Anda di halaman 1dari 109

PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
SANTI ULIARTA SIMAMORA
NIM. 131000499

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
SANTI ULIARTA SIMAMORA
NIM. 131000499

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Perencanaan

Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul Tahun

2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

Santi Uliarta Simamora

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu upaya penting dalam


manajemen logistik obat. Perencanaan kebutuhan obat disetiap sarana pelayanan
kesehatan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan obat bagi pengguna jasa
pelayanan kesehatan. Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam
pengelolaan obat dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai
dan menghindari kekosongan obat. Perencanaan obat di RSUD Doloksanggul
belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, hal ini mengakibatkan kekosongan
dan kelebihan obat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD
Doloksanggul. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu melalui wawancara
mendalam dengan berpedoman pada pedoman wawancara (interview guide) yang
telah dipersiapkan sebelumnya serta menggunakan data sekunder atau data-data
yang diperoleh dari di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 7 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan obat di instalasi
farmasi RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan pedoman pengelolaan obat
yang di rekomendasikan oleh kementerian kesehatan sehingga perencanaan obat
di RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Hal ini
terjadi karena tenaga perencanaan obat belum memahami cara merencanakan
kebutuhan obat yang tepat, tenaga perencanaan obat belum pernah mengikuti
pelatihan manajemen logistik farmasi khususnya perencanaan obat. Selain itu,
data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan obat belum mencukupi Hal
ini mengakibatkan perencanaan obat yang dilakukan tidak optimal, sehingga
terjadi kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over
stock).
Disarankan bagi seluruh tenaga perencanaan obat di instalasi farmasi
RSUD Doloksanggul supaya menyusun perencanaan kebutuhan obat setiap
tahunnya dengan analisis kebutuhan obat yang efektif, efisien dan tepat waktu.
Diharapkan kepada pihak RSUD Doloksanggul supaya melakukan penambahan
tenaga perencanaan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga
melalui pelatihan mengenail perencanaan obat dan bagi tenaga perencanaan
supaya melakukan melakukan proses pemilihan obat diharapkan supaya
memenuhi kriteria pemilihan obat yang baik.

Kata kunci : Perencanaan, Kebutuhan Obat

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
Medicinal needs planning is one of important efforts in medicinal logistics
management. The planning of medicines needs in every health service facility is
intended to determine the need of medicines for the users of health
services.Medical planning as an early stage in medicinal management with the
aim of obtaining appropriate types and quantities of medicinal and avoiding
medicinal void. The planning of medicines needs in RSUD Doloksanggul not in
accordance with the needs of hospitals, this resulted in vacuum and excess
medicines.
The research used qualitative apporoach wich was aimed to to analyze the
planning of medicinal requirements in pharmaceutical installations RSUD
Doloksanggul. This research uses primary data that is through in-depth
interviews with guided interviews (interview guide) that have been prepared
previously and using secondary data or data obtained from the pharmacy
installation RSUD Doloksanggul. Informants in this study amounted to 7 people.
There were seven informans.
The results showed that the process of medicines planning in the pharmacy
installation of Doloksanggul hospitals has not been in accordance with the
medicines management guidelines recommended by the ministry of health so that
drug planning in RSUD Doloksanggul not in accordance with the needs of the
hospital. This happens because drug medicines planning personnel have not
understood how to plan for proper drug needs, drug planning personnel have
never attended pharmaceutical logistics management training, especially drug
planning. In addition, the data needed in the process of drug planning has not
been sufficient. This resulted in medicines planning that was not done optimally,
resulting in a vacuum of medicines (out of stock) and partly overdone (over
stock).
It is advisable for all planning personnel in pharmacy installation of
RSUD Doloksanggul in order to arrange drug requirement planning every year
with effective, efficient and timely drug requirement analysis. It is expected that
the RSUD Doloksanggul to increase the planning personnel and improve the
knowledge and ability of the personnel through the training of medicines
planning and for the planning personnel to conduct the medicines selection
process is expected to meet the criteria of good medicines selection.

Keyword : Planning, The need for medicinal

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat. Judul yang

penulis ajukan adalah ”Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Doloksanggul Tahun 2017”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,

dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum sebagai rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah mengesahkan skripsi penulis secara

resmi.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan sekaligus dosen pembimbing I, yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

4. dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan masukan

dan saran yang membangun, serta penuh kesabaran dalam membimbing

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Dra.Jumirah, Apt, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran

dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH selaku dosen penguji II yang

telah memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

7. dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan saran kepada penulis selama perkuliahan.

8. Ayahanda Kepler Simamora dan Ibunda Rohana Lumbanraja yang terkasih,

penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kasih sayang, doa,

dukungan, dan ketulusannya dalam mendampingi penulis selama kuliah,

penelitian hingga penulisan skripsi. Adik-adik Wesly R Martogi Simamora,

Regina Apriliani Maranatha Simamora, Lerum Parulian Simamora, beserta

tante penulis Fany Sefana Raz Singarimbun, SKM dan sepupu Jhon Wesley

yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan doa kepada penulis

dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,

maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dengan

harapan skripsi ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan penelitian

selanjutnya.

Medan, Oktober 2017


Penulis

Santi Uliarta Simamora

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8


2.1 Rumah Sakit ............................................................................... 8
2.2 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit ................................................ 9
2.2.1 Tujuan Pelayanan Farmasi................................................. 9
2.2.2 Tugas pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi1 .................. 1
2.2.3 Staf dan Pimpinan Pelayanan Farmasi .............................. 11
2.2.4 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan ................... 12
2.2.5 Organisasi .......................................................................... 13
2.2.6 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit ................... 13
2.2.7 Sarana dan Prasarana IFRS ............................................... 14
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat ..................................................... 18
2.3.1 Perencanaan ....................................................................... 18
2.3.2 Kebutuhan Obat ................................................................. 22
2.4 Tahap-tahap Perencanaan Kebutuhan Obat ................................ 26
2.4.1 Tahap Pemilihan Obat ....................................................... 26
2.4.2 Tahap Kompilasi Penggunaan Obat .................................. 27
2.4.3 Tahap Perhitungan Obat .................................................... 27
2.5 Kerangka Pikir ............................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 36


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 36
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................... 36
3.3 Informan Penelitian .................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara


3.4 Karakteristik Informan ............................................................... 37
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 38
3.6 Pengolahan Data ......................................................................... 38
3.7 Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 38
3.8 Metode Analisis Data ................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 40


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 40
4.1.1 Sejarah RSUD Doloksanggul ............................................ 40
4.1.2 Letak Geografis ................................................................. 42
4.1.3 Demografis ........................................................................ 42
4.1.4 Visi dan Misi RSUD Doloksanggul .................................. 42
4.1.5 Tenaga Kesehatan .............................................................. 43
4.1.6 Jumlah Kunjungan Pasien ................................................. 44
4.1.7 Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul .................. 44
4.2 Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul ...................................... 45
4.2.1 Struktur Organisasi ............................................................ 46
4.2.2 Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi .......................... 46
43. Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi ....................................... 47
4.4 Hasil Penelitian ........................................................................... 48
4.4.1 Input ................................................................................... 48
4.4.2 Proses ................................................................................. 54
4.4.3 Output ................................................................................ 57

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 59


5.1 Ketersediaan Input dalam Proses Perencanaan Obat .................. 59
5.2 Pelaksaan Proses dalam Menghasilkan Output .......................... 65
5.3 Output Perencanaan Obat............................................................ 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 74


6.1. Kesimpulan ................................................................................ 75
6.2. Saran .......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 76

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode
Epidemiologi ....................................................................... 31
Tabel 3.1 Karakteristik Informan ........................................................ 41
Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan RSUD Doloksanggul ................... 47
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Pasien di RSUD Doloksanggul ............ 48
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul ........... 48
Tabel 4.4 Data 10 Penggunaan Obat di RSUD Doloksanggul ............ 49
Tabel 4.5 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi
RSUD Doloksanggul ........................................................... 50
Tabel 4.6 Daftar Obat di Luar Formularium Nasional ........................ 60

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Tahapan Prosedur Perencanaan Perbekalan Farmasi ........... 33


Gambar 2.2 Kerangka Pikir ....................................................................... 34

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pedoman wawancara ........................................................... 78
Lampiran 2 Matriks Hasil Penelitian ...................................................... 84
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian............................................................. 90
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian .................................................... 91

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Santi Uliarta Simamora yang lahir pada tanggal 31 Juli

tahun 1995 dan beragama Kristen Protestan. Saat ini penulis bertempat tinggal di

Jln. Mandolin No.18, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru, Kota

Medan, Kode Pos 20156. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara

oleh pasangan Ayahanda Kepler Simamora dan Ibunda Rohana Lumban Raja.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri No. 177061

Silaban Margu pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, lalu melanjutkan

pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4 Lintongnihuta pada

tahun 2007 dan selesai tahun 2010, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di

SMA Negeri 1 Lintongnihuta pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun

2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara dan selesai tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009,

kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang

harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Salah satu sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012

adalah subsistem obat dan perbekalan kesehatan yang merupakan tatanan berbagai

upaya perencanaan, pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan dan pengawasan obat

serta perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung. Tujuan

subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan

kesehatan yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta

termanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat melalui upaya kesehatan.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintregrasi dan berkesinambungan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan

oleh pemerintah dan /atau masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak

terlepas dari tersedianya obat-obatan (Undang-Undang Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara


Nomor 36 Tahun 2009 ).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan yang bermutu

dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Pelayanan

Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada

pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil

yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam

pelayanan kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi.

Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi

manusia (Depkes, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), Instalasi Farmasi Rumah

Sakit, adalah bagian yang bertanggung jawab penuh di bidang pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit, bagian ini dikepalai oleh Apoteker. Instalasi

Farmasi merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan, mengadakan,

menyimpan, mendistibusikan, melakukan pengendalian penggunaan, serta

melakukan pencatatan dan pelaporan obat dalam suatu rumah sakit. Perencanaan

kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan obat merupakan salah satu

fungsi yang menentukan dalam pengadaan obat, dengan tujuan mendapatkan jenis

dan jumlah obat yang sesuai dan menghindari kekosongan obat.

Salah satu upaya penting dalam manajemen logistik obat dan perbekalan

kesehatan adalah perencanaan kebutuhan obat, karena proses perencanaan yang

baik akan menghasilkan pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan sarana

pelayanan kesehatan. Perencanaan merupakan rangkaian proses pembuatan daftar

kebutuhan obat sejak dari pemilihan macam dan jumlah obat serta menghitung

dana yang dibutuhkan sampai pada penyesuaian dana yang ada, sehingga

diperoleh sebuah daftar perencanaan kebutuhan obat (Depkes, 2008)

Aksesibilitas obat ditentukan oleh ketersediaan obat bagi pelayanan

kesehatan. Pada tahun 2013, tingkat ketersediaan obat telah mencapai 96,82%,

meningkat dari pada tahun sebelumnya yang mencapai 92,5%. Walaupun

demikian, ketersediaan obat tersebut belum terdistribusi merata antar-provinsi.

Data tahun 2012 menunjukkan terdapat 3 provinsi dengan tingkat ketersediaan di

bawah 80%, sementara terdapat 6 Provinsi yang memiliki tingkat ketersediaan

Universitas Sumatera Utara


obat lebih tinggi dari 100%. Disparitas ini mencerminkan belum optimalnya

manajemen logistik obat (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Walaupun ketersediaan obat cukup baik, tetapi pelayanan kefarmasian di

fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai standar. Pada

tahun 2013, baru 35,15% Puskesmas dan 41,72% Instalasi Farmasi RS yang

memiliki pelayanan kefarmasian sesuai standar. Penggunaan obat generik sudah

cukup tinggi, tetapi penggunaan obat rasional di fasilitas pelayanan kesehatan

baru mencapai 61,9%. Hal ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya

penerapan formularium dan pedoman penggunaan obat secara rasional.

(Riskesdas, 2013).

Pentingnya pengelolaan perbekalan farmasi yang baik juga disadari oleh

pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doloksanggul, karena

sebagai rumah sakit yang didirikan sejak tahun 1906 yang merupakan milik dari

pemerintah Kabupaten Humbanghasundutan, rumah sakit ini diharapkan mampu

menjalankan perannya untuk menjamin kelangsungan dan mutu pelayanan

kesehatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Humbanghasundutan. Rumah Sakit

yang memiliki visi “Terwujudnya Rumah Sakit Mandiri, Prima serta Unggul

dalam Pelayanan” ini merupakan pusat rujukan di wilayah Kabupaten

Humbanghasundutan, dan memiliki poliklinik lengkap untuk pasien dari bayi

sampai lansia.

Berdasarkan data rekam medik RSUD Doloksanggul selama dua tahun

terakhir (2015 dan 2016) kunjungan pasien rawat jalan dari 13.298 pasien menjadi

15.910 pasien artinya meningkat sebesar 19,64% , dan jumlah pasien rawat inap

Universitas Sumatera Utara


dari 2.346 pasien menjadi 2.704 pasien artinya meningkat sebesar 15,26%. Data

tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kunjungan pasien yang cukup berarti

sepanjang tahun 2015-2016. Hal ini tentu saja perlu disikapi dengan memberikan

pelayanan yang efektif dan efisien termasuk juga di pelayanan farmasi, karena

dengan angka kunjungan yang tinggi tentu saja akan menimbulkan permintaan

obat cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2015-2016, diperoleh adanya obat yang

telah kadaluarsa yaitu sebanyak 2,1 % pada tahun 2015 dan 3% pada tahun 2016,

dalam persentase yang sebenarnya seharusnya tidak ada obat yang kadaluarsa.

