atau gaya
hidup kelas borjuis. Ini semua adalah ilusi yang diciptakan kaum penguasa agar kaum yang
didominasi kehilangan ideologi serta jatidiri sebagai manusia merdeka.

Agar kaum buruh dapat menciptakan hegemoninya, Gramsci memberikan 2 cara (Strinati, 1995),
yaitu melalui “war of position�?(perang posisi) dan “war of movement�?(perang pergerakan).
Perang posisi dilakukan dengan cara memperoleh dukungan melalui propaganda media massa,
membangun aliansi strategis dengan barisan sakit hati, pendidikan pembebasan melalui sekolah-
sekolah yang meningkatkan kesadaran diri dan sosial. Karakteristiknya:

Perjuangan panjang

Mengutamakan perjuangan dalam sistem

Perjuangan diarahkan kepada dominasi budaya dan ideologi


Perang pergerakan dilakukan dengan serangan langsung(frontal), tentunya dengan dukungan
massa. Perang pergerakan bisa dilakukan setelah perang posisi dilakukan, bisa juga tidak.

Meskipun analisa Gramsci berkisar pada perang kelas ekonomi, konsep hegemoni dapat
diperluas ke wilayah sosial dan regional. Misalnya, undang-undang subversif pada zaman orba.
Di kampus, kita bisa lihat hegemoni KM ITB, hegemoni rektorat. Pada tulisan berikutnya, kita
akan analisa hegemoni di kampus ITB.

Daftar Pustaka

Gitlin, Todd (1979), ‘Prime time ideology: the hegemonic process in television entertainment’,
in Newcomb, Horace, ed. (1994), Television: the critical view – Fifth Edition, Oxford University
Press, New York.

Simon, Roger (1991), Gramsci’s Political Thought: An introduction, Lawrence and Wishart,
London.

Strinati, Dominic (1995), An Introduction to Theories of Popular Culture, Routledge, London.

http://en.wikipedia.org/wiki/Hegemony

Anda mungkin juga menyukai