Perencanaan kota dan wilayah tak terpisahkan dari fungsi ekonomi yang
mendasar. Ini adalah mekanisme yang ampuh untuk menyusun kembali bentuk dan
fungsi kota-kota dan wilayah untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara
endogen, membuka lapangan kerja dan membangun kemakmuran, sekaligus
memenuhi kebutuhan kelompok yang paling rentan, terpinggirkan atau yang kurang
terlayani.
Selain dari segi kegiatan ekonomi, efisiensi biaya produksi juga dilakukan di
penataan ruang dengan cara memperpendek jarak tempuh dari masing-masing
unsur produksi, yaitu dengan disatukannya hunian, produksi/pabrik, pergundangan
dan pemasaran dalam sebuah kawasan. Semakin maraknya produk efisiensi ini
menghasilkan banyaknya kawasan campuran yang saling berdekatan antara industri
sekaligus permukiman. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan
kekumuhan ruang kota karena kota-kota Eropa. Apalagi pada masa itu, arsitektur
kota-kota di Eropa dibangun dengan gaya klasik dengan gang-gang sempit tanpa
adanya sistem drainase dan sanitasi yang direncanakan untuk dapat menampung
Proses Perencanaan Kota 2
Permasalahan ruang
ini kemudian mendorong
munculnya teori zonasi
(zoning) yang menekankan
pada usaha untuk membagi
lahan menjadi beberapa fungsi tertentu yang spesifik. Teori zonasi inilah yang
menjadi titik tolak bagi sejarah perencanaan kota di dunia yaitu kristalisasi modern
planning dan urban planning di Eropa.
Pertumbuhan
kota di dunia ketiga
sangat pesat yang
didorong oleh adanya
berbagai second hand
technology dari negara
maju telah
menyebabkan kota
memiliki daya tarik
bagi masyarakat desa.
Dampak yang paling
nyata dari hal ini
adalah terjadinya proses urbanisasi besar-besaran. Hal ini telah menyebabkan
beban kota menjadi pesat dan memunculkan berbagai masalah tata ruang seperti
kampung kumuh, kurangnya infrastruktur kota, munculnya sektor informal dan
terjadinya urban primacy. Berbagai permasalahan tersebut kemudian mendorong
munculnya urban planning kedua. Proses urban planning pada tahap ini ditandai
dengan munculnya perencanaan komprehensif, pendekatan-pendekatan ilmiah
dalam perencanaan kota, dan perkembangan sistem kelembagaan di negara-negara
dunia ketiga.
Dimulai pada zaman pra Yunani (zaman perunggu), Yunani, Romawi, abad
pertengahan, Renaissance dan Boroque, Revolusi Industri hingga pasca industri.
Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai Jenis-Jenis Perencaaan, kali ini kita
mencoba mengetahui sejarah perkembangan perencanaan wilayah dan kota.
Mengenai sejarah perkembangan perencanaan wilayah dan kota di dunia lebih
jelasnya sebagai berikut :
Yunani
Contoh kotanya : Athena di Yunani, Miletus dan Priene di Mesir dan Thurij di
Italia. Jumlah penduduknya diperkirakan antara 40.000 - 100.000.
Romawi
Keberhasilan menaklukkan
wilayah lain membuat Romawi
membangun jalan-jalan di seluruh
imperiumnya dari Inggris sampai
Babilon dan dari Spanyol sampai
Mesir. Pembangunan jalan-jalan
tersebut bertujuan untuk
memperlancar arus komunikasi dan
perdagangan dari Roma dan
memudahkan pasukan bergerak untuk mengamankan dan menumpas
pemberontakan;
Mulai muncul seni sehingga kota lebih artistik; Tokoh perancang yang
terkenal antara lain Leonardo da Vinci dan Michelangelo.
Proses Perencanaan Kota 6
Revolusi Industri
Pabrik-pabrik tersebut
memerlukan bahan baku yang lancar dan
memasarkan hasilnya ke konsumen,
yang tentunya memerlukan sarana
transportasi yang cepat;
Munculnya kapal uap dan kereta api uap (1800 an). Kota menjadi lebih
terbuka dengan dibangunnya infrastruktur rel kereta api yang dapat menghubungkan
ke daerah luar kota;
Muncul tokoh yang terkenal dengan konsep Kota Taman (kristalisasi konsep
kota baru dalam mengurangi masalah kota industri), yaitu Ebenezer Howard (1896).