Selain itu, terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan.

Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Instalasi Farmasi

RSUD Doloksanggul, Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sudah mempunyai

Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang Perencanaan Perbekalan Farmasi

Tahun 2016, namun pada kenyataannya pihak Instalasi Farmasi RSUD

Doloksanggul mengakui bahwa mereka belum pernah melakukan perencanaan

kebutuhan obat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu dokter

juga memberikan resep di luar formularium rumah sakit, sehingga obat yang

dibutuhkan harus dibeli dari apotik di luar rumah sakit, akibatnya pasien harus

menunggu karena obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia. Selain itu karena

rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang menerima rujukan

rujukan di wilayah Kabupaten Humbanghasundutan, mengakibatkan peningkatan

jumlah kunjungan pasien tidak dapat ditentukan. Pemesanan obat dilakukan oleh

kepala instalasi farmasi kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan

menggunakan e-catalog secara berkala, dimana pemesanan obat melalui e-katalog

Universitas Sumatera Utara


berlaku sejak tahun 2014 secara nasional. Adapun kendala dalam proses

pemesanan yaitu, obat yang dipesan terkadang tidak tersedia di PBF sehingga

terjadi kekosongan obat. Selain itu sumber daya manusia dalam proses

perencanaan obat masih kurang, sehingga belum terbentuk tim perencanaan obat.

Hasil penelitian Zebua tahun 2015 menunjukkan bahwa Proses

perencanaan kebutuhan obat di UPT BKIM, RS Kusta Lau Simomo, dan UPT RS

Kusta P.Sicanang masih belum sesuai dengan pedoman pengelolaan obat dan

perbekalan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan, baik berkaitan

dengan proses perencanaan, seleksi kebutuhan obat, evaluasi obat dan proyeksi

kebutuhan obat.

Hasil penelitian Rahmah tahun 2013 menunjukkan bahwa pelaksanaan

manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

belum optimal, terlihat dari instalasi farmasi tidak melaksanakan perencanaan

obat, tim perencanaan obat tidak terpadu, dan tidak memiliki jadwal kegiatan

penyusunan rencana kerja operasional.

Berdasarkan hasil penelitian Sinuraya tahun 2013 di RSUD Dr. Hadrianus

Sinaga perencanaan tidak berjalan dengan baik sehingga pemenuhan obat tidak

tercapai karena hanya memakai metode konsumsi, kurang kerjasama antara

bidang perencaan dengan bidang farmasi, dan kurang terampilnya petugas bidang

perencanaan-Penganggaran hanya berdasarkan pada dana yang tersedia dari

pemerintah daerah sehingga kurang memenuhi kebutuhan obat.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

memperoleh gambaran tentang Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Doloksanggul.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini

adalah “Bagaimana perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

Tahun 2017?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD

Doloksanggul tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan ketersediaan input (sumber daya manusia,

metode, data) dalam proses perencanaan obat.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan perencanaan obat dalam

menghasilkan output berupa dokumen perencanaan obat tahun yang akan

datang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang perencanaan

obat di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam

penemuan metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai rujukan bagi peneliti lebih lanjut

di waktu yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang

rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai

fungsi yaitu:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan peroraangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga seseuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

Pedoman organisasi rumah sakit umum menyatakan bahwa rumah sakit

umum harus melaksanakan beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah fungsi

menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan nonmedik. Dalam hal

penunjang medik, maka salah satu pelayanan penting di dalamnya adalah

pelayanan farmasi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

(2014), Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Menurut Aditama (2006), instalasi farmasi rumah sakit merupakan satu-

satunya unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan

mendistribusikannya kepada pasien, bertanggungjawab atas semua barang farmasi

yang beredar di rumah sakit serta bertanggungjawab atas pengadaan daan

penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik

petugas maupun pasien. Instalasi farmasi rumah sakit harus memiliki organisasi

yang memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker dengan personalia lain

meliputi para apoteker, asisten apoteker, tenaga administrasi serta tenaga

penunjang teknis.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Tujuan Pelayanan Farmasi

Menurut Depkes (2004), tujuan pelayanan farmasi adalah :

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi.

3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.

4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.

6. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.

7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.

2.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi

1. Tugas Pokok Pelayanan Farmasi

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit

2. Fungsi Pelayanan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang

berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

2.2.3 Staf dan Pimpinan Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan :

1. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.

2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.

3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.

Universitas Sumatera Utara


4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-

3) dan Tenaga Menengah Farmasi.

5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan

peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun

administrasi barang farmasi.

6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan

mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang

bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.

7. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan

kebutuhan.

9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau

tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki

kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait

dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja

yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

2.2.4 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan

Setiap staf di rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun

program pengembangan staf.

Universitas Sumatera Utara


2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan

tanggung jawab.

3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.

4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan

program pendidikan berkelanjutan.

5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh

organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait.

6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi :

a. penggunaan obat dan penerapannya

b. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi

c. praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi

2.2.5 Organisasi

Menurut Kementerian Depkes (2004), bagan organisasi adalah bagan

yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.

Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan

perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu

dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai

harapan pelanggan.

Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus

didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang

berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.

Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang

kefarmasian dan alat kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


2.2.6 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit

Menurut Depkes (2004), tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit personalia pelayanan farmasi rumah sakit adalah sumber daya manusia yang

melakukan pekerjaan kefarmasian dengan persyaratan:

1. Terdaftar di Departement Kesehatan

2. Terdaftar di Asosiasi Profesi

3. Mempunyai Izin Kerja

4. Mempunyai SK Penempatan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

(2014), untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam

penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang

disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung

jawabnya.

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:

a. Apoteker

b. Tenaga Teknis Kefarmasian

2. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari :

a. Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian

b. Tenaga Administrasi

c. Pekarya/Pembantu pelaksana

Universitas Sumatera Utara


Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang Apoteker

yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki

pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun.

2.2.7 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus didukung

oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan

kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah

Sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan

langsung kepada pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang

dilengkapi penanganan limbah.

Peralatan yang memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan

kalibrasi alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau

institusi yang berwenang. Peralatan harus dilakukan pemeliharaan,

didokumentasi, serta dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

1. Sarana

Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat

menunjang fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin lingkungan kerja

yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.

a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:

Ruang Kantor/Administrasi yang terdiri dari ruang kantor/Administrasi

terdiri dari: a) ruang pimpinan, b) ruang staf, c) ruang kerja/administrasi tata

usaha, dan d) ruang pertemuan. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Universitas Sumatera Utara


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai a) Kondisi umum untuk ruang

penyimpanan: (1) Obat jadi (2) Obat produksi (3) bahan baku Obat (4) Alat

Kesehatan b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan: (1) Obat termolabil (2)

bahan laboratorium dan reagensia (3) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar (4)

Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik) 3) Ruang distribusi Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari distribusi

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai rawat jalan

(apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit farmasi). Ruang distribusi harus cukup

untuk melayani seluruh kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang distribusi terdiri dari: a) Ruang distribusi

untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan

resep dan peracikan. b) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara

sentralisasi maupun desentralisasi di masing-masing ruang rawat inap. 4) Ruang

konsultasi / konseling Obat.Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai

sarana untuk Apoteker memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam

rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang

konsultasi/konseling harus jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah

Sakit dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat berinteraksi dengan

baik. Ruang konsultasi/konseling dapat berada di Instalasi Farmasi rawat jalan

maupun rawat inap. 5) Ruang Pelayanan Informasi Obat ,Pelayanan Informasi

Obat dilakukan di ruang tersendiri dengan dilengkapi sumber informasi dan

teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon. 6) Ruang produksi;

b. Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


1) Ruang tunggu pasien; 2) Ruang penyimpanan dokumen/arsip Resep dan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak;

3) Tempat penyimpanan Obat di ruang perawatan;

4) Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.

2. Peralatan

Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk perlengkapan

peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk

Obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran

dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap

tahun. Peralatan yang paling sedikit harus tersedia:

a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan Obat baik steril dan

nonsteril maupun aseptik/steril;

b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip;

c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan Informasi Obat;

d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika;

e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk Obat yang termolabil;

f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik;

g. Alarm.

Sistem komputerisasi harus diadakan dan difungsikan secara optimal

untuk kegiatan sekretariat, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi

ini harus terintegrasi dengan sistem informasi Rumah Sakit untuk meningkatkan

efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah diperoleh untuk

Universitas Sumatera Utara


monitoring terapi pengobatan dan fungsi klinik lainnya. Sistem komputerisasi

meliputi:

1) Jaringan

2) Perangkat keras

3) Perangkat lunak (program aplikasi)

4) Peralatan Pendistribusian/Pelayanan

- Pelayanan rawat jalan (Apotik);

- Pelayanan rawat inap (satelit farmasi);

- Kebutuhan ruang perawatan/unit lain.

5) Peralatan Konsultasi

- Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet,dan brosur dan lain-lain;

- Meja, kursi untuk Apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk menyimpan

profil pengobatan pasien;

- Komputer;

- Telpon;

- Lemari arsip;

- Kartu arsip.

6) Peralatan Ruang Informasi Obat

- Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan Informasi Obat;

- Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak;

- Komputer;

- Telpon – Faxcimile;

Universitas Sumatera Utara


- Lemari arsip;

- Kartu arsip;

- TV dan VCD player.

7) Peralatan Ruang Arsip

- Kartu Arsip;

- Lemari/Rak Arsip.

2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat

2.3.1 Perencanaan

Menurut Febriawati (2013), Perencanaan adalah proses untuk merumuskan

sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat menyelesaikan

tugas pekerjaannya dengan baik. Sebelum perencanaan ditetapkan, umumnya

didahului oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan datang (Seto

dkk, 2008).

Menurut Subagya yang dikutip oleh Febriawati (2013), perencanaan adalah hasil

rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman, dan

keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam membuat

keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan. Suatu rencana

harus didiukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit

mendapatkan dukungan bahkan sebaliknyab akan berakibat tidak lancar dalam

pelaksanaannya. Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting

dalam manajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan fungsi

Universitas Sumatera Utara


manajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi perencanaan

merupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan. Tanpa

adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan baik.

Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau tuntunan terhadap

proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Muninjaya,

2004). Ada beberapa prinsip dalam suatu perencanaan antara lain:

1. Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada

pencapaian tujuan (principle of contribution to objective).

2. Suatu perencanaan efisien, jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat

mencapai tujuan dengan biaya uang sekecil-kecilnya (principle of efficiency of

planning).

3. Asas mengutamakan perencanaan (principle of primary of planning)

Perencanaan merupakan keperluan utama para pemimpin dan fungsi

manajemen lainya (organizing, staffing, directing dan controlling). Seorang

tidak akan dapat melaksanakan fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui

tujuan dan pedoman dalam menjalankan kebijaksanaan.

4. Asas kebijaksanaan pola kerja (principle of policy frame work). Kebijaksanaan

dapat mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja dan program kerja

tersusun.

5. Asas waktu (principle of timing). Waktu perencanaan relatif singkat dan tepat.

6. Asas keterikatan (the commitment principle). Perencanaan harus

memperhitungkan jangka waktu keterkaitan yang diperlukan untuk

pelaksanaan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


7. Asas fleksibilitas (the principle of flexibilility). Perencanaan yang efektif

memerlukan fleksibilitas, tetapi bukan berarti mengubah tujuan.

8. Asas alternatif (principle of alternative). Alternatif pada setiap rangkaian kerja

dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam pelaksanaan

pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Febriawati (2013), dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan,

pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan (sasaran) diperkukan kerjasama

yang terus menerus antara pimpinan/staf, perencana, pelaksana, dan pegawas

dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas

masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk

mencapai sasaran organisasi).

Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha dalam

penentuan skala prioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak

lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini

akan menghasilkan antara lain :

1. Rencana pembelian

2. Rencana rehabilitasi

3. Rencana dislokasi

4. Rencana sewa

5. Rencana pembuatan

Menurut Febriawati (2013), dalam tahapan perencanaan logistik,

perencanaan logistik dikatakan baik apabila perencanaan tersebut mampu

menjawab hal-hal sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Apa yang dibutuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat.

2. Berapa yang dibutuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah

yang tepat.

3. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat.

4. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat.

5. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan

unit atau orang yang tepat.

6. Mengapa dibutuhkan (why) untuk memeriksa apakah keputusan yang diambil

sudah tepat.

Perencanaan di dalam manajemen logistik adalah dalam merencanakan

pemenuhan kebutuhan logistik, yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon

pemakai (user), kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-

masing organisasi.

