ABSTRAK
Tenaga kerja sektor konstruksi yang profesional, andal, beretika, dan berdaya saing tinggi merupakan
faktor utama dalam mensukseskan berbagai program pembangunan nasional. Undang-undang No. 18
Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi mensyaratkan setiap tenaga kerja konstruksi harus memiliki
sertifikat keahlian/keterampilan sesuai dengan jabatan kerjanya.
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang dimaksudkan di atas, dan untuk meningkatkan kemampuan
menghadapi tantangan regional dan global saat ini, diperlukan pelatihan keahlian dan keterampilan
yang dilakukan oleh tenaga pelatihan/instruktur yang kompeten.
Saat ini kebutuhan akan pelatihan tanaga kerja konstruksi dirasakan semakin meningkat, baik untuk
memenuhi pasar kerja dalam negeri maupun pasar kerja luar negeri. Dalam 5 tahun ke depan,
pemerintah melalui Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK) mempunyai program melatih 3
juta tanaga kerja konstrusi. Ini merupakan program yang sangat menantang.
Untuk melaksanakan pelatihan dan asesmen yang sesuai dengan kompetensi keahlian atau
keterampilan di sektor konstruksi diperlukan peran instruktur dan asesor yang memenuhi kompetensi
sebagai instruktur pelatihan dan asesor tenaga kerja konstruksi.
Tulisan ini mencoba menguak peran instruktur pelatihan jasa konstruksi dan asesor yang meliputi
tidak hanya melaksanakan pelatihan, pembekalan, atau uji kompetensi tetapi juga membantu
pemerintah dalam menyiapkan perangkat yang dibutuhkan untuk pelatihan tersebut.
File: SM/93485811.doc 1
------------000-----------
1. Pendahuluan
Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu unsur utama dalam percepatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Karena itu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang
profesional, andal, beretika, dan berdaya saing tinggi merupakan program yang harus
diprioritaskan, tidak terkecuali tenaga kerja sektor konstruksi. Tenaga kerja sektor
konstruksi harus mampu memberikan kontribusi positif dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Sektor konstruksi Indonesia memiliki kontribusi 4 – 8 % Gross Domistic Product
(GDP) dan menyerap 5,2 % total angkatan kerja dengan pertumbuhan rata-rata tahun 2008
– 2012 sebesar 5,74% (Ref. Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK).
File: SM/93485811.doc 2
1). Asean Free Trade Area (AFTA) yang telah berjalan mulai 2002/2003. Saat ini telah
diberlakukan pula China-AFTA dan sedang dipersiapkan India-AFTA.
2). Asia Pacific Economic Community (APEC) yang direncanakan berlaku mulai tahun
2010.
3). World Trade Organization (WTO), General Agreement on Tariff and Tax (GATT),
General Agreement on Trade and Services (GATS) yang kesemuanya direncanakan
berlaku mulai tahun 2020.
WTO/GATT/GATS
APEC/CAFTA/IAFTA
AFTA
BANGSA INDONESIA
2002/2003
2010
2020
Gambar 1: Kondisi Eksternal yang Menjadi Tantangan Tenaga Kerja Konstruksi Indonesia.
File: SM/93485811.doc 3
ketat dengan tenaga kerja Indonesia sekalipun untuk pelaksanaan pekerjaan dengan dana
bantuan asing atau pekerjaan dari investor asing”.
Untuk itu, Bangsa Indonesia harus mempersiapkan tenaga kerja konstruksi yang
profesional, beretika, andal, dan berdaya saing global. Tenaga kerja yang demikian itu
hanya bisa dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan, pembekalan, dan uji kompetensi.
Melalui pendidikan, pelatihan, pembekalan, dan uji kompetensi tersebut di atas, tenaga
kerja konstruksi Indonesia akan memiliki dan memenuhi standar kompetensi tertentu yang
siap tidak hanya untuk pasar dalam negeri, tetapi juga untuk pasar luar negeri.
Untuk mencapai hal tersebut instruktur dan asesor harus dapat berfungsi sebagai pioner
dalam merubah tantangan menjadi peluang dengan sasaran:
1). Membekali tenaga kerja konstruksi agar memiliki kompetensi sesuai dengan yang
disyaratkan.
2). Menciptakan tenaga kerja konstruksi yang profesional, andal, dan berdaya saing tinggi.
3). Membuka dan memperluas kesempatan kerja sektor konstruksi dengan mendaya
gunakan tenaga kerja non-konstruksi yang terkena dampak krisis ekonomi/moneter
global melalui pelatihan/pembekalan dan uji kompetensi.
Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja konstruksi, baik tenaga ahli maupun tenaga
terampil, selalu harus mengacu pada kompetensi yang disyaratkan.
