Anda di halaman 1dari 6

VRTIKEL

Mekanisasi Usahatani Budidaya Tebu Lahan Kering


Oleh:
Gatot Pramuhadi

RINGKASAN

Komoditi gula pasir senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat, baik dalam skala
rumahtangga maupun industri. Saat ini harga gula pasir cukup tinggi hingga kurang lebih
Rp 9500,00/kg sehingga komoditi ini senantiasa diusahakan oleh pabrik-pabrik gula
yang ada di Indonesia dengan cara membudidayakan tebu secara efektif dan efisien.
Suatu studi diperlukan guna mempelajari efektivitas dan efisiensi pengolahan tanah,
serta usahatani budidaya tebu lahan kering sehingga dapat dihitung keuntungan
maksimum. Hasil studi di areal kebun tebu lahan kering dengan jenis tanah Ultisol milik
PT Gula Putih Mataram, Sugar Group Company, Lampung Tengah pada bulan September
2002 hingga Agustus 2003 menunjukkan bahwa tindakan pengolahan tanah efektif
menyebabkan kondisi sifat fisik tanah (densitas tanah) mencapai optimum rata-rata
sebesar 1.30 g/cc untuk pertumbuhan tebu maksimum sehingga diperoleh produktivitas
tebu (TCH) dan produktivitas gula (TSH) maksimum sebesar 63.08 ton/ha dan 7.30
ton/ha. Tindakan pengolahan tanah efisien menghasilkan waktu dan biaya pengolahan
tanah minimum sebesar 0.64 jam/ha dan Rp 57673,00/ha. Pengolahan tanah efektif
menghasilkan keuntungan sementara maksimum sebesar Rp 34966034,00/ha. Metode
"subsoiling-plowing-harrowing-furrowing" merupakan metode pengolahan tanah optimum
pada budidaya tebu lahan kering dengan jenis tanah Ultisol.

Kata kunci: usahatani, efektif, efisien, maksimum, minimum, optimum, keuntungan

I. PENDAHULUAN Wakil Sekjen Ikagi, Adig Suwandi, kepada


T e b u adalah salah satu komoditi untuk wartawan di Surabaya, Selasa (28 Februari
bahan baku industri gula. Di Indonesia, 2008), mengatakan bahwa produksi gula
tebu bisa dibudidayakan pada lahan sawah sebanyak itu dihasilkan dari penggilingan tebu
(sistem reynoso) dan pada lahan kering (tebu sekitar 36,3 juta ton dari areal seluas 433.000
lahan kering). Budidaya tebu lahan kering ton. Pada musim giling 2008, produktivitas
umumnya dilakukan di kebun-kebun tebu gula nasional diharapkan bisa mencapai 6,44
berbentuk hak guna usaha (HGU)yang dikeloia ton/ha. Apabila kebutuhan gula nasional sekitar
oleh pabrik-pabrik gula. 2,6 juta ton, maka Indonesia akan dapat
Konsumsi gula nasional meningkat seiring berswasembada minimal untuk konsumsi
dengan meningkatnya jumlah penduduk langsung.
Indonesia dan pendapatan, untuk itu perlu Produksi gula nasional pada tahun 2007,
diupayakan peningkatan produksi gula nasional dari 57 pabrik gula yang ada di dalam negeri,
secara efisien, dan sekaligus guna menekan terealisasi 2,44 juta ton yang diperoleh dari
impor gula. Kusbiantoro (2008) melaporkan penggilingan tebu sebanyak 33,27 juta ton
bahwa Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) dan luas areal 426.600 hektar. Dari total
memproyeksikan produksi gula nasional pada produksi tersebut, sekitar 1,6 juta ton dihasilkan
tahun 2008 mencapai 2,7 juta ton hingga 2,79 dari 46 pabrik gula di Jawa dan 860.000 ton
juta ton, atau mengalami kenaikan dibanding sisanya berasal dari 11 pabrik gula di luar
tahun 2007 yang masih sekitar 2,44 juta ton. Jawa. Dari Kongres IKAGI di Yogyakarta pekan