Menurut Herlambang yang dikutip oleh Febriawati (2013) manfaat dari

sebuah perencanaan adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Tujuan yang ingin dicapai

2. Jenis dan struktur organisasi yang diinginkan

3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan beserta tugasnya masing-masing

4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan

5. Bentuk dan standar yang akan dilakukan

2.3.2 Kebutuhan Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

Universitas Sumatera Utara


patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36, 2009).

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 bahwa tujuan subsistem

obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan

yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta termanfaatkan secara

berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan

kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Unsur utama subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari

perencanaan, pengadaan, pemanfaatan dan pengawasan, yakni : perencanaan obat

dan perbekalan kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat

dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan,

pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan

obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah

direncanakan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan, pemanfaatan obat dan

perbekalan kesehatan adalah upaya pemerataan dan peningkatan keterjangkauan

obat dan perbekalan kesehatan, dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan

adalah upaya menjamin ketersediaan, keterjangkauan, keamanan serta

kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan.

Menurut Febriawati (2013), perencanaan kebutuhan farmasi merupakan

proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumalh dan harga perbekalan farmasi yang

sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat

dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan

Universitas Sumatera Utara


yang telah ditentukan antara lain, konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Perencanaan dan penentuan kebutuhan obat merupakan fungsi yang pertama

dalam logistik farmasi karena perencanaan merupakan langkah nyata pertama

dalam usaha mencapai tujuan. Perencanaan harus terlihat dengan jelas apa yang

harus dikerjakan dalam kurun waktu tertentu. Perencanaan dan penentuan

kebutuhan obat di gudang farmasi mutlak diperlukan agar terpenuhi tingkat

persediaan yang telah ditetapkan.

Perencanaan obat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka

menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar

konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai

sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dan pengadaan obat

merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai

dengan pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat

dilakukan dengan membentuk tim perencanaan obat yang bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana obat melalui kerja sama

antar instansi yang terkait dengan masalah obat (Oschar dan Jauhar, 2016).

Adapun yang menjadi pedoman dasar perencanaan pengadaan obat yaitu

1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

2. Formularium rumah sakit

3. Standar terapi rumah sakit

4. Ketentuan setempat yang berlaku

Universitas Sumatera Utara


5. Data catatan medik

6. Anggaran yang tersedia

7. Penetapan prioritas

8. Siklus penyakit

9. Sisa persediaan

10. Data pemakaian periode yang lalu

11. Rencana pengembangan.

Menurut Oschar dan Jauhar (2016), beberapa tujuan perencanaan dalam

farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan

untuk mencegah terjadinya kekukarangan atau kelebihan persediaan farmasi serta

meningkatkan penggunaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada beberapa hal

yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat yaitu :

1. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat

mencapai tujuan dan sasaran.

2. Persyaratan barang meliputi kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu

merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.

3. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.

4. Pertimbangan anggaran dan prioritas.

Menurut Febriawati (2013), tujuan perencanaan pengadaan obat adalah

untuk menapatkan :

1. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati

kebutuhan.

2. Menghindari terjadinya kekosongan obat.

Universitas Sumatera Utara


3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Manfaat perencanaan menurut Herlambang dan Arita yang dikutip oleh

Febriawati (2013) dalam buku yang berjudul “Manajemen Kesehatan dan Rumah

Sakit” adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Tujuan yang ingin dicapai.

2. Jenis dan struktur organisasi yang diinginkan.

3. Jenis dan jumlah staf yang diiginkan beserta tugasnya masing-masing.

4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.

5. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

Menurut Kemenkes RI (2010), tujuan perencanaan obat adalah untuk

menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perencanaan adalah obat salah satu fungsi

yang menentukan dalam proses pengadaan obat di rumah sakit.

Menurut Febriawati (2013), hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

melakukan perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Bottom up dari pemakai.

2. Pola penyakit yang ada.

Standard terapi, untuk ini WHO telah menetapkan untuk penyakit X obatnya

tertentu dan hal ini harus diikuti oleh semua dokter.

3. Bed Occupation Rate (BOR)

4. Lenght of stay (LOS)

Universitas Sumatera Utara


5. Sisa stok untuk ini pemakai tidak tahu, misalnya tersedia 1000 kapsul, yang

sudah terpakai 900 dan sisanya 100, maka nanti apabila akan membeli kapsul

yang sama cukup 900 saja.

6. Formularium, tidak ditetapkan oleh komite farmasi dan terapi.

7. Lead time, waktu yang dibutuhkan untuk barang tersebut diproses sampai

barang tersebut datang.

8. Kapasitas gudang, ada tempat untuk menyimpan dan menghindari kerusakan.

9. Anggaran

Menurut Oschar dan Jauhar (2016), ada 2 cara yang digunakan dalam

menetapkan kebutuhan, yaitu berdasarkan:

1. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai

kasus penderita dengan dasar formularium rumah sakit, kebutuhan disusun

dengan dasar tersebut.

2. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi

rumah sakit atau akuntasi instalasi farmasi rumah sakit.

2.4 Tahap – tahap Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum

melakukan proses pengadaan obat. Tahap – tahap yang diperlukan dalam

kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain :

2.4.1 Tahap Pemilihan Obat

Menurut Kemenkes (2010), fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah

perbekalan obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan

Universitas Sumatera Utara


dan pola penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan obat yang baik yaitu

meliputi:

1. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis.

2. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.

3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug

of choise) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, Formularium

RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon

Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

2.4.2 Tahap Kompilasi Penggunaan Obat

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui

penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan

selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang

didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah jumlah penggunaan

tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan. persentase

penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun

seluruh unit pelayanan dan penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan

farmasi.

Universitas Sumatera Utara


2.4.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menurut Oschar dan Jauhar (2016), tahap ini bertujuan untuk menghindari

masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses

perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat

jumlah dan tepat waktu.

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang

berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit.

Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila

informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja.

Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi

secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka diharapkan perbekalan

farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan

tersedia pada saat dibutuhkan. Ada 9 langkah perhitungan kebutuhan obat, yaitu:

1. Menghitung pemakaian nyata per tahun

2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

3. Menghitung kekurangan obat

4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang

6. Menghitung waktu tunggu (lead time)

7. Menghitung stok pengaman (buffer stock)

8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan

datang

9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui

beberapa metode:

1. Metode Konsumsi

Secara umum, metode konsumsi menggunakan konsumsi obat individual

dalam memproyeksikan kebutuhan obat yang akan datang berdasarkan analisa

data konsumsi obat tahun sebelunya (Oschar dan Jauhar, 2016).

Menurut Febriawati (2013), metode konsumsi didasarkan atas analisa data

konsumsi perbekalan farmasi periode sebelumnya dengan berbagai penyesuaian

dan koreksi. Langkah-langkah perencanaan dengan metode konsumsi, antara lain

sebagai berikut :

a. Langkah Evaluasi yang terdiri dari

1) Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu

2) Evaluasi suplay obat periode lalu

3) Evaluasi data stock, distribusi dan penggunaan obat periode lalu

b. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang dengan memperhatikan:

1) Perubahan populasi cakupan pelayanan

2) Perubahan pola morbiditas

3) Perubahan fasilitas pelayanan

c. Penerapan perhitungan

1) Penetapan periode konsumsi

2) Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu

3) Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan

4) Lakukan koreksi terhadap stock out

Universitas Sumatera Utara


5) Hitung lead time untuk menentukan safety stock

Menurut Kemenkes (2010), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

rangka menghitung jumlah perbekalan obat yang dibutuhkan adalah sebagai

berikut:

1. Pengumpulan dan pengolahan data

2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi

3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Rumus untuk menghitung kebutuhan obat dengan metode konsumsi adalah

sebagai berikut :

A = (B+C+D) - E

Keterangan:

A = Rencana pengadaan

B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan

C= Stok pengaman 10%-20%

D = Waktu tunggu 3-6 bulan

C= Sisa stok
2. Metode Morbiditas atau Epidemiologi

Menurut Kemenkes (2010), langkah-langkah dalam metode ini adalah:

a. Menentukan jumlah pasien yang dilayani

b. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit

c. Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.

d. Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

Universitas Sumatera Utara


e. Penyesuaian dengan aloksi dana yang tersedia.

Adapun data yang perlu dipersiapkan dalam perhitungan metode

morbiditas adalah :

a. Perkiraan jumlah populasi penduduk yang diklasifikasikan berdasarkan jenis

kelamin dan umur antara 0-4 tahun, 5-14 tahun, 15-44 tahun dan > 45 tahun.

b. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur.

c. Kejadian masing-masing penyakit per tahun

d. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang sesuai

dengan pedoman pengobatan .

e. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun untuk seluruh populasi

pada kelompok umur yang ada.

f. Menghitung perkiraan jumlah obat tertentu dan jenis obat tertentu untuk setiap

diagnosa yang dibandingkan dengan standar pengobatan

g. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat

dapat dipergunakan pedoman pengobatan yang ada.

h. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan

memperhitungkan faktor perkembangan pola kunjungan, lead time dan stok

pengaman

i. Menghitung jumlah yang harus diadakan tahun anggaran yang akan datang

Instalasi farmasi rumah sakit perlu mendata sepuluh besar penyakit dari

unit terkait. Data ini bermanfaat untuk menentukan skala prioritas dalam

menyesuaikan rencana pengadaan obat dengan dana yang tersedia.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode Morbiditas

No Metode Konsumsi Metode Morbiditas


1 Pilihan pertama dalam perencanaan Lebih akurat dan mendekati
dan pengadaan kebutuhan yang sebenarnya
2 Lebih mudah dan cepat dalam Pengobatan lebih rasional
Perhitungan
3 Kurang tepat dalam penentuan jenis Perhitungan lebih rumit
dan jumlah
4 Mendukung ketidakrasionalan Tidak dapat digunakan untuk
dalam penggunaan semua penyakit
5 Data yang diperlukan:
a. Kunjungan pasien
b. Sepuluh besar pola penyakit
c. Prosentase dewasa dan anak

Tahapan prosedur perencanaan obat di rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Masing-masing ruangan pelayanan (user) harus menyusun daftar kebutuhan

barang farmasi dengan memperhatikan data konsumsi, data epidemiologi serta

data/ jumlah stok yang ada.

2. Daftar kebutuhan tersebut dikirim kepada kepala instalasi farmasi dimana

ruangan pelayanan/user tersebut berada.

3. Kepala instalasi pelayanan merekap seluruh usulan ruangan-ruangan yang ada

dalam organisasinya menjadi daftar kebutuhan instalasi.

4. Mengirim daftar usulan kebutuhan tersebut ke instalasi farmasi.

5. Di instalasi farmasi usulan kebutuhan tersebut akan:

a. Dibandingkan dengan data pemakaian periode yang lalu.

b. Dikurangi jumlahnya dengan jumlah yang masih ada.

c. Dihitung nilai uangnya, hal ini bertujuan untuk memperkirakan alokasi

anggaran yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


6. Diusulkan ke pengendali program (wadirpen untuk barang farmasi rutin,

wadirmed untuk barang farmasi non rutin).

7. Dari pengendali program usulan tersebut itu diteruskan ke pengendali

anggaran.

8. Dibuat surat perintah untuk panitia peneriaan farmasi.

9. Panitia pembelian melaksanakan tender.

10. Pemenang tender mengirim barang ke panitia penerimaan barang farmasi

11. Barang yang tidak bermasalah dikirim ke gudang instalasi farmasi untuk

disimpan dan disalurkan.

12. Barang yang masih bermasalah dikirim ke gudang transito/karantina

Ruangan Kepala Instalasi Pengendalian


Instalasi farmasi program
User
Farmasi

Pengendalian
anggaran

Pengendalian
pembelian

Penyimpanan Panitia Supplier


/gudang farmasi penerimaan rekanaan

Gambar 2.1Tahapan Prosedur Perencanaan obat

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Pikir

Perencanaan Obat

Input Proses Output

Tersusunnya
- SDM - Pemilihan Jenis
dokumen
- Metode Obat
- Data perencanaan
- Perhitungan obat tahun yang
Jumlah Obat
akan datang

Gambar 2.2 Kerangka pikir

Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan defisini fokus penelitian

sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia adalah semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam

proses perencanaan obat dengan melihat latar belakang pendidikan yang tepat,

dan jumlah yang mencukupi.

2. Metode adalah cara yang digunakan untuk menyusun perencanaan kebutuhan

obat meliputi penentuan jumlah dan jenis obat.

3. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses

perencanaan obat.

Universitas Sumatera Utara


4. Hasil dari perencanaan adalah dokumen perencanaan obat tahun yang akan

datang.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yang menekankan analisis proses dan proses berpikir secara induktif

yang berkaitan dengan antarfenomena yang diamati yang bertujuan untuk

mendeskripsikan perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul dengan

pertimbangan RSUD Doloksanggul merupakan salah satu RSUD kelas C yang

masih memiliki permasalahan perencanaan obat yaitu terjadinya kekosongan obat

dan kelebihan obat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai selesai.