Pemenuhan kompetensi yang disyaratkan untuk setiap tenaga kerja hanya dapat dicapai
melalui pelatihan atau pembekalan, dan uji kompetensi.
Untuk dapat dipenuhinya kompetensi yang disyaratkan, diperlukan Standar Kompetensi
Kerja Nasional, yang kita kenal dengan nama Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI).
File: SM/93485811.doc 4
Sebelum seorang tenaga kerja mengikuti uji kompetensi, ia haruslah menguasai dan
memahami isi dan kandungan SKKNI. Hal ini dapat dicapai melalui pelatihan dan atau
pembekalan.
Inilah fungsi instruktur dan asesor; melatih, membekali, dan menguji tenaga kerja agar
kompeten, profesional, andal dan berdaya saing tinggi.
4. Proses Sertifikasi/Asesmen
Sertifikasi Tenaga Ahli
Seseorang yang telah mempunyai keahlian tertentu melalui pendidikan formal, non-formal,
atau informal dapat memiliki sertifikat profesi untuk bidang tertentu sesuai dengan standar
kompetensinya. Ia dapat langsung mengikuti asesmen untuk kompetensi tingkat tertentu
atau mengikuti pelatihan/pembekalan terlebih dahulu. Yang penting adalah bahwa ia harus
memenuhi seluruh Unit Kompetensi yang ada pada Standar Kompetensi. Jika tidak
memenuhi, ia akan gagal mendapatkan sertifikat. Jika ia mengikuti pelatihan/pembekalan
terlebih dahulu, ia akan mempunyai pengetahuan tentang unit-unit kompetensi yang akan
diujikan sehingga kemungkinan gagal hampir tidak ada.
File: SM/93485811.doc 5
yang telah memiliki level ahli muda ditambah pengalaman, dapat meningkatkan levelnya
menjada ahli madya, asalkan ia dapat memenuhi kompetensi tingkat ahli madya.
Peningkatan inipun dapat dilakukan melalui uji kompetensi langsung, namun dapat pula
melalui pelatihan/pembekalan terlebih dahulu.
Demikian pula halnya dengan seseorang yang telah memiliki tingkat/level keahlian tertentu
dapat mengikuti asesmen keahlian spesifik (spesialisasi) secara langsung ataupun melalui
pelatihan atau pembekalan. Sama halnya jika seseorang memiliki pendidikan tertentu dapat
langsung mengikuti asesmen untuk keahlian spesifik/spesialisasi.
Skema proses sertifikasi/asesmen tenaga ahli disajikan pada Gambar 2 berikut ini :
A
S
E
S SERTIFIKAT
P
PENDIDIKAN
M SPESIALISASI
E
E L
N A
T
I
H
A
A
S
N
E
/
S
P
M
E
E
M
N
B
E
Gambar 2: Skema Proses Sertifikasi/Asesmen Tanaga Ahli. K
A
L
A
Sertifikasi Tenaga Terampil N
Analog dengan proses sertifikasi tenaga ahli, seseorang yang mempunyai pengetahuan/
keterampilan tertentu dapat langsung diberi sertifikat keterampilan sepanjang memenuhi
kompetensi yang disyaratkan melalui uji kompetensi. Untuk menjamin pemenuhan
kompetensi yang disyaratkan, ia dapat mengikuti pelatihan/pembekalan sebelum mengikuti
uji kompetensi. Setelah mendapat sertifikat keterampilan di tingkat (level) tertentu, ia dapat
mengikuti uji kompetensi untuk level yang lebih tinggi, misalnya dari tukang kayu menjadi
File: SM/93485811.doc 6
kepala tukang kayu. Ia juga dapat mengikuti uji kompetensi (asesmen) dari tukang batu
menjadi spesialis, contohnya dari tukang batu menjadi tukang pasang keramik. Semua itu
dapat ditempuh secara langsung atau melalui pelatihan/pembekalan terlebih dahulu.
Skema proses sertifikasi/asesmen tenaga terampil disajikan pada Gambar 3 berikut ini :
SERTIFIKAT
PELATIHAN/ KETERAMPILAN
BIDANG PEMBEKALAN
KETERAMPILAN
K
PEE A
N T S
G E S
E R E
T A S
A M S
H P M
U I E
A L N
N A T
N
PELATIHAN/
PEMBEKALAN
Gambar 3: Skema Proses Sertifikasi/Asesmen Keterampilan
File: SM/93485811.doc 7
No. UNIT KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI
1. Menerapkan Kode Etik 1.1. Mempelajari kaidah dasar kode etik profesi
Profesi Instruktur instruktur.
