SKRIPSI
OLEH
SANTI ULIARTA SIMAMORA
NIM. 131000499
OLEH
SANTI ULIARTA SIMAMORA
NIM. 131000499
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Perencanaan
2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum sebagai rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
resmi.
4. dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan masukan
6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH selaku dosen penguji II yang
skripsi ini.
7. dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kasih sayang, doa,
tante penulis Fany Sefana Raz Singarimbun, SKM dan sepupu Jhon Wesley
yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan doa kepada penulis
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dengan
harapan skripsi ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya.
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xii
Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode
Epidemiologi ....................................................................... 31
Tabel 3.1 Karakteristik Informan ........................................................ 41
Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan RSUD Doloksanggul ................... 47
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Pasien di RSUD Doloksanggul ............ 48
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul ........... 48
Tabel 4.4 Data 10 Penggunaan Obat di RSUD Doloksanggul ............ 49
Tabel 4.5 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi
RSUD Doloksanggul ........................................................... 50
Tabel 4.6 Daftar Obat di Luar Formularium Nasional ........................ 60
Penulis bernama Santi Uliarta Simamora yang lahir pada tanggal 31 Juli
tahun 1995 dan beragama Kristen Protestan. Saat ini penulis bertempat tinggal di
Jln. Mandolin No.18, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru, Kota
Medan, Kode Pos 20156. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara
oleh pasangan Ayahanda Kepler Simamora dan Ibunda Rohana Lumban Raja.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri No. 177061
Silaban Margu pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, lalu melanjutkan
tahun 2007 dan selesai tahun 2010, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 1 Lintongnihuta pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun
PENDAHULUAN
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
Tahun 1945.
Salah satu sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012
adalah subsistem obat dan perbekalan kesehatan yang merupakan tatanan berbagai
subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi
perbekalan farmasi di rumah sakit, bagian ini dikepalai oleh Apoteker. Instalasi
melakukan pencatatan dan pelaporan obat dalam suatu rumah sakit. Perencanaan
kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan obat merupakan salah satu
fungsi yang menentukan dalam pengadaan obat, dengan tujuan mendapatkan jenis
Salah satu upaya penting dalam manajemen logistik obat dan perbekalan
baik akan menghasilkan pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan sarana
kebutuhan obat sejak dari pemilihan macam dan jumlah obat serta menghitung
dana yang dibutuhkan sampai pada penyesuaian dana yang ada, sehingga
kesehatan. Pada tahun 2013, tingkat ketersediaan obat telah mencapai 96,82%,
fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai standar. Pada
tahun 2013, baru 35,15% Puskesmas dan 41,72% Instalasi Farmasi RS yang
baru mencapai 61,9%. Hal ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya
(Riskesdas, 2013).
sebagai rumah sakit yang didirikan sejak tahun 1906 yang merupakan milik dari
yang memiliki visi “Terwujudnya Rumah Sakit Mandiri, Prima serta Unggul
sampai lansia.
terakhir (2015 dan 2016) kunjungan pasien rawat jalan dari 13.298 pasien menjadi
15.910 pasien artinya meningkat sebesar 19,64% , dan jumlah pasien rawat inap
sepanjang tahun 2015-2016. Hal ini tentu saja perlu disikapi dengan memberikan
pelayanan yang efektif dan efisien termasuk juga di pelayanan farmasi, karena
dengan angka kunjungan yang tinggi tentu saja akan menimbulkan permintaan
obat cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2015-2016, diperoleh adanya obat yang
telah kadaluarsa yaitu sebanyak 2,1 % pada tahun 2015 dan 3% pada tahun 2016,
dalam persentase yang sebenarnya seharusnya tidak ada obat yang kadaluarsa.
kebutuhan obat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu dokter
juga memberikan resep di luar formularium rumah sakit, sehingga obat yang
dibutuhkan harus dibeli dari apotik di luar rumah sakit, akibatnya pasien harus
menunggu karena obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia. Selain itu karena
rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang menerima rujukan
jumlah kunjungan pasien tidak dapat ditentukan. Pemesanan obat dilakukan oleh
pemesanan yaitu, obat yang dipesan terkadang tidak tersedia di PBF sehingga
terjadi kekosongan obat. Selain itu sumber daya manusia dalam proses
perencanaan obat masih kurang, sehingga belum terbentuk tim perencanaan obat.