3.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan tehnik Purposive

Sampling, yaitu metode pemilihan informan dengan menentukan terlebih dahulu

kriteria yang akan dimasukkan kedalam penelitian, dimana informan dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Maka dalam penelitian ini

informan penelitian berjumlah 7 orang yang bertugas melakukan perencanaan

obat yaitu

1. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana (bagian yang membawahi instalasi farmasi)

Universitas Sumatera Utara


2. Direktur

3. Kepala Sub Bagian Perencanaan

4. Kepala Penunjang Medis

5. Kepala Instalasi Farmasi

6. Staff Farmasi

7. Staff Farmasi

3.3.1 Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang, yang terdiri dari 1

informan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana, 1 informan Direktur,1 informan

Kepala Sub Bagian Perencanaan, 1 informan Kepala Bidang Pelayanan Medis, 1

informan Kepala instalasi dan 2 informan Staff instalasi. Adapun tabel

karakteristik informan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Karakteristik Informan

Informan Jabatan Jenis Umur Pendidikan


Kelamin (tahun)
1 Kepala Seksi Sarana Laki-laki 50 tahun S2
dan Prasarana
2 Direktur Laki-laki 55 tahun S2
3 Kepala Sub Bagian Laki-laki 48 tahun S2
Perencanaan
4 Kepala Bidang Perempuan 46 tahun S2
Pelayanan Medis
5 Kepala instalasi Perempuan 45 tahun S1
6 Staff instalasi Perempuan 37 tahun S1
7 Staff instalasi Perempuan 30 tahun S1
3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus

penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Wawancara mendalam (in-depth interview) dengan informan dipandu dengan

pedoman wawancara dan direkam dengan menggunakan voice recorder yang

bertujuan untuk menemukan masalah lebih terbuka, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti mencatat, dan merekam apa yang ditemukan oleh

informan.

2. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis mengenai

fenemona sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudia dilakukan

pencatatan.

3.5 Pengolahan Data

Pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan pengecekan kembali

data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran atau

informasi kepada informan yang satu dengan informan yang lainnya.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan

sebagai pedoman waancara, voice recorder, dan catatan..

3.7 Metode Analisa Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013), aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

Universitas Sumatera Utara


sampai tuntas. Adapun langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai

berikut :

1. Reduksi data (data reduction) yaitu, merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

dan memfokuskan pada hal-hal yang penting.

2. Penyajian data (data dislay) yaitu, penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat,bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan sejenisnya. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing) yaitu, penarikan kesimpulan yang

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang

dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah RSUD Doloksanggul

Perjalanan dan sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul sudah

panjang dan lama boleh dikatakan sejak zaman Penjajahan Belanda, dimulai

sekitar tahun 1906 oleh Tuan Pendeta Herling seorang Pendeta Missionari dari

Barmen Jerman telah membangun sebuah Rumah Sakit yang disebut Rumah Sakit

Zending yang dibangun oleh para Pendeta Missionaris di kompleks gereja

Doloksanggul, Tapanuli, Sumatera Indonesia dimana pemilikan Rumah Sakit

pada saat itu adalah Gereja.

Pada awalnya Rumah Sakit ini berkapasitas 15 tempat tidur dengan luas

bangunan 750 meter persegi. Pada waktu itu Rumah Sakit ini dipimpin oleh Tuan

Dokter Hoeke dan dibantu sekitar 10 orang tenaga perawat untuk melayani,

sampai tahun 1939 Rumah Sakit Zending berfungsi dengan baik.

Pada tahun 1940, saat Indonesia dijajah Jepang, kegiatan Rumah Sakit

Zending ini berhenti, gedung Rumah Sakit difungsikan untuk keperluan tentara

Jepang seperti gudang amunisi dan lumbung makanan oleh penjajah Jepang.

Seluruh Petugas Kesehatan pada meninggalkan Rumah Sakit dan kembali ke

negeri masing-masing, petugas kesehatan yang pribumi pergi ke hutan. Tahun

1940 – 1942 para Pendeta Missionaris terpaksa keluar dari Tapanuli, semua

kegiatan Zending (Gereja, Pendidikan dan Kesehatan) terpaksa berhenti dan

Universitas Sumatera Utara


kepemimpinan Gereja beralih kepada bangsa Indonesia suku Batak yaitu Ompui

Pendeta J. Sihombing.

Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka Rumah Sakit ini diaktifkan

kembali oleh para pendeta gereja HKBP yang dibantu Missionaris Jerman, dan

kegiatan Zendingpun sudah mulai berfungsi dan Rumah Sakit dinamakan Rumah

Sakit HKBP Doloksanggul dimana yang memimpin Rumah Sakit ini adalah

seorang perawat yaitu Bapak Paian Samosir.

Pada tahun 1960 oleh gereja menyerahkan pengelolaannya kepada

Pemerintah Negara Republik Indonesia c/q. Bupati Kabupaten Tapanuli Utara.

Pemerintah dan masyarakat Doloksanggul membangun bersama serta

memindahkan lokasi Rumah Sakit ke lokasi sekarang di Desa Bonanionan

disebelah utara komplex gereja HKBP Doloksanggul dengan klasifikasi Rumah

Sakit adalah Kelas D dengan kapasitas tempat tidur 30 tempat tidur, dengan nama

Rumah Sakit Penolong Doloksanggul. Tahun 1999 Rumah Sakit Umum Daerah

Doloksanggul resmi naik kelas menjadi Kelas C, sesuai dengan:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 966/Menkes/SK/

VIII/1999, Tanggal 03 Agustus 1999 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit

Umum Daerah Doloksanggul Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II

Tapanuli Utara dari Kelas D menjadi Rumah Sakit Kelas C;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 32 Tahun 2001 tanggal 16

Oktober 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

Daerah Doloksanggul;

Universitas Sumatera Utara


3. Surat Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 72 Tahun 2001 tentang Uraian

tugas Kepala, Subbag, Seksi pada Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul;

4. Peraturan Bupati Humbang Hasundutan Nomor 13 Tahun 2008 tentang Uraian

Tugas Jabatan pada Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Humbang

Hasundutan tanggal 3 November 2008 (Berita Acara Kabupaten Humbang

Hasundutan Tahun 2008 Nomor 240).

4.1.2 Letak Geografis

RSUD Doloksanggul didirikan tahun 1906 yang terletak di Jl. Dr. Ferdinan

L. Tobing No. 1 Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas wilayah

kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93 Ha yang terletak pada 201’ -

2028’ LU dan 98058’ BT dengan ketinggian 330-2.075 m/dpl dan berbatasan

dengan :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Samosir

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah

3. Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

4. Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Barat

4.1.3 Demografi

Berdasarkan data Humbang Hasundutan dalam Angka 2016 (BPS Kab.

Humbang Hasundutan), jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan

sebanyak 181.026 jiwa, terdiri dari laki-laki 89.906 jiwa dan perempuan 91.120

jiwa. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Doloksanggul sebanyak 46.715

jiwa dan terkecil di Kecamatan Sijamapolang sebanyak 5.315 jiwa.

Universitas Sumatera Utara


4.1.4 Visi, Misi, dan Motto RSUD Doloksanggul

RSUD Doloksanggul memiliki visi “Terwujudnya rumah sakit mandiri,

prima serta unggul dalam pelayanan” . Adapun misi RSUD Doloksanggul adalah

sebagai berikut: Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional sesuai

Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang

senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ikut serta membantu

terselenggaranya kegiatan pendidikan dan latihan program pendidikan dokter

spesialis, akademi keperawatan, dan akademi kebidanan, menciptakan suasana

kerja yang kondusif dan berdisiplin.

RSUD Doloksanggul memiliki motto yaitu, “Kunjungan dan Kesembuhan

Anda adalah Harapan dan Kebanggaan Kami”.

4.1.5 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan di RSUD Doloksanggul sebanyak 196 orang. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan RSUD Doloksanggul

No Strata Pendidikan Jumlah


1 S3 -
2 S2 (Dokter Spesialis) 8
3 Dokter Umum 12
4 Dokter Gigi 1
5 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
6 Sarjana Ekonomi 3
7 S1 Komputer 1
8 Sarjana Farmasi/Apoteker 2
9 Sarjana Fisika/Analis Kebijakan 1
10 Asisten Apoteker/DIII Farmasi/SMF 6

Universitas Sumatera Utara


84
11 Perawat/Perawat Gigi/Anastesi

12 Bidan 29
13 Akademi Kesehatan Lingkungan 2
14 Nutrisionis/Ahli Gizi 5
15 Analis Kesehatan 6
Keteknisan medis (Eletromedik & 16
16
Penata Rontgen)
17 Fisioterapis 2
18 D III Akuntansi 3
19 D III Sistem Informasi 1
20 D III Perumahsakitan 1
21 SMA/SMK 8
22 STM 2
23 SD 2
Jumlah 196
Sumber : Profil RSUD Doloksanggul Tahun 2016

4.1.6 Jumlah Kunjungan Pasien


Tabel 4.2 Jumlah kunjungan pasien di RSUD Doloksanggul Tahun 2015 -
2016
Tahun
No Jenis kunjungan
2015 2016
1 Rawat jalan 13.298 15.910
2 Rawat inap 2.346 2.704
3 Jlh Pasien Askes/BPJS 7.800 10.668
4 Jlh Pasien Umum Seluruhnya 7.844 5.447
Sumber : Rekam medik RSUD Doloksanggul Tahun 2016

4. 1.7 Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul

No Jenis Sarana/prasarana Jumlah


1 UGD 1
2 ICU 1
3 Ruang OK 1
4 Poli Umum/ VCT 1
5 Ruang OK 1
6 Poli Anak 1
7 Poli Kebidanan 1

Universitas Sumatera Utara


8 Poli Bedah 1
9 Poli Penyakit Dalam/ poli DOTS TB 1
10 Poli Mata 1
11 Gizi 1
12 Laboratorium 1
13 Radiologi 1
14 Apotik Umum 1
15 Apotik BPJS 1
16 Fisioterapi 1
17 Tata Usaha 1
18 Ruang Direktur 1
19 Loket 1
20 Ruang Tunggu 1
21 Ruang Rotgen 1
22 Dapur 1
23 Ruang Rawat Inap Kelas III 1
24 Ruang Rawat Inap Kelas II 1
25 Ruang Rawat Inap Kelas VIP 1
26 Tempat tidur 117
27 Alat-alat kedokteran bedah 26
28 Alat-alat poliklinik anak 10
29 Alat-alat kedokteran radiologi 12
30 Alat-alat penyakit dalam 20
31 Alat-alat laboratorium 50
32 Ambulance 1
Sumber : Profil RSUD Doloksanggul Tahun 2016

4.2 Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

Instalasi farmasi merupakan bagian yang bertanggung jawab penuh di

bidang pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Doloksanggul yang bertujuan

untuk menyediakan obat-obatan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan,

bertanggungjawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit, serta

bertanggungjawab atas pengadaan daan penyajian informasi obat yang siap pakai

bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien. Jumlah resep yang

dilayani oleh instalasi farmasi tahun 2016 adalah sebanyak 102.480 resep.

Universitas Sumatera Utara


Letak instalasi farmasi RSUD Doloksanggul berada di sebelah kiri dari

pintu masuk dan apotek berada di depan ruang instalasi farmasi. Pegawai di

instalasi farmasi di RSUD Doloksanggul berjumlah 11 orang.

Tabel 4.4 Data Sepuluh Penggunaan Obat Terbanyak di RSUD Doloksanggul

Tahun 2016

No Nama Obat Stock Penerimaan Pemakaian Stock


awal obat akhir

1 Lansoprazole30 mg 20000 0 2879 17103


2 Neurohax tab 1226 2000 2744 482
3 Paracetamol tab. 11108 0 2146 8962
500 mg
4 Ciprofloxacin tab 576 5000 1959 3617
500 mg
5 Metoclopramide 10 182 20500 1839 18843
mg
6 Asam Mefenamat 8354 1113 7241
500 mg
7 Ringer Lactat, inf 4024 1079 2945
8 Ceftriaxon serb.inj 7327 576 966 6937
1000 mg
9 Cefadroxil tab, 6762 906 5856
500 mg
10 Metformin 500 mg 6762 846 19606
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul Tahun 2016

4.2.1 Struktur Organisasi

Instalasi farmasi RSUD Doloksanggul dikepalai oleh seorang apoteker

yang dibantu oleh petugas pada yang masing-masing menempati sub-sub kegiatan

di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul, namun belum ada struktur organisasi

yang dibuat secara tertulis oleh pihak instalasi farmasi RSUD Doloksanggul.

4.2.2 Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

Tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sebanyak

11 orang. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 Jumlah Tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD
Doloksanggul

No Tenaga Kefarmasian Jumlah


1 Apoteker 3
2 D-III Farmasi 8
Jumlah 11
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul Tahun 2016

4.2.3 Sarana di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

Adapun sarana yang terdapat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

adalah sebagai berikut:

1. Sarana fisik ruang kepala instalasi farmasi

a. Gudang farmasi

b. Ruang apotik

2. Sarana Administrasi terdiri dari : komputer, kartu stock, meja, lemari, kursi,

pena, dan spidol.

3. Sarana kesehatan:

a. Lemari/ rak obat

b. Lemari pendingin

c. Kertas

d. Wadah obat

4.3 Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sudah memiliki prosedur tetap

tentang perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yang diterbitkan pada tahun

2016. Prosedur Tetap Perencanaan Pengadaan Perbekalan Farmasi RSUD

Doloksanggul adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Pemakai (user) membuat perencanaan kebutuhan barang inventaris (alat) dan

mengajukan ke Kepala Bidang dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.

