Oleh :
MAULIDINAH UMAR
10542 0296 11
Pembimbing :
dr. Zakaria Mustari. Sp.PD
Bismillahirrohmanirrahim
Assalamu’Alaikum WR.WB
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga laporan kasus dengan
judul ‘’HIPERTENSI DAN EPISTAKSIS” ini dapat diselesaikan.Salam dan
shalawat senan tiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar
sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Zakaria
Mustari. Sp.PD yang telah memberikan petunjuk, pengarahan dan nasehat yang
sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis
harapkan demi penyempurnaan laporan kasus ini.
Demikian, Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara
umum dan penulis secara khususnya.
Billahi Fi SabilillHaqFastabiqulKhaerat
WassalamuAlaikum WR.WB.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
1. IDENTITAS
Nomor RM : 49.24.99
Nama Pasien : Abdullah dg Rate
Tanggal lahir : 01 Juli 1960
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bontoa
2. Anamnesis
Keluhan utama : Mimisan
Anamnesis terpimpin : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
mimisan yang dialami sejak jam 9 pagi, darah keluar pada kedua lubang
hidung dan pasien sebelumnya tidak pernah mengalami mimisan. Pasien
mengeluh kepala terasa sakit, terkadang penglihatan tampak gelap, pasien
tidak demam, riwayat trauma disangkal.
Riwayat penyakit dahulu/faktor resiko :
- Hipertensi ada sejak 3 tahun yang lalu
- DM disangkal
- Merokok ada
- Minum alcohol disangkal
- Kolesterol disangkal
3. Status Pasien
Keadaan Umum : lemas
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Baik
4. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Nadi : 91 x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36,6 C
5. Pemeriksaan Fisis
Mata : Anemis (-), Ikterus (-), konjungtivitis (-)
Hidung : Rhinorea (-), epistaksis (+) di kedua lubang
hidung, deviasi septum nasi (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kel Thyroid (-)
Thorax : Simetris hemithorax dextra/sinistra
Suara napas vesicular, wh(-/-), rh(-/-)
Jantung : BJ I/II murni regular, Bising (-)
Batas jantung kanan parasternal dextra
Batas jantung kiri mid clavicula sinistra
Abdomen : peristaltic (+), kesan normal
Nyeri tekan (-), Ascites (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas : Pitting edema (-)
O: KU : lemah
TD : 130/90 mmHg
N : 84x/mnt
P : 22x/mnt
S : 36,5 C
Epistaksi (+)
Paru : vesikular
Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Cardiovaskular : BJ I/II murni regular
Abdomen : Peristaltik (+), kesan
normal
Metabolik: Edema (-), Ikterus (-)
A: Hipertensi + epistaksis
Senin, 02 Oktober S : Lemah - ASI + SF 5 cc /
2017 Refleks isap (+) 3 jam
Refleks telan (+) - Rawat
BAB : Meconium Inkubator
BAK : Lancar - Rawat tali
O: pusat
KU : Lemah - NGT
HR : 146 x/menit Terpasang
RR : 40 x/menit - Hasil Lab DR :
S : 37 0C WBC : 106
RBC : 4,10
Paru : Bronkovesikuler HGB : 15,6
Ronchi -/-, Wheezing -/- HCT : 48,8
Cardiovaskular : BJ I/II murni regular MCV : 119
Abdomen : Peristaltik (+), kesan MCH : 38
normal
PLT : 210
Tali pusat : Basah, Bau (-), Radang(-)
PCT : 0,20
Metabolik : Edema (-), Ikterus (-)
- Pasang Infus,
A: BBLR, BCB / KMK /SC
Dextrose 10%
8 tpm.