perencanaan kebutuhan obat di UPT BKIM, RS Kusta Lau Simomo, dan UPT RS
Kusta P.Sicanang masih belum sesuai dengan pedoman pengelolaan obat dan
dengan proses perencanaan, seleksi kebutuhan obat, evaluasi obat dan proyeksi
kebutuhan obat.
manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
obat, tim perencanaan obat tidak terpadu, dan tidak memiliki jadwal kegiatan
Sinaga perencanaan tidak berjalan dengan baik sehingga pemenuhan obat tidak
bidang perencaan dengan bidang farmasi, dan kurang terampilnya petugas bidang
Tahun 2017?”
datang.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai rujukan bagi peneliti lebih lanjut
rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
fungsi yaitu:
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga seseuai kebutuhan medis.
umum harus melaksanakan beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah fungsi
pelayanan farmasi.
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
satunya unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan
penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik
petugas maupun pasien. Instalasi farmasi rumah sakit harus memiliki organisasi
yang memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker dengan personalia lain
penunjang teknis.
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
evaluasi pelayanan.
evaluasi pelayanan.
berlaku.
kefarmasian.
5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan
7. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
kebutuhan.
10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja
tanggung jawab.
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan
5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh
2.2.5 Organisasi
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan.
Sakit personalia pelayanan farmasi rumah sakit adalah sumber daya manusia yang
4. Mempunyai SK Penempatan
(2014), untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
a. Apoteker
b. Tenaga Administrasi
c. Pekarya/Pembantu pelaksana
Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki
kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah
kalibrasi alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau
1. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.
penyimpanan: (1) Obat jadi (2) Obat produksi (3) bahan baku Obat (4) Alat
Kesehatan b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan: (1) Obat termolabil (2)
bahan laboratorium dan reagensia (3) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar (4)
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari distribusi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai rawat jalan
(apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit farmasi). Ruang distribusi harus cukup
untuk melayani seluruh kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang distribusi terdiri dari: a) Ruang distribusi
untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan
resep dan peracikan. b) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara
Sakit dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat berinteraksi dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak;
2. Peralatan
peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
Obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan Obat baik steril dan
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik;
g. Alarm.
Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi
ini harus terintegrasi dengan sistem informasi Rumah Sakit untuk meningkatkan
efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah diperoleh untuk
meliputi:
1) Jaringan
2) Perangkat keras
4) Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
5) Peralatan Konsultasi
- Meja, kursi untuk Apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk menyimpan
- Komputer;
- Telpon;
- Lemari arsip;
- Kartu arsip.
- Komputer;
- Telpon – Faxcimile;
- Kartu arsip;
- Kartu Arsip;
- Lemari/Rak Arsip.
2.3.1 Perencanaan
didahului oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan datang (Seto
dkk, 2008).
Menurut Subagya yang dikutip oleh Febriawati (2013), perencanaan adalah hasil
keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan. Suatu rencana
harus didiukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit
proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Muninjaya,
planning).
tersusun.
5. Asas waktu (principle of timing). Waktu perencanaan relatif singkat dan tepat.
pelaksanaan pekerjaan.
penentuan skala prioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak
lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini
1. Rencana pembelian
2. Rencana rehabilitasi
3. Rencana dislokasi
4. Rencana sewa
5. Rencana pembuatan
2. Berapa yang dibutuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah
yang tepat.
5. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
sudah tepat.
pemakai (user), kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-
masing organisasi.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan
yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta termanfaatkan secara
tingginya. Unsur utama subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari
dan perbekalan kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat
obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah
obat dan perbekalan kesehatan, dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumalh dan harga perbekalan farmasi yang
dalam usaha mencapai tujuan. Perencanaan harus terlihat dengan jelas apa yang
menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar
konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dan pengadaan obat
merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana obat melalui kerja sama
antar instansi yang terkait dengan masalah obat (Oschar dan Jauhar, 2016).