2. Pemakai membuat perencanaan kebutuhan barang habis pakai (bahan) yang

belum pernah diadakan dan disampaikan ke Instalasi Farmasi.

3. Petugas gudang membuat perencanaan kebutuhan barang data gudang dan

permintaan dari pemakai.

4. Masing-masing pemegang gudang menyampaikan perencanaan kepada Kepala

Sub Instalasi Perbekalan.

5. Kepala Sub Instalasi Perbekalan menyampaikan perencanaan pengadaan

barang ke Kepala Instalasi Farmasi.

6. Kepala Instalasi Farmasi mengkoreksi dan melengkapi khususnya tentang

spesifikasi barang yang diusulkan oleh Kepala Sub Instalasi Perbekalan dan

disesuaikan dengan dana yang tersedia.

7. Kepala Instalasi Farmasi menyampaikan usulan perencanaan pengadaan barang

ke Kepala Badan dengan tembusan kepada:

- Ketua Panitia Pengadaan

- Kepala Bag. Penunjang Medis

- Kepala Sub Instalasi Perbekalan

- Ketua Panitia Penerima Barang Medis

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Input

Input merupakan komponen yang memberi masukan untuk berfungsinya

satu sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan. Terdapat 4 aspek yang

Universitas Sumatera Utara


dikategorikan sebagai masukan (input) dalam proses perencanaan obat di instalasi

farmasi RSUD Doloksanggul yaitu sumber daya manusia, metode, dan data.

1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam proses perencanaan

obat

Berdasarkan hasil penelitian di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul

terhadap tenaga perencanaan obat, maka diperoleh hasil mengenai sumber daya

manusia sebagai berikut :

a. Kuantitas Sumber Daya Manusia

Hasil penelitian dengan wawancara mendalam dengan 7 informan

tentang kuantitas sumber daya manusia yang dijelaskan oleh informan adalah

sebagai berikut:

“Menurut saya tenaga kerja di instalasi farmasi masih kurang, perlu


penambahan tenaga kefarmasian lagi”. (Informan 3)

“Menurut saya tenaga kerja di instalasi farmasi masih kurang, perlu


penambahan tenaga kefarmasian lagi”. (Informan 3)

“Kalau untuk SDM dalam perencanaan ada 7 orang yaitu, Direktur,


Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Bidang Pelayanan Medis,
Kepala Instalasi dan 3 orang Staf Farmasi. Menurut saya sih Tenaga
perencanaan masih kurang. Kami sudah mengusulkan untuk
melakukan penambahan pegawai karena kami sangat kewalahan
dengan jumlah pegawai yang masih kurang dan belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan“.(Informan 4)

“Kalau menurut saya kita masih kekurangan tenaga yang kompeten


dalam pengelolaan obat, khususnya dalam hal perencanaan obat,
seharusnya dilakukan penambahan apoteker”. (Informan 6 )

Universitas Sumatera Utara


“Menurut saya tenaga farmasinya masih kurang sehingga tidak ada
tim perencanaan obat ,menurut saya sih perlu dilakukan penambahan
tenaga farmasi, agar perencanaan obat lebih baik ”.(Informan 7)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa tenaga

kesehatan yang terlibat dalam proses perencanaan obat berjumlah 7 orang yang

terdiri dari Kepala Seksi Sarana dan Prasarana (bagian yang membawahi instalasi

farmasi),Direktur, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Bidang Pelayanan

Medis, Kepala Instalasi dan 2 orang Staff Farmasi. Berdasarkan pernyataan

informan, jumlah SDM dalam proses perencanaan obat belum mencukupi

sehingga belum terbentuk tim perencanaan obat dan perlu dilakukan penambahan

pegawai karena jumlahnya belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia

Hasil wawancara mendalam tentang kualitas sumber daya manusia yang

dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:

“Kalau tentang Sumber Daya Manusia, dari segi kualitas juga masih
kurang, tentu saja pengetahuan akan perencanaan obat juga
berpengaruh kepada kemampuan”. (Informan 1)

“Dalam melakukan perencanaan kita masih kekurangan SDM yang


memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan obat, saya rasa
perlu dilakukan penambahan apoteker yang kompeten”. (Informan
5)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa dari segi

kualitas, SDM yang terlibat dalam proses perencanaan obat masih kurang baik,

sehingga masih diperlukan SDM yang memiliki kemampuan dalam melakukan

Universitas Sumatera Utara


perencanaan obat, yaitu dengan melakukan penambahan pegawai yang kompeten

dalam proses perencanaan tersebut.

Hasil wawancara mendalam tentang pelatihan terhadap sumber daya

manusia yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:

“Kalau untuk pelatihan dalam perencanaan kebutuhan obat sejauh ini


tidak ada” (Informan 1)

“Belum pernah dilakukan pelatihan tentang perencanaan obat,


padahal sangat dibutuhkan ya, untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan pegawai dalam melakukan perencanaan obat, selain itu
pengelolaan obat di rumah sakit ini meningkat” (Informan 2)

“Sampai sekarang belum pernah dilakukan perencanaan mengenai


perencanaan obat, harapannya pelatihan segera dilakukan yaa untuk
menghasilkan perencanaan obat yang baik” (Informan 3)

“Kita tidak pernah mengikuti pelatihan dek” (Informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa belum

pernah dilakukan pelatihan terhadap tenaga perencaan kebutuhan obat yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga perencaan

dalam melakukan perencanaan obat, serta menghasilkan perencanaan obat yang

baik.

2. Metode yang digunakan dalam proses perencanaan obat

Hasil wawancara mendalam tentang metode yang digunakan dalam proses

perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


“Dalam proses perencanaan obat, kita menggunakan metode
konsumsi, yaitu dengan melakukan usulan kebutuhan obat tahun
yang akan datang berdasarkan data penggunaan obat tahun
sebelumnya” (Informan 1)

Kita melakukan perencanaan obat dengan menggunakan metode


konsumsi yaa, untuk merencanakan obat , kita menyesuaikan pada
penggunaan tahun sebelumnya, lalu kita melakukan koreksi”.
(Informan 4)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa metode

yang digunakan dalam proses perencanaan obat adalah metode konsumsi yaitu

dengan menyesuaikan pada penggunaan obat tahun sebelumnya, melakukan

koreksi kemudian membuat usulan kebutuhan obat tahun yang akan datang.

3. Data yang digunakan dalam proses perencanaan obat

Hasil wawancara mendalam tentang data yang digunakan dalam proses

perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:

“Menurut saya, dokumen yang menjadi acuan dalam penyusunan


perencanaan obat adalah formularium nasional, dan data-data obat
dari instalasi farmasi” (Informan 1)

“Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada data jumlah dan jenis obat
tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia, data kunjungan
pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami
kekosongan, dan mengacu pada formularium nasional”. (Informan 2)
“Dokumen yang dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan
perencanaan obat adalah yang pasti formularium nasional data obat,
data pasien, harga obat , serta peraturan yang berlaku dek, setelah itu
baru kita analisa datanya” (Informan 3)

Universitas Sumatera Utara


“Dalam proses perencanaan kebutuhan obat tentu saja kita mengacu
pada data tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan sebelumnya
dalam laporan penggunaan obat, dan formularium nasional”
(Informan 4)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa data

yang dibutuhkan dalam proses perencanaan obat adalah berupa data jumlah dan

jenis obat yang digunakan pada tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia,

data kunjungan pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami

kekosongan, dan formularium nasional.

Hasil wawancara mendalam tentang Prosedur tetap tentang perencanaan

obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yang dijelaskan oleh informan

adalah sebagai berikut:

“Ya, kita sudah ada prosedur tetap perencanaan pengadaan


perbekalan farmasi. Namun, kami melakukan obat belum berdasarkan
prosedur tetap tersebut, karena prosedur tetap tersebut baru
diterbitkan tahun lalu. Jadi kami melakukan perencanaan obat
berdasarkan penggunaan obat tahun sebelumnya”. (Informan 4)

“Kita sudah memiliki prosedur tetap tentang perencanaan sejak tahun


lalu, tapi kita belum menerapkannya saat melakukan perencanaan.
Perencanaan dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. (Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa instalasi

farmasi RSUD Doloksanggul telah mempunyai prosedur tetap tentang

Perencanaan Pengadaan Perbekalan Farmasi yang dibuat pada tahun 2016. Namun

pada kenyataannya, petugas belum melakukan perencanaan obat sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan, dan mereka melakukan perencanaan berdasarkan

penggunaan obat tahun sebelumnya. Hasil wawancara mendalam tentang

kekosongan obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yang dijelaskan oleh

Universitas Sumatera Utara


informan adalah sebagai berikut:

“Ya, pernah. Akibatnya pasien tak jarang mengeluh karena petugas


harus membeli obat di luar” (Informan 3, Kepala Bidang Pelayanan
Medis)

“Terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan, hal ini


terjadi akibat dokter menulis resep tidak sesuai dengan formularium
nasional dan obat yang dipesan ke pemasok kedatangannya sering
terlambat hal ini dikarenakan obat disana sedang kosong”
(Informan 4)

“Yaa, pernah terjadi kekosongan obat misalnya obat kelas terapi


(analgetik) dan obat-obat diluar formularium nasional, sehingga kami
harus membeli ke apotik di luar rumah sakit”. (Informan 6)

“Yaa, pernah. Bagi pasien yang menggunakan BPJS, jika obat yang
diresepkan mengalami kekosongan maka petugas membelinya ke
apotik luar, yaa memakan waktu juga sih, dan pasien juga mengeluh
karena harus menunggu. Bagi pasien umum, jika obat yang
diresepkan mengalami kekosongan maka yang membeli obatnya
adalah pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan” (Informan 7)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa Instalasi

farmasi pernah mengalami kekosongan obat, misalnya beberapa obat kelas terapi

(analgetik) dan obat-obat yang diresepkan dokter di luar formularium nasional,

selain itu obat yang dipesan kepada pemasok sering terlambat karena obat yang

dipesan tidak tersedia.

Dampaknya bagi pasien BPJS, apabila terjadi kekosongan obat yang

diresepkan maka petugas akan membeli ke apotik luar, sedangkan bagi pasien

umum dibeli sendiri oleh pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan,

Universitas Sumatera Utara


akibatnya pasien sering mengeluh karena harus menunggu lama dan obat yang

diminta tidak langsung tersedia.

4.4.2 Proses

Terdapat 2 aspek yang dikategorikan sebagai proses dalam perencanaan

obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yaitu pemilihan jenis obat dan

perhitungan jumlah obat.

1. Pemilihan Jenis Obat

Hasil wawancara mendalam tentang pemilihan jenis obat dalam proses

perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:

“Untuk pemilihan obat ya kita cek dulu obat yang sering digunakan
dan obat yang jarang digunakan, obat yang essensial dan obat yang
branded, obat yang kadaluarsa dan obat yang baru diterima”.
(Informan 4)

“Kalau proses pemilihan seperti biasa kita pilah dulu mana yang obat
paten mana yang tidak yang sering digunakan, trus mana yang sering
tersedia (ready stok), setelah itu kita disusun kebutuhan obatnya”.
(Informan 5)

“Kita Cek dulu lah obat yang paling banyak habis..baru bisa kita buat
usulan anggaran obat untuk tahun berikutnya, termasuk didalamnya kita
seleksi juga obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak”.
(Informan 6)

“Menurut saya, kita pilih dulu obat yang paling sering digunakan , kita
kumpulkan data penyakit yang paling banyak, selanjutnya barulah kita
buat daftar kebutuhan obat tahun berikutnya”. (Informan 7)

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa proses pemilihan obat adalah melalui pemilahan jenis dan jumlah obat

yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan melakukan

seleksi obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Hasil wawancara

mendalam tentang resep yang dituliskan di luar formularium nasional di

instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yang dijelaskan oleh informan adalah

sebagai berikut:

“Terdapat beberapa jenis obat yang ditulis di luar sistem


formularium rumah sakit, sehingga kita harus membeli obat di apotik
luar rumah sakit. Hal ini membuat pasien mengeluh karena harus
menunggu lama”. (Informan 4)

“Ya, ada resep yang ditulis di luar formularium nasional, misalnya


Pornifar tab, Tracetate tab, Tofedex dan lai-lain”. (Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa ada

beberapa resep yang dituliskan di luar formularium nasional, seperti Pornifar tab,

Tracetate tab, Tofedex dan lai-lain, hal ini mengakibatkan petugas instalasi harus

membeli obat di apotik luar sehingga pasien mengeluh dan menunggu lama.

