Anda di halaman 1dari 10

INISIASI 3

Materi inisiasi 3 ini diambil dari modul 3 dan 4 BMP


ISIP4216. Karenya, kaitkanlah selalu materi ini dengan
materi lengkap yang ada di BMP supaya anda
memperoleh pemahaman yang lengkap.

Selamat belajar.

A. KONSEP dan VARIABEL


1. Konsep

Secara umum konsep dapat diartikan sebagai ide, penggambaran atau


deskripsi dari hal-hal atau benda-benda atau gejala-gejala sosial, yang
dinyatakan dalam kata atau istilah. Ide, penggambaran, atau deskripsi benda-
benda atau gejala-gejala sosial tersebut baru dapat dibuat dalam bentuk
konsep jika sudah melalui proses abstraksi dan generalisasi. Abstraksi adalah
suatu proses menarik intisari dari ide-ide, hal-hal, benda-benda, atau gejala-
gejala sosial. Sedangkan generalisasi adalah suatu aktivitas menarik
kesimpulan umum dari sejumlah ide-ide, hal-hal, benda-benda, atau gejala-
gejala sosial yang khusus.
Karena konsep terbentuk dari abstraksi dan generalisasi, maka ciri suatu
konsep adalah bersifat umum. Salah satu keuntungan dari ciri konsep yang
bersifat umum adalah adanya kemungkinan bagi kita dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi pada penampilan konkret dari ide-ide, hal-
hal, benda-benda, atau gejala-gejala sosial tanpa harus membuat suatu konsep
baru.
Contoh, konsep handphone. Di pasar beredar banyak sekali merk,
model, tipe, dan warna yang sangat sering berubah-ubah. Meskipun ada
beragam merk, model, tipe, warna, dan teknologi yang digunakan, tetap saja
semuanya bernama dan tidak keluar dari konsep handphone. Kalau toh ada
perubahan nama, paling-paling nama handphone berubah menjadi
mobilephone atau telepon seluler, yang semuanya tidak mengubah arti atau
konsep handphone.
Konsep-konsep yang dipakai dalam Ilmu Sosial walaupun kadang-
kadang istilahnya sama dengan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
namum makna dan pengertiannya dapat berbeda-beda. Pada umumnya,
konsep yang dipakai dalam ilmu sosial tidak berdiri sendiri tetapi
berhubungan dengan konsep lain yang ada dalam suatu kerangka pemikiran
atau pendekatan tertentu. Selain itu, dalam ilmu sosial juga sering terjadi
perbedaan makna dan pengertian istilah yang dipergunakan oleh para ahli
atau peneliti. Untuk menghindari kebingungan mengenai makna dan
pengertian suatu istilah atau konsep itulah maka semua konsep itu harus
didefinisikan. Jadi, definisi adalah pernyataan yang dapat mengartikan atau
memberi makna suatu istilah atau konsep tertentu, atau suatu penggambaran
keseluruhan isi dan arti yang dikandung oleh suatu konsep tertentu.
Mengingat definisi dibuat untuk menjelaskan suatu konsep agar dapat
dimengerti secara tepat, maka pembuatan definisi haruslah hati-hati. Untuk
membuat suatu definisi yang baik, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa definisi:
 Tidak mengandung istilah atau konsep yang didefinisikan, atau
mengandung istilah yang sinonim, atau istilah yang
berhubungan erat dengan apa yang didefinisikan.
 Tidak dirumuskan dalam bentuk kalimat negatif.
 Dinyatakan dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan rinci agar
mudah dimengerti oleh orang lain.

