BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus (Manuaba, 2014)
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan
saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak
bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus
selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta
(Wiknjosastro, 2016).
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan
yang belum jelas penyebabnya (Carpeito, 2016)
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga
atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan
sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk
mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
betapa pentingnya mengetahui resiko plasenta previa pada kehamilan yang
kemungkinan dapat terjadi perdarahan antepartum yang sangat bahaya bila
melahirkan normal sehingga di sarankan untuk melahirkan secara sectio
Caesar.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara
section caesar dengan plasenta previa menggunakan 7 langkah manajemen
varney.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif
pada Ny.S G2P1A0 dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
b. Dapat menentukan diagnosa/ masalah potensial dan antisipasi pada
Ny.S G2P1A0 dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
3
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan
untuk pengembangan materi perkuliahan pada program pendidikan dan
studi kepustakaan yang berhubungan dengan laporan studi kasus plasenta
previa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktek
Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dapat terdeteksi sedini
mungkin.
b. Bagi Klien
Diharapkan klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
c. Bagi Mahasiswa
4
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas
uterus (Prawirohardjo, 2013).
Plasenta previa yaitu plasenta yang tumbuh di tempat yang rendah di
daerah penipisan-pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu, plasenta
terletak lebih rendah dari janin (mendahului letak janin) dan dapat
menghalangi pelahiran pervaginam (Benson, 2008).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga
perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks (Varney, 2013).
B. Etiologi
Menurut Manuaba (2014), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhagic).
2. Usia lebih dari 35 tahun.
3. Multiparitas.
4. Pengobatan infertilitas.
5. Multiple gestation.
6. Erythroblastosis.
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
8. Keguguran berulang.
5
C. Gejala
Gejala yang terjadi pada plasenta previa menurut (Manuaba, 2014)
adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil.
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Denyut jantung janin ada.
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
6
D. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha
7
mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan. (Manuaba, 2014)
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga
menutupi kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinan dengan
terjadinya perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri,
akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan
dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya demikian akan diam di
tempatnya sehingga terjadi plasenta previa(Manuaba, 2014)
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekan nya plaseta
(apabila plaseta tumbuh di segmen bawah rahim). Pelebaran pada segmen
bawah uterus dan pembukaan servikakan menyebabkan bagian plaseta yang
diatas atau dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus.Segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III. Perdarahan
tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah
uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Doengoes, 2012).
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previaumumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih
mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan (Manuaba,
2014).
Menurut Manuaba (2014) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan :
1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin
3. Villi korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang persisten
Menurut Davood (2013) sebuah penyebab utama perdarahan trimester
ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa
sakit. Perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan
segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai
8
E. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2014), kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
F. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2013).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat
memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian
angka kesakitan dan kematian neonatal karena kasus preterm dapat
ditekan (Prawirohardjo, 2013).
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada
kasusplasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu
ditujukkanuntuk mempertahankan janin dalam kandungan. Hal ini
memberikan peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan
lebih lama sampai aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan
janin hidup di luar kandungan lebih besar lagi (Prawirohardjo, 2013).
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat
dilakukan karena kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecil terjadi
karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksan
dalam (Prawirohardjo, 2013).
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Istri
Nama : Ny. S
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar /Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Mendawa
Suami
Nama : Tn. N
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SmP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Mendawa
2. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan nya, berwarna merah
segar tetapi tidak merasakan nyeri sejak 2 jam yang lalu.
ibu mengatakan rencana SC hari Rabu tanggal 20 juni 2018 oleh
dokter spesialis kandungan.
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami
sekarang sudah 9 tahun.
13
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/tidak : Teratur
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
f. HPHT : 27 – 09 – 2017
g. Tafsiran Persalinan : 04 – 07 - 2018
h. Dismenorhoe : Tidak Ada
5. Riwayat Obtetri
G2P1A0
7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti Hipertensi,Asma,Diabetes dan tidak pernah menderita
penyakit kronis seperti penyakit jantung serta tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS dan Hepatitis.
14
Umur
No Keluhan/masalah Tindakan oleh Ket
Kehamilan
b. Eliminasi
BAB
- Terakhir BAB : 7 jam yang lalu
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Kuning
BAK
- Terkhir BAK : 2 jam yang lalu
- Frekuensi :3x
- Warna : kuning
15
c. Personal hygiene
- Terakhir mandi dan gosok gigi : Pagi hari
d. Aktifitas : sejak mengalami perdarahan ibu hanya berbaring saja
10. Data psikososial dan spiritual
a. Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan di lalui: cemas,
takut akan bayi dan keadaan dirinya
b. Siapa yang diharapkan ibu untuk pendamping persalinan: suami
c. Hubungan ibu dengan keluarga: baik
d. Hubungan ibu dengan mertua: baik
e. Pengambil keputusan dalam keluarga: bersama dengan suami
B. OBJEKTIVE DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Menthis
c. Bearat badan : 65 Kg
d. tinggi badan : 155 cm
e. LILA : 29 cm
f. Tanda vital : TD : 140/100 mmHg,
Nadi : 80 x/menit,
g. Suhu : 36,5 ◦C,
h. Respirasi : 24 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
- Kepala : Bersih, pertumbuhan rambut merata, tidak
nampak benjolan
- Muka : Simetris, tidak pucat, tidak nampak odem
- Mata : Bentuk simetris, conjungtiva tidak pucat, tidak
ikterik
- Telinga : Simetris,bersih,fungsi pendengaran baik
16
C. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidanan : G2P0A0, hamil aterm dengan plasenta previa
2. Masalah : Ibu merasa cemas menghadapi proses persalinan
3. Kebutuhan : Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
D. PLANNING :
1. Menberitahukan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
bahwa keadaan ibu dan janinnya baik yaitu ;
TD : 140/100 MmHg, S : 36,5 ◦C, N : 80 x/menit, R : 24x/ menit, DJJ
136 x/m
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesalis kandungan yang menagani
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasenta previa merupakan perdarahn antepartum yang terjadi karena
implantasi plasenta yang abnormal yaitu menutupi sebagian OUI atau
menutupi seluruh OUI, keadaan ini dapat menyebabkan anemia pada ibu dan
kekurangan oksigen pada janin yang dikandung sehingga dapat terjadi
hipoksia dan fetal distress pada janin serta syok karena kekurangan darah
pada ibu, pada keadaan pasien Ny. S segera harus dilakukan terminasi
kehamilan karena ibu mengalami perdarahan untuk menyelamatkan ibu dan
janin, tindakan terminasi kehamilan di lakukan dengan tindakan SC, karena
tidak dapat lahir pervaginam. Pasien Ny. S sudah di tangani dengan tindakan
SC dan dilakukan pemantauan kala IV serta pemberian obat-obatan sesuai
advis dokter.
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi
mengenai komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi selama masa
kehamilan trimester III, seperti plasenta previa sehingga para ibu hamil dapat
mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi. Mudah-mudahan
dengan saran ini dapat meningkatkan derajat kesehatan khususnya bagi
Kalimantan Selatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Benson Fithya. 2008, Asuhan Keperawatan Dengan Plasenta Previa EGC. Jakarta
Disusun oleh:
KADEK WILAYANTI
11.14076.15.034
Disusun oleh:
Kadek Wilayanti
11.14076.15.034