Berikut ini terdapat 26 jenis obat di luar formularium nasional. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Daftar obat di luar formularium nasional

No Nama Obat
1 Resfar Infunsion
2 Pomifar Tablet
3 Tracetate Tablet
4 Tracetate Syr

Universitas Sumatera Utara


5 Farnavon Inj/ Bisolvon Inj
6 Ositin Tablet
7 Proliva Tablet
8 Amox Tablet
9 D Vit Tablet
10 D Vit Syr
11 Provelyn 75 mg
12 Almen Tablet
13 Neuro Plus
14 Noveron
15 Bisolvon My
16 Tofedex
17 Analtram Tablet
18 L-Core Tablet
19 Regivell my
20 Provagin
21 Uterogestan
22 Proster
23 Noresteril
24 Myotonic
25 Emibion Tablet
26 Nulacta Plus
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul Tahun 2016

2. Perhitungan Jumlah Obat

Hasil wawancara mendalam tentang perhitungan jumlah obat dalam proses

perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:

“Menurut saya, perhitungan jumlah obat menggunakan metode


konsumsi yaitu dengan melihat data pemakaian obat peride lalu. Ada
9 langkah dalam melakukan perhitungan obat dan semua kita lakukan
,yaitu menghitung pemakaian nyata per tahun, menghitung pemakaian
rata-rata perbulan, menghitung kekurangan obat, menghitung
kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, menghitung kebutuhan obat

Universitas Sumatera Utara


tahun yang akan datang, menghitung waktu tunggu (lead time),
menghitung stok pengaman (buffer stock), menghitung kebutuhan obat
yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang, menghitung
jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang”.
(Informan 6)

“Perhitungan kebutuhan obat menggunakan metode konsumsi yang


didasarkan pada penggunaan obat periode sebelumnya” (Informan 4)

Hasil wawancara mendalam tentang perhitungan jumlah obat dalam proses

perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah proses perhitungan

jumlah obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul ada 9 langkah dalam

melakukan perhitungan obat dan semua kita lakukan, yaitu menghitung

pemakaian nyata per tahun, menghitung pemakaian rata-rata perbulan,

menghitung kekurangan obat, menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per

tahun, menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang, menghitung waktu

tunggu (lead time), menghitung stok pengaman (buffer stock), menghitung

kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang,

menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang.

menggunakan metode konsumsi yang didasarkan pada data penggunaan obat

tahun sebelumnya.

4.4.3 Output Dokumen perencanaan obat tahun yang akan datang

Hasil wawancara mendalam tentang kendala dalam proses perencanaan

instalasi farmasi RSUD Doloksanggul adalah sebagai berikut :

“Kalau kendalanya adalah terjadinya kekosongan obat”. (Informan 1)

Universitas Sumatera Utara


“Adanya obat-obat yang tidak tersedia” (Informan 2)

“Kendala yang sering terjadi adalah obat kosong”. (Informan 3)

“Menurut saya, kendalanya yang paling sering adalah terjadi


kekosongan obat, hal ini dikarenakan ada jenis obat yang tidak
tersedia di E-Catalog”. (Informan 4)

“Adanya obat-obatan yang tidak tersedia di instalasi farmasi rumah


sakit, karena stoknya tidak ada di E-Catalog” (Informan 5)

“Ya, tentu saja ada kendalanya, yaitu pernah terjadi kekosongan obat
karena stok tidak ada lagi. Stok lebih juga terjadi pada obat yang
jarang dipakai” (Informan 6)

“Kendalanya terjadi kekosongan obat” (Informan 7)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kendala

yang terjadi adalah terjadinya kekosongan obat, dikarenakan ada jenis obat yang

tidak tersedia di e-catalog. Selain itu, terjadi stok lebih pada obat yang jarang

dipakai.

Hasil wawancara mendalam tentang evaluasi penggunaan obat sebelumnya

di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul adalah sebagai berikut :

“Ya, kita lakukan. Caranya dengan melihat obat yang digunakan


sebelumnya, berapa stok yang ada, berapa obat yang kadaluarsa,
setelah itu dilakukan evaluasi” (Informan 1)

“Kita melakukan evaluasi biasanya pada akhir tahun, caranya seperti


biasalah didata dulu obat yang paling banyak digunakan, setelah itu
diusulkan kembali untuk menyusun kebutuhan obat berikutnya”
(Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


“Evaluasi penggunaan obat selalu kita lakukan setiap akhir tahun,
sehingga menjadi acuan untuk membuat kebutuhan obat tahun
berikutnya” (Informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa evaluasi penggunaan obat sebelumnya dilakukan pada akhir tahun, dengan

memperhatikan obat yang paling banyak digunakan, setelah itu diusulkan lagi

untuk membuat perhitungan kebutuhan obat tahun yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Ketersediaan input (sumber daya manusia, metode, data) dalam


proses perencanaan obat

Perencanaan obat merupakan salah satu upaya penting dalam manajemen

logistik obat. Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan

obat dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan

kebutuhan. Terdapat 3 aspek yang dikategorikan sebagai input yaitu sumber daya

manusia, metode, dan data yang berpengaruh pada proses perencanaan obat.

5.1.1 Ketersediaan sumber daya manusia dalam proses perencanaan obat

RSUD Doloksanggul memiliki tenaga kefarmasian yang berlatar belakang

disiplin ilmu kefarmasian. Tenaga kefarmasian mempunyai tugas dalam hal

pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Tenaga kesehatan yang terkait dalam

proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul bukan hanya

tanggung jawab pengelola obat (staff farmasi), melainkan adanya tenaga

kesehatan lain yang terlibat, adapun tenaga kesehatan tersebut antara lain direktur

RSUD Doloksanggul, Kepala Sub Bagian Perencanaan, dan Kepala Bidang

Pelayanan Medis.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa sumber daya manusia

dalam proses perencanaan belum mencukupi sehingga belum terbentuk tim

perencana obat dan perlu dilakukan penambahan pegawai karena jumlahnya

belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017 menyatakan bahwa, perencanaan

obat dilakukan dengan pembentukan tim perencana obat terpadu. Informasi

mengenai tim perencana obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep

dikutip dari wawancara dengan informan. Dari wawancara tersebut semua

informan mengatakan bahwa Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep

memiliki tim perencana obat, salah satu informan mengatakan bahwa tim tersebut

sesuai dengan struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep.

Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yang mengatakan

bahwa harus ada tim perencana di instalasi farmasi. Keterbatasan sumber daya

manusia khususnya tenaga Apoteker menjadi kendala terhambatnya pembentukan

tim perencanaan kebutuhan obat terpadu (Rumbay, 2015).

Sumber daya manusia dalam perencanaan obat memiliki peran penting

dalam melakukan aktivitas dan menjadi perencana untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Keterbatasan sumber daya manusia khususnya tenaga Apoteker

menjadi kendala terhambatnya pembentukan tim perencanaan kebutuhan obat

terpadu, dan dapat menjadi kendala dalam proses perencanaan kebutuhan obat dan

berpengaruh pada kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa, dari segi

kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam proses perencanaan obat masih

kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dan pengetahuan tenaga

perencanaan dalam melakukan tugasnya, sehingga diperlukan pelatihan mengenai

perencanaan obat.

Universitas Sumatera Utara


Tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul belum

pernah mengikuti pelatihan tentang perencanaan obat di rumah sakit. Hal ini

sangat berpengaruh terhadap proses perencanaan obat. Manajemen rumah sakit

belum memandang pentingnya peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga

perencanaan obat.

Setiap staf di instalasi farmasi rumah sakit harus diberi kesempatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Kepala instalasi farmasi

memiliki peran dalam pengembangan staf dan program pendidikan meliputi

menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan pelatihan berdasarkan

kebutuhan pengembangan kompetensi SDM, menentukan dan mengirim staf

sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (tugas dan tanggung jawabnya) untuk

meningkatkan kompetensi yang diperlukan.menentukan staf sebagai

pelatih/fasilitator sesuai dengan kompetensinya (Kemenkes, 2014).

Hasil penelitian Rumbay tahun 2015 menyatakan bahwa, proses

perencanaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara

masih belum tepat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang langka- langkah

yang harus diambil untuk proses perencanaan pengadaan obat yang tepat, tidak

adanya pelatihan petugas obat di puskesmas tentang tahap perencanaan obat

menyebabkan kekosongan baik di dinas kesehatan maupun di puskesmas. Sumber

daya manusia yang bertugas melaksanakan kegiatan perencanaan obat menjadi

faktor yang sangat berpengaruh.

Kurangnya tenaga farmasi khususnya apoteker yang terlatih

mengakibatkan tenaga kefarmasian terganggu. Sumber daya manusia yang

Universitas Sumatera Utara


bertugas melaksanakan pekerjaan kefarmasian di dinas kesehatan dan puskesmas

menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Kurangnya tenaga farmasi khususnya

Apoteker yang terlatih menyebabkan pekerjaan kefarmasian terganggu.

Pengatahuan petugas pengelola obat tentang manajemen pengelolaan obat

menjadi tidak baik. Hal ini dapat mempengaruhi keakuratan data sehingga

menyababkan perencanaan kebutuhan obat menjadi tidak tepat.

Dalam melakukan proses perencanaan dibutuhkan sumber daya manusia

yang kompeten, memiliki pengetahuan, ketererampilan dan kemampuan dalam

melakukan tugasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan yang bersifat

interaktif untuk memperbaiki mutu sumber daya manusia.

5.1.2 Metode yang digunakan dalam proses perencanaan obat

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa, metode yang

digunakan untuk menentukan kebutuhan obat adalah metode konsumsi, yaitu

dengan menyesuaikan pada penggunaan obat tahun sebelumnya, melakukan

koreksi, kemudian membuat usulan kebutuhan obat tahun yang akan datang.

Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017, kebutuhan perhitungan obat di

Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep sesuai dengan Permenkes Nomor 58

tahun 2014 yaitu menghindari kekosongan obat dengan metode konsumsi dan

morbiditas dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Menurut Febriawati (2013), perencanaan kebutuhan farmasi merupakan

proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang

sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat

dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan

Universitas Sumatera Utara


yang telah ditentukan antara lain, konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi

metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel

konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan

koreksi. Sedangkan metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu

tunggu (lead time).

Tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul

menggunakan metode konsumsi dikarenakan metode konsumsi lebih mudah dan

cepat dalam melakukan perhitungan, padahal perhitungan kebutuhan obat dengan

menggunakan metode konsumsi kurang tepat dalam penentuan jenis dan jumlah,

akibatnya terjadi kekosongan dan kelebihan obat. Jika dibandingkan dengan

metode morbiditas, perhitungannya lebih akurat dan mendekati kebutuhan yang

sebenarnya.

5.1.3 Data yang digunakan dalam proses perencanaan obat

Jenis data yang dipersiapkan oleh tenaga perencanaan obat di instalasi

farmasi RSUD Doloksanggul yaitu berupa data jumlah dan jenis obat yang

digunakan pada tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia, data kunjungan

pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami kekosongan, dan

formularium nasional.

Data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan obat belum

mencukupi, data penggunaan obat yang digunakan hanya data penggunaan obat

satu tahun terakhir terakhir, sementara data lain yang dibutuhkan tidak ada seperti

Universitas Sumatera Utara


data penerimaan, pengeluaran, sisa stock, waktu tunggu, stock pengaman, dan

pola kunjungan. Hal ini mengakibatkan perencanaan obat yang dilakukan tidak

optimal, sehingga terjadi kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi

jumlahnya berlebih (over stock). Menurut Depkes (2008), untuk memperoleh data

kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend

pemakaian obat 3 tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu disiapkan untuk

perhitungan dengan metode konsumsi adalah sebagai berikut :

5. Daftar obat

6. Stok awal

7. Penerimaan

8. Pengeluaran

9. Sisa stok

10. Obat hilang/rusak, kadaluarsa

11. Kekosongan obat

12. Pemakaian rata-rata/pergerakan obat per tahun

13. Waktu tunggu

14. Stok pengaman

15. Perkembangan pola kunjungan

Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sudah memiliki prosedur tetap tentang

perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yang diterbitkan pada tahun 2016.

Namun menurut pernyataan informan petugas belum melakukan perencanaan obat

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Kekosongan obat terjadi instalasi farmasi RSUD Doloksanggul obat sering

terjadi karena dokter menulis obat tidak sesuai dengan formularium nasional

misalnya beberapa obat kelas terapi (analgetik) dan obat-obat yang diresepkan

dokter di luar formularium nasional, selain itu obat yang dipesan kepada pemasok

sering terlambat karena obat yang dipesan tidak tersedia. Dampaknya bagi pasien

BPJS, apabila terjadi kekosongan obat yang diresepkan maka petugas akan

membeli ke apotik luar, sedangkan bagi pasien umum dibeli sendiri oleh pasien

atau keluarga pasien yang bersangkutan, akibatnya pasien sering mengeluh karena

harus menunggu lama dan obat yang diminta tidak langsung tersedia.

Hasil penelitian Rumbay tahun 2015, menunjukkan bahwa data dasar yang

digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten

Minahasa Tenggara ialah pemakaian obat tahun sebelumnya berdasarkan Lembar

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Data yang digunakan dalam

merencanakan kebutuhan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat, sebab

perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai agar tidak

terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila kebutuhan obat tidak

direncanakan dengan baik maka akan terjadi kekosongan yang akan

mempengaruhi pelayanan dan kelebihan obat akan menyebabkan kerusakan dan

merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut.

Perencanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kekosongan obat. Data

yang digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat sangat mempengaruhi

ketersediaan obat, sebab perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan

jumlah obat sesuai agar tidak terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan obat tidak direncanakan dengan baik maka akan terjadi kekosongan

yang akan mempengaruhi pelayanan dan kelebihan obat akan menyebabkan

kerusakan dan merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut. Ketepatan

data yang digunakan akan menentukan ketepatan perencanaan obat yang

dilaksanakan.

5.2 Pelaksanaan proses perencanaan obat dalam menghasilkan output


berupa dokumen perencanaan obat tahun yang akan datang

5.2.1 Pemilihan Jenis Obat

Pada proses pemilihan obat, tahap pemilihan jenis obat merupakan salah

satu hal yang perlu diperhatikan. Dengan tersedianya obat yang dibutuhkan pasien

maka penyakit yang diderita pasien dapat segera disembuhkan. Proses pemilihan

obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul dilakukan melalui pemilahan jenis

dan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan

melakukan seleksi obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Hasil

wawancara dengan informan menunjukkan bahwa ada beberapa resep yang

dituliskan di luar formularium nasional, seperti Pornifar tab, Tracetate tab,

Tofedex dan lai-lain, sehingga obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia, hal

ini mengakibatkan petugas instalasi harus membeli obat di apotik luar sehingga

pasien mengeluh dan menunggu lama.

Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017 menyatakan bahwa, pemilihan obat

yang akan diadakan disesuaikan dengan formularium RSUD Kabupaten Pangkep.

Namun ada satu informan yang mengatakan bahwa terkadang tidak sesuai dengan

formularium apabila ada resep yang ditulis dokter tidak terdapat dalam

formularium. Informasi dari informan tersebut sesuai dengan hasil telaah

Universitas Sumatera Utara


dokumen yang telah dilakukan. Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep

memiliki formularium yang disesuaikan dengan formularium nasional. Pemilihan

obatnya disesuaikan dengan formularium rumah sakit, kecuali resep yang ditulis

dokter tidak terdapat di formularium maka diusulkan untuk dimasukkan ke

formularium.

Hasil penelitian Rosmiana tahun 2014, menunjukkan bahwa perencanaan

obat di Puskesmas Tenggils tidak baik dikarenakan pemilihan jenis obat yang

kurang sesuai sehingga, jumlah obat dan jenis obat yang direncanakan kurang

sesuai. Padahal menurut Depkes (2008) tahap dalam proses perencanaan obat,

yaitu pemilahan obat, kompilasi pemakaian obat, dan perhitungan kebutuhan obat.

Obat yang sudah tidak dipakai sebaiknya dapat dipilah untuk dipertimbangkan

kembali apakah perlu direncanakan di periode tahun berikutnya.

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit

di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:

a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan

jenis.

b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.

c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of

choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, Formularium

Universitas Sumatera Utara


RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon

Hargaobat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Perencanaan obat kebutuhan tidak baik dikarenakan pemilihan jenis obat

yang direncanakan belum sesuai, dan terdapat beberapa jenis obat yang

diresepkan di luar formularium rumah yang mengakibatkan obat yang diminta

pasien tidak tersedia.

5.2.2 Perhitungan Jumlah Obat

Proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul

menggunakan 9 langkah , yaitu menghitung pemakaian nyata per tahun,

menghitung pemakaian rata-rata perbulan, menghitung kekurangan obat,

menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, menghitung kebutuhan obat

tahun yang akan datang, menghitung waktu tunggu (lead time), menghitung stok

pengaman (buffer stock), menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan

untuk tahun yang akan datang, menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada

tahun yang akan datang. Perhitungan jumlah obat menggunakan pendekatan

dengan metode konsumsi. Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan

tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di

rumah sakit.

Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017 menyatakan bahwa, perhitungan

kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep sudah sesuai

dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yaitu menghidari kekosongan obat

dengan menggunakan metode konsumsi dan morbiditas disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia. Perencanaan kebutuhan obat terkadang belum sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan kebutuhan, tetapi dari hasil wawancara dengan informan sudah sesuai

dengan kebutuhan.

Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi,

apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan

teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan

perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka

diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,

tepat waktu, dan tersedia pada saat dibutuhkan.

Metode konsumsi adalah perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi

didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan

berbagai penyesuaian dan koreksi.

5.2.3 Output perencanaan obat tahun yang akan datang

Tujuan dari manajemen logistik obat antara lain adalah ketersediaan

jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan serta ketepatan waktu tersedianya obat.

Sedangkan tujuan perencanaan obat adalah selain mendapatkan jenis dan jumlah

yang tepat sesuai dengan kebutuhan juga untuk menghindari terjadinya

kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat secara rasional serta

meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan obat terkadang terdapat kendala dan hambatan sehingga

tujuan dari perencanaan obat itu tidak tercapai atau dengan kata lain obat tidak

tersedia dengan jumlah, jenis atau tidak tersedia tepat waktu. Instalasi farmasi

RSUD Doloksanggul dalam penyediaan obat pernah mengalami kekosongan obat.

Hal ini diakibatkan oleh adanya resep yang dituliskan dokter tidak sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


formularium nasional, selain itu obat yang dipesan kepada pemasok sering

terlambat karena obat yang dipesan tidak tersedia dan ada jenis obat yang jarang

dipakai sehingga mengakibatkan kelebihan obat.

Berikut ini merupakan daftar obat di RSUD Doloksanggul yang pernah

mengalami kekosongan stok pada tahun 2016, yaitu:

1. Acetylcystein Tab 200 mg

2. Albendazole Syr

3. Almen Tab

4. Aptor 100 mg

5. Aqua pro injeksi 1L

6. Avamys

7. Azithromycin tab 250 mg

8. Bisolvon Inj 2 mg/ml

9. Buvipakain Spinal inj (Spica)

10. Bricasma

11. Buscopan 10 mg Tab

12. Chlorbiotik serb.inj 1000 mg

13. Ceftazidim Inj

14. Cylostazol tab

15. Dextrose 5%/100 ml

16. Dihydroartemisin Piperaguin

17. Dopamin inj

18. Dorner 20 mcg

Universitas Sumatera Utara


19. Dulcolax supp Inf

20. Edta 5 mg/ml

21. Euthyrox 50 mcg

22. Euthyrox 100 mcg

23. Ethambutol 250 mg

24. Fenofibrate 100 mg

25. Fenofibrate 300 mg

26. fenobarbital tab. 30 mg

27. Floxa Btl

28. Fluconazole Infus

29. Gabexal tab 100 mg

30. Gentamicin tts mata

31. Hidrokortison Salap Kulit

32. Homatro 2%

33. Humalog Mix

34. Humalog Kwikpen

35. Imox Tab

36. Interhistin tab

37. Isoniazid 300 mg

38. Isotic Adresor 0,25 Pct Btl

39. Kanamicin 1 g inj

40. Keto-G Tab

41. Ketorolac 10 mg inj

Universitas Sumatera Utara


42. Klaritomisin (Orixal) Tab

43. Kloramfenicol kap. 250 mg

44. Kloramfenicol salap kulit

45. Klorampenicol tetes telinga

Selain terjadi kekosongan stok di RSUD Doloksanggul juga terdapat obat

yang mengalami kelebihan stok yaitu :

1. Clomifen 50 mg tab

2. Ceftazidim Inj

3. Cylostazol tab

4. Cotrimoxazol tab

5. Domperidon tab 10 mg

6. Doxicycline Tab 100 mg

7. Efinefrin inj

8. Ethambutol 500 mg

9. Fargoxin Inj

10. Fasorbid Inj

11. Farmabes Inj

12. Aminoleban

13. Allopurinol 100 mg

14. Allopurinol tab 300 mg

15. Betametason cream

16. Bisoprolol tab. 5 mg

17. Berotec inh

Universitas Sumatera Utara


18. Calcium gluconas inj

19. Cendo tropin 1%

20. Cendo midryatil

21. Cendo efrisel 10%

22. Cendrid 0,6 ml

23. Ciprofloxacin tab 500 mg

Berdasarkan data obat yang berlebih di atas dapat diketahui obat yang

mengalami overstock berjumlah 23 jenis obat, hal ini terjadi karena penggunaan

obat-obat tersebut jarang, bahkan ada obat yang tidak pernah digunakan sama

sekali. Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD

Doloksanggul belum sesuai dengan kebutuhan.

Dengan adanya berbagai faktor yang mendukung perencanaan obat di

instalasi farmasi RSUD Doloksanggul, seperti sumber daya manusia (SDM),

metode, dan data yang terkait dengan perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD

Doloksanggul diharapkan mampu melakukan perencanaan yang baik demi

terwujudnya ketersediaan obat yang sesuai dengan jumlah dan jenis yang

dibutuhkan, serta tepat waktu sehingga tidak terjadi kekosongan obat maupun

kelebihan stok obat, mengingat bahwa pelayanan farmasi beroentasi kepada

pasien dan memberikan pelayanan bermutu maka hal tersebut sangat berpengaruh

pada pelayanan kesehatan di RSUD Doloksanggul.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Perencanaan obat di RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan pedoman

pengelolaan obat yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan

berkaitan dengan proses perencanaan obat dan seleksi kebutuhan obat.

2. Perencanaan obat di RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan

kebutuhan rumah sakit. Hal ini terjadi karena tenaga perencanaan obat

belum memahami cara merencanakan kebutuhan obat yang tepat, tenaga

perencanaan obat belum pernah mengikuti pelatihan manajemen logistik

farmasi khususnya perencanaan obat. Selain itu, data-data yang diperlukan

dalam proses perencanaan obat belum mencukupi Hal ini mengakibatkan

perencanaan obat yang dilakukan tidak optimal, sehingga terjadi

kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over

stock).

3. Proses pemilihan obat belum sesuai dengan kriteria pemilihan obat yang

baik karena hanya menggukan data jumlah obat yang paling banyak

digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan melakukan seleksi obat

sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Proses perhitungan obat

di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul menggunakan pendekatan

dengan metode konsumsi.

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran

1. Kepada tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD

Doloksanggul, perlu menyusun perencanaan obat sesuai dengan analisis

kebutuhan obat yang efektif, efisien dan sesuai dengan pedoman

penyusunan perbekalan obat yang direkomendasikan oleh Kementerian

Kesehatan.

2. Kepada Direktur RSUD Doloksanggul, perlu dilakukan penambahan

tenaga perencanaan agar proses perencanaan berjalan dengan baik.

Diharapkan supaya tenaga perencanaan obat diberikan pelatihan

mengenai perencanaan obat untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan tenaga perencanaan dalam merencanakan kebutuhan obat.

3. Kepada tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD

Doloksanggul, dalam melakukan proses pemilihan obat diharapkan supaya

memenuhi kriteria pemilihan obat yang baik yaitu jenis obat yang dipilih

seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis,

menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi

mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal, apabila jenis

obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice)

dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga .2006. Manajemen Admisnistrasi Rumah Sakit Edisi


Kedua. Jakarta: UI Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004


tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta.
_____ 189/Menkes/Sk/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional. Jakarta.
_____ 1121 MENKES/SK/12/2008. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatanuntuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
Febriawati, Henni .2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Direktorat Jenderal Binakefarmasian
dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Bekerjasama dengan Japan
International Cooperation Agency . Jakarta.
______. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
______. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.

Nurlinda, dkk. 2017. Studi Tentang Manajemen Pengelolaan Obat di Instalasi


Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. FKM UNHAS

Muninjaya, Gde.2004. Manajemen Kesehatan. 2nd ed. Penerbit Buku


Kedokteran EGC Universitas Udayana, Denpasar.

Oscar, Lydianita dan Mohammad Jauhar. 2016. Dasar-Dasar Manajemen Farmasi


. Country of Manufacture Indonesia: Prestasi Pustakaraya.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional . Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit.
______. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul (RSUD) Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


Rahmah, Siti 2013. Gambaran Pelakasanaan Manajemen Obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan (Skripsi). Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.
Rumbay, dkk. 2015. Analisis Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Seto, Soerjono, Yunita Nita dan Lily Triana. 2008. Manajemen Farmasi: Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi.
Surabaya: Erlangga.
Sinuraya, Elias Canserio (2013). Analisis Manajemen Obat dan Kaitannya dengan
Ketersediaan Obat di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga (Tesis). Medan : USU.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV. Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
______ Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Wati, Wirdah, Achmad Fudholi dan Gunawan Pamudji. 2012. Evaluasi
Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanllon di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2012. Yogjakarta: Universitas Gajah
Mada.
Zebua, Audrey Marselina. 2013. Analisis Perencanaan Kebutuhan Obat di Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2013. Medan: USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA PERENCANAAN OBAT DI

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DOLOKSANGGUL TAHUN 2017

I. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Seksi Sarana dan Prasarana

Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?

2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan

kebutuhan obat?

4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

Universitas Sumatera Utara


7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang

kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan

kelebihan tersebut?

II. Daftar pedoman wawancara kepada Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Doloksanggul

A. Identitas Informan

6. Nama :

7. Umur :

8. Jenis kelamin :

9. Pendidikan terakhir :

10. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

11. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah

tercukupi?

12. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

13. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait

perencanaan kebutuhan obat?

14. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

Universitas Sumatera Utara


15. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

16. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

17. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

18. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

19. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

20. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja

yang kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi

kekosongan dan kelebihan tersebut?

III. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Sub Bagian Perencanaan

Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah

tercukupi?

2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

Universitas Sumatera Utara


3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait

perencanaan kebutuhan obat?

4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang

kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan

kelebihan tersebut?

IV. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Bidang Pelayanan Medis di

Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

Universitas Sumatera Utara


1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah

tercukupi?

2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?

3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan

kebutuhan obat?

4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?

5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?

6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?

7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?

Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?

8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?

Bagaimana perhitungannya?

9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?

10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang

kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan

kelebihan tersebut?

V. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi dan Staf

Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

1. Menurut Bapak/Ibu, dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan

perencanaan obat?

2. Bagaimana proses pemilihan atau seleksi obat yang dilakukan ?

3. Apakah Bapak/Ibu melakukan evaluasi pada penggunaan obat sebelumnya ?

a. Jika Ya, bagaimana caranya ?

Universitas Sumatera Utara


b. Jika Tidak, mengapa tidak dilakukan ?

4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana sumber daya manusia yang terlibat dalam

perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, termasuk jumlah,

kemampuan dan pengembangan pengetahuan melalui pelatihan ?

5. Metode apa yang digunakan dalam proses perencanaan obat ?

6. Mengapa menggunakan metode tersebut ?

7. Apakah dilakukukan tim perencanaan obat ?

8. Apakah data jenis obat dan harganya disiapkan sebelum dipesan ?

9. Dalam tahap pemilihan jenis obat didasarkan atas apa saja ?

10. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode konsumsi, data apa

saja yang dikumpulkan ?

11. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode morbiditas, data apa

saja yang dikumpulkan ?

12. Jika jumlah dana yang dialokasikan terlalu sedikit, bagaimana pihak instalasi

farmasi untuk memenuhi kebutuhan obat yang harus tersedia?

13. Apa usaha yang dilakukan untuk mengatasi obat-obat yang kosong?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 Matriks Hasil Penelitian

Tabel 1.1 Matriks Hasil Penelitian tentang Perencanaan Obat di Instalasi


Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

Nomor Informan Pernyataan


I Kalau tentang Sumber Daya Manusia, kami
masih kekurangan tenaga kerja,dan pendidikannya
juga berpengaruh kepada kemampuan. Kami akan
mengupayakan untuk melakukan penambahan.
Kalau tentang Sumber Daya Manusia, dari segi
kualitas juga masih kurang, tentu saja pengetahuan
akan perencanaan obat juga berpengaruh kepada
kemampuan

Kalau untuk pelatihan dalam perencanaan


kebutuhan obat sejauh ini tidak ada

Dalam proses perencanaan obat kita


menggunakan metode konsumsi, yaitu dengan
melakukan usulan kebutuhan obat tahun yang akan
datang berdasarkan data penggunaan obat tahun
sebelumnya.

Menurut saya, dokumen yang menjadi acuan


dalam penyusunan perencanaan obat adalah
formularium nasional, dan data-data obat dari
instalasi farmasi.

Kalau untuk kekosongan obat saya kurang tau,


mungkin petugas farmasi lebih mengetahuinya.

Kalau soal itu saya kurang tau ya, mungkin


pegawai yang melayani
di instalasi farmasi lebih mengetahuinya.

Ya, prosedur tetap tentang perencanaan pengadaan


perbekalan farmasi sudah kami terbitkan pada
akhir tahun 2016.

Kalau kendalanya adalah terjadinya kekosongan


obat.

Universitas Sumatera Utara


Ya, kita lakukan. Caranya dengan melihat obat
yang digunakan sebelumnya, berapa stok yang
ada, berapa obat yang kadaluarsa, setelah itu
dilakukan evaluasi.

II Kami masih kekurangan tenaga kerja.

Belum pernah dilakukan pelatihan tentang


perencanaan obat, padahal sangat dibutuhkan ya,
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pegawai dalam melakukan perencanaan obat,
selain itu pengelolaan obat di rumah sakit ini
meningkat.
Dalam melakukan proses perencanaan, kita
menggunakan metode konsumsi, kita di sini
melakukan perencanaan obat sesuai dengan
penggunaan obat tahun sebelumnya.

Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada data


jumlah dan jenis obat tahun sebelumnya, data
anggaran yang tersedia, data kunjungan pasien,
data obat yang kadaluarsa, data obat yang
mengalami kekosongan, dan mengacu pada
formularium nasional.

Kalau itu saya kurang tau.

Kalau tentang resep saya kurang tahu.

Setau saya sudah ada ya.

Adanya obat-obat yang tidak tersedia.

Kita melakukan evaluasi biasanya pada akhir


tahun, caranya seperti biasalah didata dulu obat
yang paling banyak digunakan, setelah itu
diusulkan kembali untuk menyusun kebutuhan
obat berikutnya
III Menurut saya tenaga kerja di instalasi farmasi
masih kurang, perlu penambahan tenaga
kefarmasian lagi.

Sampai sekarang belum pernah dilakukan


perencanaan mengenai perencanaan obat,
harapannya pelatihan segera dilakukan yaa untuk
menghasilkan perencanaan obat yang baik

Universitas Sumatera Utara


Setau saya metode yang digunakan adalah
metode konsumsi.

Dokumen yang dijadikan sebagai acuan dalam


penyusunan perencanaan obat adalah yang pasti
formularium nasional data obat, data pasien, harga
obat , serta peraturan yang berlaku.

Ya, pernah. Akibatnya pasien tak jarang


mengeluh karena petugas harus membeli obat di
luar.

Saya tidak tahu.

Kendala yang sering terjadi adalah obat kosong.

Evaluasi penggunaan obat selalu kita lakukan


setiap akhir tahun, sehingga menjadi acuan untuk
membuat kebutuhan obat tahun berikutnya.

IV Kalau untuk SDM dalam perencanaan ada 7


orang yaitu, Direktur, Kepala Sub Bagian
Perencanaan, Kepala Bidang Pelayanan Medis,
Kepala Instalasi dan 3 orang Staf Farmasi.
Menurut saya sih Tenaga perencanaan masih
kurang. Kami sudah mengusulkan untuk
melakukan penambahan pegawai karena kami
sangat kewalahan dengan jumlah pegawai yang
masih kurang dan belum sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.

Tidak pernah dilakukan pelatihaN.

Kita melakukan perencanaan obat dengan


menggunakan metode konsumsi yaa, untuk
merencanakan obat , kita menyesuaikan pada
penggunaan tahun sebelumnya, lalu kita
melakukan koreksi.

Dalam proses perencanaan kebutuhan obat


tentu saja kita mengacu pada data tentang jenis dan
jumlah obat yang digunakan sebelumnya dalam
laporan penggunaan obat, dan formularium
nasional.

Universitas Sumatera Utara


Ya, kita sudah ada prosedur tetap perencanaan
pengadaan perbekalan farmasi. Namun, kami
melakukan obat belum berdasarkan prosedur tetap
tersebut, karena prosedur tetap tersebut baru
diterbitkan tahun lalu. Jadi kami melakukan
perencanaan obat berdasarkan penggunaan obat
tahun sebelumnya.

Terdapat beberapa jenis obat yang mengalami


kekosongan, hal ini terjadi akibat dokter menulis
resep tidak sesuai dengan formularium nasional
dan obat yang dipesan ke pemasok kedatangannya
sering terlambat hal ini dikarenakan obat disana
sedang kosong.

Untuk pemilihan obat ya kita cek dulu obat


yang sering digunakan dan obat yang jarang
digunakan, obat yang essensial dan obat yang
branded, obat yang kadaluarsa dan obat yang baru
diterima.

Terdapat beberapa jenis obat yang ditulis di


luar sistem formularium rumah sakit, sehingga kita
harus membeli obat di apotik luar rumah sakit. Hal
ini membuat pasien mengeluh karena harus
menunggu lama.

Perhitungan kebutuhan obat menggunakan


metode konsumsi yang didasarkan pada
penggunaan obat periode sebelumnya.

Menurut saya, kendalanya yang paling sering


adalah terjadi kekosongan obat, hal ini
dikarenakan ada jenis obat yang tidak tersedia di
E-Catalog.

Ya, kita lakukan setiap akhir tahun

V Dalam melakukan perencanaan kita masih


kekurangan SDM yang memiliki kemampuan
dalam melakukan perencanaan obat, saya rasa
perlu dilakukan penambahan apoteker yang
kompeten,

Tidak pernah dilakukan pelatihan.

Universitas Sumatera Utara


Kalau menurut saya, proses perencanaan obat
menggunakan metode konsumsi, perencanaan
yang kita lakukan masih sederhana yaitu dengan
mengumpulkan data penggunaan obat tahun
sebelumnya.

Kita pilah data jenis dan jumlah obat tahun


sebelumnya, setelah itu kita susun obat apa yang
kita butuhkan

Kita sudah memiliki prosedur tetap tentang


perencanaan sejak tahun lalu, tapi kita belum
menerapkannya saat melakukan perencanaan.
Perencanaan dilakukan seperti tahun-tahun
sebelumnya.

Pernah terjadi kekosongan obat, sehingga


pasien harus menunggu lama karena kami harus
membeli obat di apotik luar.

Kalau proses pemilihan seperti biasa kita pilah


dulu mana yang obat paten mana yang tidak yang
sering digunakan, trus mana yang sering tersedia
(ready stok), setelah itu kita disusun kebutuhan
obatnya.

Ya, ada resep yang ditulis di luar formularium


nasional, misalnyaPornifar tab, Tracetate tab,
Tofedex dan lai-lain.

Ya kalau perhitungan jumlah obat berdasarkan


metode konsumsi.

Adanya obat-obatan yang tidak tersedia di


instalasi farmasi rumah sakit, karena stoknya tidak
ada di E-Catalog.

Kita selalu melakukan evaluasi


VI Kalau menurut saya kita masih kekurangan
tenaga yang kompeten dalam pengelolaan obat,
khususnya dalam hal perencanaan obat,
seharusnya dilakukan penambahan apoteker.

Kita tidak pernah mengikuti pelatihan dek.

Kalau untuk metode, dalam proses perencanaan

Universitas Sumatera Utara


kita menggunakan metode konsumsi. Kita
melakukan perencanaan obat berdasarkan
data penggunaan obat tahun yang lalu, dan kita
menyusun kebutuhan tahun berikutnya.

Menurut pendapat saya, data yang dibutuhkan


adalah data jumlah obat tahun sebelumnya dan
formularium nasional.
Kalau prosedur tetap sudah ada, tapi prosedur
tersebut belum kami gunakan

Yaa, pernah terjadi kekosongan obat misalnya


obat kelas terapi (analgetik) dan obat-obat diluar
formularium nasional, sehingga kami harus
membeli ke apotik di luar rumah sakit.

Kita Cek dulu lah obat yang paling banyak


habis..baru bisa kita buat usulan anggaran obat
untuk tahun berikutnya, termasuk didalamnya kita
seleksi juga obat sesuai dengan jenis penyakit
yang paling banyak.

Menurut saya, perhitungan jumlah obat


menggunakan metode konsumsi yaitu dengan
melihat data pemakaian obat peride lalu.

Ya, ada resep di luar formularium nasional,


sehingga kami harus membeli obat di apotik luar.

Menurut saya, perhitungan jumlah obat


menggunakan metode konsumsi yaitu dengan
melihat data pemakaian obat peride lalu.

Ya, tentu saja ada kendalanya, yaitu pernah


terjadi kekosongan obat karena stok tidak ada
lagi. Stok lebih juga terjadi pada obat yang jarang
dipakai.

Ya, kita selalu melakukan evaluasi setiap akhir


tahun.
VII Menurut saya tenaga farmasinya masih kurang
sehingga tidak ada tim perencanaan obat ,menurut
saya sih perlu dilakukan penambahan tenaga
farmasi, agar perencanaan obat lebih baik

Tidak ada pelatihan.

Universitas Sumatera Utara


Kalau metode saya rasa kita menggunkan
metode konsumsilah ya, yaitu dengan
menyesuaikan pada penggunaan obat tahun yang
lalu.

Kalau untuk data ya, data obat, jenis pasien serta


formularium nasional.

Prosedur tetap sudah ada sejak tahun 2016

Yaa, pernah. Bagi pasien yang menggunakan


BPJS, jika obat yang diresepkan mengalami
kekosongan maka petugas membelinya ke apotik
luar, yaa memakan waktu juga sih, dan pasien juga
mengeluh karena harus menunggu. Bagi pasien
umum, jika obat yang diresepkan mengalami
kekosongan maka yang membeli obatnya adalah
pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan

Menurut saya, kita pilih dulu obat yang paling


sering digunakan , kita kumpulkan data penyakit
yang paling banyak, selanjutnya barulah kita buat
daftar kebutuhan obat tahun berikutnya.

Ya, ada banyak jenis obat yang dibuat di luar


formulariuum nasional.

Kalau pendapat saya, kita membuat perhitungan


jumlah obat adalah menggunakan metode
konsumsi.

Kendalanya terjadi kekosongan obat.


Ya, pasti ada evaluasi.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai