Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHUULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah Cahaya yang diturunkan Allah melalui Malaikat Jibril al-
Amin kepada hati Nabi Saw. Sebagai undang-undang yang adil, syariat yang abadi,
pelita yang terang dan petunjuk bagi kita. Al-Qur’an diturunkan kepada seluruh
manusia, apapun jenisnya, karena ajakannya dapat diterima akal, perasaan yang sehat,
serta lubuk hati manusia yang paling dalam. Al-Qur’an, dengan demikian, berisi
dakwah yang bertujuan menyucikan hati, mengelaborasi keyakinan, meruntuhkan
tembok rasialisme dan nsiobalisme, membangun undang-undang kebenaran dan
keadilan di atas reruntuhan undang-undangan kekarsan yang deskriftif.
Mengingat hukum dan syari’at itu tidak mungkin di amalkan seblum
dipahami benar maksudnya, dijelaskan hal-hal yang muskil darinya, dan disingkap
rahasia-rahasianya di dunia dan akhirat. Nabi SAW. Selalu mengajari para sahabtanya
tentang kandungan yang ambigiusitas, menafsirkan uraiaannya yang muskil sehingga
tidak ada kekeliruan di antara mereka ketika memhami al-Qur’an. dengan demikian,
Rasulullah SAW. Melalui sunah Qauliyah dan Fi liyyah adalah seorang penafsir al-
Qur’an.1 hal ini sebagaimana dijelaskan pulaoleh Firman Allah:


  
 
  
 
  
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan) Q.S. An-Nahl:44)

1
Musthafa al-Muraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 1 hlm. 5
1
Tafsir sufi merupakan corak penafsiran al-Qur’an yang beraliran tasawuf. Ia
lahir setelah seorang mufassir berinterakisi dengan al-Qur’an kemudian
maenafsirkannya dengan menggunakan ilmu tasawuf baik tasawuf teoritis maupun
praktis.
Para ulama berbeda-beda dalam mengklasifikasikan tafsir sufi. Sebagian
mengatakan tafsir sufi adalah dengan tafsir isyari yaitu menafsirkan al-Qur’an
dengan siayrata isyarat tertentu. Ada yang memasukan tafsir sufi kedalam klasifikasi
tafsir ditinjau dari ben tuk atau sumbernya, yaitu tafsir bi ar-Riwayah tafsir bi ad-
Dirayah, tafsir bi al-Isyarah, tafsir Isyari, menurut madzahab ini, adalah bagian dari
tafsir bi al-Syarah sebagian yang lain berpandangan bahwa tafsir sufi merupakan
bagian dari corak atau kecendrungan penafsiran al-Qur’an. sebelum membhasa tafsir
sufi terlebih dahulu memaparkan definisi, klasifikasi dan sejarah perkembangan
tasawuf. Klasifikasi tafsiran sufi menjadi tafsir sufi nadzari dan tafsir sufi Isyari,
menurutnya, dipengaruhi oleh klasifikasi tasawuf itu sendiri yang terbagi menjadi
tasawuf nadzari yang berfokus pada pembahssan dan pengkajian tasawuf amali yang
berkonsentrasi pada praktek ajaran sufi, seperti zuhud, takassuf, ma’rifah. Dalam
kehidupan sehari-hari
Tafsir ‘Arais al-Bayan Fi Haqaiq al-Qur’an merupakan karya monumental
asy-Syirazi dalam bidang Tafsir, kitab ini menjadi kitab manifesatasi dari pemkiran-
pemikiran Sufistik Asy-Syirazi ketika berinteraksi dengan al-Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistematika dan Metode penyusunanan kitab ‘Ara’is al-Bayan Fi
Haqaiq al-Qur’an
2. Bagaimana corak dan karakteristik penafsiran kitab ‘ Ara’is al-Bayan fi
Haqaiq al-Qur’an

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN


1. Untuk mendeskripsikan sistematika dan metode penyusunan Kitab ‘Arais al-
Bayan Fi Haqaiq al-Qur’an

2
2. Untuk mengetahui Corak dan Karakteristik Penafsirab Kitab ‘Arais al-Bayan
fi Haqaiq al-Qur’an