Selain itu jgua muncul Patrick Gaddes, yang menyarankan "perencanaan fisik tidak
dapat meningkatkan kondisi kehidupan kota, kecuali jika diterapkan secara terpadu
dengan perencanaan ekonomi dan perencanaan sosial yang berkaitan dengan
lingkungan". Gaddes menyebutnya "urban conurbation".
Pasca Industri
Sejarah Perencanaan Wilayah dan Kota di Indonesia. Terdapat 5 masa, yaitu masa
VOC dan Penjajahan Belanda, Masa Perang Dunia II - Tahun 1950an, Masa 1950 -
1960, Masa 1970 - 2000 dan masa tahun 2000an.
Secara teknis, perencanaan fisik di Indonesia sudah dimulai sejak masa VOC di
abad 17 yaitu dengan telah adanya De Statuten Van 1642, yaitu ketentuan
perencanaan jalan, jembatan, batas kapling, pertamanan, garis sempadan, tanggul-
tanggul, air bersih dan sanitasi kota;
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda terjadi 2 hal yang dapat dikatakan sebagai
dasar perencanaan kota, yaitu : munculnya Regeringsregelement 1854 (RR 1854),
berisi sistem pemerintahan dengan penguasa tunggal di daerah residen; dan
diundangkannya Staatblad 1882 Nomor 40 yang memberikan wewenang kepada
Proses Perencanaan Kota 8
Beberapa Peristiwa yang cukup berpengaruh pada masa tersebut yaitu Revolusi
industri, politik kulturstelsel pada masa Van den Bosch, Politik Etis dan terbitnya
perangkat institusi dan konstitusi.
A. Faktor Sosial
Faktor Kependudukan
B. Faktor Ekonomi
Proses Perencanaan Kota 10
Kegiatan usaha
C. Politik ekonomi
Tingkat peran serta ini adalah yang paling rendah dimana masyarakat hanya dipakai
namanya sebagai anggota dalam berbagai badan penasihat advising board. Dalam
hal ini tidak ada peran serta masyarakat yang sebenarnya dan tulus, tetapi
diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi dari pihak penguasa.
Proses Perencanaan Kota 11
Pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal dibagi
antara pihak masyarakat dengan pihak pemegang kekuasaan. Dalam hal ini
disepakati bersama untuk saling membagi tanggung jawab dalam perencanaan,
pengendalian keputusan, penyusunan kebijaksanaan dan pemecahan berbagai
masalah yang dihadapi.
Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan
pada rencana atau program tertentu. Untuk memecahkan perbedaan yang muncul,
pemilik kekuasaan yang dalam hal ini adalah pemerintah harus mengadakan tawar
menawar dengan masyarakat dan tidak dapat memberikan tekanan-tekanan dari
atas.
Pada tingkat ini masyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur program atau
kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Mereka mempunyai
kewenangan dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-pihak luar yang
hendak melakukan
perubahan. Dalam hal ini
usaha bersama warga
dapat langsung
berhubungan dengan
sumber-sumber dana
untuk mendapatkan
bantuan atau pinjaman
dana, tanpa melewati pihak ketiga.
Tidak ada peran serta atau non participation yang meliputi manipulation dan therapy.
Peran serta masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa ketentuan atau
degrees of tokenism yang meliputi informing, consultation dan placation.