PANGAN 60 Edisi No. 55/XVm/Juli-September/2009


lalu, kalangan industri gula nasional sesuai dengan persyaratan awal tumbuh
memprediksi Indonesia akan mencapai tanaman dan sekaligus sesuai untuk
swasembada gula pada tahun 2009 dengan menjalankan proses interaksi dengan
produksi mencapai 3,05 juta ton dan meningkat lingkungan (iklim) menuju kondisi strukturtanah
menjadi 3,35 juta ton pada tahun 2010 yang menguntungkan untuk proses
(Kusbiantoro 2008). Tercatat sekitar 37% pertumbuhan tanaman sampai dengan proses
hingga 48%, atau 1,2 juta ton hingga 1,6 juta produksi.
ton, kebutuhan gula nasional per tahun masih Banyak faktor yang teriibat dan interaksi
harus diimpor. Data Dewan Gula Indonesia kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan
menunjukkan bahwa pada tahun 2004 impor tebu. Faktor-faktor yang mengontrol
gula hanya 1,29 juta ton, tetapi pada tahun pertumbuhan tebu harus diintegrasikan ke
2008 impor gula mencapai 1,61 juta ton dalam lingkungan optimum. Potensi maksimum
(Prabowo 2009). tebu dapat tercapai apabila hubungan tanah-
Produksi gula tebu sejak beberapa tahun tanaman mencapai optimum. Perkecambahan
terakhir meningkat. Kontribusi gula tebu pada tebu tergantung pada kondisi lingkungan
tahun 2003 hanya 51,7%. Pada tahun 2004 tempat bibit tebu ditanam ke dalam tanah.
menjadi 61,3% dan pada tahun 2008 menjadi Pertumbuhan tunas mencapai maksimum
63,0%. Tahun ini produksi gula diperkirakan apabila faktor-faktor internal dan ekstemalnya
2,9 juta ton, atau 200.000 ton di atas kebutuhan mencapai optimum. Faktor tanah turut
gula untuk konsumsi rumah tangga (Prabowo mempengaruhi pemunculan tunas tebu. Tanah
2009). harus disiapkan dengan sebaik mungkin agar
Peningkatan produksi gula nasional dapat terpenuhi keseimbangan yang sesuai antara
dilakukan dengan cara melaksanakan program tanah - air - udara (Humbert 1968).
ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Tanah-tanah lahan kering di Indonesia
Program ekstensifikasi pertanian melalui umumnya terdiri atas tanah Ultisol dan mungkin
perluasan areal kebun tebu dapat digunakan Oksisol (Hardjowigeno 1995). Ultisol di
sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan
produksi gula. Program intensifikasi pertanian kering yang tersebar luas di Sumatera,
menjadi andalan untuk peningkatan produksi Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua),
gula melalui penggunaan varietas bibit tebu serta sebagian kecil (sekitar 1.7 juta hektar,
unggul, tindakan budidaya tebu optimum mulai atau 5%) di Pulau Jawa, terutama di wilayah
dari penyiapan lahan hingga panen, dan Jawa Barat (Munir 1996).
peningkatan kapasitas serta kualitas hasil Produksi tanaman merupakan hasil dari
pengolahan tebu. semua faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dalam satu musim
II. PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI tanam. Salah satu faktor tersebut adalah
TEBU kondisi fisik tanah yang sering mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman karena kondisi fisik tanah mengontrol
pertumbuhan dan produksi tebu meliputi faktor lingkungan tempat akar berkembang (Davies
tanah, iklim, tanaman, dan tindakan budidaya dkk 1993).
pertanian. Rozaq (1999) menyatakan bahwa Densitas tanah (soil dry bulk density)
dalam melakukan budidaya pertanian perlu adalah rasio massa kering padatan tanah
memperhatikan keberadaan fungsional profil dengan volumetanah yang dinyatakan dalam
tanah-tanaman, yang merupakan hasil interaksi satuan g/crro, atau g/cc,dan merupakan ukuran
faktor tanah-iklim-tanaman dan kegiatan berat volume suatu tanah kering oven (Baver
budidaya, sebagai faktor utama yang et al. 1972, Blake dan Hartge 1986, serta
menentukan pertumbuhan dan produksi Plaster 1992). Volume tanah tersebut termasuk
tanaman. Faktor tindakan budidaya berupa volume padatan dan ruang pori tanah. Massa
tindakan pengolahan tanah berfungsi untuk kering padatan tanah ditentukan setelah
menghasilkan struktur tanah sesaat yang dikeringkan hingga bobotnya konstan pada

