Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum.
Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus (Manuaba, 2014)
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan
saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak
bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus
selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta
(Wiknjosastro, 2016).
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan
yang belum jelas penyebabnya (Carpeito, 2016)
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga
atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan
sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk
mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan
2

biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang


untuk mendapatkan pertolongan (Marliyn, 2014). Setiap perdarahan pada
kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan
biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum
diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun
dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu
dan janinnya (Novita, 2016).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
betapa pentingnya mengetahui resiko plasenta previa pada kehamilan yang
kemungkinan dapat terjadi perdarahan antepartum yang sangat bahaya bila
melahirkan normal sehingga di sarankan untuk melahirkan secara sectio
Caesar.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara
section caesar dengan plasenta previa menggunakan 7 langkah manajemen
varney.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif
pada Ny.S G2P1A0 dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
b. Dapat menentukan diagnosa/ masalah potensial dan antisipasi pada
Ny.S G2P1A0 dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
3

c. Dapat menentukan tindakan segera yang tepat pada Ny.S G2P1A0


dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
d. Dapat membuat perencanaan tindakan yang tepat pada Ny.S G2P1A0
dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
e. Dapat melaksanakan rencana tindakan yang telah di buat dengan baik
pada Ny.S G2P1A0 dengan plasenta previa di Ruang OK PONEK
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
f. Dapat melakukan evaluasi dari tindakan yang telat di lakukan dari
awal sampai akhir pada Ny.S G2P1A0 dengan plasenta previa di
Ruang OK PONEK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan
untuk pengembangan materi perkuliahan pada program pendidikan dan
studi kepustakaan yang berhubungan dengan laporan studi kasus plasenta
previa.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktek
Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dapat terdeteksi sedini
mungkin.

b. Bagi Klien
Diharapkan klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

c. Bagi Mahasiswa
4

Untuk menambah kemampuan, wawasan, pengetahuan dan informasi


dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara
section Caesar dengan plasenta previa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas
uterus (Prawirohardjo, 2013).
Plasenta previa yaitu plasenta yang tumbuh di tempat yang rendah di
daerah penipisan-pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu, plasenta
terletak lebih rendah dari janin (mendahului letak janin) dan dapat
menghalangi pelahiran pervaginam (Benson, 2008).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah
uterus, baik posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga
perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks (Varney, 2013).

B. Etiologi
Menurut Manuaba (2014), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhagic).
2. Usia lebih dari 35 tahun.
3. Multiparitas.
4. Pengobatan infertilitas.
5. Multiple gestation.
6. Erythroblastosis.
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
8. Keguguran berulang.
5

9. Status sosial ekonomi yang rendah.


10. Jarak antar kehamilan yang pendek.
11. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya
bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami
infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau
kelainan bawaan rahim.
Sedangkan menurut Kloosterman (2013), Plasenta bertumbuh pada
segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan bahwasanya
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat
persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu
benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak
cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

C. Gejala
Gejala yang terjadi pada plasenta previa menurut (Manuaba, 2014)
adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil.
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Denyut jantung janin ada.
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
6

11. Presentasi mungkin abnormal.


Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah
pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau
sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi
akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab
pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium
internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum
tanpa bisa dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat pelekantan
plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah
uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan
serabut- serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan
kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture
sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari
dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta
akreta, atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses
perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi
pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat
implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah
plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung
memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri.
Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang
mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada
bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk
mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.

D. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha
7

mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi
pendarahan. (Manuaba, 2014)
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga
menutupi kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinan dengan
terjadinya perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri,
akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan
dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya demikian akan diam di
tempatnya sehingga terjadi plasenta previa(Manuaba, 2014)
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekan nya plaseta
(apabila plaseta tumbuh di segmen bawah rahim). Pelebaran pada segmen
bawah uterus dan pembukaan servikakan menyebabkan bagian plaseta yang
diatas atau dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus.Segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III. Perdarahan
tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah
uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Doengoes, 2012).
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previaumumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih
mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan (Manuaba,
2014).
Menurut Manuaba (2014) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan :
1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin
3. Villi korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang persisten
Menurut Davood (2013) sebuah penyebab utama perdarahan trimester
ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa
sakit. Perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan
segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai
8

membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran


segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus.
Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar
berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna
kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek
karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada
plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai
(Oxorn, 2014).

E. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2014), kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan

b. Anemia karena perdarahan


c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
c. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak
mencukupi. Adanya atrofi pada desidua dan vaskularisasi yang
berkurang menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin berkurang.
Dalam darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan
9

tubuh janin untuk berkembang. Kekuranagan suplai darah


menyebabkan suplai makanan berkurang (Prawirohardjo, 2013).

F. Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur,
penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2013).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat
memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian
angka kesakitan dan kematian neonatal karena kasus preterm dapat
ditekan (Prawirohardjo, 2013).
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada
kasusplasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu
ditujukkanuntuk mempertahankan janin dalam kandungan. Hal ini
memberikan peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan
lebih lama sampai aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan
janin hidup di luar kandungan lebih besar lagi (Prawirohardjo, 2013).
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat
dilakukan karena kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecil terjadi
karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksan
dalam (Prawirohardjo, 2013).
10

d. Janin masih hidup.


Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih
dapat bertahan dalam kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak
perlu mengakhiri kehamilan dengan segera karena hanya akan
memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar
kandungan (Prawirohardjo, 2013).
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan
denganplasenta previa (Prawirohardjo, 2013).
a. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan
(Prawirohardjo, 2013).
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/
marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala.
Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum
ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin
(Prawirohardjo, 2013).
2) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
(Prawirohardjo, 2013).
11

3) Traksi dengan Cunam Willet


Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian
beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali
menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya
dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak
aktif (Prawirohardjo, 2013).
Menurut Manuaba (2014) Plasenta previa dengan
perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan
pada plasenta previa adalah: Segera melakukan operasi persalinan
untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak untuk mengurangi
kesakitan dan kematian, Memecahkan ketuban di atas meja operasi
selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih
lanjut.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN SECARA SECTIO CAESAR


DENGAN PLASENTA PREVIA

Hari/ Tgl Pengkajian : Rabu /20 Juni 2018


12

Waktu Pengkajian : Pukul 11.30 WIB

A. SUBJECTIVE DATA

1. Identitas
Istri
Nama : Ny. S
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar /Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Mendawa

Suami
Nama : Tn. N
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SmP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Mendawa

2. Keluhan Utama :
 Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan nya, berwarna merah
segar tetapi tidak merasakan nyeri sejak 2 jam yang lalu.
 ibu mengatakan rencana SC hari Rabu tanggal 20 juni 2018 oleh
dokter spesialis kandungan.
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami
sekarang sudah 9 tahun.
13

4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/tidak : Teratur
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
f. HPHT : 27 – 09 – 2017
g. Tafsiran Persalinan : 04 – 07 - 2018
h. Dismenorhoe : Tidak Ada
5. Riwayat Obtetri
G2P1A0

Kehamilan Persalinan Bayi Penyuli Ke


t nifas t
N UK Penyuli UK Cara Tempat/ Penyuli BB P Sek Keadaa
Thn
o t t B s n
penolon
g

1. 201 - - ater norma PMB / - 350 50 - Baik - -


3 m l Bidan 0
2. Hamil -
201 Sekaran - -
8 g

6. Riwayat keluarga Berencana


a. Jenis : Kb Suntik 1 Bulan
b. Lama : 4 Tahun
c. Masalah : Tidak ada

7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti Hipertensi,Asma,Diabetes dan tidak pernah menderita
penyakit kronis seperti penyakit jantung serta tidak pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS dan Hepatitis.
14

b. Riwayat kesehatan keluarga :


Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita
penyakit keturunan seperti Hipertensi, Asma, Diabetes dan tidak
pernah menderita penyakit kronis seperti penyakit jantungserta tidak
pernah menderita penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS,
Hepatitis.
8. Keadaan kehamilan sekarang
a. Selama hamil ibu periksa di : Dokter
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 2 Minggu
c. Frekuensi periksa kehamilan
 Trimester I : 2x
 Trimester II : 2x
 Trimester III : 3x
d. TT I : sudah diberikan TT II : sudah diberikan
e. Keluhan/masalah yang dirasakan ibu

