Anda di halaman 1dari 26

INTERVENSI PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun oleh:
Kelompok 559

M. Raditia Septian G99162106


Irsyad Hapsoro R G99172093
Ajeng Oktavia G G99162110
Deonika Ariescieka P G99162116
Mutiyas Nadia U G99172120
Nurul Azmi G99162114

Periode: 30 Juli- 7 September 2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER TAHAP PROFESI


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah

tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu

ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena

derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas

sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif

dan meningkatkan daya saing bangsa.

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan, akan lebih mengutamakan

upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif. Dasar pandangan baru dalam pembangunan kesehatan ini

disebut “Paradigma Sehat”. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah

satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumberdaya manusia.

Sumberdaya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya

saing manusia.

Menurut L. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Blum

menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap

status kesehatan.

Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor 2,

pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap

status kesehatan. Bagaimana proprorsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

status kesehatan di negara-negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada

penelitian.
Selanjutnya Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu

dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling

factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors).

Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku

harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur

pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi

manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat

aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan

disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan lingkungan.

Pendidikan kesehatan diharapkan dapat merubah perilaku menjadi perilaku

yang mendukung kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat

membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan

bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.

Mengingat pentingnya fungsi perencanaan pendidikan kesehatan, pendidik

kesehatan diharuskan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang

perencanaan.

PEMBAHASAN

Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu

akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis
adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.

Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu

sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat

luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan

kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga

merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat

dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,

baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme

tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara

umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan

penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal

untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan

lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan

perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam

rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon)

dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni :

a. Respondent Respons atau Reflexive Respons


Respondent respons adalah respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini

disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif


tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya

yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada

umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului

respons yang ditimbulkan.


Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga

emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul

karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan,

misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah

meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun

dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-

jingkat karena senang dan sebagainya.


b. Operant Respons atau Instrumental Respons
Operant respons dalah respons yang timbul dan berkembangnya

diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut

reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan

tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.


Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau

memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak

belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh

hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi

melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih

intensif atau lebih kuat lagi.

Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons

atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini

disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons,

kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant


respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku

manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat

dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis

perilaku yang kedua ini.

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu, untuk

membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi

tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam

operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya perilaku yang dimaksud.


c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

- tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-

masing komponen tersebut.


d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka

hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku

(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini

sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua,

diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi),

demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu


dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai

seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau

seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini

berbentuk 2 macam, yakni :

a. Bentuk pasif
Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri

manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya

berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang

ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu

meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk

diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk

mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga

berencana.
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya

imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang

positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri

belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab

itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah

membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk

imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana

dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini

sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah

merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih

bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata

seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah

merupakan overt behaviour.

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk

mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan

adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut.

Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri.

Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi,

proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia karena

merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi

perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat

dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron.

Neuron memindahkan energi-energi didalam impuls-impuls saraf. Impuls-

impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan dan

perabaan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls

saraf ke susunan saraf pusat.


Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui

melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca

indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati

objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak

dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang

mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada

hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai

kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum

perkembangan.

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan

dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan

perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan

berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern

dan ekstern.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik

seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang

tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-


proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan

responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur

pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.

Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi,

dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan

stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Dengan demikian secara

lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi

penyakit atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun

aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit

tersebut.
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :


- Perilaku sehubungan dengan peningkatan ddan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi,

olah raga, dan sebagainya.


- Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour) adalah

respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai

kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan

sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada

orang lain.
- Perilaku sehubungan dengan pencarian penngobatan (health seeking

behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,

misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,

dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional

(dukun, sinshe, dan sebagainya).


- Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation

behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha

pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya

melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka

pemulihan kesehatannya).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan

modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap

fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya,

yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan

fasilitas, petugas dan obat-obatan.


c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan

serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan

makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.


d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour)

adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan

kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan

lingkungan itu sendiri.


Perilaku ini antara lain mencakup :
- Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya

komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan

kesehatan.
- Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut

segi-segi higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.


- Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah

cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah

yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.


- Perilaku sehubungan dengan rumah yang seehat, yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai, dan sebagainya.


- Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.

Klasifikasi Perilaku Kesehatan menurut Skinner terbagi atas :

1. Perilaku Pencegahan (preventif)


2. Perilaku Penyembuhan (kuratif)
3. Perilaku pemulihan (rehabilitatif)
4. Perilaku peningkatan kesehatan (promotif)
5. Perilaku yang berhubungan dengan gaya hidup sehat (life styles), seperti

perilaku makan, olahraga, merokok dan sebagainya.