Edisi No. 55/XVIIT/Juli-September/2009 PANGAN 61


suhu 105°C, dan volume tanah tersebut berasal sehingga dihasilkan kondisi sifat fisik tanah
dari sampel yang diambil di lapang (Blake dan optimum. Tebu dapat tumbuh tegak serta
Hartge 1986). Densitas tanah merupakan menyerap air dan unsur-unsur hara secara
petunjuk/ indikator kepadatan tanah. Makin optimum pada kondisi sifat fisik tanah yang
padat tanah makin tinggi densitas tanahnya, optimum sehingga tebu dapat berproduksi
berarti makin sulit meneruskan air atau maksimum.
ditembus akar tanaman (Hardjowigeno 1995). Pengolahan tanah adalah manipulasi
Densitas tanah pada kebanyakan tanah mekanik terhadap tanah untuk menyediakan
permukaan berkisar 1.0-1.6 g/cc, tergantung lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan
kondisinya. Pengolahan tanah dapat tanaman dengan cara memperbaiki struktur
mengubah densitas tanah secara agak cepat. tanah sehingga mempermudah
Suatu alat bajak dapat dengan seketika perkecambahan, pemunculan tanaman, dan
mengubah densitas tanah dari 1.5 g/cc menjadi pertumbuhan akar (Kepner dkk 1972,
0.8 g/cc. Empat hingga lima lintasan alat Hartmann dkk 1981, dan Hunt 1995). Tujuan
pengolah tanah sekunder di atas permukaan utama pengolahan tanah adalah untuk
tanah yang terbajak dapat menyebabkan menyediakan tempat tumbuhnya tanaman,
terjadinya pemadatan kembali hingga 1.4 g/cc. memperbaiki kondisi fisik tanah, dan membantu
Biasanya penanaman terbaik pada kisaran mengontrol gulma (Humbert 1968, Kepnerdkk
densitas tanah 1.1-1.4 g/cc. Pada densitas 1972, Donahue dkk 1976, Hartmann dkk 1981,
tanah sebesar 1.6 g/cc maka pergerakan air Davies dan Payne 1988, serta Hunt 1995).
dan perkembangan akar menjadi sangat Pengolahan tanah pada budidaya tebu
terbatas. Tanah subsoil yang sangat padat lahan kering dilakukan secara mekanis
bisa mempunyai densitas tanah 2.0 g/cc atau menggunakan alat-alat dan mesin pertanian
bahkan lebih, dan menyebabkan tidak ada (traktor). Pengoperasian traktor dan alat-alat
akar yang tumbuh (Donahue dkk 1976). pengolahan tanah akan menghasilkan kondisi
fisik hasil pengolahan tanah tertentu, luas
III. BUDIDAYA TEBU lahan terolah dalam waktu tertentu, dan
Tindakan budidaya tebu optimum diawali konsumsi bahan bakar tertentu. Hasil
dengan kegiatan pengolahan tanah optimum pengolahan tanah dikatakan efektif apabila

Gam piring untuk Kair(furrower) untuk


disk harrowing furrowing

Gambar 1. Alat dan mesin yang digunakan untuk pengolahan tanah

PANGAN 62 Edisi No. 55/XVm/Juli-September/2009


terbentuk kondisi fisik tanah optimum sehingga IV. EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
pertumbuhan dan produksi tebu maksimum. Suatu studi diperlukan guna mempelajari
Tindakan pengolahan tanah dikatakan efisien efektifitas dan efisiensi pengolahan tanah,
apabila kapasitas lapang efektifnya maksimum, serta usahatani budidaya tebu lahan kering
tetapi konsumsi bahan bakarnya minimum, sehingga dapat dianalisis keuntungan
sehingga waktu dan biaya operasi pengolahan maksimumnya. Pada bulan September 2002
tanahnya minimum. hingga Agustus 2003 telah dilakukan studi di
Alat-alat pengolahan tanah yang biasa areal kebun tebu lahan kering dengan jenis
digunakan untuk penyiapan lahan di areal tanah Ultisol milik PT Gula Putih Mataram,
kebun tebu lahan kering adalah bajak subsoiler, Lampung Tengah. Enam metode pengolahan
bajak piring, bajak singkal, garu piring, dan tanah diaplikasikan, selanjutnya ditanam bibit-
kair (Fauconnier 1993). Bajak subsoiler bibit tebu TC-9, dipelihara, serta diukur
diaplikasikan pada saat awal dilakukan pertumbuhan dan produksi tebu.
pengolahan tanah untuk memecah atau Densitas tanah rata-rata sebelum
menghancurkan lapisan subsoil yang padat pengolahan tanah sebesar 1.44 g/cc, setelah
akibat kultivasi berulang-ulang pada kedalaman diolah hingga siap tanam menjadi berkisar
yang sama (Plaster 1992). Bajak piring dan 1.29 g/cc hingga 1.38 g/cc. Tindakan
bajak singkal digunakan untuk memotong, pengolahan tanah efektif menyebabkan kondisi
mengangkat, memutar, dan membalik tanah sifat fisik tanah (densitas tanah) mencapai
yang terpotong (Buckingham 1984 dan Plaster optimum rata-rata sebesar 1.30 g/cc. Pada
1992). Garu piring digunakan untuk densitas tanah optimum tersebut diperoleh
menghaluskan hasil pembajakan tanah. Garu jumlah anakan tebu rata-rata paling banyak
tugas-berat (heavy-duty harrow) bisa sebesar 3 batang/rumpun. Hal inilah yang
digunakan sebagai alat pengolah tanah menjadi kunci diperoleh produktivitas tebu
pertama karena mampu menghancurkan tanah rata-rata tertinggi akibat populasi tebu rata-
yang belum diolah, memotong dan mencampur rata paling banyak, sehingga diperoleh
sisa-sisa tanaman (Buckingham 1984). Alat produktivitas gula rata-rata tertinggi pula.
kair (furrower) digunakan untuk membuka dan Tindakan pengolahan tanah efisien
melempar tanah yang terpotong ke sisi sebelah diperoleh pada aplikasi metode pengolahan
kanan dan kiri sehingga terbentuk alur tanam tanah minimum yang menghasilkan waktu
(Koga 1988). pengolahantanah dan biaya pengolahantanah
Metode pengolahan tanah yang berbeda- minimum. Pada Tabel 1 diperlihatkan hasil
beda, berupa jenis dan intensitas pengolahan analisis efektifitas dan efisiensi pengolahan
tanah menggunakan alat-alat pengolahan tanah di PT Gula Putih Mataram, Lampung
tanah tersebut, diaplikasikan di areal kebun Tengah.
tebu lahan kering. Berbagai hasil pengolahan Tabel 1 di bawah ini mengisyaratkan
tanah akibat aplikasi metode tersebut akan bahwa perusahaan gula harus mengutamakan
menghasilkan berbagai variabel efektivitas tindakan budidaya tebu lahan kering secara
dan efisiensi hasil pengolahan tanah sehingga: efektif, terutama pada saat pengolahan tanah,
(1)dapat dipelajari hubungan antara jenis dan sehingga diperoleh produktivitas tebu
mtensitas pengolahan tanah dengan densitas maksimum. Pengolahan tanah optimum yang
tanah hasil pengolahan tanah, serta menghasilkan pertumbuhan dan produksi
pertumbuhan dan produksi tebu, (2) dapat maksimum diperoleh pada aplikasi metode
ditentukan kisaran densitas tanah optimum, pengolahan tanah minimum yang
dan (3) dapat ditentukan metoda pengolahan menghasilkan densitas tanah optimum sebesar
tanah optimum pada budidaya tebu lahan 1.29 g/cc hingga 1.31 g/cc, atau rata-rata
kering. sebesar 1.30 g/cc.

Edisi No. 55/XVIII/Juli-September/2009 PANGAN 63


Contoh pengukuran kedalaman
olah tanah Contoh pengukuran
lebar olah tanah

slip roda traktor

Contoh pengukuran
produktivitas tebu

Contoh pengukuran
pertumbuhan tebu

Gambar 2. Kegiatan pengukuran efektivitas dan efisiensipengolahan tanah


Tabel 1. Hasil analisis untuk menentukan metode pengolahan tanah optimum
DST Wpt Kbh Pgs Bpt Urtn.
Metode
(g/cc) (jam/ha) (liter/ha) (ton/ha)
Phg1) (Rp/ha) (Rp/ha)
Kpg (Rp/ha)
Opt.
S-DP-
1.31 0.72 15.45 6.71 32 208 000 64 873 32 143 127 2
Dh-F
S-MP-
1.29 0.78 17.61 7.30 35 040 000 73 966 34 966 034 1
DH-F
S-DH-DP-
1.35 0.64 13.78 5.09 24 432 000 57 893 24 374 107 5
DH-F
S-DH-MP-
1.38 0.64 13.73 5.84 28 032 000 57 673 27 974 327 4
DH-F
S-DP-DH-
1.36 0.68 17.85 5.96 28 608 000 74 974 28 533 026 3
DP-DH-F
S-MP-DH-
1.31 0.78 15.22 3.94 18 912 000 63 927 18 848 073 6
MP-DH-F

S =subsoiling, DP =disk plowing, MP =moldboard plowing, DH =disk harrowing, F=furrowing,


Dst = densitas tanah, Wpt = waktu pengolahan tanah, Kbh = konsumsi bahan bakar persatuan
luas tanah terolah, Pgs = produktivitas gula sampling, Pug = penerimaan hasil penjualan gula,
Bpt - biaya operasi pengolahan tanah, Kpg = keuntungan sementara bagi pabrik gula, dan
Urtn. Opt. = urutan optimum
11 Dihitung berdasarkan harga gula pasir rata-rata saat itu (tahun 2005) sebesar Rp 4800,00/kg
21 Dihitung berdasarkan harga bahan bakar (solar) rata-rata saat itu (tahun 2005) sebesar
Rp 4200,00/liter

V. PENUTUP menghasilkan densitas tanah optimum rata-


Dari uraian di atas dapat diambil rata sebesar 1.30 g/cc untuk pertumbuhan
kesimpulan antara lain : tebu maksimum sehingga diperoleh
Pertama, Tindakan pengolahan tanah produktivitas tebu dan gula maksimum sebesar
secara mekanis yang efektif merupakan 63.08 ton/ha dan 7.30 ton/ha. Tindakan
tindakan pengolahan tanah minimum yang pengolahan tanah efisien menghasilkan waktu

PANGAN 64 Edisi No. 55/XVIII/Juli-September/2009


dan biaya pengolahan tanah minimum sebesar Ketiga, Direkomendasikan untuk
0.64 jam/ha dan Rp 57673,00/ha. melakukan tindakan pengolahan tanah efektif
Kedua, Pengolahan tanah efektif dengan mengaplikasikan metode pengolahan
menghasilkan keuntungan sementara tanah minimum pada budidaya tebu lahan
maksimum sebesar Rp 34966034,00/ha. kering agar diperoleh kondisi sifat fisik tanah
Metode "subsoiling - plowing - harrowing - (densitas tanah) optimum yang menghasilkan
furrowing" merupakan metode pengolahan pertumbuhan dan produksi tebu maksimum
tanah optimum pada budidaya tebu lahan sehingga diperoleh keuntungan maksimum.
kering dengan jenis tanah Ultisol.