Umur
No Keluhan/masalah Tindakan oleh Ket
Kehamilan

1 Nyeri pinggang 32 mgg konseling bidan -

9. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
 Terakhir makan dan minum : nasi,sayur,lauk-pauk,air putih
 Banyaknya : 1 porsi

b. Eliminasi
BAB
- Terakhir BAB : 7 jam yang lalu
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Kuning
BAK
- Terkhir BAK : 2 jam yang lalu
- Frekuensi :3x
- Warna : kuning
15

c. Personal hygiene
- Terakhir mandi dan gosok gigi : Pagi hari
d. Aktifitas : sejak mengalami perdarahan ibu hanya berbaring saja
10. Data psikososial dan spiritual
a. Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan di lalui: cemas,
takut akan bayi dan keadaan dirinya
b. Siapa yang diharapkan ibu untuk pendamping persalinan: suami
c. Hubungan ibu dengan keluarga: baik
d. Hubungan ibu dengan mertua: baik
e. Pengambil keputusan dalam keluarga: bersama dengan suami

B. OBJEKTIVE DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Menthis
c. Bearat badan : 65 Kg
d. tinggi badan : 155 cm
e. LILA : 29 cm
f. Tanda vital : TD : 140/100 mmHg,
Nadi : 80 x/menit,
g. Suhu : 36,5 ◦C,
h. Respirasi : 24 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
- Kepala : Bersih, pertumbuhan rambut merata, tidak
nampak benjolan
- Muka : Simetris, tidak pucat, tidak nampak odem
- Mata : Bentuk simetris, conjungtiva tidak pucat, tidak
ikterik
- Telinga : Simetris,bersih,fungsi pendengaran baik
16

- Hidung : Nampak bersih, tidak nampak pergerakan cuping


hidung saat bernapas
- Mulut : Mulut tidak pucat, keadaan gigi bersih, tidak ada
pembengkakan pada gusi
- Leher : Tidak ada pembesaran kalenjar tyroid, dan tidak
ada pembengkakan vena jugularis
- Dada/mamae : Bentuk payudara simetris, puting menonjol, tidak
nampak benjolan, pergerakan dada simetris saat
bernafas.
- Perut : Pembembesaran sesuai dengan usia kehamilan,
tidak ada bekas operasi
- Tungkai : Tidak terlihat varises dan oedem
b. Palpasi
- Leher : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid
- Dada/Mamae : Tidak teraba benjolan abnormal, colostrum
belum keluar.
- Abdomen
Leopold I : TFU 2 jari di bawah prosesus xipoideus, bagian
teratas janin teraba bulat, lunak dan tidak
melenting.
Leopold II : Sebelah kanan perut ibu teraba memanjang, keras
seperti papan (Pu Ka), dan bagian kiri perut ibu
teraba bagian terkacil janin (Ekremitas).
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan
melenting.
Leopold IV : Kepala belum memasuki pintu atas pinggul
- Tungkai : Tidak teraba varises dan odem
c. Auskultasi
DJJ ( + ), terdengar jelas dan teratur , frekuensi 136 x/menit
d. Perkusi
- Refleks patella : kiri (+ ), kanan (+ )
17

- Cek ginjal : kiri (-), kanan (- )


e. Pemeriksaan dalam : Tidak dilaukan
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Hematologi
- Eritrosit : 3, 87 juta/mm³ (-)
- Hematokrit : 33, 2 % (-)
- Hemoglobin : 10, 2 gr %
b. Hitung Jenis
- Monosit :9% (+)
c. LED : 43,0 mm/jam (+)
d. Faal Hemostatis
- PT : 9,8 detik (-)
- APTT : 27, 0 detik (-)
USG : Tampak plasenta menutupi seluruh bagian OUI

C. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidanan : G2P0A0, hamil aterm dengan plasenta previa
2. Masalah : Ibu merasa cemas menghadapi proses persalinan
3. Kebutuhan : Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

D. PLANNING :
1. Menberitahukan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
bahwa keadaan ibu dan janinnya baik yaitu ;
TD : 140/100 MmHg, S : 36,5 ◦C, N : 80 x/menit, R : 24x/ menit, DJJ
136 x/m
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesalis kandungan yang menagani
18