7. Penetapan prioritas
8. Siklus penyakit
9. Sisa persediaan
farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan
meningkatkan penggunaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada beberapa hal
merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
untuk menapatkan :
1. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
Febriawati (2013) dalam buku yang berjudul “Manajemen Kesehatan dan Rumah
menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perencanaan adalah obat salah satu fungsi
Standard terapi, untuk ini WHO telah menetapkan untuk penyakit X obatnya
sudah terpakai 900 dan sisanya 100, maka nanti apabila akan membeli kapsul
7. Lead time, waktu yang dibutuhkan untuk barang tersebut diproses sampai
9. Anggaran
Menurut Oschar dan Jauhar (2016), ada 2 cara yang digunakan dalam
1. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai
meliputi:
1. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug
Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang
seluruh unit pelayanan dan penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan
farmasi.
Menurut Oschar dan Jauhar (2016), tahap ini bertujuan untuk menghindari
masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat
berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit.
secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka diharapkan perbekalan
farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan
tersedia pada saat dibutuhkan. Ada 9 langkah perhitungan kebutuhan obat, yaitu:
8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan
datang
9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang.
beberapa metode:
1. Metode Konsumsi
sebagai berikut :
c. Penerapan perhitungan
berikut:
sebagai berikut :
A = (B+C+D) - E
Keterangan:
A = Rencana pengadaan
C= Sisa stok
2. Metode Morbiditas atau Epidemiologi
morbiditas adalah :
kelamin dan umur antara 0-4 tahun, 5-14 tahun, 15-44 tahun dan > 45 tahun.
d. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang sesuai
f. Menghitung perkiraan jumlah obat tertentu dan jenis obat tertentu untuk setiap
g. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
pengaman
i. Menghitung jumlah yang harus diadakan tahun anggaran yang akan datang
Instalasi farmasi rumah sakit perlu mendata sepuluh besar penyakit dari
unit terkait. Data ini bermanfaat untuk menentukan skala prioritas dalam
anggaran.
11. Barang yang tidak bermasalah dikirim ke gudang instalasi farmasi untuk
Pengendalian
anggaran
Pengendalian
pembelian
Perencanaan Obat
Tersusunnya
- SDM - Pemilihan Jenis
dokumen
- Metode Obat
- Data perencanaan
- Perhitungan obat tahun yang
Jumlah Obat
akan datang
sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia adalah semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam
proses perencanaan obat dengan melihat latar belakang pendidikan yang tepat,
3. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses
perencanaan obat.
datang.
METODE PENELITIAN
kualitatif yang menekankan analisis proses dan proses berpikir secara induktif
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Maka dalam penelitian ini
obat yaitu
1. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana (bagian yang membawahi instalasi farmasi)
6. Staff Farmasi
7. Staff Farmasi
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang, yang terdiri dari 1
penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
mendengarkan secara teliti mencatat, dan merekam apa yang ditemukan oleh
informan.
2. Observasi (pengamatan)
pencatatan.
data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran atau
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013), aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
berikut :
1. Reduksi data (data reduction) yaitu, merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
2. Penyajian data (data dislay) yaitu, penyajian data dilakukan dalam bentuk
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang
panjang dan lama boleh dikatakan sejak zaman Penjajahan Belanda, dimulai
sekitar tahun 1906 oleh Tuan Pendeta Herling seorang Pendeta Missionari dari
Barmen Jerman telah membangun sebuah Rumah Sakit yang disebut Rumah Sakit
Pada awalnya Rumah Sakit ini berkapasitas 15 tempat tidur dengan luas
bangunan 750 meter persegi. Pada waktu itu Rumah Sakit ini dipimpin oleh Tuan
Dokter Hoeke dan dibantu sekitar 10 orang tenaga perawat untuk melayani,
Pada tahun 1940, saat Indonesia dijajah Jepang, kegiatan Rumah Sakit
Zending ini berhenti, gedung Rumah Sakit difungsikan untuk keperluan tentara
Jepang seperti gudang amunisi dan lumbung makanan oleh penjajah Jepang.
1940 – 1942 para Pendeta Missionaris terpaksa keluar dari Tapanuli, semua
Pendeta J. Sihombing.
Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka Rumah Sakit ini diaktifkan
kembali oleh para pendeta gereja HKBP yang dibantu Missionaris Jerman, dan
kegiatan Zendingpun sudah mulai berfungsi dan Rumah Sakit dinamakan Rumah
Sakit HKBP Doloksanggul dimana yang memimpin Rumah Sakit ini adalah
Sakit adalah Kelas D dengan kapasitas tempat tidur 30 tempat tidur, dengan nama
Rumah Sakit Penolong Doloksanggul. Tahun 1999 Rumah Sakit Umum Daerah
Oktober 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Doloksanggul;
tugas Kepala, Subbag, Seksi pada Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul;
RSUD Doloksanggul didirikan tahun 1906 yang terletak di Jl. Dr. Ferdinan
dengan :
4.1.3 Demografi
sebanyak 181.026 jiwa, terdiri dari laki-laki 89.906 jiwa dan perempuan 91.120
prima serta unggul dalam pelayanan” . Adapun misi RSUD Doloksanggul adalah
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
12 Bidan 29
13 Akademi Kesehatan Lingkungan 2
14 Nutrisionis/Ahli Gizi 5
15 Analis Kesehatan 6
Keteknisan medis (Eletromedik & 16
16
Penata Rontgen)
17 Fisioterapis 2
18 D III Akuntansi 3
19 D III Sistem Informasi 1
20 D III Perumahsakitan 1
21 SMA/SMK 8
22 STM 2
23 SD 2
Jumlah 196
Sumber : Profil RSUD Doloksanggul Tahun 2016
untuk menyediakan obat-obatan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan,
bertanggungjawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit, serta
bertanggungjawab atas pengadaan daan penyajian informasi obat yang siap pakai
bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien. Jumlah resep yang
dilayani oleh instalasi farmasi tahun 2016 adalah sebanyak 102.480 resep.
pintu masuk dan apotek berada di depan ruang instalasi farmasi. Pegawai di
Tahun 2016
yang dibantu oleh petugas pada yang masing-masing menempati sub-sub kegiatan
yang dibuat secara tertulis oleh pihak instalasi farmasi RSUD Doloksanggul.
11 orang. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3 berikut ini :
a. Gudang farmasi
b. Ruang apotik
2. Sarana Administrasi terdiri dari : komputer, kartu stock, meja, lemari, kursi,
3. Sarana kesehatan:
b. Lemari pendingin
c. Kertas
d. Wadah obat
spesifikasi barang yang diusulkan oleh Kepala Sub Instalasi Perbekalan dan
4.4.1 Input
farmasi RSUD Doloksanggul yaitu sumber daya manusia, metode, dan data.
obat
terhadap tenaga perencanaan obat, maka diperoleh hasil mengenai sumber daya
tentang kuantitas sumber daya manusia yang dijelaskan oleh informan adalah
sebagai berikut:
kesehatan yang terlibat dalam proses perencanaan obat berjumlah 7 orang yang
terdiri dari Kepala Seksi Sarana dan Prasarana (bagian yang membawahi instalasi
sehingga belum terbentuk tim perencanaan obat dan perlu dilakukan penambahan
pegawai karena jumlahnya belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
“Kalau tentang Sumber Daya Manusia, dari segi kualitas juga masih
kurang, tentu saja pengetahuan akan perencanaan obat juga
berpengaruh kepada kemampuan”. (Informan 1)
kualitas, SDM yang terlibat dalam proses perencanaan obat masih kurang baik,
baik.
yang digunakan dalam proses perencanaan obat adalah metode konsumsi yaitu
koreksi kemudian membuat usulan kebutuhan obat tahun yang akan datang.
“Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada data jumlah dan jenis obat
tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia, data kunjungan
pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami
kekosongan, dan mengacu pada formularium nasional”. (Informan 2)
“Dokumen yang dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan
perencanaan obat adalah yang pasti formularium nasional data obat,
data pasien, harga obat , serta peraturan yang berlaku dek, setelah itu
baru kita analisa datanya” (Informan 3)
yang dibutuhkan dalam proses perencanaan obat adalah berupa data jumlah dan
jenis obat yang digunakan pada tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia,
data kunjungan pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami
Perencanaan Pengadaan Perbekalan Farmasi yang dibuat pada tahun 2016. Namun
“Yaa, pernah. Bagi pasien yang menggunakan BPJS, jika obat yang
diresepkan mengalami kekosongan maka petugas membelinya ke
apotik luar, yaa memakan waktu juga sih, dan pasien juga mengeluh
karena harus menunggu. Bagi pasien umum, jika obat yang
diresepkan mengalami kekosongan maka yang membeli obatnya
adalah pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan” (Informan 7)
farmasi pernah mengalami kekosongan obat, misalnya beberapa obat kelas terapi
selain itu obat yang dipesan kepada pemasok sering terlambat karena obat yang
diresepkan maka petugas akan membeli ke apotik luar, sedangkan bagi pasien
umum dibeli sendiri oleh pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan,
4.4.2 Proses
obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yaitu pemilihan jenis obat dan
“Untuk pemilihan obat ya kita cek dulu obat yang sering digunakan
dan obat yang jarang digunakan, obat yang essensial dan obat yang
branded, obat yang kadaluarsa dan obat yang baru diterima”.
(Informan 4)
“Kalau proses pemilihan seperti biasa kita pilah dulu mana yang obat
paten mana yang tidak yang sering digunakan, trus mana yang sering
tersedia (ready stok), setelah itu kita disusun kebutuhan obatnya”.
(Informan 5)
“Kita Cek dulu lah obat yang paling banyak habis..baru bisa kita buat
usulan anggaran obat untuk tahun berikutnya, termasuk didalamnya kita
seleksi juga obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak”.
(Informan 6)
“Menurut saya, kita pilih dulu obat yang paling sering digunakan , kita
kumpulkan data penyakit yang paling banyak, selanjutnya barulah kita
buat daftar kebutuhan obat tahun berikutnya”. (Informan 7)
bahwa proses pemilihan obat adalah melalui pemilahan jenis dan jumlah obat
yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan melakukan
seleksi obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Hasil wawancara
sebagai berikut:
beberapa resep yang dituliskan di luar formularium nasional, seperti Pornifar tab,
Tracetate tab, Tofedex dan lai-lain, hal ini mengakibatkan petugas instalasi harus
membeli obat di apotik luar sehingga pasien mengeluh dan menunggu lama.
Berikut ini terdapat 26 jenis obat di luar formularium nasional. Untuk lebih jelas
No Nama Obat
1 Resfar Infunsion
2 Pomifar Tablet
3 Tracetate Tablet
4 Tracetate Syr
tahun, menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang, menghitung waktu
kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang,
menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang.
tahun sebelumnya.
“Ya, tentu saja ada kendalanya, yaitu pernah terjadi kekosongan obat
karena stok tidak ada lagi. Stok lebih juga terjadi pada obat yang
jarang dipakai” (Informan 6)
yang terjadi adalah terjadinya kekosongan obat, dikarenakan ada jenis obat yang
tidak tersedia di e-catalog. Selain itu, terjadi stok lebih pada obat yang jarang
dipakai.
bahwa evaluasi penggunaan obat sebelumnya dilakukan pada akhir tahun, dengan
memperhatikan obat yang paling banyak digunakan, setelah itu diusulkan lagi
logistik obat. Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan
obat dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan
kebutuhan. Terdapat 3 aspek yang dikategorikan sebagai input yaitu sumber daya
manusia, metode, dan data yang berpengaruh pada proses perencanaan obat.
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Tenaga kesehatan yang terkait dalam
kesehatan lain yang terlibat, adapun tenaga kesehatan tersebut antara lain direktur
Pelayanan Medis.
memiliki tim perencana obat, salah satu informan mengatakan bahwa tim tersebut
Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yang mengatakan
bahwa harus ada tim perencana di instalasi farmasi. Keterbatasan sumber daya
dalam melakukan aktivitas dan menjadi perencana untuk mencapai tujuan yang
terpadu, dan dapat menjadi kendala dalam proses perencanaan kebutuhan obat dan
kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam proses perencanaan obat masih
kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dan pengetahuan tenaga
perencanaan obat.
pernah mengikuti pelatihan tentang perencanaan obat di rumah sakit. Hal ini
perencanaan obat.
Setiap staf di instalasi farmasi rumah sakit harus diberi kesempatan untuk
yang harus diambil untuk proses perencanaan pengadaan obat yang tepat, tidak
menjadi tidak baik. Hal ini dapat mempengaruhi keakuratan data sehingga
melakukan tugasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan yang bersifat
koreksi, kemudian membuat usulan kebutuhan obat tahun yang akan datang.
tahun 2014 yaitu menghindari kekosongan obat dengan metode konsumsi dan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
menggunakan metode konsumsi kurang tepat dalam penentuan jenis dan jumlah,
sebenarnya.
farmasi RSUD Doloksanggul yaitu berupa data jumlah dan jenis obat yang
digunakan pada tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia, data kunjungan
pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami kekosongan, dan
formularium nasional.
mencukupi, data penggunaan obat yang digunakan hanya data penggunaan obat
satu tahun terakhir terakhir, sementara data lain yang dibutuhkan tidak ada seperti
pola kunjungan. Hal ini mengakibatkan perencanaan obat yang dilakukan tidak
optimal, sehingga terjadi kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi
jumlahnya berlebih (over stock). Menurut Depkes (2008), untuk memperoleh data
pemakaian obat 3 tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu disiapkan untuk
5. Daftar obat
6. Stok awal
7. Penerimaan
8. Pengeluaran
9. Sisa stok
terjadi karena dokter menulis obat tidak sesuai dengan formularium nasional
misalnya beberapa obat kelas terapi (analgetik) dan obat-obat yang diresepkan
dokter di luar formularium nasional, selain itu obat yang dipesan kepada pemasok
sering terlambat karena obat yang dipesan tidak tersedia. Dampaknya bagi pasien
BPJS, apabila terjadi kekosongan obat yang diresepkan maka petugas akan
membeli ke apotik luar, sedangkan bagi pasien umum dibeli sendiri oleh pasien
atau keluarga pasien yang bersangkutan, akibatnya pasien sering mengeluh karena
harus menunggu lama dan obat yang diminta tidak langsung tersedia.
Hasil penelitian Rumbay tahun 2015, menunjukkan bahwa data dasar yang
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Data yang digunakan dalam
perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai agar tidak
jumlah obat sesuai agar tidak terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila
kerusakan dan merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut. Ketepatan
dilaksanakan.
Pada proses pemilihan obat, tahap pemilihan jenis obat merupakan salah
satu hal yang perlu diperhatikan. Dengan tersedianya obat yang dibutuhkan pasien
maka penyakit yang diderita pasien dapat segera disembuhkan. Proses pemilihan
dan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan
melakukan seleksi obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Hasil
Tofedex dan lai-lain, sehingga obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia, hal
ini mengakibatkan petugas instalasi harus membeli obat di apotik luar sehingga
Namun ada satu informan yang mengatakan bahwa terkadang tidak sesuai dengan
formularium apabila ada resep yang ditulis dokter tidak terdapat dalam
obatnya disesuaikan dengan formularium rumah sakit, kecuali resep yang ditulis
formularium.
obat di Puskesmas Tenggils tidak baik dikarenakan pemilihan jenis obat yang
kurang sesuai sehingga, jumlah obat dan jenis obat yang direncanakan kurang
sesuai. Padahal menurut Depkes (2008) tahap dalam proses perencanaan obat,
yaitu pemilahan obat, kompilasi pemakaian obat, dan perhitungan kebutuhan obat.
Obat yang sudah tidak dipakai sebaiknya dapat dipilah untuk dipertimbangkan
di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan
jenis.
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of
yang direncanakan belum sesuai, dan terdapat beberapa jenis obat yang
tahun yang akan datang, menghitung waktu tunggu (lead time), menghitung stok
untuk tahun yang akan datang, menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada
tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di
rumah sakit.
dengan kebutuhan.
perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka
diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,
didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan
jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan serta ketepatan waktu tersedianya obat.
Sedangkan tujuan perencanaan obat adalah selain mendapatkan jenis dan jumlah
tujuan dari perencanaan obat itu tidak tercapai atau dengan kata lain obat tidak
tersedia dengan jumlah, jenis atau tidak tersedia tepat waktu. Instalasi farmasi
Hal ini diakibatkan oleh adanya resep yang dituliskan dokter tidak sesuai dengan
terlambat karena obat yang dipesan tidak tersedia dan ada jenis obat yang jarang
2. Albendazole Syr
3. Almen Tab
4. Aptor 100 mg
6. Avamys
10. Bricasma
32. Homatro 2%
1. Clomifen 50 mg tab
2. Ceftazidim Inj
3. Cylostazol tab
4. Cotrimoxazol tab
5. Domperidon tab 10 mg
7. Efinefrin inj
8. Ethambutol 500 mg
9. Fargoxin Inj
12. Aminoleban
Berdasarkan data obat yang berlebih di atas dapat diketahui obat yang
mengalami overstock berjumlah 23 jenis obat, hal ini terjadi karena penggunaan
obat-obat tersebut jarang, bahkan ada obat yang tidak pernah digunakan sama
sekali. Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD
metode, dan data yang terkait dengan perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD
terwujudnya ketersediaan obat yang sesuai dengan jumlah dan jenis yang
dibutuhkan, serta tepat waktu sehingga tidak terjadi kekosongan obat maupun
pasien dan memberikan pelayanan bermutu maka hal tersebut sangat berpengaruh
6.1 Kesimpulan
kebutuhan rumah sakit. Hal ini terjadi karena tenaga perencanaan obat
kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over
stock).
3. Proses pemilihan obat belum sesuai dengan kriteria pemilihan obat yang
baik karena hanya menggukan data jumlah obat yang paling banyak
digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan melakukan seleksi obat
sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Proses perhitungan obat
Kesehatan.
memenuhi kriteria pemilihan obat yang baik yaitu jenis obat yang dipilih
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal, apabila jenis
obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice)
Seto, Soerjono, Yunita Nita dan Lily Triana. 2008. Manajemen Farmasi: Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi.
Surabaya: Erlangga.
Sinuraya, Elias Canserio (2013). Analisis Manajemen Obat dan Kaitannya dengan
Ketersediaan Obat di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga (Tesis). Medan : USU.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV. Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
______ Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Wati, Wirdah, Achmad Fudholi dan Gunawan Pamudji. 2012. Evaluasi
Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanllon di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2012. Yogjakarta: Universitas Gajah
Mada.
Zebua, Audrey Marselina. 2013. Analisis Perencanaan Kebutuhan Obat di Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2013. Medan: USU
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
Bagaimana perhitungannya?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kelebihan tersebut?
Daerah Doloksanggul
A. Identitas Informan
6. Nama :
7. Umur :
8. Jenis kelamin :
9. Pendidikan terakhir :
B. Pertanyaan
11. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah
tercukupi?
13. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait
17. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Bagaimana perhitungannya?
20. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
tercukupi?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Bagaimana perhitungannya?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kelebihan tersebut?
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
tercukupi?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Bagaimana perhitungannya?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kelebihan tersebut?
perencanaan obat?
10. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode konsumsi, data apa
11. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode morbiditas, data apa
12. Jika jumlah dana yang dialokasikan terlalu sedikit, bagaimana pihak instalasi
13. Apa usaha yang dilakukan untuk mengatasi obat-obat yang kosong?