2. Variabel

Di dalam penelitian, konsep yang sudah didefinisikan tersebut harus


dapat diamati dan diukur. Agar konsep tersebut dapat diamati dan diukur,
maka konsep tersebut harus diubah lebih dahulu menjadi suatu konsep yang
konkret yang dapat dioperasionalkan (sering disebut dengan operasionalisasi
konsep). Konsep yang sudah lebih konkret ini dikenal dengan nama variabel,
yaitu suatu konsep yang mempunyai variasi nilai.
Contoh, konsep ‘pendidikan formal’ sudah dapat dikatakan sebagai
variabel karena memiliki variasi nilai SD,SMP,SMA, dan seterusnya. Konsep
‘badan’ belum dapat dikatakan sebagai variabel karena belum memiliki
variasi nilai. Jika sudah diubah menjadi konsep ‘berat badan’ atau ‘tinggi
badan’, maka konsep ini sudah dapat dikatakan sebagai variabel.
Variabel memiliki simbol atau lambang yang kita lekatkan yang
berbentuk bilangan atau nilai. Misalnya, X adalah sebuah variabel. Jika X itu
adalah variabel prestasi akademik misalnya, maka variabel ini dapat memiliki
sebarang himpunan nilai, misalnya dari 1 sampai 10 atau 10 sampai 100.
Tetapi jika variabel X itu adalah jenis kelamin, maka variabel tersebut hanya
memiliki dua nilai, yaitu laki-laki dan perempuan. Nilai yang bisa dilekatkan
misalnya 0 untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan (boleh juga 1 dan 2, atau
angka lain). Jika X adalah variabel tingkat penghasilan, maka variabel
tersebut bisa memiliki tiga nilai yaitu tinggi, sedang, kurang. Nilai yang bisa
dilekatkan kepada variabel tersebut misalnya (1) untuk tingkat penghasilan
tinggi, (2) untuk tingkat penghasilan sedang, dan (3) untuk tingkat
penghasilan kurang. Anda dapat mengembangkan contoh-contoh variabel
yang lain.
Selain memiliki nilai, variabel dapat berbentuk variabel dikotomi ,
politomi, dan kontinyu.
Variabel dikotomi, adalah variabel-variabel yang hanya memiliki 2 nilai.
Contoh: variabel jenis kelamin: laki-laki – perempuan; variabel pekerjaan:
bekerja – tidak bekerja, variabel ukuran: besar – kecil; variabel kelulusan:
lulus – tidak lulus, dan sebagainya.
Variabel politomi, adalah variabel yang hanya memiliki satu sifat,
misalnya variabel agama: Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu, Yahudi.
Atau variabel kebangsaan: Indonesia, Malaysia, Cina, Inggris, Arab Saudi,
dan sebagainya.
Variabel kontinyu, adalah variabel yang memiliki nilai kontinyu,
misalnya variabel kecerdasan yang bisa dikelompokkan menjadi kecerdasan
tinggi, sedang, rendah. Atau variabel tingkat penghasilan yang bisa
dikelompokkan menjadi tingkat penghasilan tinggi, sedang, rendah, dan
sebagainya. Variabel kontinyu dapat dikonversikan menjadi variabel
dikotomi atau politomi, tetapi variabel dikotomi tidak dapat dikonversikan
menjadi variabel kontinyu.
3. Mengidentifiksi Variabel

Sebagaimana diuraikan dalam modul 3, variabel apa yang ada dalam


suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoretiknya, dan ditegaskan oleh
hipotesis penelitiannya. Karena itu jika landasan teoretiknya berbeda, maka
variabel-variabel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel penelitian
yang dijadikan objek penelitian akan ditentukan oleh sofistikasi desain
penelitian; makin sederhana suatu desain penelitian makin sedikit jumlah
variabel penelitiannya, dan sebaliknya makin kompleks desain penelitiannya
makin banyak pula variabel penelitiannya. Misalnya suatu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh bentuk insentif
terhadap motivasi kerja karyawan. Dalam penelitian ini hanya melibatkan
dua variabel utama yaitu variabel bentuk-bentuk insentif dan variabel
motivasi kerja. Jumlah variabel itu akan bertambah jika peneliti juga
mempertimbangkan tingkat kebutuhan (need) karyawan.

Kecakapan mengindetifikasi variabel penelitian adalah keterampilan


yang berkembang karena latihan dan pengalaman, sehingga makin sering
melakukan penelitian diharapkan makin tinggi keterampilan mengidentifikasi
variabel penelitian. Keterampilan mengidentifikasi variabel penelitian juga
dapat dikembangkan melalui kegiatan seminar-seminar usulan penelitian, di
mana peneliti yang akan melakukan penelitian mempresentasikan lebih dulu
usulan penelitiannya untuk dibahas bersama dan memperoleh masukan-
masukan untuk penyempurnaannya.

4. Mengklasifikasi Variabel

Variabel-variabel penelitian yang sudah diidentifikasi perlu


diklasifikasi. Ada beragam cara untuk mengklasifikasi variabel, antara
lain:

1. Klasifikasi Variabel Berdasarkan Jenis Data

Klasifikasi variabel berkaitan dengan jenis data yang akan


dikumpulkan pada dasarnya berkaitan dengan proses kuantifikasi.
Dalam kaitannya dengan kuantifikasi, data biasa digolong-
golongkan menjadi empat jenis, yaitu: (1) data nominal, (b) data
ordinal, (c) data interval, dan (d) data ratio. Dengan demikian
variabel penelitian dpat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:

 Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar


atas proses pengklasifikasian. Variabel ini bersifat deskrit
dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori satu
dengan kategori lainnya. Contoh variabel: jenis kelamin,
jenis pekerjaan, status perkawinan.
 Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan
atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa
diberi angka 1, jenjang di bawahnya angka 2, 3, dan
seterusnya. Contoh: hasil perlombaan, rating, ranking.
 Variabel interval, variabel yang dihasilkan dari suatu
pengukuran, yang didalam pengukuran itu diasumsikan
terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Contoh:
motivasi kerja, sikap terhadap suatu kebijakan,
penghasilan, dan semacamnya.
 Variabel ratio, yaitu variabel yang di dalam
kuantifikasinya mempunyai nilai nol mutlak. dalam
penelitian sosial, jarang sekali orang menggunakan variabel
ratio.

