Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyalahgunaan obat (drug abuse) ini berhubungan dengan masalah toleransi,

adiksi atau ketagihan, yang kemudian bisa berkembang menjadi ketergantungan

obat (drug dependence). Penyalahgunaan obat-obatan mulanya didominasi oleh

cannabis (genus dari dioecious, tanaman obat yang termasuk family cannabaceae)

atau daun ganja, dan saat ini penyalahgunaan obat-obat resep/apotek justru yang

menjadi populer di masyarakat. Pengguna umumnya sadar bahwa mereka

melakukan kesalahan, tetapi mereka tidak dapat lagi menghindarkan diri dari

kebiasaan tersebut (Depkes RI, 2006 dalam Pharmacon 2013).

Penyalahgunaan obat didefinisikan sebagai Penggunaan obat yang tidak sesuai

dengan aturan, selain dapat membahayakan kesehatan, juga pemborosan waktu

dan biaya karena harus melanjutkan upaya pengobatan ke pelayanan kesehatan

lain, seperti puskesmas atau dokter swasta (Supardi dan Raharni, 2006 dalam

Pharmacon 2013).

Dekstrometorfan seringkali disalahgunakan dalam dosis yang berlebihan yakni

200mg - 400mg atau dalam jumlah 15 - 25 tablet perhari sehingga menghasilkan

efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Jika seseorang

mengalami intoksikasi dekstrometorfan maka dapat mengakibatkan

hipereksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, dan depresi

1
2

sistem pernafasan. Apabila digunakan bersama alkohol, efeknya bisa lebih

berbahaya yakni menyebabkan kematian (BPOM, 2012 dalam Pharmacon 2013).

Di tengah gencarnya pemerintah meningkatkan mutu pendidikan bangsa,

merebaknya penyalahgunaan obat dekstromethorpan di kalangan pelajar

menjadi ironi tersendiri. Pendidikan yang seharusnya bisa menjadi

benteng sebelum seseorang terjerumus dalam dekapan dextro, ternyata

berfungsi kurang sempurna, bahkan kalau boleh dikatakan bahwa

pendidikan tertinggal selangkah dibandingkan gerakan para pecandu

penyalahgunaan obat detromethropan.

Dekstrometorfan adalah Dekstrometorfan termasuk dalam kategori obat bebas

terbatas yang manfaatnya untuk menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan

saluran napas bronkhial terutama pada kasus batuk pilek (Tjandra, 2010 dalam

Pharmacon 2013).

Laporan tahunan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) 2013

menyebutkan bahwa pada tahun 2011, diperkirakan antara 167 sampai dengan

315 juta orang (3,6-6,9% dari populasi penduduk dunia yang berumur 15-64

tahun) menyalahgunakan obat dextromethorpan. Pada tahun 2008, American

Association of Poison Control Centers melaporkan terdapat 40.229 kasus terkait

dengan penyalahgunaan dekstrometorfan. (P4GN, 2014).


3

Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011

tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia,

diketahui bahwa angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah

mencapai 2,23% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk (berusia

10 - 59 tahun). Tahun 2015 jumlah penyalahgunaan Narkoba diproyeksikan ±

2,8% atau setara dengan ± 5,1 - 5,6 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia.

Pada golongan Narkoba jenis lainnya yaitu mushroom (0,3), kecubung (0,3%),

LSD yang masih tetap beredar (0,1%). Sementara pada golongan zat adiktif

Untuk obat bebas terbatas yang tersedia di konter obat yang paling banyak

disalahgunakan adalah dextromethorpan (2,7%), Tramadol (0,01%), Double L/

Trihexyphenidyl (1,2%), Subutex/Suboxone/Buprenorphine (0,4%), Diazepam

(0,01%). (P4GN, 2014).