6. Perilaku yang berhubungan dengan lingkungan

Sedangkan klasifikasi perilaku kesehatan menurut Karl and Cobb (1966)

terbagi atas:

1. Preventive Health Behavior


Semua aktivitas yang diambil seseorang yang percaya bahwa

dirinya sehat, bertujuan untuk mencegah atau mendeteksi penyakit pada

stadium asimptomatik. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah

penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan

sebagainya.
2. Illness Behavior
Semua aktivitas yang diambil seseorang yang mempunyai persepsi

bahwa dirinya sakit, untuk mendefinisikan status kesehatannya dan

mencari pengobatan yang cocok. Termasuk disini kemampuan atau

pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit

serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.


3. Sick-role Behavior
Semua aktivitas yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap

kesehatan / kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain

terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan

tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Ada beberapa model dan teori mengenai perilaku kesehatan diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Health Belief Model


2. Model Komunikasi/persuasi (McGuire 1964)
3. Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajsen 1980)
4. Transteoritic Model (bertahap)
5. Preceed Model Lawrance Green (1980)

Preceed Model dari Lawrence Green

Konsep :

Merencanakan program-program pendidikan kesehatan yang mengarah

pada upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada mengembangkan

teoritis. Menganalisa kebutuhan kesehatan komunitas dengan lima tahap diagnosis

yang berbeda yaitu : social, epidemiologi, perilaku, Pendidikan dan

administrasi/kebijakan.
Keluarga secara klasik adalah sekelompok orang yang diikat dalam tali

perkawinan, darah atau adopsi, terdapat dalam satu rumah tangga, saling

berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan lainnya dalam tanggung jawab

social masing-masing (suami dan istri, ibu dan suami, antara saudara kandung)

serta menciptakan dan menjaga budaya yang diyakini secara kolektif.

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis

dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan

masalah keluarga, dan sebaliknya. Kasus kesehatan dari setiap individu perlu

pendekatan secara holistik (menyeluruh) terhadap fungsi-fungsi keluarga.

Pendekatan keluarga adalah suatu proses yang mengembangkan kemampuan

keluarga untuk berbuat dan bertindak atas keputusan yang berdasarkan informasi

atau pengetahuan menyangkut pengasuhan kepada anggotanya, dengan

menggunakan sumber dayanya sendiri atau dengan jalan mengakses sumber daya

lainnya.

Di dalam keluarga terjadi interaksi dan komunikasi antara ayah, ibu, dan

anak yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan. Ditanamkannya

perilaku hidup yang bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan

keluarga yang sehat. Selanjutnya, keluarga yang sehat akan membentuk

masyarakat, desa dan kelurahan sehat, kecamatan sehat, kabupaten dan kota sehat,

provinsi sehat dan bangsa sehat. Bangsa yang sehat, yang memiliki derajat

kesehatan masyarakat yang tinggi, akan meningkatkan produktivitas bangsa

tersebut. Oleh karena itu, keluarga yang sehat adalah investasi suatu bangsa bagi

pembangunan sumber daya manusianya yang produktif.


Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama

kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka

kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok

lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau

norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok

berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu

tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.

Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu

cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap

kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan

biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang

berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda

meskipun gangguan kesehatannya sama.

Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau

mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam

ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan

dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan

berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami

dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.

Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan

dalam 4 bagian, yakni :

a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu

gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang

bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan


tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada

orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut

menilai dengan kriteria subjektif.

b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut.

Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan

baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya.

Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian.

Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk

perilaku.
c. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan

yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur

didalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok

tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam

gangguan kesehatan yang mungkin terjadi.

Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan

kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan

pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-

cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk

perilaku.

Keluarga sehat berkaitan erat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau

PHBS di Rumah Tangga. Beberapa permasalahan kesehatan seperti Diare dapat

dicegah bila masyarakatnya dapat menerapkan perilaku sehat, dengan cuci tangan

pakai sabun, minum air yang dimasak dan memanfaakan sarana kesehatan

lingkungan dengan baik. Demam Berdarah dapat dicegah bila masyarakat


melakukan 3 M plus – yaitu menguras, menutup, mengubur, plus membasmi

sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk dan menciptakan lingkungan sehat

yang bebas dari jentik nyamuk. Malaria dapat dicegah jika seluruh anggota

keluarga – di daerah endemis malaria – menggunakan kelambu pada saat tidur.

Gizi Buruk dapat dideteksi secara dini dan dicegah bila bayi dan balita selalu

dibawa ke Posyandu setiap bulan. Kematian bayi dapat dicegah bila ibu

melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Penyakit

jantung dan hipertensi dapat dicegah bila masyarakat menerapkan gaya hidup

sehat yaitu berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan makan makanan yang

tinggi serat. Sehingga dengan meningkatkan kesadaran akan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat, diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Indonesia, sekaligus meningkatkan investasi bangsa.