2. Klasifikasi Variabel Berdasar Fungsinya dalam Penelitian

Menurut fungsinya di dalam penelitian, variabel dapat


dibedakan dalam dua kelompok yaitu variabel tergantung
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variables).,
Pembedaan ini didasarkan atas pola pemikiran sebab-akibat.
Variabel tergantung dipikirkan sebagai akibat, yang keadaannya
tergantung pada variabel bebas, variabel moderator, variabel kendali
, atau variabel rambang. Variabel bebas dipikirkan sebagai sebab.
Termasuk ke dalam kelompok variabel bebas adalah variabel
kendali (kontrol), variabel moderator, dan variabel rambang. Dalam
ilmu-ilmu sosial, hubungan antara kedua kelompok variabel
(tergantung dan bebas) pada subjek penelitian seringkali terlihat
sebagai proses. Artinya tidak selalu variabel bebas (sebab) secara
langsung mengakibatkan munculnya variabel tergantung (akibat),
tetapi seringkali pemunculan variabel tergantung diantarai lebih
dulu oleh variabel yang lain (variabel antara atau intervening
variable).

Pengklasifikasian variabel menurut peranannya dalam penelitian itu


dimulai dengan mengidentifikasi lebih dulu variabel tergantungnya. Hal ini
dilakukan karena variabel tergantung itulah yang menjadi titik pusat
persoalan, yang karenanya seringpula disebut dengan kriterium. Misalnya
usaha pengobatan, pokok permasalahannya adalah kesembuhan, usaha
pertanian pokok permasalahannya adalah produksi pangan, usaha pendidikan
pokok permasalahannya adalah hasil belajar, dan sebagainya.
Keadaan variabel tergantung itu dipengaruhi banyak sekali variabel
yang lain. Satu atau lebih variabel-variabel yang lain itu mungkin dipilih
sebagai variabel yang sengaja (direncanakan) dan dipelajari pengaruhnya
terhadap variabel yang lain. Variabel inilah yang disebut variabel bebas.
Misalnya variabel tergantungnya motivasi kerja, maka variabel bebasnya bisa
berupa: bentuk dan besaran insentif, pengarahan atasan, kondisi kerja,
fasilitas kesehatan, dan sebagainya. Di samping bentuk dan besaran insentif,
pengarahan atasan, kondisi kerja, dan fasilitas kesehatan, masih banyak
variabel lain yang juga bisa berpengaruh terhadap motivasi kerja. Misalnya
tingkat pendidikan juga bisa berpengaruh terhadap motivasi kerja. Jika
peneliti juga memasukkan variabel tingkat pendidikan sebagai variabel yang
mempengaruhi motivasi kerja – tetapi tidak langsung – maka berarti peneliti
meletakkan tingat pendidikan sebagai variabel moderator. Masa kerja , juga
bisa menjadi variabel yang berpengaruh terhadap motivasi kerja. Tetapi
misalnya peneliti ingin menetralisasi variabel ini – misalnya diambil
kelompok masa kerja tertentu saja – maka masa kerja di sini berperan sebagai
variabel kendali.

Variabel-variabel lain yang jumlahnya masih banyak mungkin


dianggap pengaruhnya terhadap motivasi kerja tidak begitu signifikan, karena
itu diabaikan. Variabel-variabel yang diabaikan pengaruhnya itu berperanan
sebagai variabel rambang.

Sedangkan variabel-variabel lain yang ada dalam diri subjek yang


dapat mempengaruhi motivasi kerja – yang keberadaannya hanya dapat
disimpulkan berdasarkan pada variabel tergantung dan variabel-variabel
bebas - maka variabel ini berperanan sebagai variabel antara (intervening
variable) .

3. Klasifikasi Variabel Berdasar Posisi Variabel dalam Penelitian

Pengklasifikasian variabel ini terutama dilakukan pada penelitian


eksperimental. Ada 2 klasifikasi variabel, yaitu variabel aktif dan variabel
atribut. Variabel aktif (active variables) adalah variabel yang dimanipulasi.
Sedangkan variabel atribut adalah variabel yang diukur. Manipulasi
(manipulation) pada dasarnya adalah kegiatan memberikan perlakuan yang
berbeda kepada kelompok yang berbeda. Misalnya kepada kelompok A
diberikan perlakuan X, kepada kelompok B diberikan perlakuan Y, dan
kepada kelompok C diberikan perlakuan Z, maka yang disebut variabel aktif
atau variabel manipulasi adalah X, Y, dan Z.

Sedangkan variabel atribut adalah variabel-variabel yang tidak dapat atau


setidaknya sulit dimanipulasi. Semua variabel karakteristik manusia,seperti
kecerdasan, sikap, jenis kelamin, status sosio ekonomik, kebutuhan
berprestasi, dan semacamnya adalah contoh variabel yang tidak dapat
dimanipulasi. Variabel-variabel tersebut sudah ada pada diri subjek penelitian
sebelum dia kita libatkan dalam penelitian kita dan tidak bisa kita ubah.

4. Klasifikasi Variabel Berdasar Nilai yang Dilekatkan pada


Variabel
Pengklasifikasian variabel ini penting terutama ketika peneliti
merencanakan analisis data. Klasifikasi tersebut adalah variabel kontinyu
(continuous variables) dan variabel kategorikal (categorical variables).
Variabel kontinyu adalah variabel yang dapat dilekati nilai yang tersusun
berurutan. Sedangkan variabel – biasa juga disebut dengan variabel nominal
– adalah variabel yang dilekati kategori yang didasarkan pada definisi yang
sudah dibuat atas variabel tersebut. Kategori yang dilekatkan adalah ’ada atau
memiliki’ dan ’tidak ada atau tidak memiliki’ karakteristik yang didefinisikan
tersebut. Misalnya variabel jenis kelamin: lelaki – perempuan, ras: kulit putih
– kulit berwarna, status kerja: bekerja – tidak bekerja, status perkawinan:
kawin – belum kawin, dan sebagainya.

Pengidentifikasian variabel bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan.


Sering orang susah membedakan mana variabel tergantung dan mana
variabel bebas, mana variabel kendali atau kontrol, mana variabel rambang,
mana variabel moderator. Namun dengan latihan terus-menerus kesulitan ini
akan dapat diatasi. Jadi sekali lagi, banyak-banyaklah berlatih melakukan
penelitian (secara benar).

Sampai di sini Anda pasti sudah memahami secara lebih mendalam


tentang variabel penelitian. Sekarang kita lanjutkan dengan materi langkah-
langkah penelitian.

Langkah-langkah penelitian.
Secara umum pokok-pokok langkah-langkah penelitian itu adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
2. Penelaahan pustaka atau landasan teori
3. Penyusunan hipotesis
4. Identifikasi, klasifikasi, dan penentuan definisi operasional
variabel-variabel.
5. Penyusunan desain penelitian
6. Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
7. Penentuan populasi dan sampel penelitian
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis data
11. Penyusunan laporan.

Selengkapnya, pelajari dari BMP ISIP4216 modul 3, Kb2.


Desain Penelitian
Setelah memahami variabel penelitian, marilah sekarang kita membahas
tentang kegiatan persiapan penelitian berikutnya, yaitu tentang metode dasar
dan desain peneltian. Dalam melakukan penelitian, orang dapat
menggunakan berbagai macam metode, dan desain penelitian yang
digunakan juga dapat beragam. Keputusan mengenai desain apa yang dipakai
akan tergantung pada : tujuan penelitian, dan sifat masalah yang akan diteliti.

a. Tujuan Penelitian

Apabila tujuan penelitian sudah jelas dan spesifik, maka penelitian


itu sudah memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, sehingga perhatian
dapat diarahkan kepada ‘target area’ yang pasti.

b. Sifat Masalah

Sifat masalah akan memainkan peranan utama dalam menentukan


cara-cara pendekatan yang cocok, dan akan menentukan desain
penelitian yang akan digunakan. Saat ini bermacam-macam desain
penelitian berdasar sifat masalah telah dikembangkan oleh para ahli, dan
telah pula dibuat penggolongannya. Desain-desain penelitian yang
disusun berdasar sifat-sifat masalah yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. penelitian historis
2. penelitian deskriptif
3. penelitian perkembangan
4. penelitian kasus dan penelitian lapangan
5. penelitian korelasional
6. penelitian kausal komparatif
7. penelitian eksperimental sungguhan (true experimental research)
8. penelitian ekesperimental semu (quasi experimental research)
9. penelitian tindakan (action research).

Selengkapnya, pelajari dari BMP ISIP4216, modul 4 Kb2.

Anda mungkin juga menyukai