Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

LIKEN SIMPLEK KRONIK

Diajukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD Jayapura

Penguji:
dr. Chaeril Anwar, Sp.KK

Oleh:
Anggi I. Aronggear
(0110840233)

SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD JAYAPURA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
KETERAMPILAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM
JAYAPURA

Formulir Evaluasi Diskusi Kasus / Ujian Kasus


Nama : Anggi Irianti Aronggear
NIM : 0110840233
Judul Kasus : Liken Simplek Kronik

Tanggal Presentasi : April 2018


Indikator Penilaian Nilai
Anamnesa: Identitas, Keluhan utama, Keluhan tambahan
Pemeriksaan Fisik: 1. Status Generalisata
2. Status Lokalis
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis Kerja / Diagnosis Banding
Terapi
Anjuran Konsultasi / Pemeriksaan Penunjang Lain
Penguasaan Kasus (dasar diagnosis, dll)
Relevansi dalam menjawab
(Kemampuan sintesa dan analisa)
Penguasaan kasus-kasus lain, yang berhubungan dengan
diagnosis banding kasus
Penguasaan kasus-kasus lain diluar diagnosis banding kasus

Total Nilai dibagi 10

Jayapura, April 2018


Penguji

dr. Chaeril Anwar, Sp.KK., M.Kes

LikenSimpleksKronik Page 2
Telah disetujui dan diterima oleh penguji, Laporan Kasus dengan judul
“Liken Simplek Kronik” sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Jayapura. Yang dilaksanakan pada:

Nama : Anggi Irianti Aronggear


Nim : 011084023
Hari :
Tanggal : April 2018
Tempat : Ruangan Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Jayapura

Menyetujui
Dosen Pembimbing / Penguji

dr. Chaeril Anwar, Sp.KK., M.Kes

LikenSimpleksKronik Page 3
BAB I

PENDAHULUAN

Liken simplek kronik (LSK) adalah peradangan kulit kronis disertai rasa
gatal, ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Liken simpleks kronis
merupakan dermatosis kronis yang ditandai dengan lesi yang berbatas tegas
disertai dengan rasa gatal. Kelainan ini termasuk proses ekzema kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Liken simpleks kronis biasanya bersifat tunggal atau
multiple, eritematosa, bersisik, berbatas tegas, hiperpigmentasi yang berupa plak
kasar. Liken simplek kronik ini bisa terdapat di tengkuk leher, lengan dan siku
ekstensor, paha medial atas, lutut, kaki bagian bawah, dan pergelangan kaki.
Penggarukan berulang berperan penting dalam pembentukan lesi. Penyakit ini
merupakan peradangan kulit yang bersifat kronik, terlokalisasi, superfisial,
pruritus, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Nama lain liken
simpleks kronikus ialah neurodermatitis sirkumskripta. (1, 2)
Liken simpleks kronis bukan merupakan proses primer melainkan sekunder
ketika seseorang mengalami sensasi gatal (pruritus) pada daerah kulit spesifik
dengan atau tanpa kelainan kulit yang mendasari sehingga mengakibatkan trauma
mekanis yang berakhir pada likenifikasi.2 Lesi likenifikasi umumnya tunggal
tetapi dapat lebih dari satu.dengan ukuran lentikular hingga plakat. Stadium awal
berupa eritema dan edema atau papul berkelompok. Akibat garukan terus menerus
timpul plak likenifikasi dengan skuama dan eskoriasi, serta hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi. Bagian tengah lesi menebal, kering dan berskuama, sedangkan
bagian tepi hiperpigmentasi.(3)
Liken simpleks kronik sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30
hingga 50 tahun. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita dari
pada pria. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Pada wanita yang
sudah menopause dikatakan sering ditemukan neurodermatitis yang terlokalisasi
pada bagian posterior leher. Faktor lingkungan yang memiliki pengaruh dalam
menginduksi gatal seperti panas, keringat, dan iritasi yang terkait dengan liken

LikenSimpleksKronik Page 4
simpleks kronik anogenital. Lesi biasanya tunggal, Gambaran klinis dipengaruhi
juga oleh lokasi dan lamanya dilaporkan sering ditemukan pada pasien liken
simpleks kronik menyebabkan munculnya persepsi pruritus, keduanya masih
belum dipahami. (3,4,5)
Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi
klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan
atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi
berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan
skuama, yang lambat laun akan menjadi keras dan berwarna lebih gelap. Lesi
biasanya multiple, dan tempat predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi
beberapa millimeter hingga 2 cm. (5)