Berdasarkan data dari BNNP Jawa Barat, estimasi jumlah penyalahgunaan

narkoba di Jawa Barat berdasarkan kelompok umur (10 – 59 tahaun), menunjukan

tingkat prevalensi pernah menyalahgunakan obat dextromethropan tahun 2013

sebesar 5,90 % atau jenis kelamin laki-laki sejumlah 965.932 jiwa dan jenis

kelamin perempuan sejumlah 932.299 jiwa dari total jumlah pendunduk Jawa

Barat sebesar 33.173.414 jiwa. Sedangkan prevalensi setahunpakai sebesar 2,2 %

atau jenis kelamin laki-laki sebesar 360.178 jiwa dan jenis kelamin perempuan

sebesar 347.637 jiwa. (Jurnal Data P4GN, 2012).


4

Menurut Kepolisian Resort Tasikmalaya tahun 2015 yang menaungi 11 Polsek

yang tersebar di wilayah Kota Tasikmalaya yang kasus penyalahgunaan obat

dextrometropan ini masih cukup tinggi yang tersebar di 11 Polsek yang dinaungi

oleh Polres Tasikmalaya yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya mencapai 73

orang, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1
Kasus penyalahgunaan Obat Dextromethorpan di Kota Tasikmalaya

Penyalahgunaan Obat Dextromethropan


NO.
Kesatuan
Produksi Distribusi Konsumsi

1. Polsek Cihideung - - 18

2. Polsek Tawang - - 9

3. Polsek Indihiang - - 4

4. Polsek Kawalu - - 0

5. Polsek Cibereum - - 4

6. Polsek Tamansari - - 1

7. Polsek Mangkubumi - - 25

8. Polsek Cipedeus - - 13

9. Polsek Purbaratu - - 1

10. Polsek Karang Jaya - - 0

11. Polsek Gn. Tanjung - - 0

JUMLAH 73

Sumber : Kepolisian Resort Tasikmalaya (2015)


5

Wilayah Kecamatan Mangkubumi yang menjadi prioritas perhatian dikarenakan

angka kejadian penyalahgunaan obat dextrometropan di daerah ini mencapai 30

orang. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, angka penyalahgunaan obat yang

mengandung dextrometropan di Kota Tasikmalaya antara lain :

Tabel 1.2
Kasus penyalahgunaan NAPZA di Kota Tasikmalaya

PENDIDIKAN
NO. JENIS KASUS
S.D S.M.P S.M.A P.T

1. NARKOTIKA

a. Ganja 2 4 7 2

b. Heroin/Putaw - - - -

c. Candu/Opium - - - -

d. Shabu 6 2 15 2

e. Ekstasi - - - -

2. PSIKOTROPIKA

a. Pil/obat Diazepam 1 5 22 1

3. BHN BERBAHAYA/ZAT ADIKTIF

a. Miras 2 1 3 6

b. Daftar. G - - - -

c. Dextromethorphan 6 18 34 15

TOTAL 17 30 74 26

Sumber : Kepolisian Resort Tasikmalaya (2015)


6

Menurut Kepolisian Resort Tasikmalaya bahwa yang paling banyak

menyalahgunakan obat dextrometorphan yaitu pada tingkat pendidikan SMA yang

mencapai 34 orang. atas dasar itu, maka dipilihlah tingkat pendidikan SMA. Di

kalangan siswa SMA penyalahgunaan Dextromethorpan sangatlah marak,

disamping harga obat dextromethorpan ini relatif murah, juga dikarenakan

perkembangan perilaku mereka masih labil dan rasa ingin tahu yang tinggi untuk

menemukan jati diri menuju kedewasaan, serta kurangnnya pengetahuan tentang

efek samping penggunaan Dextromethorpan secara berlebih mungkin menjadi

salah satu faktor dari penyalahgunaan obat ini.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara kepada 5

orang responden siswa – siswi SMAN 10 Tasikmalaya yang ada di wilayah

Mangkubumi mengenai bahaya penyalahgunaan obat dextrometropan, dari 5

orang responden, hanya ada 2 orang yang secara garis besar mengetahui bahaya

dari penyalahgunaan obat yang dextrometropan, sedangkan yang 3 responden

tidak mengerti mengenai bahaya penyalahgunaan obat dextrometropan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian

terkait pengetahuan siswa SMA dalam memahami bahaya penyalahgunaan obat

dextrometropan ini. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Gambaran Tingkat Penegetahuan Siswa – Siswi SMA Tentang Bahaya

Penyalahgunaan Obat Dekstrometorphan Di Wilayah Kecamatan Mangkubumi “.