- Inj. Cefotaxim
2x80 mg
- Inj. Gentamicin
2x4 mg
- Sonde 10-15
cc/3jam
- O2 0,5-1 ltr/m
Minggu, 14 S : mimisan (+) sudah berkurang dari - RL 20 tpm
Januari 2018 sebelumnya, sakit kepala (-), demam - Asam
(-) traneksamat
BAB : biasa 2x1
BAK : lancar - Adona drips/
12 jam
O :KU : sedang - Catopril 2x1
TD : 120/70 mmHg
HR : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,4 0C
Paru : Vesikular, Rh -/-,Wh -/-
CV : BJ I/II murni regular
Abd : Peristaltik (+), kesan normal
Ekstremitas : Edema (-)
Senin, 15 Januari S : mimisan (-), sakit kepala (-), demam - Aff infuse
2018 (-) - Catopril 2x1
BAB : biasa - Boleh pulang
BAK : lancar
O : KU : membaik
TD : 120/70 mmHg
HR : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 0C
Paru : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
CV : BJ I/II murni regular
Abdomen : Peristaltik (+), kesan
normal
A: Hipertensi + Epistaksis
C. PEMBAHASAN
1. DEFINISI
A. Hipertensi
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam
walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan
hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar
penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan
hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan
tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension2013). 2
B. Epistaksis
Epistaksis berasal dari bahasa Yunani epistazo yang berarti hidung
berdarah. Penanganan epistaksis dengan menekan ala nasi telah
diperkenalkan sejak zaman Hipokrates. Cave Michael (1871), James Little
(1879) dan Wilhelm Kiesselbach merupakan ahli-ahli yang pertama kali
mengidentifikasi cabang-cabang pembuluh darah yang berada di bagian
anterior septum nasi sebagai sumber epistaksis. 6
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung,
rongga hidung atau nasofaring dan mencemaskan penderita serta para
klinisi. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu
kelainan yang mana hampir 90 % dapat berhenti sendiri. 8
2. ETIOLOGI
A. Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan 7
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:
- Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak
dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan
darah tinggi.
- Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
- Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa
- Geografi dan lingkungan : terdapat perbedaantekanan darah yang nyata
antara populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju,
seperti bangsa Indian amerika selatan yang tekanan darahnya rendah tidak
banyak menungkat sesuai dengan pertambahan usia dibandingkan dengan
masyarakat barat. 4
- Janin : faktor ini dapat memberikan pengaruh karena berat lahir rendah
tampaknya merupakan predisposisi hipertensi dikemudian hari. Barangkali
karena sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendah kemampuan
mengeluarkan natrium pada bayi dengan berat lahir rendah. 4
- Hiperaktivitas simpatis : dapat terlihat pada hipertensi umur muda.
Katekolamin akan memacu produksi rennin, menyebabkan konstriksi
arteriol dan vena sehingga meningkatkan curah jantung. 4
- Resistensi insulin : kaitan resistensi insulin dengan hipertensi telah
diketahui sejak beberapa tahun silam, terutama pada pasien gemuk. Insulin
merupakan zat penekan karena meningkatkan kadar katekolamin dan
reabsorpsi natrium
- Disfungsi sel endotel : penderita hipertensi mengalami penurunan respon
vasodilatasi terhadap nitrat oksida dan endotel mengandung vasodilator
seperti endotelin-1, meskipun kaitannya dengan hipertensi tidak jelas. 4
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi
adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti
penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal,
kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit
tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut
hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang paling
banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan
pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah
ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan
memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta
ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung,
meningkatkan produksi darah yang mengakibtkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah sehingga mengakibtkan hipertensi. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan
psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan
stress karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga
meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah. 7
B. Epistaksis
Beberapa etiologi dari epistaksis :
- Epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengeluarkan
ingus dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau akibat trauma yang hebat
seperti kecelakaan lalulintas.
- iritasi gas yang merangsang, benda asing dan trauma pada pembedahan.
- Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, inusitis serta granuloma
spesifik seperti lupus, sifilis dan lepra dapat juga menimbulkan epistaksis.
- Epistaksis berat dapat terjadi pada tumor seperti hemangioma, karsinoma
dan angiofibroma.
- Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang dijumpai pada
arterioskelerosis sering menyebabkan epistaksis hebat, sering kambuh dan
prognosisnya tidak baik.
- Gangguan endokrin pada wanita hamil dan menopause
- kelainan darah pada hemofilia dan leukemia serta infeksi sistemik pada
demam berdarah, tifoid dan morbili sering juga menyebabkan epistaksis.
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis adalah Rendu-
Osler- Weber disease.
- epistaksis dapat terjadi pada penyelam yang merupakan akibat perubahan
tekanan atmosfer. 8
3. Patomekanisme
A. Hipertensi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan
bertahap terhadap pembuluh darah perifer dan beban akhir vetrikelkiri.
Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti
rangsangan simpato-adrenak yang meningkat dan peningkatan system
RAA. Fungsi pompa ventrikel kiri dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah
difus konsentrik. Rasio massa dan volume akhir diastolic ventrikel kiri
meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif
ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus,
hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya eksentrik akibat terbatasnya
aliran daran koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofieksentrik
menggambarkan kurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolic akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa, peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-
hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat
bila disertai penyakit jantung koroner. 9
Gambar 1. Patomekanisme hipertensi. 9
B. Epistaksis
Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-
kadang sukar ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber
perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan posterior.
- Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach/ Little’s area,
merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai pada anak-anak.
Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior. Perdarahan dapat
berhenti sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan tindakan
sederhana.8
1. .