IMRAN
C 034 171 037
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Apa pengertian abortus ?
Apa saja faktor penyebab infeksius dari abortus ?
Aapa saja faktor penyebab non infeksius dari abortus ?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui pengertian abortus
Untuk mengetahui faktor penyebab infeksius dari abortus
Untuk mengetahui faktor penyebab non infeksius dari abortus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
Abortus adalah pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus
yang belum sanggup hidup (Matli, 2014). Abortus dapat terjadi pada berbagai umur
kebuntingan mulai dari 42 hari kebuntingan sampai akhir masa kebuntingan (Hardjopranjoto,
1995).
Sifat faktor penyebab abortus dapat menentukan derajat kerusakan selaput fetus,
endometrium, frekuensi retentio sekundinae dan sterilitas sesusah abortus. Abortus umumnya
disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi fetus atau selaput fetus atapun kedua-duanya.
Oleh karena itu, hubungan antara plasenta fetus dan plasenta maternalis cukup intim, maka
penyakit yang menyerang plasenta fetalis juga dapat menyerang plasenta maternalis. Secara
ekonomis, abortus merupakan salah satu masalah besar bagi peternak, karena menyebabkan
kehilangan fetus yang dapat diikuti dengan penyakit pada uterus dan sterilisasi untuk waktu
yang lama sehingga sapi betina yang dipelihara tidak dapat berproduksi, dijual, dan apabila
abortus bersifat menular maka dapat mengancam kesehatan semua sapi betina yang berada
didalam kelompoknya (Manan, 2002).
Menurut Harina (2001), penyebab abortus ada yang bersifat infeksius dan non
infeksius. Penyebab abortus yang bersifat infeksius terdiri dari bakteri penyebab abortus,
virus penyebab abortus, protozoa penyebab abortus dan jamur penyebab abortus. Penyebab
abortus yang bersifat non infeksius disebabkan karena beberapa faktor seperti fisik,
hormonal, nutrisi, kimia, dan trauma. Apabila terjadi abortus pada kelompok ternak mencapai
2-5% abortus, maka harus dipandang secara serius dan harus diusahakan untuk menentukan
kasus dan cara-cara pencegahan dan penanggulangannya (Manan, 2002).
PEMBAHASAN
3.1.Deskripsi Kasus
3.1.1 Anamnesis
Seekor sapi betina milik Pak Yusuf berumur 2 tahun yang terletak di Desa
Barania Sinjai Barat dengan berat badan 400 kg mengalami abortus. Dari keterangan
Pak Yusuf masa kebuntingan sapi tersebut 6 bulan dan merupakan kebuntingan
pertama. Sebelum terjadinya abortus dikandang yang sama terdapat anak sapi yang
masih dalam tahap penyapihan dan menyusu pada sapi bunting tersebut. Kondisi
kandang licin sehingga sapi tersebut jatuh tesepak.
3.1.2. Signalement
Nama Pemilik : Yusuf
Alamat : Desa Barania, Kec. Sinjai Barat
Spesies : Sapi
Breed : Simental
Warna bulu/rambut : Coklat
Jenis kelamin : Betina
Umur : 2 tahun
Berat badan : 400 kg
3.1.3. Diagnosis
Abortus
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil anamnesa dari peternak (Pak Yusuf) bahwa sapi tersebut
mengalami abortus pada masa kebuntingan 6 bulan yang sebelum terjadi abortus anak
sapi yang masih dalam tahap penyapihan menyusu pada sapi tersebut dan jatuh
tersepak karena kondisi kandang yang licin. Hal ini menunjukkan faktor penyebab
dari abortus adalah faktor hormonal dan faktor trauma karena anak sapi yang
menyusu pada sapi tersebut dapat membuat rangsangan pada kelenjar pituitari untuk
mengeluarkan hormon oxytosin kedalam peredaran darah dan ditambah lagi dengan
sapi jatuh tersepak yang dapat menjadi salah satu pendukung terjadinya kontraksi
pada sapi tersebut sehingga mengalami abortus.
Penanganan yang dilakukan dilapangan yakni dengan injeksi antibiotik
(Limoxin) dengan dosis 7 ml dan injeksi vitamin (Vitol) dengan dosis 7 ml.
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder serta
pemberian vitamin bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kasus gangguan reproduksi pada sapi menjadi kendala terbesar dalam produksi sapi.
Gangguan ini berakibat pada kemajiran ternak betina, yang ditandai dengan rendahnya angka
kelahiran (calving rate) pada ternak tersebut. Abortus merupakan salah satu penyakit dari
gangguan reproduksi yang dapat berdampak kerugian ekonomi bagi peternak. Abortus adalah
pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup hidup.
penyebab abortus ada yang bersifat infeksius dan non infeksius. Penyebab abortus yang
bersifat infeksius terdiri dari bakteri penyebab abortus, virus penyebab abortus, protozoa
penyebab abortus dan jamur penyebab abortus. Penyebab abortus yang bersifat non infeksius
disebabkan karena beberapa faktor seperti fisik, hormonal, nutrisi, kimia, dan trauma.
4.2. Saran
Edukasi yang membangun untuk peternak mengenai nutrisi yang baik untuk sapi
terutama sapi yang bunting.
Memberikan informasi kepada peternak mengenai model kandang yang layak untuk
sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Harila, Erwun. 2001. Kejadian Abortus pada Sapi Perah Dan Upaya Penanggulangannya.
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor: Skripsi
Kusmiyati, Susanti Dan Supar. 2008. Seroprevalensi Dinamik Leptospirosis Pada Daerah
Pengembangan Sapi Perah. Balai Besar Penelitian Veteriner: Bogor
Manan, Djema At. 2002. Ilmu Kebidanan Pada Ternak. Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Syiah Kuala Darussalam: Banda Aceh
Matli, Norafizah, Binti. 2014. Gangguan Reproduksi Pada Sapi Perah Dan Upaya
Penanggulangannya. Departemen Klinik Reproduksi Dan Patologi. Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor: Skripsi
Novita, Risqa. 2016. Brucellosis Penyakit Zoonosis Yang Terabaikan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan . Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. BALABA: Vol. 12 No.2, Desember 2016 :
135-140
Rista, Prihatini. 2011. Hubungan Retensio Sekundinae Dan Endometritis Dengan Efisiensi
Reproduksi Pada Sapi Perah Studi Kasus Dikoperasi Peternak Sapi Bandung Utara
(Kpsbu) Lembang, Jawa Barat. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor: Skripsi
Saptati, Imas, Sri, Nurhayati, Ra Dan E., Martindah. 2010. Penanganan Gangguan
Reproduksi Guna Mendukung Pengembangan Usaha Sapi Perah. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Peternakan: Bogor
LAMPIRAN
(Vitamin Vitol)
(Antibiotik Limoxin)