7

1.2. Tujuan penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya

penyalahgunaan obat Detrometrhorpan di SMA wilayah Kecamatan Mangkubumi

Kota Tasikmalaya.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi pengetahuan siswa - siswi tentang pengertian Obat

Dextrometrhorpan di SMA wilayah Kecamatan Mangkubumi Kota

Tasikmalaya.

b. Mengidentifikasi pengetahuan siswa - siswi tentang Kandungan obat

Dextromethorpan di SMA wilayah Kecamatan Mangkubumi Kota

Tasikmalaya.

c. Mengidentifikasi pengetahuan siswa - siswi tentang efek samping

penyalahgunaan obat Dextromethorpan di SMA wilayah Kecamatan

Mangkubumi Kota Tasikmalaya.

d. Mengidentifikasi pengetahuan siswa – siswi tentang pencegahan

penyalahgunaan obat dextromethorpan di SMA wilayah Kecamatan

Mangkubumi Kota Tasikmalaya.


8

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan data dan masukan bagi dinas kesehatan Kota

Tasikmalaya sehingga dapat dilakukan tindakan untuk meminimalisir angka

kejadian penyalahgunaan obat dextromethorpan.

1.3.2. Bagi SMA di wilayah Kecamatan Mangkubumi

Hasil dari penelitian yang dilakukan dapat menjadi dasar informasi tentang

gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan obat

Detrometrhorpan, dan dapat dijadikan acuan untuk evaluasi perencanaan program

khususnya yang berkaitan dengan penyampaian informasi bahaya penyalahgunaan

obat Detromethorpan di sekolah.

1.3.3 Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi profesi keperawatan untuk

memberikan pendidikan kesehatan khususnya promotif dan preventif tentang

bahaya penyalahgunaan obat dextromethorpan.

1.3.4. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terhadap pengggunaan obat

Dextromethorphan terkait dengan bahaya penyalahgunaan obat yang mengandung


9

Dextromethorphan, maupun dapat menambah informasi pengetahuan terhadap

obat Dextromethorphan.

1.3.5. Bagi Akademisi

Menambah literatur atau bacaan serta informasi mengenai bahaya penyalagunaan

obat Dekstrometorfan khususnya untuk kalangan remaja tingkat SMA.

1.3.6. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan Ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan bahaya penyalahgunaan obat khususnya Dekstrometofan.

1.4. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan, penelitian tentang

penyalahgunaan obat Dextromethorpan telah dilakukan sebelumnya oleh:

Medina, (2012), Dengan judul “Tingkat pengetahuan siswa terhadap efek

toksik penyalahgunaan obat Dextromethorphan di SMA Negeri 1 kota

Gorontalo”. Desain penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dengan pengambilan

sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan instrument berupa angket. Sebagai kesimpulan dari

penelitian ini adalah 1) Pengetahuan siswa terhadap penggunaan obat DMP

dengan kategori baik yaitu 1,49%, 79,10% memiliki pengetahuan cukup, dan

19,40% memiliki pengetahuan kurang. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan

siswa terhadap penggunaan obat DMP dikategorikan cukup. 2) Pengetahuan siswa


10

tentang efek samping obat DMP dengan kategori baik yaitu 29,85%, 43,28%

memiliki pengetahuan cukup, dan 26,87% memiliki pengetahuan kurang.

Sehingga dapat disimpulkan penggunaan obat DMP dikategorikan cukup. 3)

Pengetahuan pasien tentang pemakaian efek jangka panjang obat DMP dengan

kategori baik yaitu 7,46%, 53,73% memiliki pengetahuan cukup, dan 38,81%

memiliki pengetahuan kurang. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan obat

DMP dikategorikan cukup.

Terdapat perbedaan antara penelitian Medina dan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Perbedaannya yaitu dapat dilihat dari jumlah sampel, variabel, tempat

dan waktu penelitian.

Anda mungkin juga menyukai