D. PEMBAHASAN
‘Ara’is al-bayan Fi Haqaiq al-Qur’an karya Ruzbihan Baqli Asy-Syirazi
1. Riwayat Hidup Asy-Syraji
Nama lengkangnya adalah Abu Muhammad bin Ruzbihan bin Abi Nasr al-
Baqli Asy-Syirazi al-Misri ia digelari dengan Alamah ( orang yang Sangat Alim), al-
Mutakallim (Teolog) al-Mufassir ( orang penafsir al-Qur’an) al-Faqih (Pakar Hukum/
Fikih Islam) As-Shufy (seorang Sufi) al-Muhaqqiiq (editor Kitab). Ia juga merupakan
seorang pakar hadis (Muhaddis) dan Ushul Fiqih. dilahirkan pada tahun 522 H/ 1128
M di Fasa, suatu daerah di Iran ia tinggal di Syiraz sehingga dijuluki dan dikenal
dengan anam Asy-Syirazi. Ia juga dikenal dengan nama Rujbihan al-Misri karena
pernah mengembara untuk menuntut ilmu dan tinggal di Mesir. Sekembali dari ia
Mesir mengabdi dan mengajar di Universitas al-Atiq di kota syiraz. Pada masa-masa
ini ia diberikan julukan syattah faris, asy-Syrazi wafat pada tahun 606 H/ 1209 M dan
usia 81 tahun.
Dalam buku autobiografinya yang berjudul kasyf al-Asrar atau yang
diterjemahkan oleh Carl. W Ernst dengan “ The Unveilling Secret”, asy-Syrazi
menceritakan bahwa ia dilairkan dari keluarga suku Daylamite dan tumbuh serta
menghabiskan masa kecilnya diantara orang-orang yang tidak mempunyai ra
keberagamaan yang tinggi dan masyarakat yang tidak religius. Ia mendapatkan
pengalaman sepiritual pada usia 3 tahun, 7 tahun, dan 15 tahun. Baru ketika berumur
15 tahun ia mendapatkan “ penyingkapan ( Al-Kasyif ) yang nyata “. Dalam suatu
kasus diceritakan bahwa ia kemudian meninggalkan tokoh (usaha) sayur dab kesedian
yang dimilikinya, memilih untuk mengeembara serta hidup di padang pasir selama 1
tahun lebih, atau menurut keterngan ia selama lebih dari 6 tahun.
Sekitar tahun 538 – 539 H/ 1143- 1144 M, Asy-Syrazi mulai bergabung
dengan kelompok sufi, menghabiskan waktu beljar bersama dan melayani mereka.
3
Pada masa itu ia juga mulai berinteraksi secara serius dengan al-Qur’an baik
mempelajari maupun menghafal. Louis Misignion, seperti yang dijelaskan oleh Karl
w. Errnt, berpandangn bahwa aAsy-Syrazi berasal dari keluarga Banu Salbih di Syraz,
maka dengan begitu ia mempunyai akses pada sebuah perpustakaan yang banyak
mengolekssi tulisan-tulisan al-Hallaj. Asy-Syrazi kemudian kembali lagi ka Fasa dan
menjadi murid Syaiq Jamal Ad-Din Abi Al-Wafa Ibnu kHalil al-Fasal tidak banyak
ditemukan informasi terkait dengan “ siapa guru tersebut” dan “ bagaimana hubungan
( guru Murid mereka selain apa yang disebut Asy-Syrazi sendiri diberbagai karya
autubiografinya .
Diantara guru-guru Asyrazi adalah Zjagir kurdi ( w. 590 H/ 1194 M) yang
merupakan seorang guru sufi dari suku kurdi yang menetap di smarrah dekat Iraq (
ernst 1996:2) semantara itu cicitnya membuat silsialah ( sannad) yang menyebutkan
bhawa guru sufi pertama Aasy-Syrazi adalah Syaraz Ad-Dinn Muhammad Ibnu
Khalifa ( w. 562 H/ 1166 M) yang bersala dari keluarga salbih yang masih
berhubungan dengan keturunan Kazaruni dari Sufisme Persia. Sementara itu, asy-
Syrazi sendiri tidak pernah menyebutkan secra eksplisit berkenaan dengan grunya
atau sanad keilmuannya. Qiwam Ad-Din Suhrawardi merupakan salah seorang guru
sufi yang disebut-sebut pertama berinteraksi dengan asy-Syrazi. Asy Syirazi
membentuk sebuah Thariqah yang dikenal dengan tahriqah Rujbihaniyyah. Tarekat
tersebut mulai terbentuk setelah Asy-Syirazi berdakwah di mesjid-mesjid dan
mendapatkan banyak pengikut. kedalaman kata-kata sang Asy-Syrazi menyentuh hati
banyak Orang salah satunya adalah pengembara di jalan Allah , Murid yang baru tiba
di mesjid al-Atiq Syiraz pengembara itu mengagis tersedu-sedu dan semangatnya
pulih kembali sejak kejadian itu, banyak orang-orang ditemapat itu yang menjadi
pengikut dan murid Asy-Syirazi
Asy Syirazi menetap di Syiraz dan Terus “ Mabuk” dalam ibadahnya serta
banyak menghabiskan waktunya dalam membimbing murid-muridnya, menulis
tentang “ Jalan Sufi” , dan berceramah diberbagai mesjid penting di Syraz sampai
ajal menjemputnya. Setalah kematiannnya 606 H/ 1209 M, makamnyan yang terletak
di Syisraz, m enjadi temkpat Ziarajh yang ramaia bagi kerabat dan pengiku-
pengikutnya yang tidak hanya terbatas di Syiraj saja tetatpi juga dari Kirman dan

4
berbagai daerah alin di Asia Tengah hal ini pernah direkam oleh penulis seperti Ibnu
Batutah dan pakar geografi Hamd Allah Mustaufi yang pernah berkunjung ke syiraz
masing-masing pada 725 H/ 1325M dan 736 H/ 1336 M. Namun, sayangnya
populraitas tarikat Ruzbihanniyyah tidak bertahan lama pamornya terus menurun
setalah kematian Asyirazi, bahkan tidak sempat menyebar keluar dari Fars
Adapun karya-karyanya dari Abu Muhammad bin Ruzbihan bin Abi Nasr al-
Baqli Asy-Syirazi al-Misri
1) Tafsir al-Qur’an Bianwaani (‘Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an)
2) Mantiq al-Asrar Fi Bayani al-Anwar
3) Sayarah Kitab “Athawashin” Lil Halajji
4) al-Anwar fi Kasyfi al-Asrar
5) Siyar al-Arwah
6) Kitab Qudsiyah
7) Maknun al-Hadits
8) Haqaiq al-Akhbar
9) Taqsim al-Khawathir
10) Al-Muwashih fi Almadzhab al-Arba’ah wa Tarjih Qaul Asyafi’i Bi Addalil
11) Kitab Aqaid
12) ‘Abrun al-‘Asyqin
13) Riayat min Sa’ri al-Farasi2

2. Metode dan krakteristik penafsiran kitab “’Ara’is al- Bayan fi Haqaiq al-
Quran
Kitab ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur an merupakan karya monumental
Asy-syirazi dalam bidang tafsir . Kitab tersebut menjadi manifestasi dari pemikiran
pemikiran sufistik Asy-Syrazi ketika berinteraksi dengan al-Quran. Kitab ‘Arais al-
Bayan ini mengandung cakupan cakupan spiritual yang tinggi tapi banyak mengutip
dari as Sulami dan al-Qusyairi.

2
Abu Muhammad Ruzbihan bin Abi Nasr al-Baqli asy-Syiraji al-Misri, Ara’is al-Bayan fi Haqa’iq al-
Qur’an jilid 1, Libanon, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Tarjamah Mualaf
5
Untuk mengungkapan motivasinya dalam menulis kitab tafsir , asy-Syirazi
mengutip hadis dan sejumlah asar sahabat yang menjelaskan tentang dalamnya
kandungan al-Qur’an
.diantaranya ialah [asy asyirazi 1971:13

‫ إن‬: ‫عن عبدهللا بن مسعود رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫القران سبعة احرف لكل اية منها ظهر وبطن ولكل حرف حد ومطلع (رواه أحمد في‬
)‫مسنده والنسائ والطبراني في االوسط‬
Sesungguhnya al-Qur’an di turunkan dalam tujuh hurup. setiap ayatnya
mengandung makna zahir dan batin , dan setiap hurupnya mengandung hadd dan
matla’

‫ العبارة واالشارة و اللطائف والحقا ئق‬: ‫ كتاب هللا على أربعة‬:‫وقال جعفر بن محمد‬
‫فالعبارة للعوام و اإلشارة للخواص والطائف لألولياء والحقائق لألنبياء‬
Ja’far bin Muhammad berkata: al-Quran terdiri atas empat macam
[unsur],yaitu ibarat ,isyarat , lata’if dan haqa’iq adapun ibarat dapat dipahami oleh
orang-orang awam, isyarat bagi orang orang khusus dan lata’if buat wali wali Allah
dan haqaiq hanya bisa dipahami oleh nabi nabi Allah.

Penafsiran dalam kitab ‘Arais al-Bayan dilakukan secara runtut mengikuti


mushaf ‘usmani. Kitab tersebut sendiri terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama di mulai
dari awal surah al-fatihah sampai akhir surah al-Anfal, jilid kedua di mulai dari awal
surat at-Taubah sampai akhir surat al-Muminun, dan jilid ketiga penafsiran dari awal
surah an-Nur sampai akhir surah an-Nas. Namun, tidak semuanyah al-Quran di
tafsirkan oleh asy-Syirazi karena hanya ayat ayat yang mengarah pada nilai atau
kandungan makna sufistik yang menarik minatnya. Sebagai contoh, dari potongan
surah al-Baqarah 2: 1-9, asy -Syirazi hanya menafsirkan dua ayat yakni ayat pertama

dan sebagian ayat kedua )‫بالغيب‬ ‫[ (الذين يؤ منون‬asy asyirazi 1971;27-29].

Adapun langkah langkah metodis yang di tempuh oleh asy syir‫ش‬zi adalah
sebagai berikut:

6
1. Menyebutkan beberapa potongan ayat yang hendak ditafsirkan umumnya ayat
ayat tersebut dikelompokan menjadi delapan sampai sepuluh ayat. Semua di
kondisikan sesuai dengan panjang pendek ayat. Contohnya seperti:

2. Menafsirkan ayat baik kata perkata atau kalimat perkalimat. Penafsiran kata
perkata biasanya dilakukan jika kata tersebut membutuhkan penjelasan
tersendiri, sedangkan penafsiran kalimat perkalimat atau bahkan satu ayat
sekaligus dilakukan jika kalimat\ayat tersebut bisa ditafsirkan sekaligus tanpa
harus di jelaskan secara terpisah-pisah. Dalam kontek al-Ahruf a-muqata’ah
,penafsiran dilakukan huruf per huruf.

7
3. Semua ayat di tafsirkan dari aspek esoteris [dari sudut pandang sufi], tanpa
menyebutkan penafsiran secara eksotriis atau tektual \zahir terlebih dahulu.