LikenSimpleksKronik Page 5
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. A.R
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Agama : Kristen Protestan
Suku : Biak
Alamat : Polimak 2, jln.Batu Karang
Status : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan Farmasi
Tanggal pemeriksaan : 5 April 2018
No. RM : 02 16 56

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Kulit menebal dan mengeras.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang kepolik klinik Kulit dan Kelamin RSUD Dok II dengan
keluhan gatal di pergelangan kaki dan siku kanan serta kiri sejak 2 minggu
yang lalu. Pasien sering menggaruk bagian yang gatal tersebut sehingga
timbul bercak kemerahan disertai sisik halus berwarna putih, pasien
sebelumnya juga mengaku kalau memakan ikan lebih dari 3 hari tubuh
pasien mulai gatal dan akan menggaruk bagian yang terasa gatal tersebut.
Pasien juga sempat menggunakan sabun detol cair untuk mandi namun
kulit pasien semakin terasa gatal disertai dengan bercak
kemerahan.Awalnya bercak kecil lama kelamaan membesar. Gatal
terutama saat malam hari.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.

LikenSimpleksKronik Page 6
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Hipertensi (-)
e. Riwayat Alergi
Di sangkal
1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital
Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 19x/menit
Suhu : 36,9°C

b. Status Generalis
Kepala Bentuk : Bulat, Simetris
Rambut : Hitam beruban, Distribusi Merata
Muka : Bulat, Simetris
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-); Sklera Ikterik (-); Sekret
(-/-), Pupil Isokor D=S
Telinga : Deformitas (-), Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-)
Mulut : Oral Candidiasis (-); Tonsil (T1-T1); Lidah
Kotor(-)
Leher : Trakea Letak Normal, Pembesaran KGB (-/-)
JVP Tidak Meningkat
Thoraks Paru
Inspeksi : Simetris, ikut Gerak Nafas, retraksi (-), Jejas (-)

LikenSimpleksKronik Page 7
Palpasi : Vokal Fremitus (Dextra=Sinistra)
Perkusi : Sonor di Kedua Lapang Paru
Auskultasi :Suara Nafas. Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Iktus Cordis Tidak Terlihat; Thrill (-)
Palpasi : Iktus Cordis Teraba Pada ICS V Midline Clavicula
Sinistra
Perkusi : Pekak (Batas Jantung Dalam Batas Normal)
Auskultasi : BJ I-II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak Datar, Supel, Jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Palpasi : Nyeri Tekan (-), Hepar/Lien : Tidak Teraba
Perkusi : Timpani
Ektremitas : Akral Hangat, Capillary Refill Time < 2 detik
Edema (-), Ulkus (-), Clubbing Finger (-), nodulus
(+)
Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

c. Status Dermatologis
Pada regio tungkai bawah kiri dan kanan bagian pergelangan kaki depan
dan siku kiri serta kanan terdapat bercak hiperpigmentasi dengan diameter
20,22 cm pada pergelangan tungkai bawah kiri dan kanan , batas tegas ,
terdapat ekskoriasi, skuama dan likenifikasi.

Gambar 1 : Pada dorsum pedis kanan dan


kiri sampai maleolus lateralis kanan dan
kiri terdapat plak eritematosa soliter
berukuran plakat berbentuk ireguler
berbatas tegas dengan likenifikasi dan
skuama putih kasar di atasnya.

LikenSimpleksKronik Page 8
Gambar 2 : pada regio cubitalis posterior kanan dan kiri
terdapat plak eritematosa unilateral berukuran plakat
berbentuk ireguler berbatas tegas dengan likenifikasi dan
skuama putih.