Untuk mengukur tingkat peran serta dapat dilakukan dengan mengukur tingkat peran
serta individu atau keterlibatan individu dalam kegiatan bersama yang dapat diukur
dengan skala yang dikemukakan Chapin dan Goldhamer (dalam Slamet,1994:82-
89). Chapin mengungkapkan bahwa skala peran serta dapat diperoleh dari
penilaian-penilaian terhadap kriteria-kriteria tingkat peran serta sosial yaitu :
Berdasarkan skala peran serta individu tersebut maka dapat disimpulkan skala untuk
mengukur peran serta masyarakat yaitu :
• PERATURAN
LAND DEVELOPMENT • PERIJINAN
(PESRSIL, BLOK & SEKTOR) • PENGAWASAN
• PENERTIBAN
• KELEMBAGAAN
ZONING REGULATION
Proses Perencanaan Kota 16
Proses Perencanaan Kota 17
Quickbird adalah citra dengan resolusi tinggi yang dioperasikan oleh Digital
Globe. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial 61 centimeter untuk pankromatik dan
2,44 meter untuk multispektral. Pada resolusi seperti ini , bngunan, jalan, jembatan,
dan detail infrastruktur lainnya akan tampak dengan jelas. Aplikasi citra Quickbird ini
meliputi pemetaan kota dan pedesaan serta sumber daya alam dan bencana,
pemetaan objek pajak, pertanian dan analisis hutan, pertambangan, teknik sipil,
konstruksi, dan deteksi perubahan. Ditinjau dari kemampuan resolusi yang dimiliki,
data citra resolusi ini dapat digunakan sebagai sumber data utama untuk melakukan
penyadapan informasi penggunaan lahan. Pemanfaatan citra Quickbird ini
digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan lahan. Proses identifikasi dilakukan
secara onscreen dengan memanfaatkan perangkat lunak Sistem Informasi
Geografis (SIG). Dengan data ini obyek yang luas dapat diteliti tanpa harus
mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga akan efisien dalam waktu.
Namun hasil penyadapan data membutuhkan data lapangan yang memadai untuk
memperoleh hasil analisis yang baik.
Dalam perencanaan suatu wilayah dan perkotaan yang masih baru memang
membutuhkan suatu prosedur dan langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan dan
dianalisis secara tepat sejak awal baik untuk jangka pendek, menengah dan
panjang, demi terwujudnya suatu wilayah dan kota yang memenuhi syarat-syarat
yang ideal bagi masyarakat yang akan hidup, beraktifitas dan berinteraksi di
dalamnya baik dari aspek teknik perencanaan, ekonomi, sosial, budaya, administrasi
dan aturan, politik, kondisi alam dan lingkungan. Secara sederhana dapat
didefinisikan bahwa Wilayah merupakan kombinasi antara kota dengan daerah yang
ada disekitarnya/dibelakangnya sedangkan kota merupakan bagian dari suatu
wilayah yang hanya berfokus pada aktifitas dan interaksi manusia yang ada di dalam
perkotaan. Pembentukan suatu kota awalnya berasal dari proses urbanisasi dimana
Proses Perencanaan Kota 19
terjadi proses perpindahan manusia dari daerah pedesaan ke daerah baru untuk
membentuk suatu kota, dengan kata lain urbanisasi tidak hanya bersifat negatif yang
sekarang ini sering diperdebatkan dalam masalah kependudukan di kota-kota besar
melainkan juga suatu proses pembentukan kota/pengkotaan. Secara umum dalam
perencanaan suatu wilayah dan perkotaan haruslah memenuhi syarat-syarat dasar
berikut ini:
Aman
Dalam pengertian ini menunjukkan bahwa suatu wilayah dan kota haruslah
menjamin rasa aman bagi masyarakat/penduduk yang hidup dan beraktifitas di
dalamnya. Pengertian aman dalam hal ini dapat berkaitan dengan bermacam-
macam aspek kehidupan misalnya aman dari tindak kriminalisme, aman dalam
berlalu lintas, aman dari konflik sosial, aman dari pencemaran dan kerusakan
lingkungan, aman dari segi kestabilan perekonomian masyarakat, aman dari
ketidakstabilan politik dan rasa aman dari berbagai hal dalam kehidupan masyarakat
dalam suatu wilayah dan kota.
Nyaman
penduduk dalam suatu wilayah dan kota, misalnya daerah dengan zona gempa yang
tinggi, daerah rawan longsor dan banjir pastinya mempengaruhi tingkat keyamanan
dan keamanan masyarakatnya.
Berkelanjutan
Suatu wilayah dan kota yang baik dan ideal yaitu jika seluruh unsur pembentuk
suatu wilayah saling bersinergi dan berjalan dengan baik dan berkelanjutan dari
masa ke masa ke arah yang lebih maju dan baik. Berkelanjutan dalam hal ini yaitu
perkembangan dari suatu wilayah dan perkotaan pada kondisi sekarang dimana
mengalami perubahan yang memberikan dampak positif kepada masyarakat di
dalamnya dan mempertahankan yang telah dinilai baik dalam masyarakat dari
seluruh aspek yang mendukung perkembangan dan kemajuan suatu wilayah dan
kota ke arah kondisi yang akan datang secara berkesinambungan.
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri
atas RTRW Kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas
nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar
sector, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari
RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui
optimasi pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi
lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi
kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke
dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai
dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi
secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke
dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci
tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau
kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga
penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu
dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat
dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan
rencana detail tata ruang.
Kawasan strategis adalah Kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan
termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Proses Perencanaan Kota 22
Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya penjabaran rencana umum tata
ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai dengan aspek
utama yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan strategis tersebut.
Tingkat kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis sepenuhnya mengikuti
luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem administrasi.
Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah diatur
atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada jenjang
diatasnya maupun dibawahnya.
Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan
terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik
mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai
instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam permberian advise
planning dalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
Proses Perencanaan Kota 23
Peramalan hasil dan dampak dari alternatif yang dapat dilakukan dengan
metode ekstrapolasi dan model interaksi.
3. “Desain” Alternatif (pengembangan alternatif)
Desain diperlukan untuk abstraksi pemberian bentuk respon terhadap kebutuhan
atau permasalahan sebagai sarana memahami ide dan mempersiapkan diskripsi
sistem yang diusulkan atau artifak. Abstraksi ini merupakan tahapan proses
pembuatan keputusan yang bertujuan melakukan perubahan situasi yang ada
kedalam situasi yang diinginkan. Desain alternatif penting dalam perencanaan
karena merupakan bagian integral dari pembuatab keputusan.
4. Uji Perencanaan (seleksi alternatif)
Uji perencanaan dilakukan untuk menganalisi apakah alternatif tersebut dapat
diimplementasikan berdasarkan hambatan dan potensi yang telah diperhitungkan.
Hambatan tersebut dapat berupa hambatan ekonomi dan fisik, kekuasaan hukum
dan politik, serta kepentingan pribadi tertentu. Semua faktor tersebut harus dinilai
dalam pengujian alternatif apakah realistis atau tidak.
5. Evaluasi (monitoring-pengendalian)
Evaluasi merupakan tahap memilih pilihan alternatif yang akan diambil melalui
estimasi dampak dari alternatif tersebut. Kriteria evaluasi menentukan alternatif yang
akan diambil. Kriteria tersebut berupa efisiensi alternatif jika diterapkan. Metode
yang dilakukan berupa analisis untung rugi, analisis efektifitas, dan analisis dampak.
Analisis untung dikaitkan antara output dengan nilai uang. Sedangkan analisis
efektifitas mengaitkan biaya dalam evaluasi progam alternatif antara output progam
dengan output progam yang serupa. Serta analisis dampak menggunakan matrik
dan beberapa sistem penilaian untuk mengindikasi nilai relatif, manfaat, atau
kerugian dari setiap output dan dampak tertentu dalam konteks evaluasi khusus.
Metode yang mengkombinasikan penilaian dari motede diatas adalah neraca
perencanaan. Dimana dalam metode ini mempertimbangkan distribusi dan non
moneter. Selain itu terdapat metode matrik tujuan prestasi yang menggambarkan
dampak perencanaan terhadap tujuan dan kelompok kepentingan yang berbeda
dengan prioritas tujuan yang berbeda pula.
Proses Perencanaan Kota 26
Studi Kasus
Kota Sonipat terletak pada jarak 52 kilometer melalui jalan darat dan 44
kilometer dengan kereta api dari New Delhi. Terdapat Jalan Nasional yang terletak 8
kilometer di timur dari kota utama. Hal ini juga terkait dengan Ibu Kota Negara
melalui jalan darat dan kereta api. Kota ini memiliki konektivitas yang baik dengan
interior negara serta bagian negara tetangga Utter Pradesh [Town and Country
Planning, 2003].
Proses Perencanaan Kota 29
Kawasan industri berada di bagian utara dan tenggara kota. Pada sisi utara
merupakan makanan gula yang terletak di tanah desa Jatwara dan Jhowarhi (Gbr.
2). Sementara di selatan dan bagian tenggara terdapat simpul industri skala kecil
seperti spareparts sepeda, perakitan sepeda lengkap, alat-alat tangan, kawat
berduri, bagian-bagian mesin jahit, baut dan mur, steel re-rolling, kaca dan keramik,
karet barang, lampu dan lampu tabung dan lain-lain.
Proses Perencanaan Kota 30