1.2.Melaksanakan kode etik profesi instruktur.
1.3. Memonitor dan evaluasi pelaksanaan kode etik
profesi instruktur.
2. 2.1. Menginventarisasi Peraturan dan Perundangan
Menerapkan Peraturan
yang berhubungan dengan profesi Instruktur.
dan Perundangan yang
berhubungan dengan 2.2. Menerapkan ketentuan peraturan dan perundangan
profesi Instruktur. yang terkait.
2.3. Mengevaluasi penerapan Peraturan dan
Perundangan yang berhubungan dengan profesi
instruktur .
3. Menyiapkan laporan 3.1. Menyiapkan borang-borang (formulir) laporan.
pembelajaran 3.2. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
3.3. Menyerahkan laporan.
4. Merumuskan rancangan 4.1. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional.
pembelajaran pada 4.2. Merumuskan tujuan pembelajaran pada berbagai
berbagai jenis Pelatihan. jenis pelatihan.
4.3. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
4.4. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik peserta
pelatihan.
5. Menyusun Garis-garis 5.1. Mempelajari pengertian, manfaat TPU, TPK, GBPP
Besar Program dan SAP.
Pembelajaran (GBPP) 5.2. Menyusun GBPP.
dan Satuan Acara 5.3. Menyusun SAP.
Pembelajaran (SAP).
6. Menerapkan metode 6.1. Mempelajari metode pembelajaran dalam proses
pelatihan sesuai dengan pelatihan.
tujuan pelatihan. 6.2. Merancang Kebutuhan Metode Pembelajaran
6.3. Menentukan metode pembelajaran sesuai dengan
sasaran pembelajaran.
6.4. Menggunakan kombinasi metode pembelajaran.
7. Menyampaikan Materi 7.1. Mempelajari ruang lingkup materi ajar yang harus
pelatihan dengan baik dikuasai peserta pelatihan sesuai dengan GBPP.
sesuai sasaran 7.2. Mengidentifikasi fungsi kegiatan pendalaman materi.
pembelajaran 7.3. Meningkatkan penguasaan materi yang akan
diberikan.
7.4. Menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan
GBPP dan SAP.
No. UNIT KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI
8. Mempersiapkan naskah 8.1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran Khusus.
penyampaian materi 8.2. Mengembangkan Materi Pembelajaran.
yang mudah dimengerti 8.3. Melakukan latihan.
sesuai dengan
kebutuhan/sasaran
pelatihan
9. Menggunakan media 9.1. Mengidentifikasi jenis-jenis media.
pelatihan 9.2. Menentukan kriteria untuk memilih media yang
tepat.
9.3. Menggunakan media yang efektif.
File: SM/93485811.doc 8
10. Menyusun bahan/materi 10.1 Membuat narasi/ringkasan inti materi/modul/ bahan
pelatihan dengan ajar meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
menggunakan media. 10.2 Merancang kebutuhan peralatan/media
pembelajaran, sesuai tujuan pokok pelatihan.
10.3 Membuat rencana waktu atau jadwal pengajaran
secara rinci dari menit ke menit sesuai modul/
bahan ajar dimaksud.
11. Menyiapkan tugas-tugas 11.1 Membuat lembar tugas bimbingan berupa kuosioner
yang harus dikerjakan atau soal-soal pelatihan sesuai inti modul/bahan
oleh peserta ajar yang harus dikerjakan setiap peserta dan atau
soal interaktif.
11.2 Memilih lembar tugas yang akan digunakan sesuai
dengan materi/bahan ajar.
11.3 Menyiapkan formulir kendali sebagai laporan
kegiatan perorangan atas hasil penyelesaian
lembar tugas.
12. Membimbing peserta 12.1. Menyusun lembar tugas bimbingan praktikum.
melakukan praktek 12.2. Menyiapkan kebutuhan media dan peralatan
sesuai dengan praktikum sesuai dengan keperluan.
bidangnya 12.3. Menyiapkan formulir kendali sebagai bahan kajian
atas pelaksanaan kerja praktikum.
13. Mengoperasikan 13.1. Memilih/menentukan kebutuhan peralatan yang
peralatan kerja. akan digunakan selama proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK).
13.2. Menggunakan peralatan kerja baik teori/praktek
sesuai dengan fungsinya.
13.3. Mengoperasikan peralatan kerja baik teori/praktek.
13.4. Memelihara peralatan kerja dengan baik dan
benar.
13.5. Menyiapkan laporan.
14. Melakukan penilaian 14.1. Mempelajari pengertian, kegunaan dan etika dalam
hasil pelatihan melakukan penilaian hasil belajar.