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan bila gambaran klinis meragukan.
1.5 Diagnosis Kerja
Liken Simpleks Kronik
1.6 Diagnosis Banding
Dermatitis atopik, psoriasis.
1.7 Penatalaksaa
1. Non-medikamentosa
a. Hindari menggaruk sebisa mungkin
b. Mencari faktor pencetus dan menghindarinya
2. Medikamentosa
a. Sistemik
Cetirizine tab 10mg 1x1
b. Topikal
Desoxymethasone ung 0,25% 5gram 2x1

LikenSimpleksKronik Page 9
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam

LikenSimpleksKronik Page 10
BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien Tn. A.R 73 tahun dengan diagnosis kerja Liken
Simplek Kronik (LSK). Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan anamnesis, keluhan utama pasien adalah gatal pada kaki kanan
dan kiri yang semakin memberat sejak ± 1 tahun yang lalu. Pada awalnya pasien
juga mengeluh timbul biji-biji kecil yang berisikan air serta bercak kemerahan
pada siku kiri dan kanan yang mulai terasa gatal ±2 minggu yang lalu setelah
pasien memakan ikan dalam ±3 hari berturut-turut. Pasien menggaruk sehingga
terjadi penebalan kulit dan keluhan kulit yang semakin menebal sangat dirasakan
mulai ±2 minggu yang lalu pada kedua siku pasien . Pada status dermatologikus
dinyatakan bahwa pada dorsum pedis kanan dan kiri sampai maleolus lateralis
kanan terdapat plak eritematosa soliter berukuran plakat berbentuk ireguler
berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama putih kasar. Berdasarkan dari hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut kita dapat memperkirakan diagnosis
kerja liken simpleks kronis dengan diagnosis banding Dermatitis atopic dan
psoriasis.
Diagnosis liken simpleks kronis ditegakkan atas dasar pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik terdapat peradangan kulit kronis sejak satu tahun yang gatal
berulang dan saat ini lesi mengalami likenifikasi. Lesi pada pasien ditemukan
pada punggung kaki dan pergelangan kaki yang merupakan predileksi liken
simpleks kronis. Lesi pada liken simpleks kronis biasanya tunggal berupa plak
eritematosa yang semakin lama mengalami likenifikasi. pada pemeriksaan
penunjang histopatolgi didapatkan gambaran histopatologik liken simplek kronik
berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang
teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah
dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo
nodularis, akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari

LikenSimpleksKronik Page 11
permukaan, sel Schwann berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang
terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.2,4,5
Hal ini sesuai dengan perjalanan penyakit dan gambaran lesi saat ini. Pasien
ini merupakan pria berusia 73 tahun.
1. Dignosis banding dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit
kronis dan residif, disertai gatal. Penyakit ini bisa terjadi pada masa
bayi (infantil), anak mau pun remaja dan dewasa. Terdapat riwayat
alergi pada pasien atau keluarga, lesi multipel, secara klasik tampak
pada area kubital, poplitea, dan wajah.
Efloresensi :
 Eritema, papul-vesikel, krusta. Pada dermatitis atopik infantil
 Papul, likenifikasi, sedikit skuama, erosi,Pada dermatitis atopik pada
anak
 Plak papular-eritematosa, skuama dan likenifikasi. Pada dermatitis
atopik dewasa. 2,6

Gambar 3: Papul prurigo pada pasien


atopik eksema.7

2. Diagnosis banding psoriasis Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak


eritem yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema
sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering
eritema di tengah menghilang dan hanya pada pinggir. Skuama
berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika serta transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner(isomorfik).2

LikenSimpleksKronik Page 12
Efloresensi :
 Bercak eritema disertai dengan skuama yang tebal, berlapis-lapis,
dan berwarna putih mengkilap dengan batas yang tegas dengan lesi
yang simetris.
 Lidah geografik atau plak putih pada lidah yang menyerupai peta.

Gmabar 4 : kronik plak pada


psoriasisa. Adanya lesi yang
simetris. 7

Tata laksana yang diberikan pada pasien ini dibagi 2, yaitu non
medikamentosa dan medikamentosa. Tata laksana non medikamentosa adalah
edukasi untuk menghindari menggaruk pada bagian yang gatal untuk menghindari
adanya trauma pada kulit yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi sekunder.
Sedangkan tatalaksana medikamentosa adalah prinsip memutuskan siklus gatal
serta menggaruk. Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai
dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
 Desoxymetasone
Desoxymethasone merukana golongan kortokisteroid topikal yang bekerja
sebagai antiinflamasi, antipoliferasi, dan vasokonstriktor. Tetapi jenis ini masih
diminati oleh banyak dokter maupun pasien karena efektif, relatif cepat
ditoleransi dengan baik, mudah digunakan berbagai kelas kekuatan
kortokosteroid topikal yang merespon mekanisme vasokmonstriktor pembuluh
darah kulit. Obat tersedia dalam bentuk krim, salap, solusio, bahkan bedak gel,
spray dan foam.Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi.
Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti
mitotik, serta vasokonstriktor. Contoh kortikosteroid topikal super poten
(golongan I) yaitu betamethasone dipropionate 0.05% serta clobetasol
propionate 0.05%. Contoh kortikosteroid potensi tinggi (golongan II) yaitu

LikenSimpleksKronik Page 13
mometasone furoate 0.01%, desoximetasone 0.05%. Kortikosteroid topikal
dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat. Apabila
tidak berhasil, diberikan secara suntikan intralesi 1 mg, contohnya triamsinolon
asetonid2,5. Resistensi adalah gejala yang sering terlihat dalam pengobatan
keadaan ini disebabkan oleh proses takifilaksis bila dalam 4-6minggu lesi tidak
membaik, pengobatan sebaiknya dihentikan, diganti dengan terapi jenis lain,
sedangkan kortikosteroid super poten hanya di perbolehkan selama 2 minggu.
Efek samping yang mengancam cukup banyak seperti penipisan kulit, atrofi,
striae, telagiekrasis,erupsi akneiformis, rosasea, dermatitis kontak, perioral
dermatitis, absorbs sistemik yang dapat menimbulkan supersi aksis
hipotalamus pituitary.5
2. Sistemik
 Cetirizine
Cetirizine merupakan golonga AH1 mekanisme AH1 menghambat semua kerja
histamin, kecuali yang hanya diperantai reseptor H2. AH1 menghambat efek
histamin di jaringan termaksud peningkatan permeabilitas kapiler dan refleks
axon dengan akibat vasodilatasi. Kerja AH1 secara kuantitatif sama, tetapi
hampir semua penghambat H1 mempunyai efek yang tidak berhubungan
dengan penghambatannya terhadap reseptor H1; tetapi merupakan akibat
ikatannya denga reseptor kolinergik, adrenergik, dan serotonin. Absorpsi
AH1 pada pemberian oral baik, kadar puncak serum di capai dalam waktu 1-
2jam. Waktu paruh plasma 4-6jam. Distribusi AH1 mencapai seluruh jaringan,
termasuk susunan saraf pusat. Metabolisme, terutama terjadi di hati. Sebagian
kecil tidak dimetabolisme serta metabolitnya di ekskresi melalui urin.8

LikenSimpleksKronik Page 14
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala
dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.

2. Penatalaksanaan utama liken simpleks kronis adalah menghindarkan pasien dari


kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus menerus dan terapi
farmakologis berupa topikal, krim, sistemik, antihistamin.

LikenSimpleksKronik Page 15
DAFTAR PUSTAKA

1. Berth-Jones J. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythrodrma In:


Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook/s Textbook of
Dermatology. 8 ed. United Kingdom: Blackwell Publishing; 2010. p.
23.39-23.41.
2. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. p. 129-48.
3. Weisshaar E, Fleischer AB, Bernhard JD, Cropley TG. Lichen simplex
chronicus. Dalam: Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV, editors. Textbook
of dermatology. Edisi ke-3. New York: Elsevier; 2012.h.115-16.
4. Hogan DJ. Lichen Simplex Chronicus. diunduh dari
emedicine.medscape.com/article/1123423-overview#a0199
5. Wolff K., Lichen Simplek Chronic / Prurigo Nodularis in Fitspatricks’s
Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7. Mc Graw Hill Medical.
New York.
6. Hall JC. Pruritic Dermatoses. In: Hall JC, Seigafuse S, Ferran A, Winter
N, Brown K, Douherty B, et al., editors. Sauer's Manual of Skin Disease. 9
ed:Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 1-12.
7. Burgin S. Nummular Eczema, Lichen Simplex Chronicus, Prurigo
Nodularis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ, Wolf K, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8 ed.
New York: Mc Graw Hill 2012. p. 289-94.
8. Arif A., Mirdhatillah S., Purwantyastuti., Sudrajat SE. Cara Mudah Belajar
FARMAKOLOGI. Penerbit FKUI Jakarta;2014.

LikenSimpleksKronik Page 16

Anda mungkin juga menyukai