Evaluasi : kolaborasi sudah di lakukan, advis dokter pasang infuse RL 20


TPM
3. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan nya, yaitu ibu mengalami
perdarahan, yang disebabkan plasenta previa yaitu perlekatan plasenta
yang abnormal menutupi seluruh jalan lahir, akibat kepala semakin turun
maka kepala terus menekan plasenta, sehingga timbul perdarahan.
Evaluasi : ibu mengetahui tentang keadaan dirinya
4. Menjelaskan pada ibu bahwa pada hari ini akan dilakukan operasi
Evaluasi : ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan setuju
dengan tindakan operasi yang dilaksanakan pukul 11.30 WIB pada
tanggal 20 Juni 2018
5. Melakukan persiapan pre operatif, yaitu:
a. Mengganti pakaian pasien memasangkan kain
b. Membersihkan make up serta melepas semua perhiasan yang ada
pada pasien
c. Menanyakan pasien apakah sudah berpuasa
Evaluasi : tindakan sudah di lakukan
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter anastesi
Evaluasi : kolaborasi sudah dilaksanakan
7. Menganjurkan pada suami dan keluarga untuk terus memberikan
support/dukungan pada ibu agar ibu merasa lebih siap dalam menghadapi
proses persalinan.
Evaluasi : Ibu merasa lebih tenang dan siap dalam menghadapi proses
operasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas mengenai pelaksanaan manajemen asuhan


kebidanan pada Ny. S umur 29 tahun mengalami plasenta previa di ruang OK
PONEK di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
19

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada


segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus, pada
pasien Ny. S setelah dilakukan USG terlihat perlekatan plasenta menutupi seluruh
jalan lahir, sehingga kepala janin tidak dapat turun ke dasar pinggul karena
tertahan plasenta yang menutupi seluruh jalan lahir. Penyebab plasenta previa
secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko
terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi
mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda,
pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim, frekuensi plasenta previa
pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, sesuai
dengan toeri yang ada kejadian plasenta previa pada pasien Ny. S di sebabkan
karena pasien hamil kedua dan berumur 29 tahun. Kejadian yang paling khas pada
plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah
trimester kedua atau sesudahnya dapat terlihat pada pasien Ny. S yang mengalami
perdarahan tanpa nyeri. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea
adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
20

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa merupakan perdarahn antepartum yang terjadi karena
implantasi plasenta yang abnormal yaitu menutupi sebagian OUI atau
menutupi seluruh OUI, keadaan ini dapat menyebabkan anemia pada ibu dan
kekurangan oksigen pada janin yang dikandung sehingga dapat terjadi
hipoksia dan fetal distress pada janin serta syok karena kekurangan darah
pada ibu, pada keadaan pasien Ny. S segera harus dilakukan terminasi
kehamilan karena ibu mengalami perdarahan untuk menyelamatkan ibu dan
janin, tindakan terminasi kehamilan di lakukan dengan tindakan SC, karena
tidak dapat lahir pervaginam. Pasien Ny. S sudah di tangani dengan tindakan
SC dan dilakukan pemantauan kala IV serta pemberian obat-obatan sesuai
advis dokter.

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi
mengenai komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi selama masa
kehamilan trimester III, seperti plasenta previa sehingga para ibu hamil dapat
mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi. Mudah-mudahan
dengan saran ini dapat meningkatkan derajat kesehatan khususnya bagi
Kalimantan Selatan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Benson Fithya. 2008, Asuhan Keperawatan Dengan Plasenta Previa EGC. Jakarta

Sarwono Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka

Roeshadi. 2014. Asuhan Keperawatan Dengan Plasenta Previa EGC. Jakarta

Oxorn. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Davood. 2013. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka

Doengoes. 2012. Rencana PerawatanMaternal/Bayi, edisi kedua. EGC. Jakarta.

Kloosterman. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan. EGC. Jakarta

Varney. 2013. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


22

SECARA SECTIO CAESAR DENGAN PLASENTA PREVIA


DI RUANG OK PONEK RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Laporan Praktik Klinik Kebidanan III

Disusun oleh:
KADEK WILAYANTI
11.14076.15.034

AKADEMI KEBIDANAN BETANG ASI RAYA


PALANGKA RAYA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
23

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA NY. S UMUR 29 TAHUN


SECARA SECTIO CAESAR DENGAN PLASENTA PREVIA
DI RUANG OK PONEK RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Laporan Praktik Klinik Kebidanan III

Disusun oleh:
Kadek Wilayanti
11.14076.15.034

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui


Tanggal, 25 Juli 2018

Palangka Raya, 25 Juli 2018


Pembimbing Lahan Praktik Pembimbing Klinik

Dwi Erlinawati, Amd. Keb Hj. Munnanadia, S.ST, M.Kes


NIP. 19841011 201201 2 2001 NIK. 02091992.017.47

Anda mungkin juga menyukai