14.2. Merencanakan metode dan kebutuhan untuk
melaksanakan penilaian hasil belajar.
14.3. Mengadministrasikan tes/hasil tes sesuai dengan
kaedah dan etika penilaian.
14.4. Mengolah hasil penilaian sesuai dengan jenis tes.
14.5. Menganalisis naskah dan butir soal sesuai dengan
kaedah dan standar kompetensi yang ditentukan.
Klasifikasi dan Kualifikasi Instruktur
Menurut SKKNI Instruktur Pelatihan Jasa Konstruksi, klasifikasi instruktur terdiri dari 4
tingkat (level) yaitu i) Instruktur Utama, ii) Instruktur Madya, iii) Instruktur Muda, dan iv)
Instruktur Keterampilan.
Instruktur Utama dapat melatih semua tingkat ahli (utama, madya, dan muda) termasuk
manajer. Instruktur Madya dan Muda dapat melatih ahli madya/muda dan Teknisi
senior/keterampilan, sedangkan Instruktur Keterampilan hanya dapat melatih level
keterampilan/teknisi senior/yunior.
File: SM/93485811.doc 9
Skema klasifikasi Instruktur Pelatihan Konstruksi disajikan pada Gambar 4 berikut ini :
Manajer
Perusahaan Manajer
Instrk. Utama
Mjr Lap.,
Ahli Sr, Ahli Ut
Pelaksana Lap-1,
Sup-profesional
Kep Mand Teknisi Senior
Tukang, Terampil
Pekerja
File: SM/93485811.doc 10
Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi mengamanahkan setiap tenaga
kerja konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian/keterampilan yang sesuai dengan jabatan
kerjanya. Setiap Jabatan Kerja mempunyai SKKNI yang berisikan sejumlah unit
kompetensi yang harus dikuasai oleh tenaga kerja bersangkutan. Setiap unit kompetensi
(yang berisikan sejumlah elemen kompetensi) harus dikuasai agar seseorang dapat
dinyatakan “kompeten”. Melalui pelatihan/pembekalan seseorang akan lebih cepat
menguasai dan memahami seluruh unit kompetensi sehingga ia dapat melewati asesmen/uji
kompetensi dengan baik.
Pelatihan yang diuraikan di atas mencakup tidak hanya pelatihan khusus tenaga kerja sektor
konstruksi, baik ahli maupun terampil, namun juga pelatihan instruktur pelatihan itu
sendiri. Pelatihan tersebut dikenal dengan ‘Pelatihan Instruktur Pelatihan’ atau dikenal juga
dengan nama ‘Training of Trainer’ (TOT).
Kementerian Pekerjaan Umum dalam kurun waktu 2010 – 2014 mempunyai program
khusus mengadakan TOT untuk 2000 orang dan tenaga kerja konstruksi (terampil dan ahli)
sebanyak 60.000 tenaga kerja. Secara keseluruhan, tahun 2010 – 2014, pemerintah
mempunyai program pelatihan tenaga kerja konstruksi untuk 3 juta tenaga kerja yang
dirancang dalam Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK).
Untuk memenuhi target pelatihan tersebut, sangatlah diperlukan peran dari instruktur yang
kompeten, yaitu instruktur yang memenuhi Kompetensi Kerja Instruktur Pelatihan Jasa
Konstruksi.
7. Penutup
Dalam menyiapkan tenaga kerja konstruksi yang andal, profesional, beretika, dan berdaya
saing tinggi untuk mengahadapi era globalisasi saat ini diperlukan sejumlah besar pelatihan
tenaga kerja konstruksi. Pelatihan tersebut harus berdasar standar kompetensi tertentu.
Pelatihan ini dikenal sebagai ‘Pelatihan Berbasis Kompetensi’.
File: SM/93485811.doc 11
Pelatihan berbasis kompetensi hanya dapat dilaksanakan jika hal-hal di bawah ini tersedia:
1). Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) lengkap dengan Kurikulum
Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK), MUP dan MUK, serta Modul pelatihan
berbasis kompetensi.
2). Instruktur yang kompeten, yaitu instruktur yang memenuhi kompetensi.
3). Lembaga pelatihan dan uji kompetensi.
4). Sarana dan prasarana pelatihan dan uji kompetensi.
Instruktur pelatihan tenaga kerja konstruksi mempunyai tugas dan peran mengadakan
pelatihan dan uji kompetensi, membantu menyusun SKKNI termasuk kelengkapannya,
serta membantu perkuatan lembaga pelatihan dan uji kompetensi. Sudah barang tentu tugas
penyediaan instruktur yang kompeten juga merupakan tugas instruktur melalui ‘training of
trainer’.
------0000000------
File: SM/93485811.doc 12