Sebagai tindak lanjut dari pembangunan kesehatan kelompok terdapat

pembangunan yang mengarah pada pembangunan kesehatan keluarga dengan

tujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan

keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya. Di

tingkat individu/perorangan kegiatan pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan

di rumah (home nursing). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kebutuhan

kesehatan seseorang yang diberikan pengawasan dan perawatan yang

berkelanjutan dapat terpenuhi. Untuk terpenuhinya kebutuhan kesehatan tersebut

sangat dibutuhkan peran tenaga kesehatan seperti pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya untuk mempengaruhi,

dan atau mengajak orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar
melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku yang belum atau tidak

kondusif ke perilaku kondusif ini mengandung berbagai dimensi seperti

perubahan perilaku, pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa tujuan dilakukannya

penyuluhan kesehatan adalah untuk memperoleh perubahan tingkah laku atau

perilaku seseorang, kelompok dan masyarakat kearah keadaan kesehatan serta

mempertinggi nilai atau derajat tingkah laku sehat yang ada selain itu mampu

menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab atas keadaan kesehatan dirinya dan

masyarakat yang berorientasi pada partisipasi secara “konstruktif” serta berguna,

dalam membantu seseorang, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan

identitas, harga diri, rasa solidaritas yang erat terhadap bermasyarakat.

Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk

intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut

kondusif untuk kesehatan. Menurut Azwar (2006), pendidikan kesehatan adalah

sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap

kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan

perseorangan, masyarakat, dan bangsa.

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah pemahaman perilaku

belum sehat menjadi perilaku sehat. Azwar membagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di

masyarakat sehingga kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam

penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat menjadi kebiasaan

masyarakat sehari-hari.
2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri

maupun kelompok, dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan


agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam bentuk yang nyata contohnya

adalah posyandu.
3. Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan

yang ada secara tepat.

Dari batasan pendidikan kesehatan tersirat unsur-unsur pendidikan yakni:

input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik

(pelaku pendidikan); proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain); output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif

ini mengandung berbagai dimensi berikut ini:

1. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan, atau dari perilaku negatif ke perilaku positif.


2. Pembinaan perilaku
Terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat

agar dipertahankan.
3. Pengembangan perilaku
Terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-

anak. Menurut penyebab terbentuknya, pendidikan kesehatan dibagi

menjadi tiga yaitu :

a. Pendidikan kesehatan dalam faktor predisposisi

Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah

kesadaran, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pemeliharaan dan peningkatan kesadaran, bentuknya berupa

penyuluhan kesehatan.

b. Pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor enabling


Ini berupa fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan,

maka bentuk pendidikan kesehatannya adalah memberdayakan

masyarakat agar mereka mempu mengadakan sarana dan prasarana

kesehatan bagi mereka. Bentuknya seperti polindes, pos obat desa,

dan sebagainya.

c. Pendidikan kesehatan dalam faktor “reenforcing”

Bentuk pendidikan kesehatan adalah dalam bentuk

pelatihan bagi toga, toma, dan petugas kesehatan sendiri.

Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Metode pendidikan individual (perorangan), bentuk pendekatannya,

antara lain

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Akhirnya klien tersebut berdasarkan kesadaran, dan penuh

pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Wawancara (interview)

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali

informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi

itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2. Metode pendidikan kelompok, metode ini dibagi menjadi dua:

a. Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang

metode yang digunakan ceramah dan seminar.


b. Kelompok kecil, apabila peserta kurang dari 15 orang, metode

yang digunakan adalah diskusi, curah pendapat (brain storming),

kelompok kecil (buzz group), memainkan peran (role play).

3. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan (pendekatan) cocok untuk mengkomunikasikan

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dan bersifat umum.

Pada umumnya bentuk pendekatannya tidak langsung, metode yang

cocok adalah: ceramah umum (public speaking), pidato atau diskusi

melalui media elektronik, tulisan di majalah atau koran, dan

sebagainya.

Perencanaan program merupakan kegiatan utama dalam usaha kesehatan

masyarakat. Sejalan dengan dinamika masyarakat, kontribusi pendidik kesehatan

yang unik dalam struktur perencanaan ini tertuju pada tercapainya dua tujuan,

kekompakan (cohesiveness) dalam instansi dan kekompakan dalam masyarakat.

Usaha-usaha dalam perencanaan seringkali berfokus pada dua tujuan tersebut.

