1
Penggalian Potensi
Desa
Pengantar
3
Pengertia
n
Jenis-Jenis Potensi
desa
Potensi desa dan kelurahan terdiri atas data sumber daya alam,
sumber daya manusia, kelembagaan, prasaranadan sarana. Data
sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam
Permendagri No 12 Tahun 2007 Pasal 5 meliputi:
5
a)
jumlah;
b)
usia;
c)
pendidikan;
d) mata pencaharian
pokok;
e) agama dan aliran
kepercayaan;
f)
kewarganegaraan;
g) etnis/suku
bangsa;
h) cacat fisik dan mental;
dan i) tenaga kerja.
a)
transportasi;
b) informasi dan
komunikasi;
c) prasarana air bersih dan
sanitasi;
d) prasarana dan kondisi
irigasi;
6
e) prasarana dan sarana
pemerintahan;
f) prasarana dan sarana lembaga
kemasyarakatan;
g) prasarana
peribadatan;
h) prasarana olah
raga;
i) prasarana dan sarana
kesehatan;
j) prasarana dan sarana
pendidikan;
k) prasarana dan sarana energi dan
penerangan; l) prasarana dan sarana
hiburan dan wisata; dan m) prasarana dan
sarana kebersihan.
Desa memiliki tiga unsur penting yang satu sama lain merupakan satu
kesatuan. Adapun unsur-unsur tersebut menurut R. Bintarto (1977) antara
lain:
7
b) Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan,
penyebaran dan mata pencaharian penduduk.
Potensi
fisik
Potensi fisik desa antara lain
meliputi:
1) tanah, dalam artian sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang
merupakan sumber mata pencaharian, bahan makanan, dan
tempat tinggal.
2) air, dalam artian sumber air, kondisi dan tata airnya untuk irigasi,
pertanian dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Potensi non
fisik
Potensi nonfisik desa antara lain
meliputi:
1) masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong royong
dan dapat merupakan suatu kekuatan berproduksi dan
kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling
pengertian.
9
seperti potensi sosial, ekonomi, demografis, agraris, politis, kulturaldan
sebagainya merupakan indikator untuk mengadakan suatu evaluasi
terhadapmaju mundurnya suatu desa (nilai desa). Dengan adanya
indikator ini, maka berdasarkan tingkat pembangunan dan
kemampuan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, desa
diklasifikasikan menjadi desa swadaya, desaswakarya, dan desa
swasembada.
1
0
menentukan, seperti faktor interaksi (hubungan)dan lokasi desa.
Adanya kemajuan-kemajuan di bidang perhubungan
dan lalulintas antardaerah, menyebabkan sifat isolasi desa
berangsur-angsur berkurang. Desa- desa yang berdekatan
dengan kota mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan
desa lainnya akibat dari banyaknya pengaruh kota yang masuk.
Daerah pedesaan di perbatasan kota yang mudah dipengaruhi oleh
tatakehidupan
1
1
kota disebut dengan rural urban areas atau daerah desa-kota.
Daerah ini juga merupakan suburban fringe, yaitu suatu area
melingkari suburban danmerupakan daerah peralihan antara daerah
rural dengan daerah urban. Menurut Bintarto (1977), petani-petani di
daerah desa-kota keadaannya lebih maju daripetani di daerah
pedesaan, karena:1) jarak yang dekat dengan kota, sehingga
pergaulan antarwarga boleh dikatakan agak tinggi;2) kemungkinan
bersekolah bagi anak-anak lebih besar daripada anak-anak di desa-
desa yang agak jauh;3) kesempatan memperoleh mata pencaharian
tambahan di kota dimungkinkan dengan adanya letak yang berdekatan
dengan kota.
Tujuan
Umum
Tujuan
Khusus
Penutu
p
1
2
Adanya peluang demokratisasi pada tingkat desa seharusnya pula
membawa dampak positif bagi desa untuk membangun inisiatif dan
keinginan memajukan desa. Inisiatif itu harus melihat pada banyak aspek
meliputi pelayanan, demokratisasi dan partisipasi serta hal yang lebih
penting adalah meningkatkan potensi ekonomi desa. Untuk mencapai
kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dantaktis guna
mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunandesain
lembaga
1
3
tersebut ke dalam suatu perencanaan. Disamping itu,perlu
memperhatikan potensi lokalistik serta dukungan kebijakan (goodwill)
dari pemerintahan di atasnya (supra desa) untuk
mengeliminirrendahnya surplus kegiatan ekonomi desa disebabkan
kemungkinan tidakberkembangnya sektor ekonomi di wilayah pedesaan.
Sehingga integrasisistem dan struktur pertanian dalam arti luas, usaha
perdagangan, danjasa yang terpadu akan dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam tatakelola lembaga.
Sumber
1) Peraturan
Bacaan : Pemerintah 72 Tahun 2005 Tentang Desa
2) Permendagri No 39 Tahun 2010 Tentang Bumdes.
3) Permendagri No 12 Tahun 2007 Tentang Profil Desa.
4) Ringkasan Statistik Potensi Desa Tahun 2011 Provinsi NTT.
5) Hasil Sensus Pertanian Tahun 2013, BPS Kabupaten Alor.
6) Panduan Pendirian dan Pengelolaan Bumdes, Pusat kajian
Dinamika sistem
Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Tahun 2007.
7) Ir. Nurjaya.,SE.,MM, Bumdes dan Potensi Desa.
,
1
4