8
9
4. Penafsiran dimulai dengan pendapat asy-Syirazi sendiri kemudian baru disisip
kan sejumlah hadis, asar, pendapat ulama dan guru-gurunya. Mayoritas
pendapat yang dikutip adalah berasal dari kalangan sufi dan penggiat tasawuf
Menyisipkan pendapat mufassir\ulama atau guru-gurunya telah ditegaskan
secara eksplisit oleh asy-Syirazi dalam mukadimah kitab tafsiranya diantara
pendapat yang dikutip ialah sebagai berikut: ; Ja’far as-Sadiq, Abu Yazid al-
Bustami [188-261H], Husain bin Mansur al-Halaj, Abu Sulaiman ad-Darini
[140-215H\757-830 M], Sahal bim Abdullah at-Tustari [w. 283 H \ 896 M].
banyak pendapat at-Tustari yang dikutip oleh asy-Syirazi dalam kitabnya. Abu
Abdurrahman as-Sulami, Abu Abas Ibn ‘Ata’ [ W.309 H\921 M], Hamid
Ahmad bin ‘Asim al-Antaki [w 140-239 H\757-853 M], al-Wasiti, al- Junaid
al-Bagdadi [221-297 H\836-910 M], al-Husain, Abu Usman, Abu al Abas ad-
Dainuri, Abu al-Hasan al-Warraq, al-Sirri, faris Abu al-Hasan an-Nuri, Abu al
Usman al-Magribi, al-Jaziri al-Hasan bin Mansur,al-Qasim, Abu said al-
Quraisy, al-Qusyairi, Ibn Mansur,al-Farisi, Muha,mad bin al- Fadl, ‘Abd al-
Aziz al-makki, Saiq ‘Abu abd ar-Rahman, dan masih banyak yang lain.

10
Karakteristrik khas dalam kitab tafsir ‘Arais al-Bayan yang membedakannya
dengan kitab tafsir sufi yang lain ialah setiap ayat ditafsirkan secara esoteris semata-
mata tanpa menyebutkan penafsiran zahir terlebih dahulu, sebagaimana penafsiran
yang umumnya di berikan oleh kalangan mufassir zahir dari tafsir bi al-Ma’sur at atau
bi ar ra’yi. hal ini berbeda denggan cara yang ditempuh oleh mufasir sufi yang lain ,
misalnya Naisaburi yang menafsirkan ayat ayat al-Qur’an secara ekoseteris, yakni
dengan menyebutkan makna zahir terlebih dahulu secara panjang lebar baru kemudian
menyertakan penafsiran esoteris dalam bab tersendiri.

11
Sistematika Penulisan Tafsir ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an karya
Ruzbihan Baqli Asy-Syirazi

No Juz Daftar Isi


1 Juz al-Awal  Taqdim
 Tarjamah al-Mualaf
 Namdij Min al-Mukhatwathu
 Muqaddimah
 Al-Fatihah
 Al-Baqarah
 Ali- Imran
 An-Nisa
 Al-Ma’idah
 Al-An’am
 Al-‘Araf
 Al-Anfal
2 Juz al-Tsani  At-Taubah
 Yunus
 Hud
 Yusuf
 Ar-Ra’du
 Ibrahiim
 Al-Hajar
 An-Nahl
 Banu Israil
 Al-Kahfi
 Maryam
 Thaha
 Al-Anbiyai
 Al-Haj

12
 Al-Muminun
3 Juz al-Tsalits  An-Nur
 Al-Furqan
 Asy-Syu’ara
 An-Naml
 Al-Qashas
 Al-‘Ankabut
 Ar-Rum
 Lukman
 As-Sajdah
 Al-Ahjab
 Saba’
 Fatir
 Yasim As-Shafat
 Sad
 Az-Zumar
 Ghafir
 Fushilat
 Asy-Syura
 Az-Zukhruf
 Ad-Dukhan
 Al-Jasiyah
 Al-Ahqaf
 Muhammad
 Al-Fath
 Al-Hujurat
 Qaf
 Az-Zariyat
 At-Tur
 An-Najm
13
 Al-Qamar
 Ar-Rahman
 Al-Waqi’ah
 Al-Haidid
 Al-Mujadillah
 Al-Hasyir
 As-Saff
 Al-Jumuah
 Al-Munafiqun
 At-Taghabun
 At-Talaq
 At-Tahrim
 Al-Mulk
 Al-Qalam
 Al-Haqqah
 Al-Ma’arij
 Nuh Al-Jinn
 Al-Muzzamil
 Al-Muddasir
 Al-Qiyamah
 Al- Insan
 Al-Mursalat
 An-Naba’
 An-Naziat
 ‘Abasa
 At-Takwir Al- Infitar
 Al-Muthaffifiin
 Al-Insyqaq
 Al-Buruj
 Atthariq