DAFTAR PUSTAKA Kepner RA, Bainer R, Barger EL. 1972. Principles


of Farm Machinery. Ed ke-2. Connecticut: The
Baver LD, Gardner WH, Gardner WR. 1972. So/7 AVI Publishing Co., Inc.
Physics. Ed ke-4. New Delhi: Wiley Eastern Koga Y 1988. Farm Machinery. Volume II. Tsukuba:
Limited. Tsukuba International Agricultural Training
Blake GR, Hartge KH. 1986. Bulk Density. Di dalam: Centre, JICA.
Klute A, editor. Methods of Soil Analysis Part Kusbiantoro D. 2008. Produksi Gula 2008
1: Physical and Mineralogical Methods. Edisi Diproyeksikan 2,7 Juta Ton.
ke-2. Wisconsin: American Society of http://www.antarajatim.com/lihat/berita/
Agronomy, Inc., and Soil Science Society of 522/produksi_gula_2008_diproyeksikan_
America, Inc. him: 363-375 2_7Juta_ton. Selasa, 26 Februari 2008, pukul
Buckingham F, editor. 1984. Fundamentals of 20:19:19
Machine Operation: Tillage. Ed ke-2. Illinois: Munir M. 1996. Tanah-tanah Utama Indonesia.
Deere & Company Service Training. Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya.
Davies DB, Payne D. 1988. Management of Soil Edisi ke-1. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
Physical Properties. Di dalam: Wild A, editor. Plaster EJ. 1992. So/7 Science and Management.
Russell's Soil Conditions and Plant Growth. Ed ke-2. New York: Delmar Publishers Inc.
Ed ke-11. Essex: Longman Scientific & Prabowo HE. 2009. Dulu Eksportir Kini Importir.
Technical, Longman Group UK Limited. Kompas, 23 Juli 2009
Davies DB, Eagle DJ, Finney JB. 1993. So/7 Pramuhadi G. 2005. Pengolahan Tanah Optimum
Management. Ed ke-5. New York: Farming pada Budidaya Tebu Lahan Kering [disertasi].
Press. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut
Donahue RL, Follett RH, Tulloch RW. 1976. Our Pertanian Bogor.
Soils and TheirManagement. Ed ke-4. Illinois: RozaqA. 1999. Reorientasi Penelitian Pengolahan
The Interstate Printers & Publishers, Inc. Tanah Mekanis di Indonesia. Di dalam:
Fauconnier R. 1993. Sugar Cane. London: The Susanto S, Rahardjo B, Purwadi T, editor.
Macmillan Press Ltd. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII
Hardjowigeno S. 1995. llmu Tanah. Ed ke-4. Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA);
Jakarta: Akademika Pressindo. Yogyakarta, 27-28 Juli 1998. Yogyakarta:
Hartmann HT, Flocker WJ, Kofranek AM. 1981. Perhimpunan Teknik Pertanian. him 109-118.
Plant Science: Growth, Development, and
Utilization of Cultivated Plants. New Jersey: BIODATA PENULIS :
Prentice-Hall, Inc.
Humbert RP. 1968. The Growing of Sugar Cane. Gatot Pramuhadi lahir di Purworejo, 18 Juli
Amsterdam: Elsevier Publishing Company. 1965 menyelesaikan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor (IPB), 28 Desember
Hunt D. 1995. Farm Power and Machinery 2005. Bekerja sehari-hari sebagai Dosen
Management. Ed ke-9. Iowa: IOWA State Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
University Press.

Edisi No. 55/XVlII/Juli-September/2009 PANGAN 65

Anda mungkin juga menyukai