Luasnya pengertian sehat yang menjadi subjek dan objek upaya kesehatan,

menyebabkan pelaksanaan berbagai upaya kesehatan telah sangat membutuhkan

adanya perencaan. Dalam pelaksanaannya, banyak pengaturan yang diperlukan,

tidak hanya menyangkut masalah kesehatan, tetapi menyangkut masalah

kemasyarakatan secara keseluruhan. Mengingat pentingnya fungsi perencanaan

pendidikan kesehatan, pendidik kesehatan diharuskan memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang baik tentang perencanaan.

Program dan pelayanan kesehatan di dalam pelaksanaannya menuntut

partisipasi masyarakat sasaran. Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat


membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan

bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.

Langkah-langkah dalam perencanaan pendidikan kesehatan adalah sbb :

1. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran.


Hal ini bertujuan menentukan garis batas antara perilaku yang akan

diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diajarkan. Kriteria yang

diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan

belajar yang telah diidentifikasikan. Perilaku yang akan diajarkan

selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.


2. Menentukan tujuan.
Terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum merupakan

tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan setiap pokok bahasan atau

satuan bahasan tertentu dalam suatu bidang studi sedangkan tujuan khusus

harus menggambarkan tingkah laku (perilaku) sasaran yang dapat diamati

dan dapat diukur oleh pemberi materi dan ini merupakan perilaku yang

dikehendaki oleh pasien. Untuk membantu dan mempermudah pemberi

materimenentukan tercapai tidaknya tujuan, maka tujuan khusus harus

jelas, rumusannya, konkret, dapat diamati, dan dapat diukur.

Contoh :
a. Klien dapat menunjukkan atau mendemontrasikan teknik

pemberian ASI dengan benar


b. Klien dapat mendemontrasikan injeksi insulin setelah diberikan

penyuluhan selama 15 menit (ada waktu yang jelas)


c. Klien dapat berjalan 5 langkah di sekitar tempat tidur (tujuan

belajar dapat diobservasi sementara aktivitasnya dapat diukur


d. Klien dapat berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya

tanpa menggunakan tongkat pembantu (terkandung bagaimanan

perilaku ditampilkan)
3. Memilih Substansi atau Isi Materi yang Harus Dipilih
Sumber yang dipilih hendaknya akurat, terbaru, didasarkan atas tujuan

belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya dan kemampuan, konsisten

serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan sumber daya yang

mungkin untuk belajar


4. Memilih Stategi Belajar
Memilih metode mengajar hendaknya sesuai dengan individu, cocok

dengan materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagai

faktor lain yang perlu dipertimbangkan


5. Memilih alat bantu mengajar
Alat bantu mengajar sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak

dicapai, oleh karena itu pilihla alat bantu secara hati-hati, lihat kembali

kegunaan dan kecocokan penggunaan alat bantu.

6. Membuat Rencana Evaluasi


Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencaan pendidikan kesehatan

misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi dan indikator apa yang

akan dipakai dalam evaluasi itu.

Evaluasi adalah kegiatan yang didisain untuk menilai keberhasilan dengan

cara membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan evaluasi

adalah untuk menilai apa yang sudah dicapai dan mengidentifikasi hambatan-

hambatan yang ada.

Evaluasi memerlukan monitoring reguler serta penentuan alat evaluasi

sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Evaluasi dapat dilakukan

dengan cara kuantitatif dan kualitatif.


1. Kuantitatif
a. Melalui survei masyarakat
b. Memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi karena

intervensi dan besarnya perubahan


2. Kualitatif
a. Memberikan gambaran tentang program dan sasaran program
b. Menggambarkan dinamika pelaksanaan program, sehingga

berguna untuk menilai keunggulan dan kelemahan program –

program dapat direvisi


c. Bermanfaat untuk mereplikasi program di tempat lain
d. Observasi, wawancara, dokumen yang ada

Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Tetapkan tujuan evaluasi


2. Tetapkan indicator
3. Tetapkan disain evaluasi
4. Tetapkan pengumpulan data
5. Tetapkan instrumen pengumpulan data
6. Tetapkan uji statistik yang digunakan
KESIMPULAN

Perilaku merupakan suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh

seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara

tertentu terhadap suatu objek. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya

perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern

mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya

yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern

meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia,

sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Perilaku sendiri merupakan hal nomor 2 yang paling berpengaruh terhadap

status kesehatan setelah lingkungan. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat

merubah perilaku menjadi perilaku yang mendukung kesehatan. Pendidikan

kesehatan merupakan cara yang tepat membantu masyarakat mempelajari apa

yang harus mereka kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakannya untuk

mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Perubahan perilaku yang mendukung

kesehatan diharapkan menjadi upaya peningkatan derajat kesehatan, yanglebih

mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa


mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pendidikan dan pembangunan

kesehatan lewat intervensi perubahan perilaku bertujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2006. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Pustaka Pelajar :


Yogyakarta

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :


Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Rineka Cipta : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai