Refkas DBD Rista
Refkas DBD Rista
Disusun oleh:
30101307066
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2018
BAB I
LAPORAN KASUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Haniifah A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 9 tahun
Agama : Islam
Alamat : Loram Kuklon 05/04 Jati
Pendidikan : SD
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir : STM
Alamat : Loram Kuklon 05/04 jati
Agama : Islam
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dengan keluhan
demam yang turun naik sejak 13 hari SMRS. Demam dirasakan lebih tinggi pada
malam hari. Demam 3 hari pertama sangat tinggi hingga 41,2o c, kejang (-).
Kemudian hari ke 4-8, demam turun hingga ±37,3o c. Pada demam hari ke 9, ibu
pasien membawa pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat antibiotik dan
paracetamol tapi tidak ada perbaikan. Pada demam hari ke 13, pasien dibawa ke
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
Pasien pernah menderita Demam Thypoid saat berumur 7,5 tahun. Pasien
dirawat inap di RS Mardi Rahayu Kudus.
• Kejang : disangkal.
• Asma : disangkal.
• Alergi makanan : disangkal.
• Alergi obat : disangkal.
RIWAYAT KELUARGA
DATA PERUMAHAN
Pasien tinggal pada keadaan rumah yang cukup baik untuk menampung
seluruh anggota keluarga, keadaan rumah bersih dan pencahayaan cukup. Orang
tua os mengatakan sekitar rumah pasien banyak nyamuk.
Kehamilan
Kelahiran
RIWAYAT PERTUMBUHAN
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Psikomotor :
RIWAYAT MAKANAN
Os mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 1 tahun 2 bulan, setelah itu
os mengkonsumsi susu formula dan secara bertahap os mengkonsumsi
buah/ biskuit, bubur susu, nasi tim, dan makanan untuk dewasa hingga
kini.
Riwayat Gizi
• JenisKelamin : Perempuan
• Beratbadan : 36 kg
• TinggiBadan : 140cm
• Usia : 9 tahun
• BMI : 18,4
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
Kepala : mesocephale
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : petekie ( + ), sianosis ( - ), turgor kembali cepat
Mata : oedem palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Hidung : discharge (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : discharge (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Mulut : bibir kering ( - ), bibir sianosis ( - ), gusi berdarah ( + )
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe ( - )
Tenggorok : faring hiperemis ( - )
THORAX
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, hemithorax dextra & sinistra simetris,
retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri, nyeri tekan ( - )
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra
Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra
Palpasi : Iktus cordis teraba, tak kuat angkat
Auskultasi : Irama : Reguler
Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
Bising : (-)
ABDOMEN
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) di ulu hati
Hepar & Lien tidak teraba membesar
EKSTREMITAS
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill < 2 ”/< 2” < 2 ”/< 2”
Tulang belakang : bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis
Kulit : Petekie (+) di wajah, tangan dan kaki kanan kiri, tidak
menghilang ketika diregangkan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ht 36,4 35 – 45 %
MCV 61 80 – 97 fL
MCH 20 26 –32 pq
Typhi H 1/160
Paratyphi BH Negatif
Paratyphi AH Negatif
Ht L 33,2 35 – 45 %
MCV 62 72 – 88 fL
MCH 20 23 – 31 pq
MCHC 32 32 – 36 g/dL
RESUME
Abdomen : datar, bising usus normal, timpani, supel, hepar teraba 1/3 – 1/3, nyeri
tekan epigastrium (+)
Kulit : Petekie (+) di wajah, tangan dan kaki kanan kiri, tidak menghilang ketika
diregangkan.
Pemeriksaan Penunjang (setelah dirawat)
Trombosit : 106.000 L
Leukosit : 4400 L
Hematokrit : 36,4%
Hemoglobin : 12,7 g/dl
DIAGNOSA
Typhoid Fever
TERAPI
• Suportif
• Medikamentosa
• Infus RL 15 tpm
• Injeksi : Ondancentron 2 x 1/2 amp
• P.o : PamolSyr 3 x 1 1/2 cth
• Monitoring
• Edukasi
PROGNOSA
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Follow up pasien :
S : panas (+), lemes ( S : mual muntah 2x, batuk S : panas (+), pilek (+)
+), pusing (+), mual (+)
muntah 2x, BAB cair
1x
O: O: O:
inj ondan 2x1/2amp PCT tab 500mg 3x1 p.c PCT tab 500mg 3x1
p.c
pamol tab 3x1 tab Zinc tab 1x1 p.c
Zinc tab 1x1 p.c
L-bio 2x1
L-bio 2x1
Inj. Ondan 2xq/2 amp
Ambroxol 3x1
Inj. Ceftriaxone 1x1/2 vial
Inj. Ondan 2xq/2 amp
Inj. Ceftriaxone
1x500mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Penyakit Dangue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropadborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
albopictuse dan Aedes aegypti). Sampai sekarang dikenal ada 4 jenis virus
dangue yang dapat menimbulkan penyakit, baik demam dangue maupun
demam berdarah. Demam Berdarah Dangue adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dangue I, II, II, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albocpitus(Soegijanto, 2004).
2. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember
tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan
641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak
112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Depkes,
2014).
3. Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus
dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada
di Indonesia, dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan
wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang
relative labil terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang
pendek. Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh
nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2
protein yaitu selubung protein E dan protein membrane M.
4. Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus
berat. (Gubler, 1998). Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan
ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit.
Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor, yaitu
perubahan vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi (Soegijanto,
2004).
5. Patogenesis
6. Klasifikasi
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bendung.
Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan
atau perdarahan lain.
Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau
hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap
dan anak tampak gelisah.
Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
7. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang
mendadak tanpa sebab yang jelas, continue, bifasik. Biasanya berlangsung
2-7 hari (Bagian Patologi Klinik, 2009). Naik turun dan tidak berhasil
dengan pengobatan antipiretik. Demam biasanya menurun pada hari ke-3
dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan
hidung teraba dingin dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut
(38°-40° C) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta
seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (≤ 100000/µI)
2) Hematokrit meningkat ≥ 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey,
2012).
Gambar: Perubahan Ht, Trombosit, dan LPB dalam perjalanan DHF
b. Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria) (Vasanwala, Puvanendran,
Chong, Ng, Suhail, Lee, 2011).
c. Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan
dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya
dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pancreas.
e. Diagnosis Serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitive namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus yang menginfeksi. Antibody HI bertahan dalam tubuh lama
sekali (>48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-
epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer konvalesen 4x
lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum
akut atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan
keras positif infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).
2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi
bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
3) Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya
memamkai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu
berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Anti body
neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody
HI tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan
lama (>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama
sehingga tidak rutin digunakan (Vasanwala dkk, 2011).
4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih
negative maka dilaporkan sebagai negative. IgM dapat bertahan dalam
darah samapi 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac
Elisa sedikit di bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya
memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan
uji HI (Vasanwala dkk, 2011).
5) Identifikasi Virus
Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah.
Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari
darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama
dengan isolasi virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh
penanganan specimen yang kurang baik bahkan adanya antibody
dalam darah juga tidak mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk,
2011).
9. Penatalaksanaan
Tersangka DBD
Gejala Klinis
Demam 2-7 hari
Uji Tourniquet (+) atau perdarahan spontan
Laboratorium: Ht tidak meningkat,
Trombositopenia ringan
10.
11. Pasien tidak dapat minum
Pasien
12. masih dapat minum
Beri
13.Minum banyak 1-2 liter/ hari
atau 1 swndok makan tiap 5 menit
Jenis minum: air putih, teh manis,
jus buah, susu, oralit Pasang Infus NaCl 0,9%: dektrose
Bila suhu > 380 C beri Paracetamol 5%(1:3)
Jika kejang beri anti convulsi Tetesan rumatan sesuai Berat badan
Periksa Ht, Hb, tiap 6 jam,
trombosit tiap 6-12 jam
14.
Perbaikan Tidak ada perbaikan
15.
Tidak gelisah Gelisah
Nadi kuat Distress pernapasan
Tekadan Darah stabil Frekuensi nadi
Diuresis Cukup meningkat
HT turun (2x HT tetap tinggi / naik
pemeriksaan) Tekanan nadi < 20
mmHg
Tetesan dikurangi 5 Tanda vital memburuk Diuresis kurang/tidak
ml/kgBB/jam Ht meningkat ada
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kg
Perbaikan BB/jam
Distress nafas
IVFD stop setelah 24-48 Ht naik HT turun
jam Tekanan nadi < 20
Apabila tanda vital dan Hb mmHg
stabil, diuresis cukup
Perbaikan
Penatalaksanaan DBD Derajat III dan IV
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda Perdarahan
Diuresis Syock belum teratasi
Syok teratasi
Pantau Hb, Ht, trombosit
Tetesan 3 ml/kgBB/jam