14
 Al-A’la
 Al-Ghasiyah
 Al-Fajr
 Al-Balad
 Asy-Syam
 Al-Lail
 Ad-Dhuha
 Al-Insyrah
 At-Tin
 Al-‘Alaq
 Al-Qadr
 Al-bayyinah
 Az-Zalzalah
 Al-‘Adiyat
 Al-Qariah
 At-takasur
 Al-Asr
 Al-Humazah
 Al-Fiil
 Quraisy
 Al-Maun
 Al-Kafirun
 An-Nasr
 Al-Lahab
 Al-Ikhlas
 Al-Falaq
 An-Nas

3. Relasi asy-Syiraji dengan Teori al-Hulul al-Halaj

15
Paham hulul al-hallaj merupakan kelanjutan dan peningkatan dari paham ittihad yang
diajarkan oleh Bustami. Paham hulul berrti bahwa Tuhan Mengambil tempat dalam tubuh
manusia tertentu, yaitu manusia yang dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya
melalu fana’. Menurut al-Hallaj, manusia itu mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu
sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan, begitu juga allah mempunyai sifat dasar ketuhanan
(lahut) dan sifat dasar kemanusaiaan (nasut). Apabila sifat kemanusiaan telah dapat
dilenyapkan melalui fana dan sifat-sifat ketuhanan dikembangkan, maka akan tercapailah
persatuan dengan Tuhan dalam buntuk hulul.

Paham ḥulūl ini sebenarnya adalah pengaruh dari teori penciptaan alam semesta dan
manusia secara emanasi dalam ranah filsafat. Paham ḥulūl diawali oleh al-Ḥallāj dengan
konsep nur Muhammad (an-nūr almuḥammadī), suatu konsep yang kadang disamakan
dengan logos danterkadang disebut dengan insān kāmil. Al-Ḥallāj mengajarkan bahwa hal
yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah nur Muhammad. Dengan nur Muhammad
ini, terciptalah segala apa yang ada dalam alam semesta.

Nur Muhammad bersifat azali dan kadim. Eksistensinya mendahului segala maujūd
(alam semesta) ini. Maka, Nabi Muhammad dalam bentuk hakikatnya adalah nūr Allāh
yang bersifat azali dan mendahului setiap makhluk, sedang dalam kedudukannya sebagai
Rasul bersifat baru, menjadipenutup segala nabi. Al-Ḥallāj meminjam teori emanasi untuk
menjelaskan terciptanya (terpancarnya) alam semesta yang bersifat majemuk dari zat yang
esa. Zat Tuhan diibaratkan semisal cahaya matahari, memancarkan cahaya ke segala arah.
Cahaya Ilahi yang terbungkus kebendaan melahirkan segala yang ada di alam ini.
Pancaran pertama dari zat Allah yang mutlak adalah nur Muhammad atau hakikat ke-
Muhammad-an (haqīqah Muḥammadiyah). Dengan konsep penciptaan alam semesta dan
manusia dari pancaran nur Allah yang kadim (nur Muhammad), maka pada hakikatnya
setiap manusia memiliki analisir keilahian yang immanen dalam dirinya. Orang yang
mampu mengungkapkan sifat keilahian-nya (lāḥūt) dari tabiat kemanusiaannya (nāsūt)
berarti telah mencapai tingkat insān kāmil atau jadi wali Allah yang suci. Paham ini juga
meminjam konsep union mistik bahwa manusia diciptakan “segambar” dengan Allah
sepertihalnya Adam.

16
Konsep union mistik, yang bermula dari konsep an-nūr al-muḥammadī kemudian
berubah menjadi konsep ḥulūl sangat terlihat pada penafsiran asy-Syīrāzī terhadap Surah
al-Baqarah

  


 
  
  
  
Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36]
kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Asy-Syīrāzī menafsirkan ayat tersebut dengan menyatakan bahwa Nabi Adam


diciptakan oleh Allah dengan “gambar”-Nya (ṣūrah). Dalam konsep tasawuf falasafi,
pernyataan “penciptaan manusia dari gambar Tuhan”, berarti bahwa ada titisan Tuhan
dalam diri manusia. Dan, ini adalah apa yang dimaksud oleh al-Ḥallāj dengan ḥulūl.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan redaksi penafsiran asy-Syīrāzī berikut:

“Manakala Dia (Allah swt.) telah menciptakan Adam dengan khuluq-Nya,


menggambarkannya (menciptakanya) dengan gambaran-Nya (ṣūrah),
memakaikannya dengan cahaya-cahaya-Nya, menempatkannya di surga-Nya,
mendudukkannya di singgasana kerajaan-Nya, Dia (Allah swt.) menyuruh semua
malaikat untuk sujud kepada-Nya, sehingga Allah swt. (sebenarnya) telah
menyempurnakan bagi Adam sifat-sifat rubūbiyah dalam ‘ubūdiyah. Ketika malaikat
sujud kepada Adam, Iblis enggan sujud karena malaikat melihat dalam (perintah sujud

17
kepada Adam) itu terdapat rahasia Allah, karena (sesungguhnya Adam itu sudah
dipakaikan) pakaian Allah, dan telah maṣbūg dengan ṣibag Allah, dan Iblis tidak bisa
melihat apa yang diperlihatkan kepada malaikat ini. Karena itu, ia enggan untuk sujud
dan takabur sehingga Allah swt. marah kepadanya dan ia termasuk dari golongan
kafir
Paham union-mistik dan ḥulūl al-Ḥallāj terlihat jelas pada penafsiran asy-Syīrāzī di
atas terutama karena ia mempersepsikan bahwa Adam itu diciptakan dari khuluq, gambar dan
cahaya Tuhan (Allah swt.) itu sendiri dan posisi Adam adalah manusia yang sudah sempurna
sifatsifat rubūbiyah-nya. Berdasarkan konsep union-mistiknya ḥulūl al-Ḥallāj dan diikuti
oleh asy-Syīrāzī ini, adanya perintah untuk sujud kepada Nabi Adam itu adalah karena Allah
sudah menjelma dalam tubuh manusia

Relasi asy-Syīrāzī dengan gagasan-gagasan al-Ḥallāj juga dapat dilihat pada penafsirannya

   



Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya sampai ia mengutip ungkapan al-Ḥallāj yang sangat terkenal itu:

“Aku adalah Dia yang kucintai dan Dia yang kucintai adalah aku, kami adalah dua jiwa yang
bertempat dalam satu tubuh. Jika aku melihat aku, aku melihat Dia, dan jika aku melihat Dia
aku melihat kami”

18
PENUTUP
E. KESIMPULAN
Kitab tafsir ‘Arais al-Bayan fi Haqaiq al-Qur’an merupakan kitab tafsir yang
sangat monumental, yang menjadi manisfestasi dari pemikiran-pemikiran sufistik,
karena di dalmnya mengandung cakupan-cakupan spritual yang tinggi. Dan posisi
Arai’is al-bayani dan asy Syirazi dalam sejaranh perkembangan tasawuf setelah
terjadi konsidelasi antara tasawuf falsafi dan tasawuf sunni terutama dengan
kedatangan al-Gazālī. Karena itu, kitab tersebut di samping penafsirannya
berhubungan dengan tasawuf falsafī-teoretis juga berkaitan dengan tasawuf sunnī-
‘amalī.

19
Daftar Pustaka
Baraja, Abbas. 2009. Ayat-ayat Kauniyah Analisis Kitab Tafsir Isyari Imam al-
Qusyairiterhadap beberapa Ayat Kauniyah dalam Al-Qur’an, Malang: UIN-Malang Press.
Izzan, Ahmad. 2011. Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung: Tafakur.
Mustaqim, Abdul. 2012. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Yogyakarta: Adab
Press.
Aż-Żahabī, Muḥammad Ḥusain. t.th. at-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Kairo: Maktabah
Wahbah
Simuh. 2002. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Said, Usman. 1982. Pengantar Ilmu Tasawuf, Medan: Proyek Pembinaan PTA IAIN
Sumatera Utara.
Aż-Żahabī, Muḥammad Ḥusain. t.th. at-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Kairo: Maktabah
Wahbah

20

Anda mungkin juga menyukai